Kategori: Pendidikan

  • Prinsip Pengembangan Desain UI Media Pembelajaran Berbasis Mobile Android

    Prinsip Pengembangan Desain UI Media Pembelajaran Berbasis Mobile Android

    Ahmaddahlan.NET – Pada saat kita masuk ke dalam sebuah aplikasi atau website kita akan dihadapkan oleh tampilan yang menyediakan menu dan konten. Tampilan ini disebut sebagai User Interface (UI) atau sisi yang dihadapkan ke hadapan User.

    Berdasarkan asal katanya, User Interface dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Desain Antarmuka yang diterapkan pada software atau website, atau mudahnya disebut tampilan oleh orang awam. Desain ini dikembangkan dengan fokus pada pengalaman yang dirasakan pengguna selama menggunakan aplikasi. Pengelaman penggunaan ini disebut sebagai User Experience.

    Prinsip Desain UI Media Pembelajaran

    Seperti namanya, User Interface, menbuat desain UI harus memperhatikan dua faktor yakni User dan Interface. Dari sisi user, sebuah UI harusnya memiliki sisi tehnis yang memudahkan penguna dalam menjalankan aplikasi yang dikembangkan, sedangkandari sis Interface adalah sisi seni yang membuat Aplikasi lebih menarik.

    Desaian Perkembangan User Interface

    A. Base Pengembangan UI

    Faktor pertama yang diperhatikan dalam mengembangkan UI adalah base perangkat tempat software atau website tersebut dikembangkan. BAse Deveice ini akan menentukan ukuran dari UI dan menjadi lembar kerja dari para UI desainer.

    Pada umumnya device yang ada saat ini di bagi ke dalam 3 jenis perangkat, yakni Dekstop, Tablet, dan Smartphone. Ketiganya memiliki rasion layar yang berbeda yang umumnya seperti beriktu :

    1. Dekstop – Lembar Kerja Tipe Landscape dengan rasio 16 : 9 atau 3 : 2
    2. Tablet – Lembar Kerja cenderung kotak dengan rasio 3 : 4 dan 4 : 5
    3. Smarpthone – Lembar kerja tipe Portrait dengan rasio 9 : 16 atau 2 : 3
    Perbandingan Ukuran dan komparasi layar Smartphone dekstop dan tablet

    Belakangan ini, aktivitas manusia yang mobile dan perkembangan jaringan komunikasi yang sangat massive membuat penggunaan Smartphone meningkat drastis. Misalnya saja data dari Google Serach Console untuk situs AhmadDahlan.NEt ini dikunjungi lebih dari 81% dari perangkat Samrphone, 18 % dari perangkat Dekstop dan kurang dari satu persen dari Tablet.

    Seperti tangkapan layar dari Google Search Console dalam kurung waktu 3 bulan terakhir, Ahamaddahlan.NET mendapatkan kunjungan sebanyak 2.343.740mkali dari smartphone, 583.710 dari Dekstop dan hanya 15 ribu kali dikunjungi dari pernagkat berukuran tablet

    Perbandingan Rasio Penggunaan Samrtphone dan Dekstop

    Data ni tentu saja menjadi pendukung jika mengembangkan pembelajaran basis Smartphone akan jauh lebih banyak peluang dimanfaatkan dibandingkan dengan perangkat Dekstop. Pembahasan dalam artikel ini selanjutnya akan dikhususkan untuk prinsip pengembangan media pembelajaran dengan basis Android.

    Beberapa Developer pengembangan software sebenarnya sudah mengadopsi sistem Responsive desain yakni UI yang bisa menyesuaikan ukuran dan tampilannya berdasarkan perangkat pengguna-nya. Hanya saja User Experience akan jauh lebih nyaman digunakan pada penggunaan yang sama persis dengan pengembangannya.

    2. Ukuran dan Komparasi

    Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Ukuran dari pembuatan desain UI berbasis perangkat smartphone, kita akan bekerja pada layar yang berbentuk vertical. Perbandingan bermaca-macam, namun pada umumnya mendekati ukuran aspect rasio 9 : 16.

    InciResolusiAspect Rasio
    5,01280 x 72016 : 9
    5,51280 x 72016 : 9
    6,01280 x 72016 : 9
    7,01920×108016 : 9

    Ukuran tersebut dalam bentuk standar tanpa strech, karena biasanya produsen Samrtphone terkadang membuat smartphone mereka dengan ukuran Stretch agar bebera dengan produsen lainnya.

    Tabel di atas menunjukkan berbagai ukuran dari smartphone dalam Inci namun pada kepadatan pixel atau Resolusi tetap menunjukkan aspek rasio yang sama. Aspek Rasio ini memang menghasilkan user experience yang paling baik.

    Hal yang perlu dicatat adalah adalah bases resolusi awal yang dipilih. Misalnya apda saat memilih resolusi 1280 x 720 akan menghasilkan gambar yang kurang detail namun memakan memory yang cukup lebih kecil dibandingkan dengan 1920×1080, begitupun sebaliknya.

    Selain itu ukuran-ukuran element seperti Font, Spasi, dan gambar akan ikut berpengaruh. Jadi ada baiknya pertimbangkan pemilihan resolusi. Misalnya ukuran font 12 pt akan terlihat lebih kecil di layar dengan resolusi 1920×1080, sehingga bisa membuat lebih banyak huruf, tapi jika terlalu kecil, maka akan kesulitan untuk di baca. Hal ini akan berdampak pada kenyamana pengguna.

    Tampilan ukuran perbandingan huruf menggunakan pt di layara HD dan Full HD

    3. Sistem Navigasi

    Sistem Navigasi adalah layanan yang memungkin user dapat mengontrol jalannya aplikasi seperti melakukan skroll, zoom in dan zoom out, link tautan dan navigasi bar, footer dan sejenisnya. Sistem navigasi dirancang untuk membantu pembaca dalam membaca konten berdasarkan kelompok konten seperti kelompok materi, ujian, tugas,, latihan, video dan sejenisnya.

    Pada umumnya navigasi di bagi ke dalam dua kelompok yakni (1) Body Navigasi yakni navigasi yang berada pada laman materi seperti tampilan laman depan, dan internal URL dan (2) Navigasi bar. Seperti Contoh Desain laman Pembuka dan Laman Utama dari sebuah media pembelajaran.

    Contoh Desain Pembelajaran UI Smartphone Android

    4. Laman Konten

    Laman konten adalah bagian utama dari media pembelajaran berbasis mobile. Di laman kegiatan konstruksi pengetahuan peserta didik terbangun dan kontruksi pengetahuan adalah bagian utama dalam pembelajaran.

    Bentuk paling sederhana dari media pembelajaran berbasis Android adalah pengganti buku ajar di mana materi disimpan. Perbedaannya adalah dalam media berbasi android, Materi ajar dapat diakses oleh pesera didik diman adan kapan saja karena Smartphone sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di keseharian peserta didik abad 21.

    Idenya adalah membuat laman yang menarik untuk dibaca dan tidak ada ukuran baku untuk membuat desain. Jika pengunjung lama di tempat kita maka ada kemungkinan desain-nya memang menarik atau kontennya memang dibutuhkan oleh user.

    Desain User Interface dari Tata Surya Media Pembelajaran

  • Pengertian dan Aspek Keterampilan Proses Sains – KPS

    Pengertian dan Aspek Keterampilan Proses Sains – KPS

    AhmadDahlan.NET – Salah satu tujuan penting dalam pembelajaran di sekolah adalah mengajarkan peserta didik dalam keterampilan berfikir. Semua proses pembelajaran memenuhi kebutuhan tersebut disamping kompetensi dasar lulusan yang dibebankan oleh lembaga pendidikan dalam hal di Indonesia adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSPN) terutama dalam pembelajaran sains. Pembelajaran sains memberikan kontribusi dalam membentuk skill unik dari peserta didik seperti membuat hipotesisi, memanipulasi fenomena alam dan membuat kesimpulan dari data yang ada.

    Pembelajaran sains yang baik akan melibatkan banyak keterampilan seperti metode sainstik, berfikiri sainstifik, dan berfikir kritis. Keterampulan tersebut disebut sebagai keterampilan sains selanjutnya pada dekade ini lebih dikenal dengan sebutan Keterampilan Proses Sains atau KPS

    KPS adalah seperangkat keterampilan yang digunakan memahami fenomena alam dengan berbagai metode yang merefleksikan perilaku saintifik. Metode yang digunakan baik dari motode sederhana, menguji coba samapai melakukan pemodelan sederhana dan kompleks. Berdasarkan SAPA (Science – A Proccess Aproach) dan Padilla, Keterampilan Proses Sains dibagi ke dalam dua kelompok yakni Keterampilan Sains Dasar yakni keterampilan proses sains sederhana yang memberikan dasar yang baik untuk mempelajari keterampilan proses sains teringrasi.

    A. Keterampilan Proses Sains Dasar

    Keterampilan proses sains dasar adalah keterampilan proses sederhana yang bisa dilakukan dengan melibatkan satu aspek dari setiap aspek-aspek keterampilan proses sains yang ada. Adapun aspek keterampilan proses sains dasar ini adalah :

    1. Observasi

    Observasi adalah kemampuan menggunakan indera manusia untuk mendapatkan informasi dari objek yang sedang diaamati. Aspek pengamatan ini tidak membutuhkan alat ukur untuk mengumpulkan data sehingga data yang didapatkan akan sederhana.

    Contoh informasi yang didapatkan dari observasi adalah

    1. Kelopak Bunga berwarna kuning
    2. Jumlah mahkota bunga 4
    3. Suhu es batu lebih dingin
    4. Bulan berbentuk lingkaran

    2. Inferensi

    Inferensi adalah kemampuan menarik kesimpulan atau menebak kejadian berdasarkan data sederhana atau pola-pola yang telah diamati sebelumnya.

