Tag: Kalor

  • Hukum II Termodinamika, Mesin Carnot dan Mesin Pendingin

    Hukum II Termodinamika, Mesin Carnot dan Mesin Pendingin

    AhmadDahlan.NET – Pada hukum I Termodinamika menjelaskan bahwa energi bersifat kekal dan tidak bisa diciptakan dan tidak dimusnahkan hanya bisa dikonversi ke dalam bentuk lain. Misalnya saja energi listrik yang dialirkan pada kipas angin diubah menjadi energi mekanik atau pada kendaraan bermotor dimana energi ikat kimia dari bahan bakar diubah menjadi energi panas yang selanjutnya menekan piston yang memutar roda-roda gigi agar motor bisa bergerak. Dari semua perubahan itu selalu menghasilkan panas seperti pada mesin motor dan kumparan yang ada pada kipas angin.

    Bentuk hukum II Termodinamika

    Hukum-Hukum yang menjelaskan tentang fenomena tentang energi dikaji dalam kajian Termodinamika, meninaju panas yang mengalir atau berpindah dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Pada kenyataannya sangat sulit melekukan perubahan bentuk energi tanpa melibatkan energi panas di dalamnnya.

    Sebuah motor memiliki prinsip kerja mengubah energi kimia menjadi energi gerak melalui proses pembakaran gas yang ada di dalam piston. Hanya saja tidak semua energi kimia dari pembakaran bahan bakar diubah menjadi energi gerak. Sebagaian berubah menjadi energi panas yang tidak dapat dimanfaatkan.

    Energi panas yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai usaha selanjutnya disebut sebagai Entropi. Karena panas selalu dilibatkan dalam perubahan energi, maka nilai entropi dari suatu sistem ini akan selalu bertambah. Energi panas dalam entropi sangat mudah didapatkan bahkan hanya dengan menggosokkan ke dua telapak tangan maka kita akan mendapatkan panas yang tidak dapat dimanfaatkan menjadi usaha.

    Jika sebuah sistem diisolasi maka nilai entropi dalam sistem tersebut juga akan ikut meningkat, sehingga hukum II Termodinamika dinyatakan :

    “Besar Entropi yang ada pada suatu sistem terisolasi tidak akan turun, nilai Entropi ini hanya bisa bertambah atau tidak berubah”

    Implikasi dari hukum ini adalah Entropi dapat diciptakan tapi tidak dapat dimusnahkan. Hukum II termodinamika adalah hukum yang dapat dinyatakan dalam banyak bentuk tergantung sisi mana kita meninjau fenomena termodinamika. Misalnya saja kesimpulan Hukum II termodinamika versi Clausius :

    Kalor dapat mengalir secara spontan dari benda panas ke beda dingin secara spontan namun tidak terjadi sebaliknya. Dibutuhkan usaha untuk memindahkan panas dari benda panas ke benda dingin.

    Bentuk-bentuk Hukum II termodinamika ini dinyatakan benar selama bisa ditemukan fenomenanya dan tidak melanggar hukum I termodinamika.

    Air Es bukti Entropi selalu bertambah

    A. Mesin Kalor

    Kajian hukum II termodinamika berkembang pesat sejak mesin uap ditemukan pada tahun 1700 sekaligus menandai revolusi industri 1.0. Mesin uap ini membuka pemahaman manusia bahwa panas dapat dimanfaatkanmenjadi usaha dengan mesin, namun tidak semua energi panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan.

    Prinsip kerja mesin uap adalah memanaskan sejumlah besar air dalam sebuah ruang tertutup yang salah satu ujungnya dapat bergerak. Ujung yang bergerak ini kemudian dihubungkan dengan tuas panjang yang dapat mengerakkan roda gerigi sehingga menghasilkan energi mekanis. Mesin ini upa selanjutnya dijadikan dasar pada kajian mesin kalor atau mesin yang bekerja dengan prinsip energi panas.

    Pada mesin kalor, sejumlah kalor dimanfaatkan untuk mengerakkan sifat-sifat makrokopis dari partikel yang ada pada udara di dalam sistem sehingga sebagian dari gerak ini dimanfaatkan menjadi usaha mekanis. Proses ini terjadi transfer kalor mengalir dari tempat bersuhu tinggi ke suhu rendah. Sebagian Kalor yang dari suhu panas dirubah oleh mesin menjadi usaha seperti pada bagan mesin kalor di bawah ini.

