Category: Fisika

  • Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Archimedes

    Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Archimedes

    AhmadDahlan.Net – Rumus hukum Archimedes digunakan untuk menghitung gaya apung yang diberikan oleh sebuah fluida terhadap benda yang tercelup di dalamnya. Menurut Archimedes, gaya angkat zat cair itu sama besar dengan Berat fluida yang dipindahkan. Dengan demikian hukum tersebut dapat dituliskan dalam formulasi matematika sebagai berikut:

    F_a=W_f
    F_a = m_fg

    dimana m = ρV, maka

    F_a= ρgV

    keterangan:

    Fa : gaya apung (N)
    ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)
    V : volume benda tercelup (m3)

    Ketika kalian memasukkan gabus ke dalam wadah berisi air, gabus tersebut akan mengapung dan bergerak ke atas permukaan air. Hal ini karena gabus memiliki gaya apung atau gaya Archimedes yang membuatnya bergerak naik ke atas permukaan. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai gaya apung dalam hukum Archimedes

    A. Pengertian Gaya Archimedes

    Gaya Archimedes merupakan gaya angkat ke atas yang dimiliki benda apabila berada di dalam fluida. Gaya Archimedes biasanya juga disebut dengan gaya apung. Gaya ini pertamakali ditemukan oleh Ilmuwan bernama Archimedes dalam hukum Archimedes.

    Hukum Archimedes menyatakan bahwa sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida akan mengalami gaya ke atas atau gaya apung yang besarnya sama dengan berat fluida yang di tumpahkan nya.

    Dengan mengetahui gaya Archimedes, kita dapat mengetahui posisi benda dalam fluida, yaitu :

    Mengapung apabila Fa = W
    Melayang apabila Fa = W
    Tenggelam apabila Fa > W

    B. Persamaan Gaya Archimedes

    Gaya Archimedes atau gaya apung dapat dihitung menggunakan persamaan :

    F_a=W_u-W_f

    keterangan,
    Fa : gaya Archimedes (N)
    Wu : gaya berat benda di udara (N)
    Wf : gaya berat benda di fluida (N)

    Selain persamaan di atas, gaya Archimedes atau gaya apung juga dapat dihitung menggunakan persamaan :

    F_a=ρ_f.V_{bf}.g

    keterangan,
    Fa : gaya Archimedes (N)
    ρf : massa jenis fluida (kg/m3)
    Vbf : volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)

    C. Contoh Soal

    Sebuah benda ketika berada di udara memiliki berat 500 N, sedangkan ketika
    dicelupkan dalam air seluruhnya memiliki berat 400 N. Jika massa jenis air
    1000 kg/m3, hitunglah besar volume benda yang tercelup dalam air !

    Pembahasan

    Dik :
    Wu : 500 N
    Wf : 400 N
    ρf : 1000 kg/m3

    Dit :
    Vbf

    Pembahasan :
    1. Mencari besar gaya Archimedes

    F_a=W_u-W_f
    F_a=500\ N-400\ N
    F_a=100\ N

    2. Mencari besar volume benda yang tercelup

    F_a=ρ_f.V_{bf}.g
    100\ N=1000\ kg/m^3\ .\ V_{bf}\ .\ 10\ m/s^2
    100\ N=10000\ N/m^3\ .\ V_{bf}
    V_{bf}=\frac{100\ N.m^3}{10000\ N}
    V_{bf}=0,01\ m^3=10\ cm^3

    Jadi, besar volume benda yang tercelup kedalam air adalah sebesar 10 cm3.

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gelombang Berdiri

    Materi Fisika SMA – Rumus Gelombang Berdiri

    AhmadDahlan.Net – Pernah kah kalian memainkan sebuah tali hingga bergerak naik turun? Atau pernahkah kalian bermain sebuah gitar? Jika pernah, contoh kegiatan di atas merupakan contoh dari peristiwa gelombang. Pada kali ini, kita akan membahas mengenai gelombang berdiri.

    A. Pengertian Gelombang Berdiri

    Gelombang berdiri atau gelombang stasioner merupakan gabungan dari dua gelombang yang amplitudonya berubah – ubah dengan arah rambat gelombang yang berlawanan. Pada gelombang ini, kita akan mengenal istilah perut dan simpul. Perut merupakan titik yang memiliki amplitudo maksimum, dan simpul merupakan titik yang memiliki amplitudo minimum.

    Gambar diatas merupakan posisi perut dan simpul pada gelombang stasioner, dimana P melambangkan perut dan S melambangkan simpul.