    Contoh aspek inferensi ini seperti menarik kesimpulan bahwa 3 jam yang lalu telah terjadi hujan di daerah ini karena terdapat genangan air dan aspal yang basah. Sekalipun yang membuat inferensi tidak ada di lokasi tersebut 3 jam sebelumnya.

    3. Pengukuran

    Keterampilan menggunakan alat ukur dengan satuan yang sudah standar (baku) dan juga tidak standar. Keterampilan ini juga berkaitan dengan kemampuan mendiskripsikan dimensi dari suatu objek.

    Contoh keterampilan ini adalah mengukur panjang meja dengan meteran sedangkan untuk contoh pengukuran tidak baku adalah mengukur panjang meja menggunakan lengan sendiri sekiranya di tempat itu tidak ada meteran baku.

    4. Komunikasi

    Keterampilan berkomunikasi adalah kemampuan untuk menyampaikan dan membaca informasi menggunakan kata, garfik, simbol, dan gambar.

    Contohnya adalah memahami makna dari grafik perubahan jarak terhadap waktu.

    5. Mengkalsifikasikan

    Keterampilan mengklasifikasikan adalah kemampuan membuat deskripsi dari setiap obejk dari sifat umum ke khusus kemudian dijadikan dasar untuk mengelompokkan objek tersebut berdasarkan kriteria yang sudah dibuat.

    Misalnya mengelompokkan burung berdasarkan bentuk kaki, paruh, sayap atau warna bulunya.

    6. Prediksi

    Prediski adalah kemampuan menduga atau menebak kejadian yang ada di masa yang akan datang berdasarkan pola dan bukti yang ada. Misalkanya menduga memperikan jarak tempuh dari sebuah mobil yang bergerak dengan kecepatan tertentu atau menebak tinggu tanaman 2 minggu kemudian berdasarkan grafik pertumbuhan tanaman 4 minggu sebelumnya.

    B. Keterampilan Proses Sains Terintegrasi

    Keterampilan proses sains terintegrasi adalah keterampilan yang melibatkan dua atau lebih keterampilan proses sains dasar yang juga bisa disatukan dengan keterampilan-keterampilan lain seperti berfikir kritis, creative, kolaborasi, dan lain-lain.

    Adapun daftar aspek-aspek dari keterampilan porses sains terintegrasi adalah :

    1. Mengontrol Variable

    Kemampuan untuk mengindetifikasi dari varibale-variable yang dapat memberikan damapak terhadap variable lain. Keterampilan ini juga menuntut peserta didik untuk mampu menjaga nilai satu atau lebih varibale untuk melihat efek dari varibale bebas ke variabel terikat.

    Milsanya mengontrol jumlah air, kondisi cahaya dan suhu pada tanaman yang diberikan perlakuan dengan pupuk yang berbeda.

    2. Membuat defenisi operasional

    Memberikan penjelasan mengenai variabel-varaibel yang ada dalam percobaan serta memberikan penjelasan mengenai dampak yang dihasilkan dari variabel tersebut.

    Misalnya menyatakan bahwa tegangan tali dalam percobaan dijaga konstan untuk melihat pengaruh pertambahan panjang terhadap jumlah gelombang yang terbentuk pada percobaan Hukum Meldey

    Contoh lain yang lebih sederhana seperti membeirkan penjelasan mengapa suhu udara dan panas matahari harus dijaga dalam percobaan pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman.

    3. Membuat Hipotesis

    Membuah hipotesisi adalah bentuk advance dari aspek memprediksikan. Keterampilan ini adlah kemapaun untuk menduga dengan tepat apa yang akan terjadi terjadi dalam percobaan berdasarkan rujukan datau referensi yang sudah ada sebelumnya.

    Misalnya sebuah sumber menginformasikan bahwa sebuah tanaman hijau seperti kangkung dan sawi dapat memicu amoniak jika direaksikan dengan asam.

    Maka ia membuat hipotesis bahwa semakin banyak kaungkung dikonsumsi kelinci akan semakin busuk pula kotoran kelici.

    Bisa juga hiptesis yang disusuna dalah semakin banyak sayuran hiaju yang dimakan kambing maka semakin subur kototoran kambing tersebut untuk dijadikan pupuk. Karena amoniak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

    4. Menginterpetasikan Data

    Keterampilan ini adalah keterampilan menganalisi data-data yang ada melalui metode yang akurat seperti analisis statistik atau deskripsi untuk menarik kesimpulan berdasarkan data-data tersebut.

    Contoh keterampilan ini adalah menarik kesimpulan mengenai bibit yang baik digunakan di suatu daerah berdasarkan percobaan yang dilakuakn di daerah lain dengan mempertimbangkan berbagai aspek misalnya suhu dan kondisi tanah, sehingga bisa saja Bibit A lebih unggul tumbuh di percobaan, namun daya tahan Bibit B, dianggap lebih cocok ditanaman di daerah X karena kondisi yang alam didaerah tersebut.

    Keterampilan interpretasikan data ini tidak bisa beridiri sendiri, tapi harus didukung dengan keterampilan mendefenisikan variable dan mengontrol variabel yang baik. Tanpa dilengkapi data ini bisa jadi metode pengambilan kesimpulan sudah benar berdasarkan teoretik tapi tidak fit dengan kondisi nyata.

    Misalnya data ujian akhir semester dari suatu kelas menunjukkan perempuan meliki skor yang lebih tinggi dibandingkan pria pada mata pelajaran fisika, maka disimpulkan bahwa Perempuan jauh lebih pandai dalam belajar fisika daripada pria. Padahlan tidak satu sumber rujukan pun yang pernah menganalisis jalur hubungan antara gender dan kemampuan berfikir suatu inividu.

    Selain itu kesimpulan ini jadi tidak begitu berguna karena berdasarkan pernytaan kesimpulan untuk menjadi pintar fisika, seorang pria harus menjadi wanita.

    5. Menguji Coba (Experimenting)

    Aspek melakukan percobaan adalah kemampun untuk menyusun dan melakukan percobaan. Aspek ini memiliki dimensi KPS yang kompleks yang melibatkan banyak ketermapilan seperti keterampilan bertanya, menyusuh hipotesisi, mengidentifikasi varibel, mengotnrol variabel, membuat desain percobaan, melakukan percobaan, mengumupkan data, menganalisis dari dan mengahsilkan kesimpulan dari uji coba yang telah dilakukan.

    6. Memformulasikan model

    Aspek ini adalah kemampuan untuk membuat pemodelan berdasarkan fakta atau fenomena yang didapatkan secara ilmiah. Pemodelan bisa dilakukan dari data besar ke kecil seperti membuat percobaan momentum di dalam lab untuk mengukur seberapa kuat daya tahan sebuah mobil terhadap benturan.

    Hal ini juga bisa dilakukan sebaliknya misalnya menghitung seberapa besar diameter kawat yang digunakna untuk mengalirkan daya listrik 20 MW berdasarkan percobaan yang dilakukan di dalam lab dengan arus yang lebih kecil.

  • Pengertian dan Peran Media Pembelajaran

    Pengertian dan Peran Media Pembelajaran

    AhmadDahlan.NET – Media atau medium adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke penerima. Hal tersebut sesaui dengan pernyataan Kemp dan Dayton (1985), Kartika (2008), Arsyad (2011), dan Mundai (2012) yang menejlaskan bahwa media digunakan untuk mentransmisikan pesan dari pengirim ke penerima.

    Dalam pandangan klasik, Proses penyampaikan informasi hanya bersifat satu arah dimana sumber akan memberikan informasi ke satu. Hal dterlihat pada media konvensional seperti buku dan sumber rekaman. Informasi hanya bersifat satu arah dan tidak bisa dilakukan interaksi antara pemberi pesan dan penerima pesan, namun perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Komunikasi membuat media mampu memberikan layanan dua arah dalam berkomunikasi.

    A. Media Pembelajaran

    Media Pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. Media juga sangat sering dihubungan dengan kata “perantara” yang merujuk pada semua perangkat yang digunakan untuk mengantar informasi dari pendidik ke peserta didik.

    Bentuk-bentuk media pembelajaran dapat berupa video, televisi, diagram, materi, materi cetak, cumputer, alat peraga, komputer, dan software-software pembelajaran serta semua perangkat yang digunakan oleh pendidik untuk memudahkan proses pembelajaran. Tujuan umum dari media ini adalah memberikan fasilitas untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Definisi umum dari media pembelajaran dapat diartikan sebagai perangkat pembelajaran. Segala perangkat yang digunakan untuk menstimulus pikiran, perasaan, keterampilan dari peserta didik yang digunakan untuk menfasilitasi proses pembelajaran. Media Pembelajaran secara khusus dibatasi pada perangkat yang berisi instruksi yang bertujuan mencapai tujuan dalam pembelajaran. Dalam kasus ini sekalipun papan tulis digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan defenisi umum namun tidak mencukupi syarat untuk disebut sebagai media pembelajaran sesuai dengan defenisi khusus. Media ini disebut sebagai media instruksional.

    Posisi Media Instruksional

    Dalam pandangan konstruktivis, proses pembelajaran adalah proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah sistem pembelajaran, Media pembelajaran mengambil banyak bagian penting dalam sistem pembelajaran terlebih pada prinsip belajar yang menekankan pembentukan pengetahuan dari sisi peserta didik.