    Bagan Mesin Kalor

    Mesin kalor berkerja dengan siklus berulang dan kontinu. Dalam keadaan ideal, Setiap siklus yang tidak terjadi perubahan energi dalam atau ΔU=0 karena sistem kembali ke keadaan awal. Sebagian Kalor masuk QH pada temperatur tinggi TH diubah menjadi Usaha W dan sisanya berubah menjadi panas QL yang terbuang pada suhu rendah TL. Berdasarkan hukum konservasi energi maka :

    QH = W + QL

    Besar suhu yang ada pada daerah tinggi rendah disebut sebagai temperature operasi mesin.

    Efisiensi Mesin Kalor

    Karena tidak semua Energi panas diubah menjadi usaha oleh karena efisiensi dari energi yang digunakan akan selalu lebih kecil dari 100 %. Efesiensi yang dihasilkan dapat dihitung dari perbandingan usaha yang dihasilkan dan energi panas pada daerah termperatur tinggi atau

    e = W / QH

    Persamaan energi pada mesin panas selanjtunya dapat ditulis W = QH – QL, maka efisiensi mesin panas dapat ditulis :

    e= \frac{W}{Q_H}=\frac{Q_H-Q_L}{Q_H}
    e=1-\frac{Q_L}{Q_H}

    Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa akan selalu energi panas yang terbuang.

    B. Mesin Carnot

    Mesin Carnot adalah gagasan dari ilmuwan perancis Sadi Carnot (1796-1832) yang membuat mesin ideal secara teoretik. Tujuannya untuk menciptkan mesin yang ideal untuk mengkorvesi panas menjadi usaha namun mesin ini tidak nyata atau mesin carnot tidak akan bisa diciptakan namun mesin ini digunakan untuk mengkaji fenomena perubahan kalor ideal pada kajian termodinamika.

    Satu siklus pad amesin Carnot ideal terdiri dari empat proses yakni dua proses Adiabatik (Q= 0) dan dua proses isotermal (ΔT=0). Untuk lebih jelasnya adapada diagram di bawah ini!

    Siklus Pada Mesin Carnot

    Proses dari A ke B terjadi ekspansi isotermal atau pemuaian yang terjadi di dalam ruangan mendorong piston dan menghasilkan energi mekanik. Proses ini idelanya terjadi secara lambat sehingga kejadian ini dianggap sederet keadaan seimbang dimana semua proses terjadi berlawanan arah tanpa merubah magnitude usaha dari kalor yang dipertukarkan. Proses selanjutnya terjadi sebaliknya dengan proses terbalik sehingga kembali ke posis awal.

    Skema Mesin Carnot

    Faktanya, proses pembakaran yang terjadi di dalam ruang pembakaran terjadi sangat cepat sehingga terjadi turbelensi di dalam ruang. Turbelensi ini memicu banyak hal diluar keadaan ideal seperti gesekan udara di dalamanya. Hasilnya proses ini terjadi tidak reversible sesuai teori Carnot, namun mari kita kaji kejadian mesin Carnot secara teoretik.

    Efisiensi Mesin Carnot

    Proses-Proses Isotermal dalam mesin Carnot, Kalor QH yang dipindahkan ke QL terjadi pada temperatur konstan di TH dan TL. Perpindahan kalor dari QH ke QL tidak menyebabkan perubahan suhu baik di TH dan di TL. Dalam hal ini Teori Carnot menunjukkan jika mesin reversible yang idela QH dan QL sebanding dengan TH dan TL, oleh karena itu efisiensi mesin carnot dapat dihitung dengan persamaan :

    e=\frac{T_H-T_L}{T_H}
    e=1 - \frac{T_L}{T_H}

    Efisiensi mesin maksimal dimiliki sebuah mesin dibatasi oleh mesin Carnot, jika ada mesin yang memiliki efisiensi lebih tinggi dari mesin Carnot, maka mesin tersebut sudah melanggar hukum Termodinamika karena efisiensi sebuah selalu lebih rendah dari efisiensi mesin Carnot akibat dari energi yang terbukan akbitan dari gaya gesek dan sejenisnya. Mesin-mesin yang ada di dunia pada umumnya hanya memiliki efisiensi sekitar 40 sampai 80 % dari efisiensi mesin Carnot.