    B. Persamaan Gelombang Berdiri

    1. Ujung bebas

    Gelombang Berdiri Ujung Bebas

    Pada gelombang berdiri ujung bebas, gelombang yang datang dan gelombang pantul tidak memiliki perubahan fase. Sehingga persamaan gelombang berdiri ujung bebas, dituliskan sebagai berikut :

    Y_p=2A\cos{(kx)}\sin{(ωt)}

    Amplitudo gelombang berdiri ujung bebas dapat dihitung menggunakan persamaan :

    A_p=2A\cos{(kx)}

    keterangan,
    Yp : simpangan gelombang berdiri (m)
    Ap : amplitudo gelombang berdiri (m)
    k : bilangan gelombang
    ω : kecepatan sudut gelombang (rad/s)
    t : lama gelombang bergetar (s)

    Adapun untuk letak perut dan simpul gelombang berdiri ujung bebas, dapat dihitung menggunakan persamaan :

    P_n=\frac{1}{2}λn

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    S_n=\frac{1}{4}λ(2n+1)

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    keterangan,
    Pn : perut ke – n (m)
    Sn : simpul ke – n (m)
    λ : panjang gelombang (m)

    2. Ujung terikat

    Gelombang Berdiri Ujung Terikat

    Pada gelombang berdiri ujung terikat, terjadi pembalikan fase antara gelombang yang datang dengan gelombang pantul. Sehingga persamaan gelombang berdiri ujung bebas, dituliskan sebagai berikut :

    Y_p=2A\sin{(kx)}\cos{(ωt)}

    Amplitudo gelombang berdiri ujung terikat dapat dihitung menggunakan persamaan :

    A_p=2A\sin{(kx)}

    keterangan,
    Yp : simpangan gelombang berdiri (m)
    Ap : amplitudo gelombang berdiri (m)
    k : bilangan gelombang
    ω : kecepatan sudut gelombang (rad/s)
    t : lama gelombang bergetar (s)

    Untuk letak perut dan simpul gelombang berdiri ujung terikat, dapat dihitung menggunakan persamaan :

    P_n=\frac{1}{4}λ(2n+1)

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    S_n=\frac{1}{2}λn

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    keterangan,
    Pn : perut ke – n (m)
    Sn : simpul ke – n (m)
    λ : panjang gelombang (m)

    C. Contoh Soal

    Pada gelombang stasioner, titik simpul ke-8 berjarak 1,5 m dari ujung bebasnya. Jika diketahui frekuensi gelombang 50 Hz. Tentukan panjang gelombang dan cepat rambatnya gelombangnya.

    Pembahasan

    Dik :
    Titik simpul ke – 8,
    berarti n=7

    Dit : Lamda = ?

    v = ?

    Pembahasan :

    1. Mencari lamda menggunakan rumus simpul

    S_n=\frac{1}{4} \lambda (2n+1)
    S_7=\frac{1}{4}\lambda (2(7)+1)
    1,5\ m=\frac{1}{4}\lambda(15)
    \lambda=\frac{1,5\ m×4}{15}
    \lambda = 0,4\ m

    2. Mencari cepat rambat gelombang

    v=\lambda×f
    v=0,4\ m×50\ Hz
    v=20\ m/s

    Jadi, panjang gelombang nya adalah 0,4 m dan cepat rambat gelombang nya adalah 20 m/s

  • Materi Fisika SMA – Rumus Momen Inersia

    Materi Fisika SMA – Rumus Momen Inersia

    AhmadDahlan.Net – Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa inersia atau ukuran kelembaman suatu benda merupakan kemampuan benda untuk mempertahankan posisinya. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas mengenai momen inersia atau kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaan rotasinya.

    A. Pengertian Momen Inersia

    Momen inersia merupakan kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaanya, baik tetap berotasi maupun tetap diam. Momen inersia di simbolkan dengan huruf I. Pada gerak rotasi, massa benda dan bentuk benda juga mempengaruhi ukuran kelembaman benda.

    Benda yang berbentuk silinder memiliki momen inersia berbeda dengan benda yang berbentuk bola. Selain itu, semakin jauh posisi massa benda dari titik pusat rotasinya, maka akan semakin besar pula momen inersianya, begitupun sebaliknya.

    Semakin besar momen inersia benda, semakin susah benda untuk berotasi. Sebaliknya, semakin kecil momen inersia benda, semakin mudah benda untuk berotasi.

    B. Persamaan Momen Inersia

    Sebuah batang silinder ringan memiliki panjang sebesar m, dimana ujungnya di beri tanda O dan ujung yang lainnya diberi beban dengan massa m. Apabila titik O ditetapkan sebagai titik poros rotasi, maka momen inersia dapat dihitung dengan persamaan :

    I=mr^2

    keterangan,
    I : momen inersia (kg.m2)
    m : massa beban (kg)
    r : panjang batang silinder (m)

    Berikut persamaan momen inersia dari berbagai bentuk benda tegar.

