Tag: Pengukuran

  • Modul Pengukuran Dasar Fisika SMA

    Modul Pengukuran Dasar Fisika SMA

    A. Identitas Modul

    Mata Pelajaran : Fisika SMA Kelas X
    Kelas : X
    Semester : I
    Alokasi Waktu : 8 JP
    Judul Modul : Modul Pengukuran Dasar

    B. Capaian Pembelajaran

    a. Pemahaman Fisika

    Mendeskrispiksan gejala alam dalam cakupan Keterampilan proses dalam pengukuran dasar fisika

    b. Keterampilan Proses

    1. Mengamati – Peserta didik mampu mengoptimalkan potensi ragam alam bantu dalam pengukuran besaran fisika.
    2. Mempertanyakan – Peserta didik mampu mengajukan pertanyaan pentingnya penggunaan alat ukur standar dalam besaran fisika.
    3. Merencanakan – Peserta didik mampu merancang percobaan sederhana mengenai pengukuran dasar besaran pokok dan besaran turunan fisika.
    4. Mengumpulkan Data – Peserta didik mampu mengumpulkan dan tabulasi data pengukuran besaran fisika.
    5. Menganalisi Data – Peserta didik mampu menganalisis data hasil percobaan dengan benar.
    6. Melakukan Refleksi – Peserta didik mampu mengajukan argumentasi dan mengembangkan keinginan tahuan berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan.
    7. Mengomunikasikan – Peserta didik mampu menarik kesimpulan mengenai hasil percobaan menyampikan hasil ke depan kelas.

    C. Deskripsi

    Modul pengukuran dasar ini berisi tentang materi terkait dengan besaran, satuan, angka penting, notasi ilmiah serta panduan pengukuran besaran pokok dan besaran turunan. Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan mampu untuk melakukan pengukuran dasar dan menyusun laporan fisika terkait pengukuran dasar serta mengaitkan dengan manfaat materi besaran dan satuan dalam kehidupan sehari-hari.

    D. Materi Pembelajaran

    E. Tes Diagnostik

    Tes Diagnostik Besaran dan Satuan

    F. Kegiatan Pembelajaran

    1. Lembar Kerja Peserta Didik
  • Materi Fisika SMA – Besaran Pokok dan Turunan

    Materi Fisika SMA – Besaran Pokok dan Turunan

    AhmadDahlan.Net – Kita pastinya sudah terbiasa melakukan pengukuran dalam kehidupan sehari – hari kita, baik itu secara sadar maupun tak sadar. Hasil pengukuran yang kita peroleh dan kita nyatakan sebagai angka disebut dengan besaran. Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.

    Dalam bidang fisika, besaran terbagi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai kedua jenis dari besaran.

    A. Pengertian Besaran Pokok

    Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah ditetapkan sebelumnya dan biasa disebut sebagai satuan pokok atau satuan standar. Satuan merupakan suatu yang nilainya telah ditetapkan terlebih dahulu sebagai dasar dalam melakukan pengukuran.

    Berikut daftar besaran pokok beserta satuannya :

    Daftar Besaran Pokok
    Daftar Besaran Pokok Tambahan

    Terdapat banyak satuan pada besaran pokok, tetapi satuan yang digunakan adalah satuan yang dinyatakan dalam Sistem Internasional atau biasa disingkat SI.

    B. Besaran Turunan

    Besaran turunan merupakan besaran yang satuan nya diturunkan atau dijabarkan dari satuan besaran pokok. Salah satu contoh besaran yang diturunkan dari besaran pokok adalah :

    1. Luas suatu persegi

    Luas dirumuskan sebagai panjang x lebar. Panjang dan lebar keduanya merupakan besaran pokok panjang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa luas termasuk besaran turunan karena berasal dari perkalian dua besaran pokok.