    Tanpa media pembelajaran, proses pertukaran informasi di dalam pembelajaran akan sulit terjadi secara optimal. Media pembelajaran instruksional adalah bagian terintegrasi dalam sistem pembelajaran yang dapat menstimulasi pesan, pikiran, perasaan dan keinginan dari peserat didik sehingga mereka dapat membantu peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

    Dalam pendidikan, Media pembelajaran instruksional pada umumnya menggunakan prinsip Cone Ecperience yang membutuhkan media berupa buku teks, bahan ajar yang disusun oleh guru, media audivisual dan multimedia yang mengizinkan interkasi antar media dan user. Bentuk-bentuk media tersebut dapat berupa

    1. visual : Grapik, diagram, bagan, poster, comic dan kartun,
    2. Audio : Radio, Tape, lab bahasa
    3. Audio Visual : Film, Video
    4. Multimedia : software dan program komputer seperti Path dan sejeninya.
    Siswa Sd belajar dengan media botol bekas
    Peran Media dalam Memodelkan Fenoeman Sains

    B. Peran Media Pembelajaran

    Peran media pembelajran tentu saja adalah untuk menentukan hasil belajar dari peserta didik yang berkaitan dengan 3 aspek yakni Kognitif, Afektif, dan psikomotoric. Kesuksan dalam penggunaan media instruksional dalam pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar yang bergantung pada aspek :

    1. Strategi penyusunan konten
    2. Instruksi dan Penjelasan dari informasi yang disampaikan pada media
    3. karakteristik dari penggunan media dalam hal ini peserta didik.

    Pemilihan media pembelajaran yang baik harus mempertimbangkan 3 faktor tersebut.

    Tujuan dari penggunaan media itu sendiri adalah :

    1. Menfasilitasi proses belajar dan pembelajaran
    2. Meningkatkan efisiensi pembelajaran
    3. Menjaga relevansi dari objek pembelajaran
    4. membantu peserta didik fokus dalam belajar
    5. Menstimulasi peserta didik dalam belajar
  • Ujian Online pada Kelas e-Learning Daring Penuh

    Ujian Online pada Kelas e-Learning Daring Penuh

    AhmadDahlan.NET – Salah satu bentuk upaya menjaga kualitas pendidikan dan pembelajaran adalah melaksanaka evaluasi proses pembelajaran pada tiap pertemuan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran khususnya pencapaian tujuan pembelajaran harian. Dalam kasus evaluasi tersebut disebut sebagai test formatif yakni test yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

    Test yang diberikan harus tepat sesuai dengan aspek hasil belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Tujuan ini dalam kurikulum disebut sebagai Kompetensi inti. Adapun kompetensi inti yang harus diukur adalah :

    1. Kompetensi Inti I – Spiritual
    2. Kompetensi Inti II – Sikap
    3. Kompetensi Inti III – Pengetahuan
    4. Kompetensi Inti IV – Keterampilan

    Uji Kompetensi pada e-Learning

    Aspek evaluasi berlaku dalam segala bentuk proses pembelajaran baik itu kelas-kelas klasikal maupun e-Learning yang mengadopsi model Daring Penuh (Distance Learning). Hanya saja terdapat sedikit perbedaan terkait proses pelaksanaan dan jenis test yang akan digunakan.

    Pada pembelajaran klasikal dalam bentuk tatap muka di dalam kelas, model evaluasi yang paling umum dilakukan oleh pendidik dalam hal ini guru adalah model artificial test. Artificial test atau test buatan ini dilakuakn dengan cara memberikan kondisi tertentu pada peserta didik selama test berlangsung. Test-test tersebut seperti ujian tulis (paper-pen test ) dan ujian praktikum dimana peserta didik diawasi dalam menyelesaikan sekumpulan instrumen test dalam waktu yang sesuai dengan beban test yang dilaksanakan.

    Tugas guru dalam artificial test ini adalah memastikan kompetensi yang ingin diukur di dalam diri peserta didik dapat ditunjukkan pada saat proses pengukuran. Proses pengawasan dalam test dan ujian klasikan ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa respon yang ditunjukkan oleh peserta didik berasal dari dalam dirinya, bukan dari orang lain atau hasil contekan teman sekelas.

    Pada ujian berbasis Daring Penuh (Distance Learning), Jaminan dan kepastian peserta didik mengerjakan ujian berdasarkan kemampuannya sendiri sangatlah kurang atau peluang untuk berbuat curang sangat besar. Ada banyak aspek dan orang lain yang bisa digunakan peserta didik untuk membantu mereka mengerjakan test-test online yang diberikan. Hal ini bertambah rumit dengan adanya pandangan dari sisi orang tua/wali dan peserta didik bahwa hasil ujian melekat pada skor yang didapatkan peserta didik bukan kompetensi yang melekat, jadilah perburuan skor tinggi dalam ujian dilakukan dengan berbagai cara, meskipun melanggar aturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

    Dalam ujian berbasis e-Learning, kendala-kendala ini harus dimasukkan sebagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan dan memilih jenis test yang dilakukan oleh peserta didik. Jika aspek tersebut tidak dapat dihilangkan, maka guru sebaiknya bersinergi dengan aspek-aspek dalam melaksanakan proses evaluasi. Tujuannya agar misleading informasi dapat dihindari dalam hal menarik kesimpulan berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan setelah test berlangsung.

    Jenis-Jenis Uji Kompetensi

    Dalam upaya menimalkan faktor misleading informasi dalam proses evaluasi proses pembelajaran peserta didik, beberapa strategi yang mungkin saja berhasil diterapkan sebagai berikut :

    a. Ujian Sistematis

    Ujian sistemis dilakukan untuk jenis-jenis ujian bersifat artificial. Ujian ini dipilih jika model paper-pen test tidak dapat dihindari. Tugas pendidik dalam hal evaluasi ini mebuat ujian yang awalnya dilakukan klasikal dikerjakan secara daring namun harus disertai dengan sistem yang dapat meminimalisir keterlibatan orang lain dalam proses ujian.

    Asumsi awal ujian sistematis diadakan adalah untuk mengurangi peran orang lain terlibat dalam pengerjaan ujian. Ujian diatur dengan beberapa prasyarat tertentuyang harus dipenuhi sebelum ujian dilaksanakan. Prasyarat tersebut sebisa mungkin hanya bisa dilakukan oleh peserta didik itu sendiri seperti (1) waktu pelaksanaan evaluasi yang khusus pada jam-jam pembelajaran (2) setelah peserta didik melakukan rentetan aktifitas seperti menonton video pembelajaran, membaca materi atau mengisi formulir data yang hanya dipahami oleh peserta yang mengikuti pembelajaran sebelumnya, kemudian yang terakhir (3) melakukan ujian bersifat asynchronous dimana peserta didik harus merekam kegiatan mereka selama ujian sehingga bisa dipastikan jika ujian dilaksanakan sendiri.

    Asumsi yang kedua yang digunakan adalah mengurangi durasi waktu ujian yang tepat dikerjakan pada waktu yang relatif singkat namun tetap bersesauain dengan intruksi yang ada pada instrumen atau soal ujian. Hal ini bertujuan untuk membatasi peserta didik melakukan aktifitas lain diluar dari proses menyelesaikan ujian. Seperti kemungkin membuka tab baru di perangkat yang mereka gunakan untuk ujian.

    Misalnya jawaban dari pertanyaan yang diberikan sekitar 100 kata dengan jumlah nomor ujian sebanyak 5 nomor, maka guru harus mengatur waktu ujian berdasarkan simulasi yang paling cocok untuk mengetik 500 kata. Kelemahannya adalah guru harus paham betul kemapuan mengetik peserta didik mereka.

    Selain durasi pengerjaan, Soal-soal bertipe pengertian dan pemahaman harus dihindari karena tipe soal seperti ini sangat mudah ditemukan jawabnya melalui aplikasi search engine seperti google.

    Sistem terakhir bisa diterapkan untuk memaksimalkan jenis ujian ini adalah menggunakan palikasi pelacakan aktifias selama melakukan proses ujian. Layanan ini sudah disediakan oleh beberapa jenis LMS yang secara otomatis membuat peserta ujian hanya bisa berada dalam satu layar penuh saat ujian. Hanya saja sistem ujian membutuhkan teknologi, software dan perangkat hardware yang lebih mahal baik dari sisi pengembang yakni pihak sekolah dan sisi peserta didik dimana perangkat mereka harus kompetible dengan aplikasi LMS yang akan digunakan. Ujiannya ini juga rentang dengan kendala tehnis kecil seperti ketersedaiaan jaringan dan juga kesalahan perangkat saat ujian berlangsung. Sehingga besar kemungkinan peserta didik gagal ujian karena kendala tehnis.

    b. Penugasan Proyek

    Penugasan dalam bentuk proyek merupakan tugas jangka panjang yang harus dilakukan peserta didik. Tugas ini berupa pembuatan produk yang akan diselesaikan jika sebagian besar dari kompetensi yang tercermin pada tujuan pembelajaran dipenuhi.

    Penugasan proyek ini harus terdiri dari banyak kompetensi yang saling terkait satu sama lain. Salah satu contohnya adalah proses pembuatan generator sederhana. Tugas pembuatan generator sedehana bisa dilakukan dengan menggabungkan materi Dinamika, Kinematika Gerak Melingkar, Listrik Dinamis, dan Listrik dan Magnet.

    Nilai lebih dari tugas proyek ini adalah proses pengerjaan tugas dapat dilakukan dalam bentuk squence yakni bagian per bagian sesuai dengan sub materi yang telah sedang diajarkan. Evaluasi dilakukan secara bertahap sehingga peserta didik harus mampu mempertanggung jawabkan proyek yang mereka buat secara berkala. Hal ini juga akan menyulitkan orang lian di luar pembelajaran untuk terlibat secara utuh dalam proses evaluasi kecuali mereka mengalokasikan waktu khusus untuk ikut ambil bagian dalam pembuatan tugas proyek.

    Kesulitan yang mungkin dihadapi oleh peserta didik dalam tugas pembuatan proyek ini lebih bersifat tehnis seperti menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan proyek, terlebih untuk hal-hal yang bersifat khusus dan sulit didapatkan ditempat-tempat umum, termasuk untuk peserta didik yang berada di daerah terpencil.