    C. Contoh Soal

    sebuah bola pejal dengan massa 10 kg berotasi dengan sumbu putar berada tepat di tengah dari bola pejal tersebut. Apabila bola tersebut memiliki diameter 50 cm, hitunglah momen inersia bola pejal tersebut.

    Pembahasan

    Dik :
    m = 10 kg
    d = 50 cm = 0,5 m

    Dit :
    I = ?

    Jawab :

    1. Mencari jari – jari bola pejal

    r=\frac{d}{2}
    r=\frac{d}{2}=\frac{0,5\ m}{2}=0,025\ m

    2. Mencari momen inersia bola pejal

    I=\frac{2}{5}mr^2
    I=\frac{2}{5}(10\ kg)(0,25\ m)^2
    I=2(2\ kg)(0,0625 m^2)
    I=0,25\ kg.m^2

    Jadi, momen inersia dari bola pejal tersebut adalah 0,25 kg.m2

  • Materi, Konsep dan Kumpulan Rumus Fisika SMA

    Materi, Konsep dan Kumpulan Rumus Fisika SMA

    AhmadDahlan.NET – Berikut ini adalah kumpulan Materi, Konsep dan Rumus Fisika SMA. Urutan Materi dibagi berdasarkan Kelas sesuai dengan susunan Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi pada dokumen Kurikulum.

    1. Fisika Kelas X

    1. Besaran dan Satuan
    2. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
    3. Konsep dan Rumus Massa Jenis
    4. Konsep dan Rumus Tekanan
    5. Konsep dan Rumus Jangka Sorong
    6. Konsep Ddan Rumus Pada Mikrometer Sekrup
    7. Konsep dan Rumus Kecepatan
    8. Konsep dan Rumus Gerak Lurus Beraturan
    9. Konsep dan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan
    10. Konsep dan Rumus Gerak Jatuh Bebas
    11. Konsep dan Rumus Gerak Vertikal Ke Atas
    12. Konsep dan Rumus Gerak Melingkar Beraturan
    13. Konsep dan Rumus Gerak Melingar Berubah Beraturan
    14. Konsep dan Rumus Gerak Parabola
    15. Konsep dan Penerapan Hukum Newton
    16. Konsep dan Rumus Gaya Gesek
    17. Konsep dan Rumus Hukum Gravitasi Newton
    18. Konsep dan Rumus Usaha
    19. Konsep dan Rumus Energi Kinetik
    20. Konsep dan Rumus Energi Potensial
    21. Hukum dan Rumus Kekekalan Energi Mekanik
    22. Konsep dan Rumus Impuls
    23. Konsep dan Rumus Momentum

    2. Fisika Kelas XI

    1. Konsep dan Rumus Kesetimbangan Benda Tegar
    2. Konsep dan Rumus Momen Inersia
    3. Konsep dan Rumus Dinamika Rotasi
    4. Konsep dan Rumus Elastisitas
    5. Konsep dan Rumus Hukum Hooke
    6. Konsep dan Rumus Periode dan Frekuensi Getaran Pegas
    7. Konsep dan Rumus Periode dan Frekuensi Getaran Bandul
    8. Konsep dan Rumus Koefisiens Restitusi
    9. Konsep dan Rumus Hukum Pascal
    10. Konsep dan Rumus Hukum Archimedes
    11. Konsep dan Rumus Tekanan Hidrostatika
    12. Konsep dan Rumus Fluida Dinamis
    13. Konsep dan Rumus Hukum Bernoulli
    14. Konsep dan Rumus Hukum Kontinuitas
    15. Konsep dan Rumus Konversi Satuan Suhu
    16. Konsep dan Rumus Kalor
    17. Konsep dan Rumus Kapasitas Kalor
    18. Konsep dan Rumus Kalor Laten
    19. Konsep dan Rumus Teori Kinetika Gas
    20. Konsep dan Rumus Termodinamika I
    21. Konsep dan Rumus Gelombang Mekanik
    22. Konsep dan Rumus Gelombang Berdiri
    23. Konsep dan Rumus Gelombang Bunyi
    24. Konsep dan Rumus Efek Dopler
    25. Konsep dan Rumus Intesitas Bunyi
    26. Konsep dan Rumus Gelombang Cahaya
    27. Konsep dan Rumus Cermin Datar
    28. Konsep dan Rumus Cermin Cembung
    29. Konsep dan Rumus Cermin Cekung
    30. Konsep dan Rumus Lensa Cembung
    31. Konsep dan Rumus Lensa Cekung
    32. Konsep dan Rumus Teleskop
    33. Konsep dan Rumus Hukum Kepler