    Berikut beberapa contoh besaran turunan beserta satuannya :

    Daftar Beberapa Besaran Turunan

    C. Dimensi Besaran

    Dimensi besaran merupakan cara besaran itu tersusun dari besaran – besaran pokoknya. Setiap besaran pokok memiliki dimensi. Untuk besaran turunan, dimensi nya diperoleh dari rumus besaran turunan yang dinyatakan dalam besaran pokok.

    Berikut daftar dimensi yang dimiliki oleh besaran pokok :

    Contoh Soal

    Tentukanlah dimensi dari besaran turunan kecepatan!

    Pembahasan

    a. Kecepatan

    v=\frac{perpindahan}{waktu}

    perpindahan merupakan besaran pokok panjang, sehingga berdasarkan tabel daftar dimensi besaran pokok, diperoleh :

    v=\frac{[L]}{[T]}=[L][T]^{-1}

    Sehingga, dimensi dari kecepatan adalah [L][T]-1

  • Materi Fisika SMA – Rumus Menghitung Skala Pada Mikrometer Sekrup

    Materi Fisika SMA – Rumus Menghitung Skala Pada Mikrometer Sekrup

    AhmadDahlan.Net – Pengukuran merupakan kegiatan yang selalu dikerjakan dalam kehidupan sehari – hari. Pengukuran biasanya dilakukan menggunakan bantuan alat ukur. Salah satu alat ukur yang biasa digunakan adalah mikrometer sekrup. Berikut penjelasan mengenai mikrometer sekrup

    A. Pengertian Mikrometer Sekrup

    Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang dapat mengukur panjang, tebal, dan diameter dari suatu benda. Tingkat ketelitian dari mikrometer sekrup adalah 0,01 mm. Berikut bagian dari mikrometer sekrup beserta fungsinya :

    1. Poros tetap merupakan poros yang tidak dapat digeser dan berfungsi untuk menahan benda yang akan diukur
    2. Poros atau spindel merupakan poros yang dapat memanjang atau memendek apabila digeser.
    3. Bingkai merupakan rangka dari mikrometer sekrup yang berfungsi sebagai tempat pegangan pada mikrometer.
    4. Pengunci berfungsi untuk menahan poros agar tidak bergerak saat dilakukannya pembacaan hasil pengukuran
    5. Skala utama merupakan skala yang terdapat pada selubung dalam mikrometer yang terdiri dari 50 bagian skala dan batas ukur tertinggi 25 mm
    6. Skala nonius atau skala putar merupakan skala yang terletak pada selubung luar dari mikrometer yang terdiri dari 50 skala
    7. Ratchet berfungsi sebagai pengencangan poros gerak ketika melakukan pengukuran. Ratchet diputar hingga terdengar bunyi “klik” yang menandakan bahwa pengukuran telah siap dilakukan.

    B. Menghitung Hasil Pengukuran Mikrometer Sekrup

    Perhatikan contoh pengukuran diameter bola menggunakan mikrometer sekrup di bawah ini :

    Dari gambar hasil pengukuran diatas, terdapat beberapa poin yang perlu kita ketahui, yaitu sebagai berikut:

    1. Hasil penunjukan skala utama

    Pada gambar diatas, terlihat hasil yang ditunjukkan pada skala utama adalah 4,5 mm.

    2. Hasil penunjukan skala nonius

    Cara melihat penunjukan skala nonius adalah dengan mencari skala yang selurus atau yang paling mendekati dengan garis tengah skala utama. Pada gambar diatas, terlihat bahwa skala ke 11 yang selurus dengan skala utama. Sehingga, penunjukan pada skala nonius adalah 11 skala

    3. Menghitung hasil perhitungan

    HP=HPU+(HPN×tingkat\ ketelitian\ alat)

    keterangan,
    HP : Hasil pengukuran
    HPU : Hasil penunjukan skala utama (mm)
    HPN : Hasil penunjukan skala nonius
    tingkat ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm

    Hasil pengukuran yang diperoleh adalah :