    C. Refrigerator

    Pada dasarnya ketika kita menyentuhkan dua buah benda yang berbeda suhu, maka akan terjadi trnasfer panas secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu renda sampai suhu ke dua benda tersebut sama. Karena hal tersebut terjadi spontan, implikasinya Panas tidak mungkin berpindah dari daerah bersuhu rendah sampai ke benda bersuhu tinggi secara spontan. Akan selalu dibutuhkan usaha untuk memiksakan panas dari bersuhu rendah ke daerah bersuhu tinggi.

    Mesin yang digunakan untuk memindahkan panas dari daerah bersuhu rendah ke daerah bersuhu tinggi disebut Reffrigeratir. Mesin ini mengkonsumsi energi listrik yang diubah menjadi usaha yang memindakan panas. Mesin-mesin ini diimplementasikan pada Kulkas dan Air Conditioner.

    “Calor berpindah secara spontan dari daerah bersuhu panas ke daerah bersuhu dingin dan tidak mungkin terjadi sebaliknya. Dibutuhkan kerja tambahan untuk memindahkan kalor dari daerah bersuhu rendah ke daerah bersuhu dingin”

    Clausius – Black

    Refrigerator

    Refrigerator (mesin pendingin) bekerja dengan prinsip yang terbalik dengan mesin Kalor, dimana Usaha W digunakan untuk memindahkan kalor QL dari daerah Tempertature rendah TL ke daerah suhu panas TH.

    Bagan Kerja Kulas dan Refrigerator untuk Hukum II Termodinamika

    Refrigerator bekerja untuk memindahkan panas yang ada pada daerah dalam kulkas yang temperaturenya lebih dingin ke daerah luar yang yang temperaturenya lebih rendah. Panas dipindahkan tanpa melibatkan perpindahan partikel.

    Evaporator dalam kulkas memiliki suhu yang rendah sehingga oanas dari dalam kulkas secara spontan masuk ke dalam evaporator. Panas ini kemudian dibawa oleh zat di dalam evaporator yang disebut Freon. Freon ini kemudin berpindah kearah bawah karena tekana di daerah dekat Valpe bertekanan rendah akibat di pompoa oleh mesin kompresor. Kompresor ini kemudian menekan udar ke arah conderser sehingga udara di daerah tersebut lebih tinggi. Tekanan ini secara otomatis mendorong udara ke arah atas yang tekanan lebih rendah ke daerah Katup pemuaian.

    Selama perjalanan menuju katup Pemuaian, udara melewati selang panjang yang terbuat dari logam dengan tingkat penghantar panas yang baik. Panas kemudian keluar kelingkungan secara spontan ke melalui raditor. Radiator kemudian memindahkan panas secara konveksi dan konduksi ke udara luar sehingga suhu cairan yang sampai di katup pemuaian lebih dingin. Udara dingin kemudian masuk ke dalam kulkas dan terjadi satu siklus.

    Usaha dalam kasus ini dilakukan oleh mesin compresor yang mengambil daya dari listrik

    Kerja dari mesin ini digambarkan pada bagan berikut :

    Mesin Refrigerator Hukum II Termodinamika

    Refrigerator sempurna harusnya tidak membutuhkan usaha untuk memidahkan kalor QL dari daerah berterampur rendah TL ke daerah bertemperatur tinggi TH, namun hal ini tidak mungkin terjadi. Clasius menjelaskan bahwa :

    Tidak ada mesin yang dapat memindahkan kalor dari satu sistem pada temperatur rendah ke temperature tinggi. Untuk mengalirkan kalor tersebut dibutuhkan usaha.

    Koefisien kinerja (COP) dari Refrigerator adalah kebalikan dari mesin kalor sesuai dengan prinsip kerjanya.

    COP = QL/W

    Energi yang mengalir bersifat konservatif seperti pada hukum Termodinamika Pertama sehingga QL + W = QH atau W = QH – QL.dengan demikian :

    COP = \frac{Q_L}{Q_H-Q_L}

  • LKS Praktikum Fisika SMA – Azas Black

    LKS Praktikum Fisika SMA – Azas Black

    A. Tujuan Percobaan

    1. Memahami Keberlakuan Azas Black
    2. Menentukan Kalorimeter Zat Padat Menggunakan Kalorimeter Sederhana

    B. Dasar Teori

    Kalor jenis dapat diartikan sebagai banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram sebanyak 1ocelcius. Setiap benda memiliki kalor jenis mereka masing-masing, dan hal tersebut bergantung dari karakteristik materi dari benda itu sendiri.