    3. Fisika Kelas XII

    1. Konsep dan Rumus Listri Searah (DC)
    2. Konsep dan Rumus Hukum OHM
    3. Konsep dan Rumus Daya
    4. Konsep dan Rumus Kirchoff
    5. Konsep dan Rumus Listrik Statis
    6. Konsep dan Rumus Gaya Qoloumb
    7. Konsep dan Rumus Medan Magnet
    8. Konsep dan Rumus Gaya Lorentz
    9. Konsep dan Rumus Efek Fotolistrik
    10. Konsep Pemanasan Global
    11. Konsep Efek Rumah Kaca
    12. Konsep dan Rumus Dilatasi Waktu
    13. Konsep dan Rumus Konstraksi Panjang
    14. Konsep Fisika Kuantum
    15. Konsep Fisika Inti
    16. Konsep dan Rumus Induksi Elektormagnetik
    17. Konsep dan Rumus Kapasitor
    18. Konsep Gelombang Elekrtomagnetik

    Ket:

    Update Soon!!!. Semoga Bermnafaat

  • Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Kontinuitas

    Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Kontinuitas

    AhmadDahlan.Net – Pernahkah kalian mengalirkan air menggunakan selang? Biasanya ketika menggunakan selang, kita akan memencet ujung selangnya hingga aliran air yang keluar dari selang akan lebih cepat. Hal ini dikarenakan debit air yang masuk kedalam selang harus sama dengan debit air yang keluar dari selang. Untuk memahami hal tersebut, perhatikan pembahasan berikut mengenai Azas Kontinuitas.

    A. Pengertian Hukum Kontinuitas

    Pada kajian fluida dinamis atau fluida yang mengalir terdapat azas Kontinuitas. Azas ini menjelaskan bahwa fluida yang mengalir dan tak termampatkan dalam keadaan tunak, akan memiliki laju aliran volume di setiap waktu sama besar.

    Dalam kehidupan sehari – hari biasanya kita dapat menemukan konsep ini dalam penggunaan selang air, air yang mengalir dari sebuah kerang, dan lain sebagainya.

    B. Persamaan Kontinuitas

    Apabila fluida mengalir melewati pipa yang memiliki luas penampang yang berbeda, maka berdasarkan hukum Kontinuitas debit fluida yang melewati pipa dengan luas A1 akan sama dengan debit fluida yang melewati pipa dengan luas A2.

    Secara matematis persamaan Kontinuitas dapat dituliskan sebagai berikut :υ

    Q_1=Q_2
    \frac{V_1}{t_1}=\frac{V_2}{t_2}
    \frac{A_1.l_1}{t_1}=\frac{A_2.l_2}{t_2}
    A_1.υ_1=A_2.υ_2

    Keterangan,
    Q1 : Debit fluida pada penampang 1 (m3/s)
    Q2 : Debit fluida pada penampang 2 (m3/s)
    V1 : volume pipa 1 (m3)
    V2 : volume pipa 2 (m3)
    l1 : panjang pipa 1 (m)
    l2 : panjang pipa 2 (m)
    υ1 : kecepatan aliran fluida di penampang 1 (m/s)
    υ2 : kecepatan aliran fluida di penampang 2 (m/s)
    A1 : luas penampang pipa 1 (m2)
    A2 : luas penampang pipa 2 (m2)

    C. Contoh Soal

    Sebuah pipa dengan luas penampang 600 cm2 di pasang keran pada ujungnya dengan jari jari keran 3 cm Jika besar kecepatan aliran air dalam pipa 0,5 m/s, maka dalam waktu 5 menit , berapakah voume air yang keluar dari keran ?

    Pembahasan

    Dik :
    A1 = 600 cm2 = 0,06 m2
    υ1 = 0,5 m/s
    r2 = 3 cm = 0,03 m
    t = 5 menit = 300 s

    Dit :
    Volume air yang keluar dari keran?

    Pembahasan :
    Volume air yg keluar dari keran = Volume dari keran = V2

    \frac{A_1.l_1}{t_1}=\frac{A_2.l_2}{t_2}
    A_1.v_1=\frac{V_2}{t_2}
    0,06\ m^2\ . \ 0,5\ m/s=\frac{V_2}{300\ s}
    0,03\ m^3/s=\frac{V_2}{300\ s}
    0,03\ m^3/s×300\ s=V_2
    9\ m^3=V_2

    Jadi, volume air yg keluar dari keran sebanyak 9 m3.

  • Hukum I Termodinamika – Interaksi Panas, Usaha dan Internal Energi

    Hukum I Termodinamika – Interaksi Panas, Usaha dan Internal Energi

    AhmadDahlan.NET – Hukum I Termodinamika membahas tentang energi dari aspek hubungan antara Panas, Kerja dan Konsep Internal Energi. Sama seperti massa, energi akan selalu bersifat kekal sehingga tidak dapat diciptakan dan dimusnakan. Hanya saja, Energi dapat dibuah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya.