    HP=4,5\ mm+(11×0,01\ mm)
    HP=4,5\ mm+(0,11\ mm)
    HP=4,61\ mm

    jadi, hasil perhitungan yang diperoleh adalah 4,61 mm

  • Materi Fisika SMA – Rumus Skala Pada Jangka Sorong

    Materi Fisika SMA – Rumus Skala Pada Jangka Sorong

    AhmadDahlan.Net – Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu melakukan pengukuran, baik secara sadar maupun tidak sadar. Contoh pengukuran dalam kehidupan sehari – hari adalah perhitungan jam pada jam dinding, spidometer untuk mengukur kelajuan pada motor, dan lain sebagainya.

    Dalam Fisika, pengukuran merupakan proses mengukur suatu besaran. Pengukuran ini menggunakan berbagai macam alat ukur. Pada materi ini, kita akan membahas mengenai pengukuran menggunakan Jangka Sorong.

    A. Pengertian Jangka Sorong

    Jangka sorong atau biasa disebut dengan mistar geser merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tebal, panjang, lebar benda, diameter (diameter dalam maupun luar benda) dan kedalaman suatu tabung. Jangka sorong memiliki ketelitian sampai dengan 0,1 mm atau 0,01 cm.

    Berikut bagian – bagian dari jangka sorong beserta fungsinya

    1. Rahang dalam berfungsi untuk mengukur diameter dalam suatu lubang, misalnya pipa, tutup botol, dsb. Rahang dalam ini terdiri atas 2, yaitu rahang tetap atas dan rahang geser atas.
    2. Rahang luar berfungsi untuk mengukur diameter luar, panjang, dan ketebalan suatu benda. Rahang luar ini juga terdiri atas 2, yaitu rahang tetap bawah dan rahang geser bawah.
    3. Pengunci pada jangka sorong berfungsi untuk mengunci atau menahan rahang geser agar tidak bergerak pada saat melakukan pengukuran.
    4. Skala Utama merupakan skala yang berfungsi untuk menunjukkan hasil utama pengukuran yang biasanya dinyatakan dalam satuan cm (centimeter).
    5. Skala nonius merupakan skala yang berfungsi untuk menambahkan tingkat akurasi pada hasil pengukuran, biasanya dinyatakan dalam satuan inchi atau mm (milimeter).
    6. Ujung pengukur kedalaman merupakan bagian ujung dari jangka sorong yang berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu lubang.

    B. Menghitung Hasil Pengukuran Jangka Sorong

    Perhatikan contoh pengkuran berikut:

    Dari hasil pengukuran diatas, terdapat beberapa poin yang perlu kita ketahui, yaitu sebagai berikut:

    1. Hasil penunjukan skala utama

    Cara melihat penunjukan pada skala utama adalah adalah melihat skala yang yang ditunjukkan sebelum skala 0 pada skala nonius. Pada gambar diatas skala yang ditunjukkan sebelum skala 0 nonius adalah 1,1 cm.

    2. Hasil penunjukan skala nonius

    Cara melihat penunjukan skala nonius adalah melihat skala yang berimpit antara skala nonius dgn skala utama. Pada gambar diatas, skala yang berimpit pada skala nonius adalah 7 mm.

    3. Menghitung hasil pengukuran

    HP=HPU + (HPN×tingkat\ ketelitan\ jangka\ sorong)

    keterangan,
    HP : Hasil pengukuran
    HPU : Hasil penunjukan skala utama (cm)
    HPN : Hasil penunjukan skala nonius (mm)

    Hasil pengukuran yang diperoleh adalah :