    NoNama ZatKalor Jenis (J/kgoC)
    1.Air4. 180
    2.Alkohol2. 450
    3.Es2.100
    4.Besi450
    5.Raksa150

    Kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan dinyatakan dalam satu Joule atau callori dinyatakan :

    Q= m.C.ΔT

    Dimana Q adalah jumlah kalor, m adalah massa benda yang dipanaskan, C adalah Kalor jenis dan ΔT adalah besar kenaikan suhu.

    Untuk mengukur kalo rjenis suatu zat, dibutuhkan bantuan kalorimeter dengan menggunakan prinsip perhitungan berdasarkan Azas Black, dimana Kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima.

    Secara matermatis dapat dituliskan

    Qlepas = QTerima

    mbCb(Tb-Tc) = maCa(Tc-Ta) + maCa(Tc-Ta)

    C. Alat dan Bahan

    1. Kalorimeter
    2. Neraca 311
    3. Kubus Zat Padat
    4. Termometer Batang
    5. Termometer Gun
    6. Air
    7. Bunsen Burner
    8. Kaki tiga dan kawat kasa
    9. Pinset

    D. Prosedur Kerja

    1. Ukurlah massa zat padat
    2. Ukurlah massa kalorimeter kosong tanpa air
    3. Masukkan 50 mL air lalu timbang lalu ukur massa totalnya
    4. Pasang termometr dan masukkan ke dalam bejana pelindung Kalorimeter, catat suhu air sebagai T1.
    5. Panaskan zat pada sampai 15 menit, kemudian ukur suhunya dnegan termometer Gun lalu catat sebagai suhu T2.
    6. Masukkan zat padat ke dalam air dengan bantuan pinset.
    7. Segera tutup termometer lalu aduk-aduk denga pengaduk sampai suhu stabil. Setelah stabil catat suhu tersebut sebagai suhu campuran.
    8. Ulangi langkah satu serbanyak 3 kali untuk mendapatkan data yang bervariasi dengan benda yang sama, namun dganti air yang digunakan dan dingin zat padat yang digunakna terlebih dahulu.

    E. Tabel Pengamatan.

    Massa Air :

    Massa Benda :

    Massa Kalorimeter :

    Massa Kalorimeter + Pengaduk + Air

    NoT1 (oC)T2(oC)T3(oC)
    1.
    2.
    3.

    F. Pertanyaan Praktikum

    1. Berapakah kalorjenis zat padat yang digunakan dalam percobaan!
    2. Bandingkan nilai kalor jenis dengan nilai yang ada di teori!
  • Laporan Praktikum Fisika SMA – Keberlakuan Asas Black

    Laporan Praktikum Fisika SMA – Keberlakuan Asas Black

    A. Judul Percobaan

    Menentukan Keberlakuan Azas Black

    B. Latar Belakang

    Kalor merupakan energi yang mengalir secara spontan dari materi bersuhu tinggi ke materi bersuhu rendah jika terjadi kontak antara keduanya. Jika hal tersebut pada sistem terisolasi sempurna maka proses perpindahan kalor akan berhenti ketika suhu ke dua benda tersebut sama.

    Hal tersebut dijelaskan oleh Azas Black yang menyatakan bahwa sejumlah kalor akan dilepaskan oleh benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Total kalor yang dilepaskan akan sama dengan total kalor yang diterima.

    Hanya saja sangat sulit untuk membuat sebuah sistem terisolasi sempurna karena sejatinya materi yang digunakan untuk mengisolasi sistem di luar dari lingkungan itu sendiri menyerap kalor.

    Misalkan kita mencampur air panas (suhu tinggi) dengan air dingin (suhu rendah). Apabila air panas dan air dingin dicampur dalam sebuah wadah terbuka (misalnya ember), maka tidak semua energi air panas berpindah menuju air dingin. Demikian juga air dingin tidak menerima semua energi yang disumbangkan oleh air panas. Sebagian energi air panas pasti berpindah ke udara. Jika kita ingin agar semua energi air panas dipindahkan ke air dingin maka kita harus mencampur air panas dan air dingin dalam sistem tertutup.