    Internal energi dari sebuah benda atau sistem itu sendiri adalah karakteristik yang menghubungkan antara energi dan partikel penyusun sistem. Internal energi berhubungan energi kinetik partikel dari sistem dan energi potensial termodinamikanya.

    Setiap kali sebuah sistem mengalami perubahan kondisi yang disebabkan oleh panas, usaha dan internal energi akan selalu melibatkan perubahan dan transfer energi. Namun kendati demikian totoal keseluruhan energi akan selalu sama sebelum dan sesudah kejadian.

    Dalam hukum I Termodinamika, Panas dikonfirmasi sebagai salah satu bentuk energi. Dengan demikian maka proses termodinamika diatur oleh prinsip kekekalan energi. Hal ini membuat Hukum I Termodinamika sering kali disebut sebagai Hukum Kekekalan Energi.

    Hukum I Termodinamika

    Sebuah sistem termodinamika dalam keadaan setimbang memiliki variable keadan yang disebut sebagai internal energi (U). Perubahan internal energi dari dua buah sistem melibatkan perpindahan panas (Q) dan usaha yang dilakukan oleh sistem (W).

    ΔU = Q - W

    Konsekuensi dari Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa energi yang ada di alam semesta ini akan selalu sama, tapi bukan berarti dalam keadaan steady stay seperti pendapat Newton. Meskipun bentuk energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain namun energi tidak dimusnakan.

    Dalam upaya melakukan observasi tentang keberlakuan hukum I Termodinamika, dibutuhkan alat yang disebut sebagai Mesin Panas (Heat Engine). Mesin ini mampu mengubah energi panas menjadi energi mekanik begitu pula sebaliknya.

    Ilustrasi Heat Enggine atau Mesin Panas pada Termodinamika
    Aplikasi Hukum I Termodinamika Pada Mesin

    Secara umum mesin pada dirancang dalam bentuk sistem terbuka dengan prinsip kerja berdasarkan perubahan panas, tekanan dan volume benda yang diakibatkan karekteristik molekul gas yang ada di dalam mesin.

    Misalkan saja salah satu pase ketika dilakukan pembakaran dimana suhu gas di dalam menjadi lebih tinggi. Hal ini membuat tekanan gas memuai dan pada akhirnya menaikkan volume gas. Volume gas dapat digunakan dalam menggerakkan piston sehingga ini menunjukkan seberapa besar kerja (W) yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.

    Aplikasi Pada Sistem Tertutup

    Pada sistem keadaan tertutup, Usaha yang dilakukan oleh sistem adalah hasil dari perubahan tekanan dan perubahan volume.

    W = -P \Delta V

    Dimana P adalah tekanan ekternal terhadap sistem dan ΔV adalah perubahan volume di dalam sistem. Kerja ini disebut sebagai Kerja Tekanan-Volume.

    Perubahan energi internal di dalam sistem (Berkurang atau bertambah) tergantung dari interaski kerja dari sistem terhadap ruang tempat terjadinya perubahan PV. Energi Internal akan bertambah jika usaha bekerja pada sistem dan akan berkurang jika usaha dikerjakan oleh oleh sistem. Semuan interkasi energi panas yang terjadi pada sistem juga akan mengakibatkan perubahan energi panas. Namun karena energi akan selalu sama maka total perubahan internal energi akan selalu 0. Jika energi sistem berkurang itu berarti ada energi yang diserap oleh lingkungan dan begitu pula sebaliknya.

    \Delta U_{sistem} = -\Delta U_{lingkungan}

    Energi panas tentu saja adalah bentuk entitas yang nilainya mutlak sehingga tanda minus (-) hanya menunjukkan perubahan energi dari suatu kerangka acuan dalam hal ini sistem-lingkungan. Agar terjadi kesepakatan maka dibuat hubungan antara Panas dan Internal Energi ditunjukkan pada tabel berikut :

    ProsesPanas (Q)Usaha (W)
    Kerja dilakukan Oleh SistemN/A
    Kerja Terjadi Pada SistemN/A+
    Panas keluar dari sistemN/A
    Panas Masuk ke dalam sistem+N/A
  • Kapasitas Panas

    Kapasitas Panas

    AhmadDahlan.NET – Kapasitas panas dalah karakteristik jumlah panas yang dibutuhkan oleh sebuah benda sehingga mengakibatkan perubahan suhu 1 derajat. Dalam SI, dinyatakan jumlah kalor yang dibutuhkan agar berubah 1oC.

    A. Persamaan Kapasitas Panas

    Jumlah panas yang dibutuhkan oleh sebuah benda:

    C = \lim_{\Delta T \rightarrow  0} \frac{\Delta Q}{\Delta T}

    atau

    Q = C dt

    dimana :

    Q : Jumlah Kalor (J)
    C : Kapasitas Panas (J/K)
    dt : perubahan temperature

    Jumlah Kalor yang dibutuhkan juga bergantung dari massa benda, dimana semakin besar massanya maka semakin banyak kalor yang dibutuhkan. Konsep ini selanjutnya disebut sebagai Kalor Jenis.