    HP=1,1\ cm + (7\ mm×0,01\ cm)
    HP=1,1\ cm + (0,07\ cm)
    HP=1,17\ cm 

    Jadi, hasil pengukuran diatas adalah 1,17 cm

  • Pengertian Angka Penting dan Operasi Perhitungan Angka Penting

    Pengertian Angka Penting dan Operasi Perhitungan Angka Penting

    Ahmad Dahlan – Pengukuran besaran fisika dilakukan dengan menggunakan alat ukur akan selalu menghasilkan nilai tidak pasti. Ketidakpastian disebabkan oleh banyak faktor seperti keterampilan pengukur, jumlah pengambilan data dalam pengukuran dan alat ukur. Ketidakpastian yang disebabkan oleh batas alat ukur merupakan keterbatasan alat yang digunakan dalam memberikan informasi mengenai suatu besaran yang terukur.

    Angka dari hasil pengukuran ini selanjutnya disebut sebagai Angka Penting, dan setiap angka penting akan mewakili ketidakpastian pengukuran. Misalnya sebuah pengukuran panjang buku dilakukan di dalam sebuah lab dengan menggunakan mistar dengan nilai skala terkecil (NST) dari mistar adalah 0,1 cm.

    Hasil pengukuran dari sisi panjang adalah 15,5 cm sehingga kemungkinan nilai pasti dari meja terletak pada rentang 15,4 cm sampai dengan 15,6 cm. Dalam kasus ini dapat dipastikan bawah jumlah angka penting dalam penelitian ini adalah 3 angka penting. Jika hasil pengukuran untuk sisi pendek buku adalah 11,2 cm, maka hasil pengukuran dapat dituliskan (15,5 ± 0,1) cm dan (11,1 ± 0,1) cm. Hasil pengukuran dapat dituliskan sesuai dengan jumlah angka penting yang didapatkan dari hasil pengukuran. Lantas bagaimana jika yang ingin dilaporkan adalah luas permukaan sisi depan dari buku? Tentu saja hasil kali antara sisi panjang dan sisi pendek buku adalah (15,5) (11,2) = 172,05 cm2

    Hanya saja hasil kali dari dua besaran tersebut menghasilkan jumlah angka penting yang lebih besar dari jumlah angka penting hasil pengukuran. Hal ini tidak logis karena jumlah data yang didapatkan dari hasil operasi matematika tidak mungkin lebih teliti dibandingkan dengan data hasil pengukuran. Untuk mengatur hal ini dan tidak memunculkan penafsiran ganda pada setiap laporan hasil pengkuran fisika, maka disusun aturan perkalian untuk angka penting yakni:

    Hasil operasi perkalian angka penting maka hasil perkalian mengikuti jumlah angka penting paling sedikit dari data yang dikalikan.

    Sehingga berdasarkan aturan ini maka Luas permukaan salah satu sisi buku adalah 172 cm2 dengan nilai taksiran mulai dari (15,4) (11,1) = 171 cm2 sampai (15,6) (11,3) = 176 cm2.

    Kedudukan Angka kosong (0) sebagai angka penting dan tidak penting.

    1. Semua angka Bukan 0 adalah angka penting.

    • 12,593 – 5 angka penting
    • 349,999 – 6 Angka Penting

    2. Semua angka Nol yang berada di antara bukan angka 0 adalah angka penitng.

    • 93022 – 5 angka penting
    • 200001 – 6 angka penting

    3. Semua angka 0 ada sebelum dan sesudah angka bukan 0 bukanlah angka penting

    • 0,000760 – 2 angka penting
    • 0,010020 – 4 angka penting

    4. Semua angka 0 sebelum koma yang didahului angka bukan no adalah angka penting

    • 20,00 – 2 angka penitng yakni 20

    5. Semua angka yang ada sebelum orde pada notasi ilmiah adalah angka penting.

    • 3,2 x 105 – 2 angka penting
    • 4,05 x 107 – 3 angka penting

    6. Semua angka nol yang ditulis setelah tanda garis bawah bukan angka penting.

    • 78000 – 2 angka penting
    • 78000 – 3 angka penting
    • 78000 – 2 angka penting

    Operasi Matematis Angka Penting

    1. Penjumlahan dan Pengurangan

    Hasil penjumlahan angka penting hanya boleh memiliki satu angka tidak pasti. Misalnya 11 cm (2 angka tidak pasti) + 1,43 cm (3 angka tidak pasti) maka penulisannya 12,43 cm dima 2 dan 3 adalah angka tidak pasti. Maka penulisanya dibulatkan menjadi 12 cm.