    Masalah tersebut bisa diminimalisir dengan beberapa langkah

    1. pihak penyelenggara pendidikan harus menyedikan dukungan tehnis terkait pelaksaan proyek yang diberikan.
    2. Proyek dirancang dengan pertimbangan kondisi lingkungan peserta didik serta kemungkinan masalah yang akan muncul di lapangan.

    c. Online Portfolio

    Online protofolio adalah pembuatan tugas yang dikumpulkan melalui akun pribadi masing-masing peserta didik seperti dalam bentuk website atau blog yang dapat diakses secara online dan terbuka. Tugas ini bersifat terbuka sehingga lebih mudah dilakukan cross-cek terkait dengan konten yang ditayangkan dimasukkan ke dalam portofolio. Untuk memasimalkan fitur pembuatan tugas harus dilengkapi proses pembuatan dimana peserta didik dapat menunjukkan secara langsung langkah demi langkah yang mereka lakukan untuk menyelesaikan tugas.

    Online portofolio ini juga lebih murah digunakan dari segi pengembangan dalam hal ini sekolah, karena tidak perlu menyedikan server khusus dalam pembuatan tugas. Portofolio dapat dipublikasikan menggunakan jasa pihak ketiga yang menyediakan layanan open source gratis seperti Blog, WordPress, dan YouTube.

    d. Conference Test

    Conference test adalah ujian yang dilakuan dengan menganut sistem syncronous sistem diaman peserta didik langsung diuji melalui aplikasi Conference seperti goole meet, Zoom dan sejenisnya. Ujiannya ini memiliki konsep sederhana yakni memindahkan ujian klasikal ke depan layar komputer.

    Kekurangan dari sistem ujiannya ini adalah tehnis ujian yang akan memakan banyak waktu dimana peserta didik harus diuji satu persatu-persatu sehingga tidak efesien untuk dilaksanakan pada kelas-kelas berukuran besar. Selain itu ujiannya sangat tergantung dengan ketersedaiaan jaringan yang stabil dan juga perangkat pendukung aplikasi conference yang membutuhkan spesifiaksi RAM, Prosesor, dan VGA yang besar.

  • Aspek dan Indikator Validitas RPP – Disertai Contoh Lembar Validitas Ahli RPP

    Aspek dan Indikator Validitas RPP – Disertai Contoh Lembar Validitas Ahli RPP

    Aspek Dan Indikator Validitas RPP

    Ahmad Dahlan – Pembelajaran efektif merupakan sebuah pembelajaran yang terlaksana sesuai dengan tujuan dan rencana pembelajaran yang dirancang oleh guru. Tujuan-tujuan pembelajaran adalah memenuhi kompetensi dasar yang telah dibebankan kepada peserta didik seusia dengan SK dan KD, oleh karena pembelajaran harian yang dilakukan di dalam kelas berisi proses pemenuhan kompetensi-kompetensi tersebut.
    Dalam rangka menunjang pembelajaran tentu saja guru yang baik harus membuat desain pembelajaran yang merupakan gambaran dari rencana proses pembelajaran di dalam kelas. RPP sangat menunjang perfoarma guru di dalam kelas agar materi yang disampaikan tidak meluas dan juga tidak terlalu rendah sehingga kompetensi dasar dapat tercapai.

    Proses pembelajaran di dalam kelas cewek

    Penyusunan RPP dilakukan berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan sebagai “Perencanaan Pembelajaran yang meliputi silabus dan RPP paling tidak memiliki aspek tujuan Pembelajaran, Materi Ajar, Metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar (Evaluasi). Pengertian mengenai RPP kemudian ditambahkan dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP merupakan proyeksi dari Silabus yang mengarahkan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebagai bentuk kompetensi dasar.

    RPP harus memiliki penjabaran lengkap dan sistematis menggambarkan proses pembelajaran agar lebih interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi dan membuat peserta didik mengikuti proses pembelajaran secara aktif. Selain itu, RPP juga sebaiknya memberikan ruang kepada peserta didik agar lebih kreatif, kritis, mengembangkan potensi dan keterampilan lain seperti keterampilan proses sains, problem solving dan sejenisnya.

    Berdasarkan dari penjelasan tersebut maka paling tidak RPP dapat dikatakan memiliki Kriteria Sebagai Berikut.

    Contoh Lembar Validasi RPP

    Nama Satuan Pendidikan : ………………………………………
    Kelas / Semester              : ………………………………………
    Mata Pelajaran                 : ………………………………………
    No
    Aspek yang Dinilai
    Skor
    1
    2
    3
    4
    1
    Aspek format dan susunan RPP pada tahap :
    a.      Kesesuaian dengan kegiatan Pendahuluan.
    1
    2
    3
    4
    b.      Kesesuaian dengan kegiatan Inti.
    1
    2
    3
    4
    c.      Kesesuaian dengan kegiatan Penutup
    1
    2
    3
    4
    2
    Aspek rumusan tujuan pembelajaran
    a.       Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran yang memenuhi format A (Audience), B (behavior), C (condition) dan D (degree)
    1
    2
    3
    4
    b.      Kesesuaian perumusan tujuan pembelajaran dengan Kompetensi Dasar
    1
    2
    3
    4
    c.       Ketercakupan keterampilan proses sains dalam perumusan tujuan pembelajaran.
    1
    2
    3
    4
    3
    Kesesuaian aspek Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar
    a.       Kesesuaian materi ajar dengan tujuan pembelajaran
    1
    2
    3
    4
    b.      Kesesuaian materi dengan tema keterampilan proses sains yang diangkat.
    1
    2
    3
    4
    c.       Kesesuaian isi materi dengan karakteristik siswa SMA.
    1
    2
    3
    4
    d.      Keruntutan penyajian materi
    1
    2
    3
    4
    e.       Penggunaan materi yang bersifat kontekstual
    1
    2
    3
    4
    4
    Aspek Penggunaan Metode dan Model Pembelajaran
    a.       Kesesuaian metode, strategi dan model pembelajaran terhadap tujuan pembelajaran
    1
    2
    3
    4
    b.      Kesesuaian metode, strategi dan model pembelajaran terhadap materi pembelajaran
    1
    2
    3
    4
    c.       Kesesuaian metode, strategi dan model pembelajaran dengan karakter peserta didik
    1
    2
    3
    4
    d.      Kesesuaian metode, strategi dan model pembelajaran dengan pendekatan Scientific
    1
    2
    3
    4
    e.       Metode yang digunakan mengkonstruksi keterampilan proses sain peserta didik
    1
    2
    3
    4
    5
    Aspek Pemilihan Sumber dan Media Pembelajaran
    a.       Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran.
    1
    2
    3
    4
    b.      Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan materi.
    1
    2
    3
    4
    c.       Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan karakteristik siswa.
    1
    2
    3
    4
    6
    Aspek Langkah-Langkap Pembelaran
    a.       Kesesuaian dengan tahapan pada model inquiry
    1
    2
    3
    4
    b.      Kesesuaian dengan langkah pembelajaran menunjang pengembangan keterampilan proses sains
    1
    2
    3
    4
    c.       Kesesuaian dengan langkah pembelajaran mengakomodasi asesmen kinerja berbasis STEM
    1
    2
    3
    4
    d.      Kesesuaian dengan langkah Pembelajaran menunjang pengembangan nilai karakter (rasa ingin tahu, komunikatif, tanggung jawab dan mandiri)
    1
    2
    3
    4
    e.       Kesesuaian langkah-langkah dan alokasi waktu.
    1
    2
    3
    4
    f.       Kesesuaian dengan proses pembelajaran telah mengintegrasikan antara sains, teknik, engineering dan matematika dalam pembelajaran fisika.
    1
    2
    3
    4
    7
    Evaluasi Hasil Belajar
    a.       Kejelasan Prosedur Penilaian
    1
    2
    3
    4
    b.      Kelengkapan Instrumen Penilaian.
    1
    2
    3
    4
    c.       Kesesuaian teknik penilaian dengan bentuk asesmen kinerja dengan pendekatan Scientific.
    1
    2
    3
    4
    8
    Aspek Penggunaan Bahasa
    a.      Ketepatan bahasa yang digunakan dengan kaidah bahasa Indonesia
    1
    2
    3
    4
    b.      Kemudahan memahami bahasa yang digunakan
    1
    2
    3
    4
    c.      Kejelasan penggunaan bahasa dengan menghindari penafsiran berganda
    1
    2
    3
    4
    Skor Rata-rata

     
    Kesimpulan :

    1. (    )RPP Dapat Digunakan Tanpa Perbaikan
    2. (    )RPP Dapat Digunakan Dengan Sedikit Perbaikan
    3. (    )RPP Dapat Digunakan Dengan Banyak Perubahan
    4. (    )RPP Tidak Dapat Digunakan

    Komentar Validator :

    ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
    Makassar, 26 Maret 2019
    Validator          
    (Ahmad Dahlan S.Pd)
  • Pengertian Model Pembelajaran

    Pengertian Model Pembelajaran

    Pengertian Model Pembelajaran

    Ahmad Dahlan –  Model pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagi sebuah prosedur yang dilakuakn secara sistematis dengan tujuan melakukan koordinasi terhadap-terhadap pengalaman pengalaman belajar yang akan dilakukan oleh peserta di dalam kelas. Sistem belajar dalam sebuah model pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.   

    Model Pembelajaran Joyce dan Will

    Sebuah proses pembelajaran yang dilakuakn secara terstruktur dan dilakukan berulang-ulang akan membentuk sebuah pola dalam setiap kali pertemuan atau setiap tujuan pembelajaran tercapai. Joyce & Weil (1980: 3) menyatakan bahwa pola-pola yang telah direncakan di dalam kelas merupakan rancangan dari bentuk model pembelajaran.