    Logam adalah benda yang memiliki Kapasitas sangat kecil sehingga perubahan suhunya sangat sensitif terhadap penambahan jumlah kalor. Air berbeda dengan logam, benda ini memiliki sensitifitas perubahan suhu yang sangat rendah terhadap penambahan kalor.

    Besi paling tidak 10 kali lebih tinggi dibandingkan Air maka tidak heran jika Air lebih banyak dijadikan reservoir panas di berbagai perangkat, misalnya Radiator Mobil dan Kolam Kota.

    B. Nilai Kapasitas Panas

    Nilai dari kapasitas panas dari sebuah benda juga ikut berubah terhadap perubahan suhu (T) dan tekanan yang dialami oleh benda (P). Dengan demikian maka C adalah fungsi dari P dan T atau (CP,T)

    Sebagai contoh misalnya 1 kg besi pada kondisi STP yakni suhu 25oC dan tekanan 1 atm akan membutuhkan kalor sebesar 460 J. Nilai ini masih relatif sama mulai dari 15°C sampai 35°C dengan tekanan mupai dari 0 sampai 10 atm. Demikian jumlah panas yang dibutuhkan agar naik dari suhu 15°C ke 16°C akan memiliki nilai yang relatif sama dengan 34°C ke 35°C. Meskipun secara konsep berbeda namun perbedaan itu bisa diabaikan.

    1. Tekanan Konstan

    Pada tekanan konstan, Panas yang diberikan pada sebuah sistem akan berkontribusi pada kerja yang dilakukan oleh sistem dan perubahan internal energi. Hal ini sesuai dengan hukum I Termodinamika.

    dQ = dU + PdV

    Kapasitas panas sistem pada keadaan konstan disebut sebagai CP.

    C_P=  \left (  \frac{\delta h}{\delta T} \right )_P

    2. Volume Konstan

    Pada keadaan Isohorik, sisyem tidak melakukan kerja karna dV = 0. Dengan demikian semua panas yang diberikan pada sebuah sistem digunakan untuk menaikkan internal energi sistem atau dQ = dU.

    Besar Kapasitas panas sistem pada kondisi ini disebut sebagai CP. Dengan demikian maka nilai CV akan selalu lebih kecil dibandingkan dengan CP. Selesih antara kedua nilai ini disebut sebagai konstanta gas ideal (R)

    C_P - C_V = nR

    dimana n adalah bilangan bulat yang menunjukkan jumlah mol.

    Perbandingan antara CP dan CV disebut sebagau Rasio Kapasitas Panas (\gamma *) yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat kebebasan dari sejumlah molekul gas.

    \gamma = \frac{C_P}{C_V}

    * Beberapa buku menuliskan ini sebagai k.

  • Materi Fisika SMA – Rumus Besar Intensitas Bunyi

    Materi Fisika SMA – Rumus Besar Intensitas Bunyi

    AhmadDahlan.Net – Ketika berada di tempat sunyi, terkadang telinga kita akan sensitif terhadap suara, sehingga suara nyamuk yang berterbangan bahkan suara detak jantung dapat terdengar di telinga kita. Hal ini dikarenakan suara tersebut memiliki intensitas bunyi yang dapat terdengar oleh telinga kita. Berikut penjelasan lengkap mengenai intensitas bunyi.

    A. Pengertian Intensitas Bunyi

    Intensitas bunyi merupakan ukuran kenyaringan suara atau besar daya yang dihasilkan oleh gelombang bunyi per satuan luas bidang. Besar intensitas bunyi tergantung dari daya yang dihasilkan sumber bunyi dan juga jarak dari sumber bunyi.

    Jangkauan intensitas bunyi yang dapat didengarkan oleh telinga kita sangat luas, sehingga terdapat besaran yang menjelaskan lebih akurat mengenai bagaimana telinga kita dapat merasakan suara. Besaran ini dinamakan dengan taraf intensitas bunyi.

    Taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan antara intensitas bunyi yang dihasilkan sumber suara dengan intensitas ambang pendengaran. Taraf intensitas bunyi memiliki satuan dB atau biasa disebut dengan desibel.