    2. Perkalian dan Pembagian

    Operasi perkalian dan pembagian menghasilkan jumlah angka penting yang dihasilkan mengikuti jumlah Angka Penting paling sedikit dari bilangan yang dioperasikan. Misalnya

    5,62 x 0,51 = 2,8662

    0,51 mengandung 2 angka penting maka hasil yang mengikuti aturan angka penting dibulatkan menjadi 2,9

    Aturan Pembulatan

    1. Semua angka di atas 5 dibulatkan ke atas dan dibawah 5 dihilangkan.

    • 3,46 dibulatkan jadi 3,5
    • 3,4651 dibulatkan jadi 3,465

    2. Angka 5 dibulatkan mengikuti angka sebelumnya. Jika sebelum angka 5 adalah angka genap maka angka tersebut dihilangkan, namun jika angkan sebelumnya adalah ganjil, maka angka lima dibulatkan ke atas.

    • 3,45 dibulatkan ke bawah jadi 3,4
    • 3,35 dibulatkan ke atas jadi 3,4

    Pengecualian*

    Pada aturan operasi perkalian angka penting, jumlah angka penting mengikuti aturan jumlah angka penting paling sedikit, namun pengecualian beberapa kasus yang mungkin saja menghilangkan makna secara keseluruhan jika dikaitkan dengan signifikansi laporan hasil operasi matematis angka penting.

    9,84 : 9,3 = 1,06

    Pada operasi matematis di atas harunya ditulis 1,1 karena angka pembagi ada dua angka penting, namun berasarkan data di atas 9,3 seharusnya hanya bisa didapatkan dengan kesalahan pengukuran paling besar 0,1 dengan kesalahan 9,3 ± 0,1 dengan kesalahan relatif sebesar 1%.

    Penulisan 2 angka penting akan mengasilkan pelaporan hasil

    1,1 ± 0,1

    atau dengan kata lain kesalahan pelaporan menjadi 10 % padahal pengukuran ini dihasilkan dari pengukuran dengan kesalahan pengukuran terbesar adalah 1 %, harusnya pelaporan yang benar ditulis :

    1,06 ± 0,1

    *masih membutuhkan rujukan.

  • Jenis-Jenis Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian Behavioral

    Jenis-Jenis Skala Pengukuran Pada Instrumen Penelitian Behavioral

    Ahmad Dahlan – Mari kita bayangkan ada seorang chef lulusan sebuah sekolah masak terkenal dari Paris kembali ke negaranya. Salah satu kemampuan yang paling menonjol selama sekolah masak di Paris adalah kemampuannya menjaga konsisensi dari setiap resep yang ia pelajari sehingga ia bis alulu sdnegan pujian di sekolah masak tersebut.

    Berbekal ilmu masak yang didapatkan dari Paris, ia pun kemudian berniat membuka restoran ternama di kampung halamannya di Indonesia, ternyata apa yang ia dapatkan berbeda dengan yang ia harapkan. Selama membuka restorannya, ia mendapatkan banyak komplain. Padahal ia sudah melakukan pengukuran yang sangat detil dari setiap bahan yang ia gunakan dan tidak ada yang berubah dengan cara memasaknnya.

    Penyebabnya tentu saja tidak disebabkan oleh takaran yang ia gunakan karena skala-skala dalam resep yang digunakan seperti mL, gram dan celcius bernilai sama saja baik di Indonesia maupun di perancis. Hanya saja untuk mengukur nilai yang diambil dari manusia seperti hal-hal yang berkaitan dengan nikmat, nyaman, lezat dan sejenisnya tidaklah sama.