    Model Pembelajaran ini selanjutnya sangat memabntu dalam menentukan kurikulum, pengajaran, pemiihan materi pelajaran dan proses bimbingan yang dilakukan oleh guru.   Joyce & Weil (1986) kemudian memberikan spesifikasi bahwa setiap model pembelajaran akan memiliki karakater tersendiri yang membuatnya berbeda antara satu model pembelajaran dan model pembelajaran lainnya, namun paling tidka model pembeljaran dapat dikenal melalui ciri ciri umum yang dibedakan berdasarkan unsur:  

    1. Sintaks – Berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan model pembelajaran.
    2. Sistem Sosial – Situasi standar dimana model tersebut dapat diterapkan
    3. Prinsip Reaksi – Bentuk respon-respon yang dilakukan oleh guru berdasarkan kegiatan yang dilakuakn peserta didik selama model diterapkan.
    4. Sistem Pendukung – Seluruh sarana dan prasaran yang dibutuhkan ketika model diterapkan. Hal ini juga terkait dengan kesiapan guru, alat dan juga bahan.
    5. Dampak Instruksional – Hasil belajar  dan pengelaman belajar yang secara langsung didapatkan oleh peserta didik setelah melewati proses pembelajaran. Hali ini tertuang dalam tujuan pembejalaran yang dirancang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
    6. Dampak Penggiring – Hasil belajaran tambahan yang didapatkan selama proses pembelajaran dilaksanakan tanpa ada rencana yang dilakukan oleh guru. Hasil ini didapatkan dari pengalaman yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran.

    Secara keseluruhan sebuah rancangan proses pembelajaran dapat dikatakan sebuah model pemebejaran jika ke 6 unsur umum tersebut dapat diamati dan dilaksanakan.

    4 Kelompok Model Pembelajaran Menurut Joyce & Will

     Joyce & Weil (1986) juga melakukan pengelompokkan model pembelajaran ke dalam 4 model. yakni:

    1. The information processing sources 
    2. The personal sources 
    3. The social interaction sources 
    4. Behavior modification as a sources 

    1.  The information processing sources 

    The information processing sources  atau model pemrosesan Informasi adalalh sebuah model pembelajaran yang berbasis pengetahuan Kognitif. Pembelajaran akan lebih ditekankan pada pengembalian, penguasaan dan pemrosesa informasi dengan dasar dari teori belajar Kognitif. Orientasi pemebajaran ditingkatkan pada konsep pengetahuan dengan asumsi bahwa peserta didik yang memproses imformasi akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

    Imformasi yang didapatkan peserta didik didapatkan dari lingkungan belajar (suasan belajar dalam kelas) baik berupa mengumpulkan informasi, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan sebuah konsep atau menggunakan bahasa verbal dan visual untuk menyampaikan informasi yang didapatkan.

    Asumsi dalam model pemrosesan Infomasi menganggap bahwa faktor yang berperan penting dalam pembelajaran adalah hasil belajar dan hal ini bersifat komutatif. Proses akan berlangsung disertai dengan penerimaan informasi yang menghasilkan output buerupa hasil belajar. Output dari hasil belajar ini dapat berupa : (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

    No.ModelTokohTujuan
    1.Model pencapaian konsep (concept attainment)Jerome BrunerDirancang untuk mengembangkan dan menganalisis konsep dengan menggunakan pola nalar induktif.
    2.Model berfikir induktif (inductive thinking)Hilda TabaDirancang untuk mengembangkan proses mental induktif dan penalaran atau pembentukan teori.
    3.Model latihan penelitian (inqury training)Richard SuchmanDirancang untuk memberikan pengelaman belajar kepada peserta didik dalam menghadapi penalaran kausal, lebih fasih dan tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep, serta hipotesis.
    4.Model penelitian ilmiah (scientific inquiry)Joseph J. SchwabDirancang untuk pembelajaran sistem penelitian dari suatu disiplin ilmu, tetapi diharapkan juga memiliki efek dalam kawasan lain.
    5.Model pengembangan intelek (developing intellect)Jean Piaget, Irving Sigel, Edmund, Sulivand, dkk.Dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi juga dapat diterapkan pada perkembangan sosial.
    6.Model penata lanjutan (advance organizer)David AusubelDirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.
    7.Model memorisasi (memorization)Harry Lorayne & Jerry LucasDirancang untuk meningkatkan daya ingat siswa.

    2. The personal sources

    The personal Source merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan model pembelajaran berdasarakan kemempaun indibidu dalam mengembangkan konsep yang terkait dengan materi pembelajaran. Hal hal yang meliputi pengembangan yang dilakukan Indovidu adalah mebangun pengetahuan dari diri sendiri, menemukan konsep dan melakukan organisasi dari seluruh potongan-potongan pengetahuan yang telah individu pelajari.

    Model pembelajaran personal berkiblat pada teori belajar Humanistik yanh lebih emosional dan berorientasi terhadapa perkembengan Individu. Perkembangan pengatahuan peserta didik tidak serta merta di dapatkan sendiri tetapi juga memperhatikan hubungan dengan lingkungan dan sosial. Model ini menuntut peserta didik mempu untuk membangun pengetahuan dari lingkungan sehingga individu harus memiliki hubungan harmonis antar sesama agar informasi dapatterkumpul secara efektif.

    No.ModelTokohTujuan
    1.Model non direktifCarl RogersMemberikan tekanan pada pembentukan kemampuan dalam perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan mengenal konsep diri.
    2.Model latihan kesadaranFritz Perls & William ScuhtzMeningkatkan kemampuan individu peserta didik untuk mengeksplorasi diri dan kesadaran diri.
    3.Model sinektikWilliam GordonMenekankan pada perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
    4.Model sistem-sistem konseptualDavid HuntMeningkatkan kompleksivitas dan keluwesan pribadi.
    5.Model pertemuan kelasWilliam GlasserMenekankan pada perkembangan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri serta kelompok sosial.

    3. The Social Interaction Sources

    The Social Interaction Sources atau Model interaksi sosial merupakan model pembelajaran yang menekankan proses pembelajaran pada hubungan individu dan sosial kemasyarakatan. Proses pembelajaran dalam model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi antara masyarakat terhadap orang lain, bersifat demokratis, bekerja secara produktif dalam masyarakat dan menerima perbedaan. Teori belajar utama yang mendukung model pembelajaran ini adalah teori belajar Gestalt atau Field-Theory.

    Dalam teroi belajar ini interkasi dan hubungan harmonis yang terjadi antara individu dan masyarakat menjadi fokus utama dari tujuan pembelajaran. Sebuah peristiwa dianggap benar jika dipandang secara keseluruhan bukan secara sebagian atau cuplikan pengetahuan. Secara khusu pembelajaran dianggap memiliki makna jika materi dipahami secara utuh.

    No.ModelTokohTujuan
    1.Model investigasi kelompokHerbert Telen & John DeweyMengembangkan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial yang demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan antar pribadi (kelompok) dan keterampilan-keterampilan penentuan akademik.
    2.Model inkuiri sosialByron Massiales & Benjamin CoxMenekankan pada pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial dan penalaran logis.
    3.Model latihan laboratorisBethel MaineMenekankan pada perkembangan keterampilan antar pribadi dan kelompok melalui kesadaran dan keluwesan pribadi.
    4.Model penelitian yurisprudensialDonald Olever & James P. ShaverDirancang untuk pembelajaran kerangka acuan yurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu sosial.
    5.Model bermain peranFainie Shafel & George FhafelDirancang untuk mempengaruhi peserta didik agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial.
    6.Model simulasi sosialSarene Bookock & HaroldDirancang untuk membantu peserta didik agar mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial serta untuk menguji pemerolehan konsep keterampilan perbuatan dan keputusan

    4. Behavior modivication as a sources

    Kategori model pembelajaran Behavior modivication as a sources atau model modifikasi tingkah laku berpusat pada perubahan yang tampak pada individu sehinggaindividu konsisten terhadap konsep diri sendiri.

    Model ini berkiblat pada teori belajar Behavioristik dengan mengembangkan sistem efisien untuk mengurutukan tugas-tugas belajar yang dapat membentuk tingkah laku. Model ini berpandangan bahwa tugas tugas harus diberikan dalam bentuk bagian-bagian kecil yang berurutan dan mengandung perilaku khusus.

    Model ini memiliki asumsi bahwa proses belajar di dapatkan dari manipulasi keadaan yang dialami peserta didik sehingga dengan terpaksa melakukan perubahan-perubahan perilaku. Aspek perubahan terkait dengan hal-hal yang bersifat psikologis dan perilaku yang tidka dapat diamati.

    No.ModelTokohTujuan
    1.Managemen kontingensiB.F. SkinnerMenekankan pada kemampuan memahami fakta-fakta, konsep, dan keterampilan.
    2.Kontrol diriB.F. SkinnerMenekankan pada pengendalian prilaku dan keterampilan sosial dalam mengontrol dirinya.
    3.RelaksasiRimm, Masters, & WolfeMenekankan pada tujuan pribadi (mengurangi ketegangan dan kecemasan).
    4.Pengurangan keteganganRimm, Masters, & WolfeMenitik beratkan pada pengalihan pada kesantaian dari kecemasan dalam situasi sosial
    5.Latihan Asertif desensitasWolfe, Lazarus, & SalterBerorientasi pada ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalan situasi sosial.
    6.Latihan langsungGagne, Smith & SmithMenekankan pada pola-pola prilaku dan  keterampilan pada diri peserta didik.

    Referensi 
    Joyce, B., & Weil, M. (1980) Models of Teaching (Second Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
    ——–, (1986). Models of Teaching (Third Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

  • Defenisi dan Aspek-Aspek Pemahaman Konsep Berdasarkan Taksonomi Bloom

    Defenisi dan Aspek-Aspek Pemahaman Konsep Berdasarkan Taksonomi Bloom

    Ahmad Dahlan. Tingkatan aspek pengetahuan atau kognitif yang diperkenalkan oleh Benyam S. Bloom memiliki kualitas yang baik untuk menentukan tingkatan kemampuan dan pengetahuan. Salah satu dari tingkatan dasar kemampuan berpikir atau low order thinking adalah pemahaman.