    B. Persamaan Intensitas Bunyi

    1. Intensitas Bunyi

    Secara umum, intensitas bunyi memiliki persamaan :

    I=\frac{P}{A}=\frac{P}{4\pi r^2}

    keterangan,
    I : Intensitas bunyi (W/m2)
    P : daya (W)
    A : luas bidang (m2)

    Apabila sumber bunyi sama tetapi di dengar dari jarak yang berbeda, maka perbandingan intesitas bunyinya adalah :

    \frac{I_1}{I_2}=\frac{r_2^2}{r_1^2}

    keterangan.
    I1 : Intensitas bunyi 1 pada jarak 1 (W/m2)
    I2 : Intensitas bunyi 2 pada jarak 2 (W/m2)
    r1 : jarak 1 dari sumber bunyi (m)
    r2 : jarak 2 dari sumber bunyi (m)

    2. Taraf Intensitas Bunyi

    Persamaan umum yang digunakan untuk menghitung taraf intensitas bunyi suatu sumber bunyi adalah :

    TI=10×\log{\frac{I}{I_0}}

    Apabila terdapat lebih dari satu sumber bunyi yang identik maka taraf intensitas bunyi nya dihitung menggunakan persamaan :

    TI_n=TI_1+10×\log{n}

    keterangan,
    TI : Taraf intensitas bunyi (dB)
    I : Intensitas bunyi (W/m2)
    I0 : Intensitas ambang pendengaran (10-12 W/m2)
    n : Jumlah sumber bunyi

    Taraf intensitas yang dihasilkan oleh sumber bunyi akan berbeda apabila di dengar dari jarak yang berbeda, sehingga untuk menghitung taraf intensitas nya digunakan persamaan :

    TI_2=TI_1-20×\log{\frac{r_2}{r_1}}

    keterangan.
    TI1 : Taraf intensitas bunyi 1 pada jarak 1 (W/m2)
    TI2 : Taraf intensitas bunyi 2 pada jarak 2 (W/m2)
    r1 : Jarak 1 dari sumber bunyi (m)
    r2 : Jarak 2 dari sumber bunyi (m)

    C. Contoh Soal

    Rina berjarak 3 m dari suatu konser musik yang menghasilkan taraf intensitas bunyi sebesar 50 db. Apabila Rina berdiri pada jarak 30 m dari konser musik tersebut, berapakah taraf intensitas bunyi yang didengarkan rina?

    Pembahan

    DIk :
    r1 = 3m
    TI1 = 50 dB
    r2 = 30 m

    Dit :
    TI2 = ?

    Pembahasan :

    TI_2=TI_1-20×\log{\frac{r_2}{r_1}}
    TI_2=50\ dB-20×\log{\frac{30\ m}{3\ m}}
    TI_2=50-20×\log{10}
    TI_2=30\ dB

    Jadi taraf intensitas bunyi yang didengarkan Rina pada jarak 30 m adalah 30 dB

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Listrik Statis

    Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Listrik Statis

    AhmadDahlan.Net – Pada listrik statis dua buah muatan listrik yang berdekatan dapat saling berinteraksi satu sama lain, bergantung pada jenis muatan listriknya. Apabila kedua muatan tidak sejenis maka akan saling tarik menarik dan apabila kedua muatan sejenis maka akan saling tolak menolak. Terdapat gaya yang timbul karena interaksi antar dua muatan tersebut. Gaya tersebut dinamakan gaya listrik . Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai gaya listrik pada listrik statis.

    A. Pengertian Gaya Listrik Statis

    Gaya interaksi antar 2 muatan dalam listrik statis dinamakan gaya Coulomb. Gaya Coulomb merupakan gaya yang muncul akibat terjadinya interaksi antar 2 muatan. Gaya merupakan besaran vektor, sehingga memiliki besaran dan arah. Arah dari gaya Coulomb tergantung pada jenis muatan yang berinteraksi.

    Pada gambar (a) dan gambar (b) kedua muatan sejenis, sehingga kedua muatan saling tolak menolak. Masing – masing muatan q1 mendapat gaya tolakan sebesar F12 dan muatan q2 mendapat gaya tolakan sebesar F21.

    (a)
    (b)

    Sedangkan pada gambar (c) kedua muatan berbeda jenis. Muatan q1 negatif dan muatan q2 positif, sehingga kedua muatan saling tarik menarik. Muatan q1 mendapat gaya tarikan sebesar F12 dan muatan q2 mendapat gaya tarikan sebesar F21.

    (c)

    B. Persamaan

    Untuk menghitung gaya Coulomb, digunakan persamaan :

    F=k \frac{q_1q_2}{r^2}

    keterangan,
    F : gaya Coulomb (N)
    k : konstanta Coulomb (9 x 109 Nm2/C2)
    q1 : besar muatan listrik pertama (C)
    q2 : besar muatan listrik kedua (C)
    r : jarak antar muatan (m)

    Konversi satuan
    1 μC = 10-6 C
    1 nC = 10-9 C

    C. Contoh Soal

    Terdapat dua buah muatan listrik seperti pada gambar berikut :

    Apabila besar muatan q1 = 4 μC dan q2 = 6 μC, tentukanlah besar dan arah dari gaya listrik pada muatan q2!