    Skala Gramasi dalam istilah memasak tidaklah lengkap dalam memabntu Chef menciptakan masakan lezat di berbagai tempat karena makanan juga berbicara tentang besaran lain diluar besaran fisis yang nilainya dipengaruhi oleh manusia seperti Nikmat, nyaman, warna, tekture, dan mungkin juga harga. Sebagai contoh sederhana mungkin kita akan lebih memilih makan ayam gorang pinggir jalan dengan harga 7.000 ribu rupiah dibandingkan makan dengan masakan yang sama namun dimasak dengan cheft terkenal dengan harga 7 juta rupiah. Dalam kasus ini harga akan menentukan besar tentdenci seseorang membeli ayam goreng tersebut, sekalipun masakan Chef-nya memang benar-benar lezat.

    Skala-skala ini kemudian dibutuhkan oleh seorang Chet untuk menentukan apakah menu yang mereka sajikan dapat diterima di masyarakat setempat dna juga sudah memenuhi kriteria masakan lezat agar masakan tersebut dapat laris terjual.

    Pengertian Pengukuran

    Pengukuran pada dasarnya sebuah upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan data dari objek yang diukur. Data-data yang dikumpulkan terkait dengan aspek-aspek yang ingin diukur yang melekat pada objeknya.

    Dalam pengukuran behavioral dan sikap-sikap manusia, Nilai yang terdapat dalam kelompok merupakan representasi dari individu-individu yang ada dalam kelompok tersebut. Sedangkan Individu itu sendiri adalah objek yang sangat unik dan sangat mustahil memiliki sikap yang sama persis satu sama lain, pasti akan ada perbedaan yang sulit untuk disimbolkan dalam bentuk skala.

    Hal tersebut membuat sebuah pengukuran membutuhkan suatu sudut pandang yang selanjutnya disebut paramater. Tujuannya agar data-data yang diukur lebih mudah untuk ditarik kesimpulan dna hasil sebagai pengukur. Tentu saja proses ini tidak akan pernah bisa merepresentasikan kelompok tersebut secara utuh namun seyogyanya bisa mewakili nikali umun untuk kelompok itu sendiri.

    Mari kita misalkan ada seratus orang dalam sebuah desa dimana ada desa tersebut dilayani oleh satu toko beras. Setiap orang dalam desa tersebut mungkin saja punya beras yang mereka sangat ingin seperti Beras Kepala, Rojo Lele, Pandan, Celebes, yang mungkin bisa diurut lebih banyak dari jumlah penduduk desa tersebut karena tidak ada larangan satu orang menyukai dua atau tiga jenis beras.

    Lantas beras apa yang harus dijual si pemilik Toko Beras? apakah harus menjual 100 jenis beras atau lebih sesuai dengan hasil survey penduduk desa?

    Dalam kasus ini pengkuran bisa digunakan untuk menarik nilai umum yang melekat pada masyarakat di desa tersebut seperti melakukan survey mengenai beras yang paling banyak digemari, lalu untuk mengakomodasi orang dengan jenis beras diluar dari jenis beras yang bisa disiapkan, alat ukur mungkin saja dilengkapi dengan instrumen yang menanyakan beras alternatif yang dinginkan jika beras kesukaan nomor urut 1 tidak bisa disediakan. Selain itu bisa juga dilakukan pengkuran tentang kualitas beras Pandan dan Rojolele di lidah masyarakat karena ada kemungkin mereka yang gemar Rojolele bisa jadi juga gemar Pandan namun karena tidak pernah merasakan pandan mereka jadi tidak punya dasar untuk membandingkan dan cenderung menulis Rojolele di kolom beras pavorit mereka.