    Bloom (1979) menyatakan bahwa salah satu tanda seseorang orang mengetahui suatu hal ditandai dengan pemahaman yang dapat disampaikan kepada orang lain baik dari segi kemampuan untuk menyampaikan isi dari suatu subjek atau hal-hal yang berkaitan dengan objek tersebut.

    Implikasi dari pernyataan tersebut adalah seluruh peserta didik diharapkan untuk memahami suatu konsep agar ketika dihadapkan dengan keadaan di mana peserta didik berkomunikasi, maka peserta didik diharapkan mengetahui apa yang mereka jelaskan baik dalam bahasa verbal, non verbal atau bahkan dalam bentuk simbolik sekalipun.   

    Pemahaman yang komprehensif ditandai dengan bentuk penyampaian dengan cara yang berbeda dengan cara yang di dapatkan, karena ada indikasi dari ingatan atau kemampuan menghafal yang harus dihindari. Pandangan ini didasari bahwa ingatan memiliki tingkatan kesulitan yang lebih rendah dibandingkan pemahaman.

    Seseorang bisa dengan mudah menyampaikan nomor handphone yang mereka miliki tanpa mengetahui makna dari setiap angkay yang mereka sebutkan. Berbeda dengan ingatan, pemahaman hanya memerlukan intisari dari topik yang sedang dikaji. Subiyanti (1988) menyatakan bahwa pemahaman bersangkutan dengan intisari dari sesuatu, yakni berupa kemampuan yang membuat seseorang mengetahui apa yang mereka komunikasikan. Ide yang selanjutnya mengembangkan intisari tersebut dengan kemampuan verbal yang dimiliki oleh setiap individu.  

    Aspek-Aspek Pemahaman Konsep

    Bloom membagi ranah koginitif dalam 6 taksonomi dan meletakkan pemahaman lebih tinggi dari pengetahuan (ingatan). Salah satu ciri-ciri paling mudah diamati dari aspek pemahaman adalah kemampuan untuk menyampaikan sesuatu dengan menggunakan kalimat sendiri tentang sesuatu. Lebih jauh mengenai aspek-aspek dari dari pemahaman Bloom (1979) membagi aspek pemahaman dalam 3 aspek, yakni (1) translasi, (2) interpretasi, dan (3) ekstrapolasi. 

    1. Translasi

    Translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu gagasan dan dapat disampaikan atau dinyatakan dengan menggunakan metode yang berbeda dari proses dicapai atau dari pernyataan asal dari apa yang telah didapatkan.

    Secara sederhana translasi adalah kemampuan untuk menerjemahkan suatu konsep ke bahasa yang dipahami sendiri kemudian ditunjukkan dengan menyampaikan dalam bentuk lain baik berupa model atau simbol yang digunakan. Adapun indikator dari transalasi berdasarkan Bloom (1979) adalah :

    1. Kemampuan menerjemahkan sesuatu yang abstrak ke dalam bahasa yang konkret.
    2. Kemampaun menerjemahkan hubungan yang ada pada sebuah simbol, ilustrasi, peta, diagram, tabel, grafik, persamaan matematis dan rumus-rumus lain ke dalam bentuk verbal dan begitu pula sebaliknya.

    2. Interpretasi

    Interpretasi adalah kemampuan untuk mengembangkan dan mendapatkan informasi yang tidak tercantum secara eksplisit dari sumber yang di rujuk. Satu lebih tinggi dari translasi yang hanya mengubah informasi yang di dapatkan ke dalam bentuk lain, maka interpretasi mampu memberikan informasi lebih dari yang tertuang secara eksplisit dan disampaikan.    Contoh sederhana 

    1. Semalam hujan dan pohon-pohon kecil tumbang (sumber)
    2. Pohon-pohon kecil tumbang kemungkinan disebabkan oleh hujan yang turun lebat semalam atau akar pohon kecil belum begitu kuat menopang batangnya (yang disampaikan)

    Interpretasi hanya berbicara pada kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dari informasi dan menarik data baru yang tidak disebutkan dari sumber secara jelas atau bersifat abstrak.

    3. Ekstrapolasi

    Ekstrapolasi adalah kemampuan untuk meramalkan (menduga) atau memberikan gambaran akan sesuatu hal berdasarkan trend yang muncul pada data. Hal-hal yang diramalkan dapat berupa konsekuensi, implikasi dan akibat yang akan muncul berdasarkan motif dan pola-pola yang ada pada data.

    Hal ini berarti ekstrapolasi lebih dari sekedar pemahaman mengenai hal-hal yang konkret dan abstrak dari data yang didapatkan. Pemahaman ini lebih dekat dengan aspek ke tiga yakni aplikasi dari tingkat taksonomi Bloom, hanya saja belum sampai pada tahan melakukan.   Contoh Sederhana.

    1. Semalam hujan dan pohon-pohon kecil tumbang (sumber)
    2. Jika hujan terjadi terus menerus selama tiga hari kemungkinan pohon-pohon akan kecil baik yang kecil maupun yang besar (informasi yang didapatkan setelah mengambil dugaan)

    Referensi

    Bloom, B.S., (1978) Taxonomy of Educational Objectives (The Clasification of Educational Goals) Handbook 1 Cognitive Domain. London : Longman

    Subiyanto (1988). Evaluasi pendidikan ilmu pengetahuan alam. Jakarta : Direktorak Jendral Pendidikan Tinggi  

  • Pengertian Kurikulum Pendidikan dan 4 Aspek Kurikulum

    Pengertian Kurikulum Pendidikan dan 4 Aspek Kurikulum

    Pengertian Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan

    Ahmad Dahlan. Menurut asal katanya, Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yakni “curir” yakni seorang pelari dan “curere” yang memiliki makna lintasan tepat serang pelari berlari. Berdasarkan asal kata, kurikum dapat diartikan sebagai jarak lintasan yang harus ditempuh oleh seorang pelari untuk mendapatkan medali. Untuk mendapatkan medali, kurikulum tentu suatu hal yang dirancang untuk dilaskanakan hingga selesai dan tidak terhenti di tengah perjalanan.

    Kurikulum ini kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan dengan analogi pelari adalah seorang peserta didik yang harus menempuh serangakaian kompetensi dasar agar mendapatkan penghargaan berupa sertifikat. Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana bahwa kurikulum adalah : Sejumlah komptensi dasar dalam mata pelajaran yang harus dikuasai oleh sertda didik dengan mengikuti program dari awal hingga akhir program untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah sebagai imbalan.  

    Sebuah kurikulum dirancang sedemikian rupa untuk mengatur proses pembelajaran. Taba (1962) menyatakan bahwa kurikulum adalah sebuah rencana pembelajaran yang disebutkan secara eksplisit dengan kalimat “a plan for learning”. Sebuah sistem dan seluruh rangkaian yang akan dijalani oleh peserta didik selama mengikuti pembelajaran direncanakan terlebih dahulu. Implikasi lain dari pandangan ini dapat dinyatakan sebgaia dokumen tertuis yang menjelaskan mengenai kegiatan perseta didik selama di sekolah dan kaitanya dengan program pembelajaran.

    Dokumen tertulis tentu saja pengertian kurikulum secara terbatas dan dianggap akan berarti apa-apa tanpa implemnetasi. Proses implementasi dari rencan pembelajaran yang dituangakn dalam bentuk kegiatan belajar harus di jaga sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Alberty (1965) menjelaskan bahwa keurikulum adalah segala bentuk aktivitas yang diberikan kepada peserat didik selama mengikuti program pembelajaran yang ada di dalam sekolah. Meskipun kelemahan dari pandangan Alberty ini hanya dibatasi oleh seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selam di sekolah saja sedangkan kegiatan pembelajaran dan pembentukan peserat didik tentu sangat komplek dan terjadi di mana saja.

    Peserta didik adalah manusia yang sangat dinamis dan dapat berubah oleh suatu hal yang kecil dan besar sebagai bentuk tanggapan atas perubahan yang terjadi dimanapun mereka berada, oleh karena itu jika dari keseluruhan perubahan yang didapatkan dapat dikategorikan sebagai hasil belajar, maka kurikulum tidak terbatas kegiatan yang ada di dalam sekolah saja.

    Saylor, Alexander dan Lewis (1974) menyatakan bahwa seluruh aspek yang dapat memberikan pengalaman kepada peserta didik baik bisa terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas baik di dalam maupun di diluar lingkungan sekolah. Sekolah tentu saja memiliki keterbatasan dalam memasukkan pengetahuan baru untuk diadaptasi dalam kurikulum mereka.

    Proses perencanaan program pembelajaran harus disusn sistematis dan hirarki disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik. Kurikulum tidak boleh disusun berdasarkan satu tujuan dari suatu lembaga pendidikan agar tujuan tercapai lembaga tersebut tercapai akan tetapi harus memperhatikan aspek-aspek yang melekat pada peserta didik. Kurikulum harus disusun berdasarkan sekumpulan kursus-kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik (Carter – 1973). Tujuan dari penysusunan ini agar peserta didik dapat dengan mudah mengikuti keseluruhan program yang telah direncanakan.  

    Dalam proses penyelesaian beban yang telah ditentukan dalam kurikulum maka tidak seluruh peserta didik mampu menyelesaikan beban dengan beban dan waktu yang sama. Kurikulum tentu saja memberikan hasil yang berbeda dari setiap peserta didik apakah mereka tetap berjalan sesuai dengan gerbong atau tidak oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem penilaian yang dapat menunjukkan kesimpulan mengenai proses yang dilakukan oleh peserta didik.