    Pembahasan :

    Dik :
    q1 = 4 μC = 4 x 10-6 C
    q2 = 6 μC = 6 x 10-6 C
    r = 2 cm = 2 x 10-2 m

    Dit :
    besar dan arah gaya listrik

    Pembahasan :
    1. Menentukan arah gaya

    Kedua muatan berbeda jenis, sehingga saling tarik menarik. Sehingga, arah gaya listrik pada muatan q2 adalah ke kiri

    2. Menentukan besar gaya listrik

    F=k\ \frac{q_1q_2}{r^2}
    F=(9×10^9\ \frac{Nm^2}{C^2})\ ×\frac{(4×10^{-6}\ C)(6×10^{-6}\ C)}{(2×10^{-2}\ m)^2}
    F=\frac{(9×10^9\ \frac{Nm^2}{C^2})(24×10^{-12}\ C^2)}{4×10^-\ ^4\ m^2}
    F=54×10\ N=540\ N

    Jadi, besar gaya listrik pada muatan q2 adalah 540 N dan arahnya adalah ke kiri.

  • Materi Fisika SMA – Rumus Elastisitas

    Materi Fisika SMA – Rumus Elastisitas

    AhmadDahlan.Net – Ketika kita memberikan gaya tarikan kepada sebuah karet, tentu saja karet tersebut akan memanjang dan akan kembali ke bentuk awalnya apabila gaya tarikan tersebut dihilangkan. Kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah diberi gaya dinamakan elastisitas. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai elastisitas

    A. Pengertian Elastisitas

    Elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah diberikan gaya tarik terhadapnya. Benda yang memiliki sifat elastis disebut dengan benda elastis, contohnya seperti karet, pegas, dan lain sebagainya.

    Setiap benda elastis memiliki tingkat elastisitas bahan masing – masing. Apabila benda elastis diberi gaya tarik melebihi batas elastisnya, maka benda tersebut tidak akan kembali ke bentuk semulanya, dan akan berubah bentuk secara permanen.

    B. Persamaan Elastisitas

    1. Tegangan (stress)

    Benda elastis yang diberi gaya tarikan akan mengalami tegangan (stress). Tegangan tarik ini memiliki smbol (σ) dan memiliki satuan (N/m2). Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung besar tegangan tarik yang terjadi adalah :

    σ=\frac{F}{A}

    keterangan,
    σ : tegangan tarik (N/m2)
    F : gaya tarik (N)
    A ” luas penampang benda (m2)

    2. Regangan

    Benda elastis yang diberikan gaya tarik juga mengalami peregangan. Regangan menyebabkan terjadinya perubahan panjang pada benda elastis. Regangan dapat dihitung menggunakan persamaan :

    e=\frac{∆L}{L_0}

    keterangan,
    e : regangan
    ∆L : pertambahan panjang (m)
    L0 : panjang awal benda (m)

    3. Modulus Elastisitas

    Modulus elastik suatu benda didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dan regangan yang dialami oleh benda tersebut. Persamaan untuk menghitung modulus elastik adalah :

    E=\frac{tegangan}{regangan}
    E=\frac{σ}{e}
    E=\frac{\frac{F}{A}}{\frac{∆L}{L_0}}
    \frac{F}{A}=E\frac{∆L}{L_0}

    keterangan,
    E : modulus elastik (N/m2)
    σ : tegangan tarik (N/m2)
    e : regangan
    F : gaya tarik (N)
    A ” luas penampang benda (m2)
    ∆L : pertambahan panjang (m)
    L0 : panjang awal benda (m)

    C. Contoh Soal

    Seutas kawat dengan luas penampang 2 mm2 ditarik oleh gaya 1,6 N hingga panjangnya bertambah dari 40 cm menjadi 40,04 cm. Hitunglah modulus elastis kawat tersebut.

    Pembahasan

    Dik :
    A = 2 mm2 = 2 × 10-6 m2
    F = 1,6 N =16 × 10-1 N
    L0 = 40 cm = 40 × 10-2 m
    ∆L = 40,04 cm – 40 cm = 0,04 cm = 4 × 10-4 m

    Dit :
    E = ?

    Jawab :

    \frac{F}{A}=E\frac{∆L}{L_0}
    \frac{16×10^-\ ^1\ N}{2×10^-\ ^6\ m^2}=E×\frac{4×10^-\ ^4\ m}{40×10^-\ ^2\ m}
    8×10^5\ \frac{N}{m^2}=E×0,1×10^-\ ^2\ 
    \frac{8×10^5}{0,1×10^-\ ^2}\ \frac{N}{m^2}=E 
    80×10^7\ \frac{N}{m^2}=E 
    E=8×10^8\ \frac{N}{m^2}


Index