    Pengukuran dalam kasus diatas akan mengarahkan evaluator atau analisator untuk mengambil keputusan tentnag tiga jenis beras yang disedikan dalam tokoh dan juga jumlah sirkulasi beras yang harus disediakan.

    B. Jenis Skala Dalam Pengukuran

    Ditinjau dari karakter objek yang diukur, maka pengukuran behavioral dan sifat-sifat manusia tidak akan pernah bisa mendeksripsikan manusia secara utuh, kendatipun mereka menuliskan angka sama ketika ditanyai tentang kesukaan terhadap sebuah objek.

    Mari kita mengambil contoh pertanyaan tentang kesukaan terhadap Facebook kepada dua orang subjek yakni Ahmad dan Dahlan. Mereka diminta meberikan skala 1 sampai 10. Kendati Ahmad dan Dahlan mungkin saja menuliskan angka yang sama misalnya 7, namun arti dan makan dari 7 tersebut hanya mereka yang tahu. Mungkin saja 7 dari Ahmad itu berarti setiap kali ada kesempatan dia akan membuka Facebook sedangkan Dahlan mungkin saja dia tidak begitu suka menggunakan Facebook hanya saja dibandingkan dengan aplikasi lain, skala 7 dianggap Dahlan sudah mewakili kesukaannya terhadap Facebook.

    Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan data yang lebih banyak mengenai dua orang ini yang mungkin saja diukur dengan skala-skala yang berbeda tergantung dari jenis data yang ingin diambil.

    Secara teknis Skala dapat diartikan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval dari variabel-variabel yang diukur dalam alat ukur. Skala-skala kemudian dikembangkan dengan harapan dapat menunjukkan nilai yang mendekati karakter asli dari objek ukur. Adapun skala-skala yang paling umum digunakan dalam pengukuran dibagi dalam 4 jenis.  

    1. Skala Nominal

    Skala Nominal adalah skala yang menunjukkan kategorisasi semata. Fungsi bilangan pada skala ini hanya merupakan simbol yang tidak dapat dibandingkan mana yang lebih tinggi atau semua yang berada pada skala ini sederajat. Adapun ciri-ciri skala Nominal adalah

    1. Mutually Exclusif
    2. Tidak mempunyai aturan logis atau dipilih secara acak,

    Contoh Skala: Kriteria Warna yang Disukai, Tulis 1 untuk warna merah, 2 untuk warna ungu, 3 untuk warna biru, dan seterusnya. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan ketika seseorang menulis angka 3 tidak berarti lebih tinggi dari orang menulis angka 2. 

    2. Skala Ordinal 

    Skala Ordinal adalah skala yang menunjukkan kategori dengan memperhatikan urutan. Hanya saja urutan tersebut tersebut tidak bisa dilakukan perbandingan karena tidak ada jarak yang pasti disetiap level yang diwakili oleh skala.

    Ciri-ciri skala Ordinal adalah:

    1. Bersifat Diskrit
    2. Terususn secara Hirarki

    Contoh Skala: Tingkat Pendidikan seseorang, misal 1 untuk SD, 2 untuk SMP, 3 untuk SMA dan 4 untuk S1, tentu saja Skala SMP lebih tinggi dari SD dan lebih rendah satu tingkat dari SMA, hanya saja SMP tidak berarti dua kali lebih baik dari SD.   

    Skala Likert juga dikembangkan dari Skala ini, sehingga Skala Likert merupakan nilai yang tidak bisa dioperasikan secara matematis karena tidak ada kosntruk yang jelas untuk menjumlahkan hasilnya. Hanya saja kesalahan ini banyak dilakukan tidak hanya dari sisi peneliti pemula tapi juga peneliti senior.

    3. Skala Interval

    Skala Interval adalah skala yang menunjukkan jarak yang jelas antara satu data dengan data yang lain. Perbedaan angka yang sama pada jenjang berbeda tetap memiliki skor yang sama pula. Misalnya jarak antara 10 % ke 15 % tentu saja sama antara jarak 75 % – 80 %. Hanya saja skala ini tidak memiliki nilai 0 mutlak yang berarti kondisi dari awal perhitungan dapat ditentukan sendiri oleh peneliti. Seperti pada skala Celcius, maka suhu 0 derajat disepakati sebagai titik dimana es mulai mencair dengan kondisi tertentu, misalnya tekanan udara 1 atm. Selain itu ciri-ciri skala Interval adalah :

    1. Kategori bersifat terpisah
    2. Urutan Kategori harus logis
    3. Kategori data yang ditentukan skalanya berdasarkan karakter yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
    4. Perbedaan karakteristik yang sama ditunjukkan dengan perbedaan skala yang tetap pada seluruh jenjang/interval skala.
    5. Angka 0 dipilih berdasarkan kesepakatan.

    Angka 0 dalam skala interval tidak berarti nol, tapi hanya saja kriteria yang diharapkan tidak muncul dalam proses pengukuran sehingga dianggap sebagai nol. Misalnya tes hasil belajar peserta didik diatur mari mulai dari rentang 0 sampai 100.

    Angka nol tidak berarti peserta didik tidak mengetahui sama sekali hal apapun mengenai tes yang diberikan akan tetap tidak satupun indikator yang diujikan tampak pada peserta didik, demikian juga angka 100 tidak berarti peserta didik menguasai materi yang diujikan hanya saja seluruh indikator yang diujikan tampak pada peserta didik. Dalam kasus ini kesimpulan dikembalikan lagi pada konstruksi pembuatan instrumen yang digunakan.  

    4. Skala Rasio

    Skala rasio sama dengan skala interval, dimana setiap titik yang diwakili dengan interval yang sama mengambarkan kriteria yang sama pula. Hanya saja skala rasio memiliki titik nol mutlak dimana kriteria tersebut tidak dibuat berdasarkan kesepakatan tertentu tapi mengikat pada objek yang diamati. 

    1. Kategori bersifat terpisah
    2. Urutan Kategori harus logis
    3. Kategori data yang ditentukan skalanya berdasarkan karakter yang sudah ditentukan terlebih dahulu.
    4. Perbedaan karakteristik yang sama ditunjukkan dengan perbedaan skala yang tetap pada seluruh jenjang/interval skala.
    5. Angka 0 dipilih berdasarkan nilai yang melekat pada objek.

    Sebagai contoh, suhu yang dinyatakan dalam Kelvin, suhu 0 Kelvin digambarkan sebagai keadaan sebuah benda sama sekali tidak memiliki energi oleh karena tidak akan ada suhu -1 Kelvin atau pun kondisi energi minus. -1 K tetap dapat ditemui hanya saja tidak menunjukkan oleh titik tertentu, melainkan interval ketika suhu turun dari 761 K menjadi 760 K.  

    C. Disambigu Penggunaan Skala

    Pada beberapa penelitian ada kemungkinan penggunaan skala yang berbeda dari bentuk dasarnya. Misalnya penelitian mengenai pengaruh tinggi badan dengan tingkat kemampuan bermain basket. Karena data terlalu luas untuk mengambil tinggi badan seseorang maka tinggi badan dikategorikan dari kategori 1 untuk 150 cm sampai 159 cm, 2 untuk 160 cm sampai dengan 169 cm, 3 untuk 170 cm sampai dengan 179 cm dan seterusnya.

    Skala tinggi badan tentu saja Rasio, namun dalam kasus ini skala diubah menjadi skala kategori. Tinggi badan juga dalam kasus ini adalah skala Rasio, beberapa kasus jarak merupakan skala interval, namun untuk tinggi badan, jarak tersebut tidak memiliki titik dibawah nol. Pertimbangan penggunaan skala harus dikembalikan sesuai dengan konstruksi dan tujuan dari pengukuran yang dilakukan.