    Hasil ini harus dievaluasi agar bisa diambil keputusan mengenai pembuatan, pelaksanaan dan hasil dari implementasi dari kurikulum.   Berdasarkan uraia yang telah dilakukan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum terdiri 4 aspek penting yakni :   

    1. Kompetensi : Beban yang harus dikuasai oleh peserta didik selama mengikuti program pembelajaran. Komptensi tersebut tertuang dalam mata pelajaran atau mata kuliah yang diberikan dengan kriteria tertentu.
    2. Peserta Didik : Subjek yang melakukan belajara (pebelajara). Peserta didik dituntut untuk menguasai beberapa kompetensi minimal agar dapat dikatakan melewati suatu jenjang tertentu.
    3. Pelaksana : Suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam meingimplemtasikan kurikulum. Pelaksana pada awalnya hanya terdiri dari satu lembaga yakni sekolah yang menanungi peserta didik, namun dalam skala nasional tentu saja dibutuhkan banyak lembaga yang berperan untuk mengarahkan peserat didik tetap berada pada jalur yang sesuai.
    4. Evaluasi : Sistem evaluasi adalah proses penilaian proses implemntasi kurikulum secara keseluruhan. Evaluasi akan menilai seluruh proses baik secara partial maupun terintegrasi dengan tujuan melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang ada dalam program atau bahkan program secara keseluruhan jika dianggap gagal dalam melaksanakan tujuan kurikulum.
  • Pengertian Belajar – Pandangan Empirisme, Behavioral dan Konstruktivisme

    Pengertian Belajar – Pandangan Empirisme, Behavioral dan Konstruktivisme

    Ahmad Dahlan. Belajar adalah sebuah proses memberikan informasi baru kepada diri sendiri yang tidak bisa dipelajari. Morgan, et al (1986) menyatakan bahwa jika belajar merupakan kegiatan mental yang tidak bisa diamati secara fisik.

    Peserta didik yang terlihat sedang mendengarkan penjelasan guru atau mengerjakan tugas praktikum yang ditugaskan oleh pembimbingnya secara fisik terlihat sedang belajar, namun bukan berarti mereka telah mendapatkan perubahan mental melalui proses tersebut.

    Bisa jadi peserta didik hanya melakukan kegiatan fisik tanpa mendapatkan pengalaman yang dapat merubah mental mereka. Jika demikian proses ini tidak bisa dikategorikan sebagai proses pembelajaran.

    Hasil belajar yang didapatkan oleh peserta didik bersifat permanen (Ormrod – 1995) atau dengan kata lain tidak hanya ditunjukkan pada proses pembelajaran semata tapi juga dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Hal ini disebut sebagai pengalaman yang didapatkan melalui proses belajar Padangan ini merupakan padangan empirisme yang menitikberatkan pada hasil yang dicapai.

    Meskipun tidak dapat proses belajar tidak dapat diamati, namun seseorang yang telah melakukan pembelajaran akan menunjukkan perubahan yang dapat ditunjukkan dari perbedaan indikator yang ada pada peserta didik sebelum dan setelah melakukan proses pembelajaran.

    Pengertian Pembelajaran

    Proses mendapatkan pengelaman belajar dari peserta didik disebut sebagai pembelajaran. Degeng (1997) menyatakan bahwa pembelajran adalah proses membuat peserta didik belajar.

    Pembelajaran merupakan proses yang tidak dibatasi ruang dan waktu tapi terikat pada hasil yang dicapai oleh peserta didik. Hal disebabkan oleh mataeri / objek yang dipelajari sangatlah luas sehingga ruang kelas menjadi sebuah pembatas yang tidak mungkin menjelaskan materi-materi yang kontekstual.

    Sebagai contoh pada subjek Geofisika dimana seorang guru mungkin saja bisa membuat sebuah pemodelan media pembelajaran gunung berapi, namun tentu saja hal tersebut tidak cukup detail untuk menjelaskan dampak dari gunung yang sedang meletus.

    Dalam kaitannya dengan pendidikan / Edukasi, pembelajaran merupakan sebuah proses yang membangun pemahaman peserta didik, tidak hanya mengendalkan pengetahuan yang mengandalkan ingatan.

    Hasil belajar haruslah memiliki manfaat yang nyata bagi pebelajar Nikson (1992). sehingga pemodelan materi yang dilakukan selama proses pembelajaran dapat diadaptasi untuk menyelesaikan masalah yang mereka temukan di dunia nyata.

    Belajar dalam Pandangan Behavioral 

    Belajar dari sudut padang behavioral (tingkah laku) adalah kecapakan yang didapatkan oleh peserta didik yang didapatkan dari latihan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Pandangan ini diawali oleh teori Anjing Pavlov dimana proses belajaran hanya bisa dilakuakn melalui proses pengkondisian.

    Pavlov mengamati bawah seekor anjing yang hanya akan mengeluarkan liur ketika hendak di beri makan namun tidak dengan kondisi lain. Pavlov kemudian melakukan pengkondisian dimana anjing tersebut akan diberi makan tidak lama setelah Pavlov memukul lonceng.

    Anjing akan mendapatkan makanan tidak lama setelah lonceng dibunyikan. Lama kelamaan perilaku anjing bergeser dari yang awalnya mengeluarkan air liur hanya pada saat melihat makanan kini setiap kali mendengar lonceng. Si anjing akan membuat asosiasi secara alami bahwa bunyi lonceng adalah tanda makanan akan diberikan.

    Pavlov kemudian melakukan modifiaksi lagi dimana tidak setiap kali bunyi lonceng akan diberikan makanan, namun frekuensi hanya sedikit, lama kelamaan frekuensi bunyi lonceng tanpa makanan diperbanyak sampai akhirnya Anjing tersebut akan mengeluarkan liur hanya dengan mendengarkan bunyi lonceng meskipun tanpa diberi makanan lagi.

    Proses ini bisa saja terjadi berulang-ulang diman sang anjing mungkin tidak mengeluarkan air liur di tengah ekspremen. Untuk menyelesaikan masalah ini, PAvlov kemabli akan memberikan makan ketika lonceng dibunyikan namun air liur anjing tidak keluar.

    Upaya tersebut merukan atenuasi atau proses penguatan perlakuan yang diberikan Pavlov terhadap subjeknya. Hamalik (2001) justru meyakini jika proses belajar yang utama ada pada proses pelatihan termasuk Atenuasi bukan pada penentuan tujuan awal.

    Belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang menghasilkan sebuah produk dan tujuan dari belajar. Belajara diartikan sebagai suatu proses mengalami dan mengingat berdasarkan pengalaman yang didapatkan. Oemar hamalik seolah-olah menegaskan bahwa belajar bukanlan suatu hasil latihan melainkan suatu proses perubahan kelakuan.

    Belajar dalam Pandangan Konstruktivis 

    Pada kenyataannya, terdapat pandangan lain mengenai belajar. Teori konstruktivis menunjukkan bahwa belajar merupakan hasil dari sebuah pembangunan keterampilan yang didapatkan tidak hanya melalui sebuah pengalaman tetapi juga melatih keterampilan tertentu. John Dewey berpendapat belajar lebih dari sekedar mengalami tapi mengambil pelajaran dari apa yang telah dialami sehingga dapat diambil langkah yang lebih baik dari sebelumnya. Sebuah pengalaman yang dilalui begitu saja tentunya tidak akan menghasilkan sebuah pengetahuan baru. Kajian mendalam mulai dari mencoba mengingat kejadian sampai dengan menciptakan sebuah produk merupakan sebuah proses belajara yang kompleks.

    Serupa dengan yang disampaikan oleh Dewey, Gredler (1986) mengatakan bahwa proses belajar didapatkan dari sebuah perubahan tingkah laku dan proses belajar didapatkan melalui perlakuan dari lingkungan buatan (eksperimen) dan sebagian kecil berasal dari lingkungan alami. Lingkungan alami cenderung membuat orang merasa nyaman dan tidak akan melakukan upaya mencari lebih dari sekedar yang dibutuhkan dalam lingkungan alami.

    Perubahan lingkungan yang dilakukan secara sengaja membuat seseorang harus mencari tahu mengenai hal yang dibutuhkan dalam melewati perubahan tersebut.   Sebuah proses belajar dilakukan dalam waktu yang lama, hal ini akan membedakan dengan insting manusia. Proses belajar tentunya sangat berbeda dengan merasakan api atau berjalan di atas tali dari sebuah gedung pencakar langit. Belajar membutuhkan sebuah proses sintesis pengetahuan yang didapatkan baik dari pengalaman dan juga perubahan keadaan.

    Seorang peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen tidak akan langsung paham mengenai sebuah metode meskipun peserta didik tersebut sudah mampu melakukan langkah-langkah yang diberikan. Dibutuhkan proses analisis dan sintesi yang ada dalam pikiran peserta didik itu sendiri agar mendapatkan pengetahuan secara holistik. Meskipun teori ini terlihat seperti proses menanggapi ransangan dari sebuah stimulus yang diberikan, namun belajar memiliki makna yang lebih kompleks dibandingkan dengan menanggapi rangsangan yang dimaksud.  

    Sebuah proses belajar akan mengarahkan seseorang berubah dalam ranah pengetahuan baik dari segi kemampuan kognitif, perubahan sikap yang muncul, keterampilan gerak dari proses latihan atau keterampilan lain yang menjadi dampak setelah peserta didik melalui sebuah proses belajar. Proses akan terus berkembang seiring dengan perubahan pengalaman yang didapatkan oleh peserta didik setelah melalui proses belajar.

    Rujukan

    Degeng, Sudana, I Nyoman. (1997). Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi Dengan Model Elaborasi. Jakarta: IKIP Malang dengan Biro Penerbitan Ikatan Profesi

    Morgan, Clifford T et.al . (1986). Introduction to psychology. New York : McGraw-Hill Book Company

    Ormrod, Jeanne Ellis. (1995). Human Learning. Columbus : Merrill

  • Pengertian dan Peranan Pendidikan

    Pengertian dan Peranan Pendidikan

    Untuk Peserta Didik, Guru, Dosen, Pendidik dan Semua Orang.