    Sistem tertutup yang dimaksudkan di sini adalah suatu sistem yang tidak memungkinkan adanya pertukaran energi dengan lingkungan. Contoh sistem tertutup adalah termos air panas. Dinding bagian dalam dari termos air panas biasanya terbuat dari bahan isolator (untuk kasus ini, isolator = bahan yang tidak menghantarkan panas. Temannya isolator tuh konduktor. Konduktor = bahan yang menghantarkan panas).

    Apabila benda‐benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan dan benda‐benda tersebut berada dalam sistem tertutup, maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih rendah = energi yang dilepaskan oleh benda yang bersuhu tinggi. Karena energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu = kalor, maka kita bisa mengatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang dilepaskan = kalor yang diterima.

    Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :

    Qi = Qm

    Dimana

    • Qi   : jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu lebih tinggi.
    • Qm :  jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu lebih rendah.  

    Bila kalor yang dilepas atau yang diterima oleh sebuah benda hanya menyebabkan perubahan suhu benda tersebut, maka jumlah kalor tersebut adalah  

    Q = m C ΔT

    • Q : kalor yang diserap atau dilepaskan (kal)
    • m : massa zat (gram)
    • ΔT : perubahan suhu (oC)
    • C : kalor jenis zat  (kalori/gramoC)

    Prinsip dasar ini yang akan digunakan untuk menentukan kapasitas kalor dan kalor jenis calorimeter aluminium.  

    B. Hipotesis Percobaan

    Saat air panas dicampurkan dengan air dingin, maka suhu awal air panas semakin berkurang.  

    C. Rumusan Masalah 

    • Bagaimanakah hubungan antara massa air dingin dengan suhu campuran?
    • Apakah Azas Black berlaku pada percobaan ini?

    D. Tujuan Percobaan 

    • Untuk mengenathui apa hubungan antara massa air dingin dengan suhu campuran.
    • Untuk mengetahui apakah Azas Black berlaku pada percobaan ini.

    E. Variabel Percobaan 

    • Variabel Kontrol : waktu : waktu dalam percobaan adalah tidak di tentukan karena di sesuaikan dengan keadaan suhu ruangan.
    • Variabel Bebas : Massa air dingin : Massa air dingin yang digunakan di dalam percobaan adalah bersifat bebas, dikarenakan proses memasukkan nilai massa air dingin dalam percobaan adalah tergantug dari orang yang melakukan praktek tersebut. Jadi nilai besar kecilnya massa yang ingin dilakukan oleh penguji bersifat bebas dan tidak terikat.
    • Variabel Terikat : Suhu Campuran : Suhu Campuran adalah hasil pengukuran dari massa air dingin yang dimasukkan dalam percobaan. Suhu campuran bersifat terikat karena hasil dari pengukuran bergantung pada massa air dingin yang dimasukkan. Semakin banyak air dingin yang dimasukkan maka semakin menurun pula suhu campuran.

     F. Alat dan Bahan 

    • Cairan spirtus
    • Pembakaran spirtus 
    • Kaki tiga
    • Gelas ukur
    • Termometer
    • Air

    G. Prosedur Percobaan 

    1. Siapkan alat dan bahan
    2. Masukkan air dingin sebanyak 100 gram ke dalam gelas ukur
    3. Ukur suhu air dingin tersebut
    4. Bakar sumbu pada pembakaran spirtus yang telah diisi oleh cairan spirtus
    5. Letakkan pembakaran spirtus dibawah kaki tiga
    6. Letakkan termometer di dalam gelas ukur 
    7. Tunggu sampai suhu air 80o
    8. Masukkan air dingin sebanyak 25 gram lalu ukur suhu campurannya
    9. Lakukan langkah ke-9 secara terus menerus sebanyak 4 kali

    H. Tabel 

    Data Hasil Pengamatan

    md (gram)Tx (Praktek)Tx (teori)Persen Pembeda
    0,0257268,405%
    0,0506360,674%
    0,0755855,145%
    0,1005351,004%

    J. Analisis Data dan Pembahasan

    Percobaan menguji keberlakuan azas black dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah hasil dari praktek adalah sama dengan teori yang digunakan. Setelah praktikum dilakukan, di uji juga dengan dasar rumus teori. Yakni  

    Q Lepas = Q Terima (m1 C1) (T1-Ta) = (m2 C2) (Ta-T2)  

    Dalam pengukuran, digunakan massa air adalah 100 gram, suhu panas 80◦C dan suhu dingin 22oC

    L. Kesimpulan. 

    1. Hubungan massa air dengan suhu campuran yakni, semakin di tambahkan massa air dinginnya, semakin rendah pula suhu campuran tersebut.
    2. Azas Black berlaku pada percobaan ini. Karena kalor jenis yang di lepas sama dengan kalor jenis yang di terima.
  • Laporan Praktikum Fisika SMA – Suhu dan Skala Termometer

    Laporan Praktikum Fisika SMA – Suhu dan Skala Termometer

    A. Judul Percobaan

    Pembuatan Skala Pada Termometer

    B. Latar Belakang

    Sebuah termometer adalah sebuah alat sederhana yang digunakan untuk mengukur suatu zat. Cara mengukur suhu suatru zat dengan cara mencelupkan bagian dari tabung yang berisi dengan cairan pada daerah panas yang berbentuk fluida. Suhu panas yang mengenai tabung akan membuat cairan pada dasar pipa kapiler memuai. Prinsip dari pemuaian ini selanjutnya dijadikan sebagai indikator dari pertambahan suhu.

    Dalam mengukur suatu besaran termasuk suhu, dibutuhkan satuan internasional yang disepakati dan digunakan di seluruh dunia. Pada besaran suhu satuan Internasional yang digunakan adalah Kelvin dan Rankine, kedua suhu ini dikembangkan dari satuan Celcius dan juga Fahrenheit, namun masih ada satu sataun dari suhu yang saat ini mulai ditinggalkan yakni Reamur.

    Sebuah termometer sederhana dibuat dengan cara mengukur suhu antara suhu air mencair sampai dengan suhu air menguap. Kedua titik tersebut dijadikan sebagai titik acuan dalam beberapa thermometer seperti thermometer celcius, reamur, dan Fahrenheit. Pada proses pembuatan skala pada thermometer celcius, sebuah batas bawah dari termometer diambil titik 0°C pada saat es melebur dan batas diambil 100°C pada saat air mendidih. Suhu ini selanjutnya dijadikan sebagai satuan internasional untuk besaran suhu. Reamur menyusun sebuah skala termometer yang dikenal dengan skala reamur.

    Serupa dengan termometer celcius, Reamur mengambil titik es mencair sebagai 0°R namun titik pada saat air mendidih diambil angka 80°R. Skala reamur banyak digunakan dieropa terutama perancis dan jerman, tapi kemudian digantikan dengan skala celcius. Fahrenheit memiliki pandangan yang berbeda mengenai suhu dimana es mencair dan air mendidih. Suhu pada saat es mencair diambil titik 32°F dan suhu air mendidih diambil titik 212°F. Skala ini kemudian digunakan secara luas untuk satuan british.

    C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah prinsip kerja dari sebuah termometer sederhana?
    2. Bagaimanakah cara membuat skala pada termometer sederhana?
    3. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang zat cair di dalam tabung?

    D. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari sebuah teromometer sederhana
    2. Untuk mengetahui cara membuat skala pada termometer sederhana
    3. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang zat cair di dalam tabung 

    E. Variabel Percobaan 

    Variabel Kontrol :

    • Satuan Pertambahan Panjang : Satuan pertambahan panjang adalah besar kenaikan panjang tabung terhadap perubahan suhu, Besaran di jaga kosntan dengan cara membuat pipa kapiler sangat kecil

    Variabel Bebas :

    • Suhu : Suhu dalam percobaan adalah suhu air yang diubah dengan dengan cara memanaskan air dengan menggunakan Bunshen Burner

    Variabel Terikat :

    • Panjang Alkohol : Panjang Alkohol adalah pertambahan panjang panjang alkohol pada pipa kapiler di dalam alkohol.

    F. Alat dan Bahan

    1. Air Murni
    2. Es Batu
    3. Kaki Tiga
    4. Bunshen 
    5. Termometer tanpa Skala
    6. Keroke Api
    7. Penggaris
    8. Gelas Kimia atau wadah tahan panas yang setara

    G. Prosedur Percobaan

    1. Menyiapkan sebuah wadah yang berisi air dan es dengan jumlah seimbang kemudian diletakkan diatas kaki tiga.
    2. Mengukur suhu es mencair sebagai batas bawah dari termometer yakni setara dengan 0°C
    3. Mengaatai pertambahan panjang dari batas bawah sampai dengan batas atas yakni suhu air mendidih pada suhu 100°C
    4. Mencatat hasil yang sudah diamati pada tabel pengamatan

    H. Tabel data hasil pengamatan  

    Tabel Hubungan antara suhu terhadap panjang cairan

    NoSuhuPanjang
    10°C13 mm
    2100°C23 mm

    I. Grafik Percobaan

    cotnoh pembuatan kesalahan grafik dan memunculkan kesalahan relatif percobaan dengan excel

    Berdasarkan grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gradien dari grafik menunjukkan jarak antara skala yakni 0.01 mm/°C atau setara dengan 0.1 cm/°C. Dair grafik juga didapatkan derajat kepercayaan yakni sebesar 100 persen. Hal ini didapatkan dari data yang dianalisis hanya terdiri dari dua data sehingga sebaran simpangan data tidak dapat di hitung.  

    J. Analisis Data

    x = \frac{T_{didih}-T_{lebur}}{Batas\ atas - Batas \ bawah}

    X = Satuan Suhu per satuan Panjang ( °C/cm). Berdasarkan persamaan di atas maka didaptkan nila X = 0.1 cm/°C. Hasil analisis data ini sesuai dengan hasil analais Grafik. dengan tingkat kepercayaan sebesar 100%.

    Kesalahan Relatif didapatkan dengan menggunakan KR = 1- R, sehingga didapatkan kesalahan relatif 0. Hal ini disebabkan karena kurang data percobaan sehingga sebaran variansi data tidak dapat ditunjukkan secara statistik.  

    K. Pembahasan

    Sebuah termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian dari sebuah zat cair. Sebuah zat cair yang dimasukkan ke dalam pipa kapiler akan mengalami pemuaian, jika pipa kapiler dibuat sangat kecil, sehingga pemuaian 3 dimensi dari cairan dapat diasumsikan sebagai pemuaian panjang saja, maka prinsip dapat digunakan untuk menunjukkan perubahan suhu pada saat cairan mendapatkan panas dari lingkungan. Peuaian dalam termometer kemudian diatur sedemikian rupa agar setiap perubahan suhu dapat ditunjukkan secara linier sebagaimana aturan pembuatan instrumen yang baku.

    Proses pembuatan skala pada termometer sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan zat cair seperti air. Karakter air yang memiliki titik lebur dan titik beku sebagai acuan yang digunakan oleh penemu termometer menjadi acuan sebagai batas atas dan batas bawah dari sebuah termometer, baik itu Reamur, Celcius dan Fahrenheit. Titik dimana air mendidih akan menjadi batas dari sebuah termometer dan batas bawah akan ditentukan pada saat es melebur.

    Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan sebuah termometer tanpa skala, didapatkan data bahwa suhu air yang sedang dipanaskan dengan menggunakan bunshen akan membuat cairan alkohol pada kolong pipa kapiler naik. Perubahan ini dibuat linier sehingga setiap perubahan panjang dapat menunjukkan perubahan suhu. Dari hasil analisis data percobaan didapatkan perubahan yang bersifat linier, yakni sebesar 0.1 cm/°C. Hal berati setiap kenaikan 1 cm pada tabung kapiler menunjukkan perubahan suhu sebesar 1 celcius derajat.

    L. Kesimpulan

    Berdasarkan analsis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan.

    1. Termometer batang bekerja dengan cara memanfaatkan prinsip pemuaian zat cair.
    2. Proses pembuatan skala pada termometer dilakukan dengan menggunakan bantuan karakter dari zat cair.
    3. Terdapat hubungan positif dan linier antara suhu terhadap pemuaian zat cair di dalam pipa kapiler pada termometer

    M. Saran

    1. Sebaiknya melakukan pengukuran dengan cara mengukur lebih banyak titik pada saat air dipanskan tidak hanya batas atas dan batas bawah.
    2. Berhati-hati dalam penentuan batas bawah dan batas atas karena menggunakan konsep fisika dari asas Black dan kalor laten.