    Ahmad Dahlan. Tidak ada kalimat yang paling indah untuk memulai membahas pengertian dan peranan pendidikan kecuali dengan kalimat “Pendidikan adalah mata uang yang berlaku kapan saja dan dimana saja“. Kalimat sederhana ini menunjukkan betapa penting nilai pendidikan dibandingkan dengan harta dan mata uang apa saja yang ada di dunia. Beberapa orang mungkin memiliki sejumlah besar mata uang Euro1 atau Dollar1 di kantong, namun itu tidak akan berlaku di pedalaman Amazon ataupun di daerah konflik yang tidak memiliki money changer outlet2.    Seseorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan memiliki keterampilan tentu bisa bertahan hidup dalam kondisi apapun. Penekanan peranan pendidikan hampir menunjukkan fungsi dan posisinya pada setiap sendi kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan memberikan pendidikan kepada orang lain ataupun diri sendiri memiliki arti memberikan seluruh modal dibutuhkan dalam menjalani hidup oleh karena itu salah memberikan pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyesatan terhadap kehidupan.  

    A. Peranan dan Pengertian Pendidikan serta Pandangan para ahli.

    Secara etimologi, pendidikan atau education berasal dari kata ēducātiō atau ēdūcō yang secara harfiah berarti saya berlatih atau saya belajar. Berlatih adalah upaya yang dilakukan untuk memahami sebuah keterampilan tertentu. Proses latihan merupakan sebuah proses belajar dengan melakukan sesuatu. Dalam dunia pendidikan, Proses belajar untuk memahami sesuatu akan merujuk pada kata pendidikan.

    Pendidikan dapat diartikan segala usaha yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu mengenai objek yang dipelajari. Pada kamus besar bahasa Indonesia memandang bahwa pendidikan dilakukan secara individu. Individu akan memperoleh pandangan yang ia dapat setelah melakukan proses belajar baik belajar secara individu maupun belajar secara berkelompok.

    Pendidikan adalah sebuah proses belajar yang dapat dilakukan dan bersumber dari apa saja. Salah satu hal yang paling sering dijadikan sumber belajar bagi siapa saja adalah pengalaman. Pengalaman adalah guru yang paling berharga, namun John Dewey berpendapat bahwa pengalaman bukanlah guru yang paling baik melainkan mengambil hikmah dari pengalaman. Seorang yang gagal dalam melakukan usaha dan terus mencoba tanpa mengetahui kekurangan yang ia lakukan saat melakukan usaha tidak akan menunjukkan perubahan apa-apa jika ia tidak melakukan refleksi tentang apa yang ia kerjakan.

    B. Pendidikan merupakan bagian dari pengalaman namun Pengalaman tidak selalu mendidik

    Hakikat dari sebuah pengalaman akan didapatkan oleh siapa saja yang mengalami bertumbuhan, namun keterkaitan antara pengalaman dengan pendidikan tentu saja terdapat sedikit perbedaan. Kumpulan dari pengalaman yang digunakan oleh seseorang untuk menjadi lebih baik merupakan sebuah proses pendidikan yang ia lakukan sendiri.

    Pengalaman akan membawa dua perubahan dalam hidup yakni membuat seseorang menjadi lebih bijak dan yang kedua adalah membuat seseorang menjadi lebih tahu dan menambah keterampilan. Kedua hal ini bisa berjalan beriringan namun pada beberapa kondisi tertentu pengalaman tidak membuat orang menjadi bijak. Arti kata pendidikan lebih menekankan pada faktor yang membuat seseorang menjadi lebih bijak setelah mengetahui sesuatu hal berdasarkan pengalaman yang ia bangun, namun proses mencari tahu sesuatu berdasarkan pengalaman tanpa membuat menambah kearifan seseorang lebih dikaitkan dengan proses belajar.

    Pengalaman yang didapatkan dari proses belajar terkadang membawa malapetaka, dalam kajian pendidikan yang disangkutpautkan dengan sains, belajar dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Nobel adalah salah satu kisah yang paling baik digunakan sebagai conotoh pembeda antara pendidikan dan proses belajar. Nobel merupakan ilmuwan besar yang telah berhasil mengubah sejarah dunia dengan temuan yang ia dapatkan dari mengekstrak Nitrat di alam. Senyawa Nitrogen tersebut  kemudian disintesis menjadi senyawa Toulena yang menjadi bahan dasar Dinamik. Nobel yang menyesali karena penemuannya dijadikan sebagai alat perang yang paling mematikan hingga saat ini akhirnya menyesal dan menyumbangkan hartanya bagi siapa saja yang mampu membawa perdamaian di dunia.

    Pengalaman yang didapatkan oleh Nobel selama bekerja sama dengan ayahnya dalam menciptakan bahan peledak dari bubuk mesiu tidak memberikan gambaran mengenai dampak negatif yang muncul setelah menemukan Dinamik. Hal ini juga pernah disesali oleh ilmuwan terbesar sepanjang sejarah Albert Einstein. Teori relativitas yang ia temukan akhirnya mengarahkan penelitian yang berhasil menciptkan senjata pemusnah massal bom Nuklir. Baik Einstein dan Nobel merupakan ilmuwan yang telah berjasa membongkar hukum alam namun dalam kajian dampak, penemuan yang mereka dapatkan menimbulkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan dalam hal kearifan dalam kehidupan bermasyarakat.

    C. Peranan Guru dalam mendidik

    Pada ranah pendidikan sekolah terutama pendidikan sains, tentu bukanlah hal tabu menjadikan Nuklir dan Toulena sebagai materi ajar di dalam kelas. Guru yang baik memiliki peran ganda yang harus dilakukan secara bersamaan di dalam kelas. Peran pertama yakni sebagai seorang pengajar yang memberikan pengetahuan terkait materi yang didapatkan dan menyampaikan kebenaran apa adanya dan yang kedua adalah memberikan pendidikan kepada peserta didik agar pengetahuan yang didapatkan digunakan sebaik mungkin untuk hajat hidup orang banyak.  

    Dalam proses pembelajaran di dalam kelas tentu ada tidak terhindarkan untuk mengkaji materi yang memiliki dampak negatif. Kemungkinan yang paling besar yang membuat materi memiliki arti negatif adalah lingkungan dimana materi tersebut diajarkan. Sebagai contoh sebagian besar besar guru biologi di Indonesia kesulitan dalam memberikan pengantar dalam proses pembelajaran pada saat materi reproduksi pada manusia.

    Konotasi negatif muncul karena kebiasaan masyarakat yang tidak terbiasa dengan sex education dan lebih cenderung mengartikan penjelasan mengenai reproduksi dengan pornografi. Pada kasus-kasus seperti ini seorang pendidik harus mampu memberikan pengantar yang baik agar tidak muncul pengetahuan yang bersifat negatif kepada peserta didik pasca proses pembelajaran. Pengalaman mengajar yang memadai dan keterampilan memahami karakter masyarakat sekitar sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya memberikan pendidikan kepada peserta didik.  

    Pandangan Plato mengenai Pendidikan

    Pendidikan serta kaitannya dengan belajar dimulai sejak sesorang mulai tumbuh dan mampu untuk berfikir dan merasakan. Seorang filsuf pada masa mitologi di yunani, Plato menjelaskan bahwa pendidikan merupakan hasil awal yang dirasakan oleh seorang anak ketika ia mulai merasakan senang dan kasih sayang,  penderitaan dan tersakiti kemudian mengambil pertimbangan tentang apa yang mereka rasakan terutama mengenai penyebab dan alasan mengapa mereka merasakan perasaan tersebut.    Sejalan dengan pendapat ini Plato menegaskan bahwa pendidikan adalah sebuah proses memperbaiki tingkah laku dan pendapat yang dilakukan oleh orang dewasa kepada generasi yang lebih muda dalam hal ini anak-anak. Analogi ini dapat digunakan bahwa bapak mengajari anak seperti guru mengajari murid.  

    Pendidikan diberikan kepada anak dengan tujuan memberikan persiapan dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Pendidikan menekankan pada proses pemberian nilai moral dan nilai dari kebijakan3 yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk hidup bersama sebagai makhluk sosial. Peran individu terdidik4 dalam kehidupan sosial bertujuan untuk menjaga kestabilan sosial dan juga perkembangan kebudayaan dimana individu tersebut berinteraksi.   Pendidikan secara luas tidak hanya didapatkan dari dunia pendidikan di dalam kelas.

    Nehreye5 memberikan gambaran bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat mendapatkan pendidikan namun secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan dalam proses mendapatkan ilmu baik itu melalui radio, film, diskusi bahkan belajar dari pengalaman sebelumnya termasuk bagian dari trial and error. Pada negara modern dengan perkembangan yang sangat pesat pengertian pendidikan bisa jadi bernilai usang dan tidak spesifik dalam menjelaskan makna pendidikan, namun pandangan muncul dari seorang presiden sebuah negara tertinggal yang kesulitan menyediakan pendidikan yang layak untuk seluruh warga negaranya. Semangat yang ditunjukkan oleh Nehreye mengenai pendidikan memberikan pandangan bahwa hal yang paling utama dalam hidup adalah mampu melakukan yang terbaik dalam keterbatasan. Nilai pendidikan yang sangat jarang dirasakan oleh peserta didik dimasa serba canggih dan perkembangan teknologi yang sangat pesat.  

    Penekanan pendidikan tidak menitik beratkan pada pengetahuan namun pada aspek moral dan peran seorang yang mendapatkan pendidikan menunjukkan sumbangan pemikiran dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan dikaitkan dengan menyiapkan peserta didik agar mampu hidup dan melakukan interaksi sosial. 

    1Euro dan Dollar digunakan untuk menunjukkan bahwa sekalipun mata uang terkuat di dunia belum sanggup untuk mengalahkan nilai dari pendidikan.

    2Tempat penukaran mata uang.

    3Kebijakan atau kebajikan dari kata Wisdom

    4Mendapatkan pendidikan

    5Presiden Tanzania yang sangat berjasa di bidang pendidikan Tanzania dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia.