Kategori: Penelitian

  • Defenisi Populasi Pengertian Sampel dan Teknik Sampling Dalam Penelitian Pendidikan dan Behavioral

    Defenisi Populasi Pengertian Sampel dan Teknik Sampling Dalam Penelitian Pendidikan dan Behavioral

    A. Pengertian Populasi

    Ahmad Dahlan. Populasi pada umumnya banyak dikenal dalam istilah antroplogi dan Biologi yang merujuk pada sekumpulan Individu yang hidup dalam sebuah ekosistem tertentu. Tujuannya dari pengelompokan Populasi ini tujuannya untuk memudahkan pengamatan mengenai karakteristik dan perilaku populasi dan interaksinya terhadap populasi lain ekosistem tersebut.

    Hal ini tentu saja akan berbeda jika dikaitkan dengan karakter manusia yang lebih unik dan menunjukkan banyak perilaku. Batasan-batasan yang didasari ciri-ciri biologis semata seperti proporsi makan, gerak, bernafas, berkembang biak dan sejenisnya tidaklah cukup untuk menjelaskan kriteria manusia sebagai mahluk sosial.

    Dalam metode statistik, Populasi dikenal sebagai sekumpulan data sejenis baik yang imajiner maupun nyata yang menjadi tempat berlakunya inferensi yang diambil dari sampel. Agar hasil inferensi dapat diterima di populasi, maka seluruh kriteria yang dimiliki oleh Populasi harus dimiliki oleh Sampel, dengan kata lain Sampel adalah wakil yang representatif dari Populasi hanya saja ukurannya lebih kecil.

    Tujuan umum pengambilan sampel agar penelitian yang dilakukan tentu saja agar memudahkan proses penelitian dan mengurangi jumlah biaya. Sebagai contoh penelitian sederhana meskipun tidak ilmiah adalah menggeneralisasikan rasa rambutan yang dijual dengan mengambil beberapa sampel rambutan untuk di coba.

    Seorang pembeli rambutan misalnya akan mengambil rambutan secara rambang (Random) dari sekumpulan jajanan rambutan dalam satu keranjang. Rasa dari rambutan akan menjadi tafsiran untuk rasa seluruh rambutan yang ada dalam keranjang, jika rambutan kecut atau masam, maka transaksi jual tentu saja tidak terjadi, namun jika rambutan yang dicicipi rasanya manis, maka transaksi jual beli kemungkinan besar akan terjadi.

    trends sampel orang orang penelitian pendidikan di jepang

    Cara sederhana tentu saja tidak berlaku jika parameter yang ingin dicari lebih detail, misalnya kadar gula dari rambutan. Maka pengambilan satu ada dua buah rambutan tentu saja tidak cukup baik. Dibutuhkan banyak pertimbangan dalam tata cara pengambilan sampel, ukuran sampel, kriteria dari sampel dan kesimpulan dari hasil pengukuran yang dilakukan. Hal serupa juga terjadi dalam penelitian dengan objek penelitian yang dilakukan kepada manusia, peserta didik, guru dan lembaga pendidikan. Parameter-parameter baru akan muncul sebagai dasar dalam menentukan cakupan populasi, bisa saja berdasarkan tempat, waktu, kompetensi, hasil belajar, sikap dan lain-lain, misalnya Peserta didik kelas X di daerah terpencil tidak sama dengan peserta didik dengan tingkat yang sama di daerah perkotaan.

    Seorang peneliti tentu saja harus melakukan pengukuran tahap awal atau paling tidak memiliki informasi mengenai kriteria-kriteria yang melekat pada populasi. Data-data tersebut akan dijadikan dasar nantinya untuk melakukan jenis sampel, teknik sampel yang digunakan, ukuran sampel dan teknik analisis data yang digunakan.

    B. Definisi Sampel 

    Sampel adalah bagian dari populasi yang merepresentasikan seluruh karakteristik yang ada pada populasi, oleh karena itu ukuran sampel selalu lebih sedikit atau sama dengan populasi. Terkait dengan jumlah sampel tentu saja bergantung dari parameter-parameter yang melekat pada populasi seperti parameter ukuran populasi, sebaran populasi, konsentrasi, kepadatan dan lain-lain. Jumlah parameter yang dijadikan pertimbangan didasarkan oleh jenis penelitian dan variabel yang ada dalam penelitian.

    Sebagai contoh dalam pengujian gula darah, ukuran sampel yang digunakan adalah darah manusia dan populasi dari pengujian ini adalah seluruh darah yang ada dalam individu. Jumlah dari dari darah yang dibutuhkan berdasarkan ukuran minimum untuk menunjukkan gula darah, tidak perlu mengambil lebih banyak dari yang dibutuhkan dan melakukan pengukuran berulang dengan sumber darah dari kaki di bedakan dengan darah yang ada di kepala karena baik darah dari kaki atau dari tangan tentu saja sama-sama mampu menunjukkan kadar gula darah seseorang.

    Hal yang berbeda pada penelitian-penelitian behavioral dengan objek manusia, misalnya penelitian pendidikan dengan populasi peserta didik di sebuah sekolah. Misalkan saja sebuah pengukuran akurat sudah dilakukan pada populasi dan populasi memiliki tingkat homogenitas sangat tinggi untuk banyak variabel atau dengan kata lain jika peserta didik dipilih secara rambang hasilnya tetap identik. Kendati demikian, teknik pengambilan sampel 1 peserta didik seperti pengambilan sampel darah tetap belum bisa dilakukan karena mengajar satu orang siswa dan 30 orang siswa dalam satu kelas tentu saja membawa dampak psikologis yang mempengaruhi perlakuan.

    C. Tujuan Pengambilan Sample.

      Pengambilan dilakukan dalam penelitian karena merupakan sebuah keharusan tanpa dasar yang kuat maka sampel penelitian tidak boleh dilakukan, misalnya pada sensus, Sampel tidak boleh diambil meskipun populasi sangat homogen. Kualitas data penelitian sangat menentukan hasil yang ditemukan dan kualitas data juga di tentukan oleh kuantitas data. Semakin besar kuantitas data yang didapatkan semakin baik pula hasil penelitian, namun terkadang sebuah penelitian dalam skala besar akan mendapatkan beberapa halangan seperti terkendala dana penelitian dan metode pengumpulan data atau beberapa kasus penelitian data yang dikumpul sudah tidak menunjukkan perubahan yang siginifikan terhadap hasil penelitian oleh karena proses pengumpulan data dihentikan. Adapun alasan pengambilan sampel sebagai berikut:

    1. Suatu Keharusan

    Pada beberapa jenis penelitian akan ditemukan kondisi dimana sampel harus dilakukan dan berpotensi berbahaya dan merugikan jika ukuran sampel yang diambil semakin besar. Penyebab sampel harus diambil adalah:

    1. Percobaan bersifat berbahaya : Misalnya pengukuran gula darah, maka sampel 5 mL menghasilkan hasil pengukuran yang relatif sama dengan 5 Liter, tapi potensi bahaya meningkat dengan besarnya ukuran sampel.
    2. Percobaan yang Merugikan : Misalnya percobaan yang berkaitan penelitian daya tahan hewan terhadap air hujan di Kabupaten Gowa. Dampak dari air hujan yang belum jelas tentu saja harus diteliti namun tidak pada seluruh populasi karena tetap ada kemungkinan bahaya dan menyebabkan kematian pada hewan ternak terutama air hujan yang mengandung asam sulfat, oleh karena perlakuan terhadap sampel dapat mencegah kerugian yang lebih besar.

    2. Teknis Pengambilan Data:

    Sampel merupakan hal mutlak yang diambil pada percobaan yang tidak memungkinkan pengambilan data pada seluruh populasi. Kendala-kendala yang menjadi penyebab ini adalah:

    1. Keterbatasan Biaya Penelitian.
    2. Luas Daerah yang sulit di capai secara keseluruhan.
    3. Waktu penelitian yang terbatas.
    4. Sampel yang sudah jenuh, atau pengambilan data tambahan tidak menunjukkan perubahan signifikan terhadap data yang sudah ada.

    Sebagai contoh pengukuran kualitas butir Instrumen dengan menggunakan model RASH model. Pengambilan subjek uji mulai dari 100 sampai 1000 responden tentu masih menunjukkan perbedaan yang mencolok untuk setiap item, namun pengambilan sampel dari rentang 1000, 1300 dan 1500 tidak lagi menunjukkan perubahan yang signifikan, oleh karena pengambilan sampel sebaiknya dihentikan.

    D. Syarat Pengambilan Sampel

    Sampel merupakan wakil dari populasi yang memiliki seluruh kriteria dari Populasi karena pertimbangan ini maka pengambilan sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

    Presisi Presisi adalah estimasi dari ukuran dan jumlah penarikan sampel yang jumlah bergantung dari ukuran populasi. Ukuran ini akan menjadi faktor seberapa tepat data yang ditarik dari sampel berlaku pada populasi. Sampel yang digunakan harus memiliki kategori baik dari segi kuantitas dan juga kualitas sehingga bias data (dapat dilihat dari standar deviasi data). Sebagai contoh rata-rata penghasilan kepala keluarga di kecamatan adalah Rp. 13.000.000. Hasil ini bisa saja tidak berarti jika data berasal dari dua sampel dengan penghasilan bapak A Rp. 25.000.000 dan bapak B Rp. 1.000.000. Kesimpulan sebesar 13.000.000 juta tentu saja tidak tepat memprediksi penghasilan kepala keluarga di kecamatan A, meskipun operasi matematis-nya sudah benar. Salah satu cara mengurangi besar standar deviasi adalah menambahkan jumlah sample.

    1. Akurasi

    Akurasi mengacu pada karakter, sifat dan kriteria dari sampel yang digunakan. Hampir sangat mustahil ditemukan sampel dengan kriteria Homogen, namun ada dasar yang digunakan untuk menentukan sejauh mana batas toleransi yang digunakan untuk mengambil sampel. Kriteria-kriteria tersebut ditentukan melalui hasil penelitian terdahulu atau tinjauan pustaka yang dibangun dalam konstruk. Sampel yang memiliki kualitas atau kuantitas yang terlalu jauh dari populasi hendaknya dikeluarkan dari sample. Misalnya analisis mengenai kebijakan pendidikan karakter di Kabupaten A, dimana di kabupaten A ada sebuah sekolah X yang merupakan sekolah unggulan untuk provinsi, maka sekolah X tentu saja akan mengganggu dara karena kualitas dan kuantitasnya tidak mewakili populasi karena kebijakan tentu saja dengan sekolah umum.

    E. Ukuran Sampel

    Ukuran sampel adalah besar jumlah sampel yang digunakan. Pada dasarnya tidak ditemukan aturan baku dalam penentuan sampel. Ukuran sampel yang paling baik adalah ukuran sampel jenuh yang ditentukan bukan sebelum penelitian tapi selama proses penelitian dilakukan. Sampel dikatakan jenuh jika data dari penelitian sudah tidak menunjukkan perubahan signifikan sehingga penambahan jumlah sampel adalah sia-sia, oleh karena itu Jenuh tidak bergantung dari ukuran populasi melainkan kriteria yang ingin dianalisis.   

    Contoh sample Jenuh: Setelah melakukan pengambilan data mengenai rata-rata gaji karyawan di perusahaan A sudah mengumpulkan sebanyak 300 data, dengan rata-rata penghasilan Rp. 1.800.000,-sampel berikutnya ternyata 30 karyawan dengan rata-rata  Rp. 1.800.000, jika data terus diambil angka Rp. 1.800.000 tetap muncul oleh karena itu pada saat sampel 300 maka sampel tersebut sudah jenuh, karena penambahan sampel sudah tidak merubah data secara signifikan. 

    Dalam penelitian behavioral dan psikologi yang memiliki variabel berupa sifat-sifat dari manusia yang berubah-ubah maka pengambilan sampel tentu saja menjadi lebih sulit. Sebagai contoh penelitian tentang pengaruh sebuah model terhadap sebuah sebuah sekolah pengambilan satu kelas sebagai sampel dengan jumlah peserta didik hanya 30 orang tentu saja tidak cukup baik karena data sebanyak 30 orang sangat sulit terdistribusi normal meskipun mengikuti distribusi t, oleh karena itu penambahan satu kelas lagi lebih baik karena kemungkinan data terdistribusi normal untuk 60 orang data lebih besar dibandingkan 30 orang. Dalam kasus ini memang masih memungkinkan menganalisis data yang tidak terdistribusi normal seperti analisis non parametris, namun hasil dari statistik inferential tentu saja tidak lebih presisi dari analisis parametris dalam menebak hasil dari sampel ke Populasi.   Beberapa ahli penelitian dari berbagai bidang telah mengeluarkan banyak pendapat mengenai ukuran sampel dari penelitian dari masing-masing bidang, ukuran-ukuran tersebut biasanya diambil berdasarkan banyak pengalaman yang mereka dapat selama melakukan penelitian oleh karena pendapat-pendapat tersebut sangat baik dijadikan rujukan dan dasar pengambilan sampel. Meskipun demikian, aturan tersebut bukanlah ukuran baku akan tetapi dikembalikan kepada peneliti masing-masing.

    1. Metode Roscoe

    Roscoe (1975) menyaakan bahawa ukuran sampel bergantung dari jumlah populasi. Minimal sampel menurut Roscoe untuk populasi kurang dari 500 orang diwakili 30 orang. Untuk sampel yang dipecah lagi dalam beberapa sub kategori sample, seperti gender, level dan sejenisnya maka sampel yang dibutuhkan minim 30 sample. Untuk penelitian uji regresi ganda ukuran sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti, sedangkan untuk penelitian eksperimen sederhana, jumlah sampel yang dibutuhkan sekitar 10 sampai 20 sampel

    2. Metode Gay dan Diehl

    Gay dan Diehl (1992) mengasumsikan bahwa semakin banyak jumlah sampel yang digunakan semakin representatif dan hasilnya digeneralisasi ke populasi. Namun batasan minimal dari sampel adalah sebagai berikut:

    • Penelitian deskritif :10% dari jumlah populasi
    • Penelitian Korelasional : 30 orang
    • Penelitian Kausal Perbandingan : 30 orang per kelompok
    • Penelitian Eksperimental : 15 orang per kelompok 

    3. Metode Frankle dan Wallen

    Frankel dan Wallen (1993) adalah seorang pakar evaluasi pendidikan menyarankan sampel pada penelitian deskriptif paling sedikit 100 jumlah dan untuk kausal-perbandingan paling tidak 30 orang setiap grup.  

    4. Tabel Isaac dan Michael

    Ukuran sampel menurut Isaac dan Michael ditentukan oleh taraf significance dari penelitian. Taraf Significance dibatasi pada level 1%, 5% dan 10%. Untuk jumlah nya, Isaac dan Michael merujuk pada tabel pengambilan sampel milik Isaac dan Michael.

    Cuplikan Tabel Issac dan Michael

    PopulasiSampel – 1%Sampel – 5%Sampel – 10%
    10101010
    15151414
    20191919
    30292827
    50474442
    100878773
    500385205176
    1000399258213
    2000510301241
    10000622336263

    Untuk Jumlah sampel yang tidak muncul bisa merujuk pada tabel asli, atau melakukan interpolasi untuk menghitung jumlah sampel yang digunakan yakni dengan persamaan

    5. Metode Slovin

    Slovin menawarkan sebuah persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal berdasarkan toleransi eror melalui persamaan :

    n = \frac{N}{1+Ne^2}

    n = Jumlah Sampel
    N = Jumlah Total Populasi
    e = Batas Toleransi Error  

    Misalnya sampel dari 125 Populasi dapat ditarik sampel sebanyak :

    n = \frac{125}{1+125(0,5)^2} = 95,23

    dibulatkan 95, namun untuk lebih aman jumlah sampel di genapkan 100 atau 110 untuk mengantisipasi sampel yang menyumbangkan data yang menyimpan.  

    6. Metode Cohen

    n = \frac{L}{F^2}+u+1

    Keterangan :

    n = Ukuran sampel
    F2 = Effect Size
    u = Banyaknya peubah yang terkait dalam penelitian
    L = Fungsi Power dari u,

    diperoleh dari tabel Power (p) = 0.95 dan Effect size (F2) = 0.1 Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76 maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel n = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203

    7. Metode Cohran’s Formula

    N = \frac{t^2.s^2}{d^2}

    N = ukuran sampel
    t = nilai t berdasarkan alpha tertentu
    s = standard deviasi dari populasi
    d = margin error

    Referensi

    Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed).

    New York: McGraw-Hill Inc. Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing Company, New York

    Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. Anderson, R.L.Tatham, (2006). Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall

    Keith P. Lewis. 2006. Statistical Power, Sample Sizes, and the Software to Calculate Them Easily. BioScience, Vol. 56, No. 7 (July 2006), pp. 607-612

    Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.

    Luis Saldanha and Patrick Thompson. 2003. Conceptions of Sample and Their Relationship to Statistical Inference. Educational Studies in Mathematics, Vol. 51, No. 3 (2002), pp. 257-270

    Richard J. Harris and Dana Quade. 1992. The Minimally Important Difference Significant Criterion for Sample Size. Journal of Educational Statistics, Vol. 17, No. 1 (Spring, 1992), pp. 27-49

  • Kerangka Penulisan BAB III pada Skripsi dan Tesis Disertai Contoh bentuk Uji yang Sesuai

    Kerangka Penulisan BAB III pada Skripsi dan Tesis Disertai Contoh bentuk Uji yang Sesuai

    Ahmad Dahlan. BAB III berisi tentang Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian. Seluruh langkah-langkah prosedur lengkap dijabarkan dalam BAB ini.

    Hal ini bertujuan agar para pembaca dapat mengambil pertimbangan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian. Setiap metode yang digunakan tentu saja akan memberikan pengertian yang berbeda meskipun kesimpulan terdengar sama. Seperti contoh kesimpulan mengenai “kemampuan menggunakan bahasa inggris dalam suatu wilayah sangat baik” dengan metode survey, ex post facto dan deskriptif qualitative tentu saja menghasilkan interpretasi yang berbeda.  

    A. Jenis Penelitian.

    Jenis penelitian adalah penjelasan mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Alasan menggunakan metode yang digunakan dipaparkan secara sederhana. Sebagai contoh penelitian kualitatif, pengembangan, eksperimen dan survei dan lain-lain.  

    B. Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah penjelasan yang lebih detail mengenai jenis penelitian yang digunakan. Pada bagian ini penelitian menjabarkan seluruh langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian atai sintaks penelitian. Sebagai contoh dalam penelitian pengembangan yang menggunakan metode gall, borg and gall (1984) maka peneliti menuliskan implementasi sepuluh langkah pengembangan dan telah disesuaikan dengan desain yang ada pada penelitian.  

    C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

    Variabel yang ada dalam penelitian secara utuh dijelaskan pada bagian ini. Penjelasan didapatkan dari kajian pustaka yang telah disusun pada Bab II yakni kajian pustaka. Variable yang dimasukkan tidak hanya variable dependent dan juga independent tapi seluruh variabel yang memungkinkan muncul sehingga jelas posisi variabel dalam penelitian seperti variabel kontrol dan variabel moderat (jika terdapat dalam penelitian)  

    Variabel yang dipilih tentu saja besar dan akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengulas variabel secara keseluruhan. Pada sub bab ini variabel didefinisikan dan dibatasi dalam penelitian. Pembatasa ini terkait dengan ukuran, jenis variabel dan juga indikator-indikator dari variabel yang akan diteliti. Seperti contoh salah satu variabel penelitian adalah Keterampilan Proses Sains, maka peneliti membatasi keterampilan proses sains yang digunakan misalnya keterampilan proses sains terintegrasi dengan indikator-indikator:

    1. merancang percobaan
    2. menyusun tabel
    3. membuat grafik
    4. menganalisis data,
    5. menarik kesimpulan.

    Pada indikator diatas tidak mencakup secara keseluruhan indikator keterampilan proses sains seperti menyusun percobaan akan tetapi ada pertimbangan yang diambil oleh peneliti mengapa indikator tersebut tidak dimasukkan.  

    D. Populasi dan Sampel

    Dalam penelitian eksperimen dan pengembangan (pada bagian uji produk) dibutuhkan sampel atau objek uji produk. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran daerah penerimaan dari dampak perlakukan yang diberikan. Sebagai contoh pengembangan model A untuk anak SD kelas V. Peneliti memberikan gambaran mengapa populasi atau sampel tersebut dipilih. Sebagai contoh karena mereka masih dalam tahap berfikir konkret operasional sehingga masih sulit untuk memberikan analogi tentu saja alasan ini di dukung teori yang telah dituliskan pada bab II.

    Perbedaan antara sampel dan objek uji coba produk adalah pada penarikan kesimpulan. Sampel dibutuhkan agar memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan yang berlaku pada populasi oleh karena penelitian yang tidak membutuhkan generalisasi hasil tidka membutuhkan sampai akan tetapi disebut sebagai objek penelitian.

    E. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian berisi langkah-langkah penelitian secara lengkap. Prosedor dijabarkan sesuai dengan bentuk Penelitian disertai dengan subjek, waktu dan tempat penelitian dilaksanakan. Seluruh langkah yang mungkin saja ada dalam desain penelitian akan tetapi tidak dapat terlaksana juga dituliskan dalam desain penelitian.  

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan derisi dua hal yakni prosedur yang dilakukan hingga data dapat terkumpul dan yang instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data Seluruh prosedur pengambilan data dijelaskan serta jenis dan karakteristik dari instrumen yang digunakan. 

    Sebagai contoh : jenis instrumen yang digunakan adalah instrument tes pilihan ganda berjumlah 30 butir yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis. Instrumen telah divalidasi oleh ahli dan empirik dengan hasil uji dapat dilihat pada lampiran XX. Penyediaan lampiran dibutuhkan karena terlalu panjang untuk disertakan pada bab III.

    G. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian eksperimen dan pengembangan biasa terbagi atas dua yakni analisis deskriptif dan juga analisis statistik inferensial akan tetapi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, statistik inferensial tidak dibutuhkan jika dalam penelitian tersebut tidak dibutuhkan generalisasi hasil penelitian.  

    1. Statistik Deskriptif 

    Statistik deskiprtif berisi tentang bagaimana yang ada dilapangan dihitung berdasarkan statistic sederhana untuk mendapatkan rata-rata, simpangan baku, nilai tertinggi, nilai terendah, modus dan median dari hamparan data. Tidak semua jenis dar yang disebutkan tadi harus dimasukkan dalam penelitian tergantung kebutuhan peneliti karena tujuan dari statistik meberikan gambaran mengenai hamparan data hasil penelitian atau deskriptif.   

    2. Statistik Inferensial

    Statistik inferensial adalah jenis statistik generalisasi, dimana pada jenis statistik ini akan menguji data yang diambil dari sampel sehingga dapat disimpulkan sebagai nilai atau sifat dari suatu populasi. Jenis analisis sangat banyak dan tergantung jenis penelitian. Sebagai gambaran singkat berikut ini beberapa jenis statistik deskriptif.   

    • Regresi – Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain misalnya pengaruh hasil belajar terhadap keterampilan proses sains peserta didik. Dalam kasus ini, variabel terikat dan variabel bebas berbentuk data skala.
    • Kolerasi – Sangat banyak digunakan sebagai uji reliabilitas klasik dari instrument. Uji Kolerasi menghubungkan dua variabel sejenis atau lebih dari pengukuran yang berbeda, Sebagai contoh pengukuran dapat dilakukan dua kali oleh waktu yang berbeda atau dilakukan oleh dua orang yang sama secara bersamaan. Hasilnya dikatakan reliabel jika jika memiliki nilai alfa cronbach lebih dari 0,7 (beberapa ahli mengatakan 0,8).
    • Uji t – Salah satu teknik uji banding dari dua kelompok atau lebih yang dengan jumlah sedikit. Uji t sangat presisi pada sampel kurang dari 25 sampai 60.
    • Uji F – Uji banding dari dua kelompok atau lebih dengan julah distribusi sampel yang banyak. Uji sangat baik digunakan untuk jumlah sampel lebih dari 50.
    • Anova – Analisi variansi dari hamparan data dari sampel. Salah satu jenis uji regresi
    • Mannova – Multi analisis varians merupakan uji regresi dengan jumlah variabel terikat lebih dari satu variabel.
    • Anacova dan Mancova – Uji regresi yang sama dengan Annova dan Mancova hanya saja uji ini dibutuhkan untuk data-data dari yang tidak memiliki variansi yang baik.
    • Uji Genelar Linear Model – Analisi jalur yang dilakukan dimana perubahan tidak hanya diukur dari dua titik tetapi banyak titik dan berulang. Perubahan diukur secara berkala dari pengukuran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
    • Uji General Linear Model Repeated Variat – Analisis Jalur yang membandingkan perubahan dua kelompok sampel namun dari variebl yang sama.
    • Uji Normalitas – Uji yang dilakukan untuk mengetahui bentuk dari distribusi data pada sampel. Uji ini akan menentukan jenis statistic yang sesuai pada data.
    • IRT – Item response theory atau uji yang dilakukan untuk mengukur karakteristik isntrumen berdasarkan respon peserta didik. Uji sejenis dengan uji kolerasi hanya saja IRT berasal dari teori yang lebih modern dimana hasil pengukuran tidak bergantung pada sampel.

    Untuk saat ini penulis terbatas dari uji Statistik inferensial dengan tipe statistic parametris. Untuk kedapannya tulisan akan disajikan juga pada bagian statistic non-paramatris.  

    Daftar Rujukan yang Relevan

    Creswell, J.W. (2016) Mixed Methods Research. SAGE Publication   

    Kerlinger, F.N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM    

    McMillan, J.H., & Schumacher, S (2010). Research in Education: Evidence-Based Inquiry, 7th-ed. Virginia: Pearson

    Stoner, J.A.F. (1982). Principal of Management 2nd-ed. Publisher, Prentice-Hall

  • Kerangka Penulisan Skripsi dan Tesis Bab II Kajian Pustaka dengan Penelitian Eksperimen dan Pengembangan Disertai Contoh

    Kerangka Penulisan Skripsi dan Tesis Bab II Kajian Pustaka dengan Penelitian Eksperimen dan Pengembangan Disertai Contoh

    A. Kajian Teori

    Ahmad Dahlan – Kajian pustaka adalah ruh dari penelitian eksperimen dan pengembangan. Hal ini didasari pendekatan penelitian eksperimen berupa positivisme dimana ada sebuah dugaan yang didusun oleh penelitian berdasarkan konstruksi yang telah dibangun terlebih dahulu. Dugaan ini tidak serta merta muncul seperti Trial and Error, akan tetapi dugaan muncul berdasarkan konstruksi yang dibangun dari hasil kajian teori, penelitian orang lain yang mengantarkan pada sebuah solusi dari suatu masalah. Pemaparan konstruksi tersebut harus dijelaskan secara eksplisit pada BAB II.

    1. Teori

    Pada bab II, kajian teori diisi berdasarkan sekumpulan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi pada satu hal saja. Sebagai contoh, peneliti A ingin meneliti pengaruh “Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman” namun karena di daearah sekitarnya hanya terdapat kotoran sapi makan yang dibahas dalam kajian pustaka hanya mengenia kotoran sapi. Hal ini tentu saja keliru karena ada tendensi pada kotoran sapi sedangkan judul penelitian tidak mencerminkan tujuan yang sebenarnya. Hal ini bisa jadi sesuai ketika judul menuliskan secara eksplisit “Kotoran Sapi” sehingga yang dibangun dalam konstruksi kajian pustaka adalah kandungan kimia dalam kotoran sapi baik dampak positif maupun negatif terhadap tanaman.  

    Kajian pustaka harus disusun secara lengkap dengan sumber yang banyak untuk memberikan gambaran baik berupa teori atau hasil penemuan dari peneliti mengenai dampak dari sebuah perlakuan. Seluruh teori kemudian dikaji oleh peneliti agar bisa menghasilkan sebuah solusi dari permasalahan yang ada serta menghindari dampak negatif.

    Sebagai contoh jika kotoran mengandung gas amonia yang cukup tinggi sehingga dapat merusak tanaman maka dalam proses penelitian peneliti harus mencari solusi dari gas amonia. Solusi didapatkan melalui kajian teori misalanya teori pendukung bahwa mencampur kotoran sapi dengan tanah dan didiamkan selama 7 hari dapat mengurangi kandungan amonia dari sapi maka peneliti harus mempertimbangkan teori tersebut.  

    2. Variabel Penelitian

    Hal yang perlu ditekankan dalam kajian pustaka adalah defenisi dan pengertian dari seluruh variabel yang ada dalam penelitian. Variabel ini dijelaskan mulai dari defenisi secara umum sampai defenisi khusus. Diakhir sub poin dari setiap variabel kemudian disintesis oleh penelitian dalam batasan dalam penelitian.

    Sebagai contoh “pertumbuhan tanaman” dijelaskan sampai lengkap berdasarkan pertumbuhan akar, pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang memungkikan bahkan diluar dari variabel penelitian seperti cahaya, air bibit dan lain-lain dimasukkan dalam kajian pustaka.

    Peneliti kemudian memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mungkin ikut berpengaruh dalam variabel terikat dari penelitian, dikontrol sehingga dapat dipastikan bahwa hanya variabel bebas (perlakuan) yang memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Hal ini kemudian dikenal sebagai Validitas internal penelitian eksperimen. Kualitas dari suatu penelitian eksperimen tidak dipengaruhi oleh jenis statistik seperti kebanyakan peneliti pemula lakukan, akan tetapi ditentukan oleh validitas internal penelitian.  

    3. Sumber Rujukan

    Sumber rujukan yang digunakan menetukan kualitas penelitian juga. Hal ini tidak merujuk pada administrasi penelitian (misalnya sebagian kampus membatasi tahun edaran dari rujukan) akan tetapi berpengaruh kredibilitas sumber yang dirujuk. Tentu saja seluruh rujukan harus kredibel karena tidak seluruh teori yang ada tidak akan diuji oleh oleh peneliti tetapi dianggap sudah benar dan dapat dipercaya.

    Pada beberapa penelitian yang berkaitan dengan behavioral, pembatasan tahun keluaran jurnal atau penelitian yang dijadikan rujukan tentu saja dibutuhkan. Hal ini dilandaskan pada teori behavioristik yang dipengaruhi oleh budaya sedangkan budaya itu sendiri berubah berdasarkan gaya hidup, perkembangan dan interaksi sosial dalam kurung waktu tertentu. Untuk saat ini beberapa saran yang bisa dipertanggungjawabkan tidak lebih dari 8 sampai 10 tahun sedangkan untuk penelitian sains berlaku sepanjang masa selama tidak ada penelitian yang menemukan kelemahan teori yang sudah ditemukan.  

    4. Metode Penulisan Rujukan

    Terdapat dua jenis metode penulisan rujukan yang dikenal secara umum yakni (1) penyaduran dan (2) kutipan langsung. Tidak dibenarkan mengkopi satu paragraf dari satu buku untuk dijadikan satu paragraf pada bagian tesis atau skripsi anda karena hal ini termasuk dalam kategori plagiat meskipun sumbernya dicantumkam. Jika satu paragraf tersebut penting maka sebaiknya dijadikan kutipan langsung namun tetap diberi pengantar dan penutup paragraf oleh peneliti.  

    B. Kajian Penelitian yang Relevan

    Kajian penelitian relevan adalah mengambil hasil penelitian orang lain secara langsung untuk dijadikan bahan pertimbangan. Pencantuman kajian penelitian relevan digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang anda ditemukan. Perbedaan antara hasil penelitian yang relevan dan kajian pustaka adalah pengutipan dari penelitian relevan hanya menitikberatkan kesimpulan penelitian tanpa memeprtimbangkan metode penelitian dengan kata lain Internal validitas penelitian orang tidak berpengaruh pada proses pencatuman.   

    C. Kerangka Pikir 

    Kerangka pikir adalah sintesis dari seluruh teori pada kajian pustaka yang telah disusun sebelumnya. Pada bagian ini berisi sentuhan dan sintesis dari penelitian yang memberikan gambaran mengenai solusi yang dipilih. Solusi dijabarkan secara runut sampai akhirnya dianggap dapat menyelesaikan masalah. Pemahaman ini pula yang yang disebut dengan konstruksi teoretik untuk menghasilkan solusi sehingga pola pikir yang digunakan adalah silogisme aristoteles.   

    Jika X maka Y, dan Y maka Z, kesimpulannya X maka Y

    Sebagai contoh penelitian dalam bidang pendidikan. (1) Peserta didik yang aktif mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, (2) Model pembelajaran STAD melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, maka dugaan dalam penelitian jika siswa diajar dengan model pembelajaran STAD siswa akan menjadi aktif dan peserta didik yang aktif akan membuat peserta didik mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.   

    D. Hipotesis Penelitian

    Hasil sintesis dari kerangka pikir adalah dugaan yang nantinya akan dijadikan sebagai hipotesis penelitian. Disebut sebagai Hipotesis karena kebenarannya masih pada tataran teori (rasional) sehingga dibutuhkan penelitian untuk membuktikan dugaan tersebut sebagai bukti empirik. Bentuk hipotesis sendiri bergantung dari bentuk dan judul penelitian.  

    Sumber Rujukan. 

    Creswell, J.W. (2016) Mixed Methods Research. SAGE Publication

    Kerlinger, F.N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM    

    McMillan, J.H., & Schumacher, S (2010). Research in Education: Evidence-Based Inquiry, 7th-ed. Virginia: Pearson

    Stoner, J.A.F. (1982). Principal of Management 2nd-ed. Publisher, Prentice-Hall

  • Contoh Kerangka Penulisan Bab I Pada Skripsi dan Tesis untuk Penelitian Eksperimen dan Pengembangan

    Contoh Kerangka Penulisan Bab I Pada Skripsi dan Tesis Pada Penelitian Eksperimen dan R and D

    Ahmad Dahlan. Penulisan Skripsi dan Tesis merupakan momok menakutkan bagi sebagian Mahasiswa yang menempuh studi akhir dalam jenjang apapun. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan dan berbagi bersama teman-teman, ada dua alasan mengapa hal ini terjadi yakni (1) merasa tidak tahu mengerjakan dan (2) takut salah. Padahal kampus sejatinya lembaga belajar oleh karena kesalahan adalah satu bentuk pembelajaran namun bukan berarti kesalahan tersebut boleh disengaja. Sebagai bentuk berbagai, berikut ini panduan dan contoh kerangka penulisan Bab I pada Skripsi dan tesis.

    A. Latar Belakang 
    Latar belakang adalah sekumpulan masalah yang ditemukan oleh para peneliti yang dijadikan acuan mengapa sebuah penelitian harus dilakukan. Masalah-masalah tersebut merupakan akumulasi dari masalah yang tampak dilapangan baik melalui pengamatan sederhana, studi pendahuluan atau berdasarkan penelitian terdahulu yang tentu saja masih relevan. Masalah-masalah yang diajukan dalam peneliti juga disertai tentang gambaran singkat mengenai pendekatan dari solusi yang mungkin saja menyelesaikan masalah yang muncul secara teoritis. Adapaun kriteria dari masalah dan solusi yang dimasukkan dari latar belakang paling tidak memenuhi aspek-aspek berikut:
    1. Masalah yang disampaikan bersifat kontekstual – Masalah yang disampaikan harus bersifat kontekstual atau berdasarkan fakta. Masalah yang dipaparkan berasal dari pengamatan langsung dilapangan dalam bentuk data kualitatif. Metodenya bisa wawancara atau pengalaman dari peneliti dalam kurung waktu yang tertentu disatu tempat. Selain dari pengamatan dan pengalaman peneliti, masalah bisa jadi merupakan hasil penelitian orang lain yang masih terbatas atau penelitian dari lembaga survey yang kredibel tentu saja masalah tersebut masih relevan untuk diteliti dan dianggap perlu untuk diselesaikan. Tidak batasan waktu tertentu untuk relevansi masalah namun biasanya untuk penelitian dari lembaga yang kredibel biasanya masih relevan sampai 8 tahun sedangkan untuk pengamatan dan pengalaman terbatas dari peneliti hanya relevan dalam kurung waktu 1 atau 2 tahun. Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah masalah yang diajukan bersifat teoretik bahkan ada yang mengada-ada. Sebagai contoh tanpa didasari data yang cukup peneliti menganggap suatu model pembelajaran di satu sekolah tidak baik terhadap hasil belajar siswa karena keyakinan peneliti bahwa model ceramah konvensional tidak baik.
    2. Keberagaman Masalah – Masalah yang dimasukkan dalam latar belakang tentu saja tidak satu jenis masalah. Hal ini untuk menghindari adanya asumsi yang telah dibangun oleh peneliti dalam memberikan solusi sehingga cenderung memilih masalah. Penelitian yang baik menjawab masalah yang ada dilapangan dan sudah menjadi ketentuan dan hukum alam jika suatu masalah yang terjadi di lapangan pasti besifat kompleks. Dalam latar belakang sebisa mungkin peneliti mengumpulkan masalah-masalah yang ada di lapangan.
    3. Harapan dari Undang-undang dan Permen atau tujuan belajar dari daerah dan juga nasional – Beberapa harapan yang tercatut dalam undang-undang biasanya menjadi masalah ketika terdapat kesengajangan antara harapan dan kenyataan yang ada dilapangan. Oleh karena itu menuliskan Undang-udang, permen, tujuan pembeljaran nasional atau daerah tidak masalah namun peneliti harus memberikan rincian menganai kesenjangan tersebut tidak serta merta mengutip. Sebagai contoh mengutip “ Salah satu tujuan yang ada dalam UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksankan ketertiban dunia” Hal ini dianggap gagal karena banyak siswa dianggap “belum cerdas” oleh peneliti, padahal tidak ada indikator yang jelas yang disampaikan peneliti tentang “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
    4. Masalah yang disampaikan bersifat Eksplisit – Masalah yang dipaparkan dalam penelitian harus jelas dan dapat didefenisikan sehingga tidak mengambang. Masalah yang tidak dapat difenisikan tentu akan sulit untuk diatasi karena konteks dari masalah itu sendiri belum jelas. Contoh hasil belajar peserta didik sangatlah rendah oleh karena harus mengganti modul yang digunakan. Tentu saja hal ini tidak bijak karena ada tendesi khusus pada modul tanpa disertai dukungan. Jiak berada dalam kasus ini sebaiknya mencari dukungan tentang peran dan bentuk modul yang baik dalam pembelajaran.
    5. Solusi yang diberikan memiliki Landasan kuat – Kebanyakan peneliti pada taraf skripsi memilih solusi terlebih sebelum adanya masalah. Hal ini tentu saja gagal secara teoretik dan juag empirik. Sebagai contoh peneliti sebenarnya dari awal ingin menggunakan model pembelajaran X sebagai bahan penelitian sehingga peneliti berupaya mencari-cari alasan bahwa model yang digunakan guru A di sekolah Z tidak tepat. Solusi harusnya muncul setelah adanya masalah dan didukung dengan beberapa teori mengapa solusi tersebut dianggap baik dan dibutuhkan sebuah penelitian untuk mendukung teori tersebut.
    Hal yang kedua yang harus diperhatikan dalam penulisan latar belakang adalah sumber data, fakta peraturan, hasil penelitian maupun teori yang digunakan relevan dengan masalah yang ditemukan dan actual. Seperti yang telah dikemukakan di atas, waktunya paling tidak 8 tahun untuk jurnal hasil penelitian atau paling 2 tahun untuk pengamatan sederhana dari peneliti, sedangkan untuk teori yang kemungkinan belum memiliki solusi bisa saja sudah berusia 20 tahun selama belum ada solusi atau penelitian terbaru yang berkaitan tentang teori tersebut. Semisal penggunaan hukum Archimedes yang sudah berusia 20 Abad jika masih benar dan relevan dengan penelitian tentu saja tidak masalah jika tetapi digunakan.

    B. Identifikasi Masalah 

    Identifikasi masalah ditulis dalam bentuk point dengan terlebih dahulu menyampikan harapan kemudian disusul dengan fakta yang ada dilapangan. Masalah-Masalah yang disampaikan tentu saja kumpulan dari masalah yang sudah dipaparkan pada latar belakang. Adapun contoh-contoh penulisan Identifikasi masalah:
    1. Pembelajaran fisika di kabupaten X tidak disertai dengan keterampilan proses sain peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik hanya cenderung pada pengetahuan lower order thinking. (Contoh pada bidang pendidikan)
    2. Penggunaan energi listrik yang stabil akan memperpanjang usia penggunaan barang elektronik sedangkan fluktuasi arus bolak-balik pada sistem kelistrikan di rumah-rumah pada kota A masih jauh dari standar aman penggunaan listrik. (Contoh pada bidang Sains)

    C. Batasan Masala

    Batasan masalah adalah pemilihan satu masalah yang dianggap urgent atau sangat perlu untuk diselesaikan kemudian diberikan definisi konkrit dari masalah yang akan diselesaikan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan solusi yang akan dipilih. Masalah yang dipilih dijabarkan melalui beberapa indikator sehingga perubahan pasca pemberian perlakuan dapat dilihat berdasarkan perubahan indikator yang dimaksud.
    Identifikasi masalah dibatasi dengan variabel-variabel yang bersesuaian. Variabel ini dijelaskan dan dikategorikan berdasarkan jenisnya variable yakni variabel bebas dan variabel terikat.

    D. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah adalah turunan dari identifikasi masalah yang cenderung berisi solusi yang akan dijawab melalui proses penelitian. Rumusan masalah dituliskan dalam bentuk kalimat Tanya dengan dugaan jawaban yang sudah ada dalam kerangka piker peneliti sehingga jawana yang muncul sisa dua yakni sesuai atau tidak sesuai dengan solusi yang ditawarkan peneliti.
    Contohnya: 
    1. Apakah tembaga dapat menghantarkan listrik? (Deskriptif kuantitatif dalam bidang Sains)
    2. Apakah Tembaga dapat menghantarkan listrik jauh lebih baik dibandingkan dengan emas? (Perbandingan dalam bidang sains)
    3. Apakah terdapat perbedaan positif yang signifikan antara penggunaan e-modul dan konvensional modul terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di kabupaten Bantul? (Pada bidang pendidikan)

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian adalah paparan mengenai jawaban yang didapatkan berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Oleh karena penulisan tujuan Penelitian tidak boleh jauh-jauh dari Rumusan masalah.
    Contohnya: 
    1. Untuk mengetahui daya hantar tembaga terhadap listrik. (Deskriptif kuantitatif dalam bidang Sains)
    2. Untuk mengetahui apakah tembaga dapat menghantarkan listrik jauh lebih baik dibandingkan dengan emas. (Perbandingan dalam bidang sains)
    3. Untuk mengetahun apakah terdapat perbedaan positif yang signifikan antara penggunaan e-modul dan konvensional modul terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di kabupaten Bantul. (Pada bidang pendidikan)

    F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan (Pada Penelitian R & D )

    Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah rincian mengenai produk. Rincian berisi ukuran, bentuk, warna serta penjelasan singkat mengenai tata cara penggunaan produk. Spesifikasi produk juga berisi tentang perbedaan dan keunggulan yang masih pada tataran teoretik berdasarkan pengembang.

    G. Asumsi dan Keterbatasan (Pada Penelitian R & D )

    1. Asumsi – Adalah anggapan yang ada dilapangan serta berkaitan dengan penelitian yang kebenarannya sudah dapat diterima secara umum tanpa perlu dilakukan pembuktian. Misalnya: Peserta didik pada tingkat SMA sudah mampu berfikir secara konkret operasional dengan rentang usia mulai dari 15 sampai dengan 19 tahun. Anggapan sudah didukung secara teoritis sehingga dan dapat diterima secara umum sehingga tidak perlu lagi dibuktikan terlebih dahulu melalui proses pengukuran.
    2. Keterbatasan – Keterbatasan penelitian adalah gambaran mengenai dimana produk dikembangkan dan diujicobakan sehingga untuk calon pengguna produk dapat mengetahui kekurangan jika produk tersebut digunakan dalam kondisi lain, misalnya : Pengembangan oli Sintesis dilakukan dan di uji coba pada daerah Khatulistiwa dengan suhu rata-rata harian berkisar dari 24 sampai dengan 33 derajat Celsius. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa bagi mereka yang tinggal di kutub masih membutuhkan penelitian atau bahkan modifikasi struktur dari oli dalam penggunaan produk.
    Contoh Kerangka Penulisan Bab I Pada Skripsi dan Tesis Pada Penelitian Eksperimen dan Pengembangan

    Sumber Rujukan dan Bacaan
    Kerlinger, F.N. (2006). Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM 
    McMillan, J.H., & Schumacher, S (2010). Research in Education: Evidence-Based Inquiry, 7th-ed. Virginia: Pearson
    Stoner, J.A.F. (1982). Principal of Management 2nd-ed. Publisher, Prentice-Hall
  • Pengantar Desain Penelitian Pendidikan

    Pengantar Desain Penelitian Pendidikan

    A. Perbedaan Pandangan Mengenai Pandangan Pendekatan Penelitian

    Ahmad Dahlan. Penelitian pendidikan adalah sebuah desain penelitian yang tidak memiliki pendekatan yang spesifik. Setiap ahli memiliki sebuah pendapat serta pendekatan yang dianggap paling benar dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan yang digunakan. Pada faktanya di Indonesia telah menjadi rahasia umum bahwa suatu universitas lebih menganut satu pendekatan penelitian pendidikan, meskipun tidak tertulis. Salah satu contoh di Yogyakarta, Salah satu universitas lebih condong memberikan izin penelitian dengan pendekatan kuantitatif dibandingkan dengan pendekatan kualitatif. Hal ini bisa diakibatkan oleh berbagai hal misalnya karena ahli yang disediakan oleh sebuah lembaga lebih banyak berasal dari latar belakang, sehingga kejadian ini dianggap wajar.
    Perbedaan pandangan mengenai penelitian pendidikan telah terjadi secara meluas dan cenderung membentuk kutub-kutub yang seharusnya sebagai seorang pendidik pandangan dapat direduksi. Pada suatu seminar pendidikan yang dihadiri oleh seorang peniliti yang cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif mendebat saya sebagai yang pada kesempatan tersebut membawakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalil mengenai keunikan nilai yang ada dan melekat pada manusia sangat mustahil untuk “diangkakan” adalah kata kunci bagi para pengguna pendekatan kualitatif. Sama halnya dengan mereka, peneliti dengan pendekatan kuantitatif terkadang menganggap bahwa penelitian yang mengamati sebuah sungai dan menjelaskan keadaanya akan sia-sia jika saya ke sungai yang sama dan tidak mendapati keadaan yang sama.
    Hakikatnya pendekatan penelitian harusnya tidak menjadi pilihan dalam suatu penelitian, tapi menjadi akan tetapi pendekatan suatu penelitian adalah sebuah keharusan yang melekat pada objek yang diteliti. Sebuah pendekatan kuantitatif digunakan karena dasar dan konstruk dari variabel yang hendak di amati telah ada dan dipaparkan dengan jelas. Peneliti hanya ingin mencari tahu mengenai nilai yang melekat pada variabel tersebut. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan karena ada banyak faktor yang masih samar-samar atau bahkan belum ditemukan sama sekali sehingga dibutuhkan kajian yang lebih lama mengenai segala penyebab yang melekat pada objek.
    Desain Penelitian pendidikan
    Sumber: playbuzz.com

    B. Desain Penelitian Pendidikan

    Penelitian mengenai pendidikan bisa jadi menjadi penelitian yang sangat komplek dengan variasi jenis penelitian yang paling lengkap. Sebuah kajian tentang kurikulum bisa saja membutuhkan evaluasi untuk mencari tahu kekurangan atau efektifitas dari suatu program yang telah berjalan. Terlepas dari Evaluasi, pendapat dari pihak-pihak terkait seperti pakar dan praktisi mengenai suatu program memiliki kemungkinan untuk menghasilkan survey. Penelitian pendidikan hampir mampu mengadopsi segala macam desain penelitian karena objek yang sangat komplek di dalam dunia pendidikan.
    Praktek pendidikan yang melibatkan banyak aspek baik dari segi kurikulum ideal, kurikulum formal, kurikulum Instruksional, Kurikulum Operasional hingga Kurikulum Eksperiensial memberikan celah yang sangat luas untuk dikaji. Celah ini juga memungkinkan untuk memunculkan banyak kesenjangan antara harapan dan fakta, terlebih pada objek yang dilibatkan dalam kurikulum merupakan manusia yang bersifat dinamis membuat tidak satupun desain penelitian akan cocok untuk semua masalah. desain penelitian yang digunakan harus disesuaikan dengan masalah dan solusi yang diberikan.
    Sebagaimana yang telah diketahui bahwa objek dalam dunia pendidikan adalah manusia yang bersifat dinamis membuat pelaksanaan desain penelitian yang tradisional menemui kendala. Sebuah penelitian dengan desai experimen, survey, analisis kolerasi yang menekankan pada deskripsi dari data yang telah dikaji tidak mampu untuk memberikan gambaran yang baik mengenai langkah selanjutnya. Sebuah inovasi dalam dunia pendidikan tentu saja dibutuhkan agar perkembangan peserta didik juga tumbuh sesuai dengan tuntutan zaman. 
    Reformasi gagasan tentu saja tidak lahir begitu saja di fikiran kemudian diaplikasikan pada peserta didik. Tanggung jawab yang besar setelah menerapkan suatu program tentunya harus didukung oleh data yang baik. Research and Development akan menjadi suatu solusi yang baik dalam usaha mengembangkan suatu program baru dan sekaligus menilai dampak yang dibawakan oleh program yang telah disusun. Desain ini tentu saja tidak serta mengalahkan desain Eksperimen yang telah berhasil mencari tahu mengenai metode yang lebih baik dari dua metode atau lebih yang diterapkan dari peserta didik.
    Sebagai seorang pendidik dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, tentu sangat penting mengetahui fungsi dan peran dari desain penelitian pendidikan. Sama halnya dengan pendekatan penelitian, pemilihan desain penelitian tidak didasarkan oleh pilihan yang diambil oleh peneliti melainkan adalah suatu keharusan karena desain yang dipilih adalah desain yang tepat untuk mencari tahu masalah, mengatasi masalah, memilih suatu metode atau mengembangkan metode terntentu untuk memperbaiki sebuah kualitas pendidikan tidak sebatas pada proses pembelajaran.
  • Paradigma dan Pengertian Penelitian Pendidikan

    Paradigma dan Pengertian Penelitian Pendidikan

    Ahmad Dahlan. Penelitian adalah suatu keharusan bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan. Sebuah penelitian ditujukan untuk kegiatan mencari tahu sebuah informasi baru atau dampak dari sebuah perlakuan terhadap perubahan nilai suatu objek. Namun apakah definisi tersebut telah menjelaskan secara keseluruhan mengenai penelitian. Tentu saja kedua penjelasan tersebut belum cukup menjelaskan mengenai pengertian dari penelitian.

    Pengertian Penelitian

    Penelitian merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menakar dan mengetahui nilai dari suatu objek yang diteliti serta kaitanya dengan objek lain. Hill Way menjelaskan penelitian sebagai sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui suatu objek.

    Dalam penelitian, dilakukan langkah-langkah tertentu yang disusun secara hati-hati untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang ada. Dibutuhkan langkah yang sistematis agar hasil penelitian dapat berupa kesimpulan, gagasan atau penjelasan mengenai suatu objek dapat ditarik dengan benar.

    Penelitian merupakan sesuatu yang muncul karena adanya masalah yang melatar-belakangi suatu penelitian dilaksanakan. Terdapat beberapa bentuk mengapa penelitian harus dilakukan. Pada banyak hal, penelitian dianggap sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah yang ada. Hanya saja tidak semua penelitian berangkat dari sebuah masalah.

    Jika prosedur Evaluasi dikategorikan salah satu penelitian, maka penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mencari masalah dan disertai dengan solusi yang mungkin dapat menyelesaikan masalah yang telah ditemukan. Dalam sebuah penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang jelas dapat dipertanggungjawabkan secara akademis mengenai informasi yang didapatkan. Informasi yang didapatkan haruslah memiliki resiko yang kecil sehingga dalam proses mencari informasi dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan pada objek yang diteliti. Penekanan ini menegaskan bahwa penelitian lebih dari sekedar trial and error namun disertai dasar yang kuat mengapa perlakuan dipilih sebagai variabel manipulasi.  

    Sebuah penelitian adalah sebuah proses pengumpulan data dan informasi sebanyak-banyaknya mengenai objek yang diteliti. Terkait dengan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian membutuhkan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pada penelitian yang menggunakan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian akan dihasilkan hasil pengukuran yang presisi namun sangat sempit karena hanya terbatas pada dasar dari instrumen dikembangkan. Namun pada sebuah penelitian yang menggunakan instrumen yang bersifat dinamis seperti halnya manusia, akan didapatkan informasi yang sangat lebar dan sangat luas dari objek yang diamati. Data hasil penelitian yang didapatkan tidak akan presisi dan kemungkinan muncul terbatas hanya pada objek yang diteliti tetap ada.  

    Penelitian bukanlah sebuah pilihan antara memilih hasil penelitian yang presisi atau memilih penelitian yang memunculkan hasil pengamatan yang luas. Penelitian adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan terkait masalah objek dan masalah yang diteliti. Dalam hal ini penelitian tidak boleh bergerak dari masalah yang bersifat artifisial atau dibuat-buat. Kemungkinan masalah muncul harus berasal dari masalah yang bersifat nyata dan tidak mengada-ada.  

    Kesalahan-Kesalahan Dalam pengertian Penelitian.

    Dari pengalaman mengkaji penelitian baik yang penulis dapatkan di bangku kuliah, diskusi ilmiah serta perbincangan dengan rekan seprofesi terdapat banyak kerancuan yang muncul mengenai penelitian. Kurangnya pemahaman dan kajian yang dilakukan secara holistik dan munculnya polarisasi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif merupakan penyebab utama munculnya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai penelitian.

    Sebagai contoh, dalam beberapa buku menjelaskan mengenai sebuah penelitian harus memiliki sebuah kosntruk yang jelas sehingga dasar suatu tindakan yang dilakukan jelas dan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis. Pandangan ini tersebar luas dan menjadikan pembatasan dalam kajian penelitian. Akibatnya adalah munculnya pengkerdilan pada penelitian kualitatif yang bersifat mencari informasi mengenai suatu objek (masalah).

    Pada kenyataannya, pemaksaan pemberian konstruk atau landasan teori yang jelas pada penelitian kualitatif akan berdampak pada kacaunya proses pengamatan yang dilakukan. Peneliti dalam hal ini berlaku sebagai instrumen akan cenderung menghiraukan berbagai macam hal yang muncul di luar dari konstruk yang digunakan.  

    Hal lain yang paling sering muncul saling menyalahkan antara pendekatan penelitian yang digunakan. Seorang pakar ataupun praktisi peneliti kuantitatif cenderung menganggap remeh peneliti kualitatif. Anggapan ini muncul karena peneliti kuantitatif beranggapan bahwa internal validitas dari instrumen yang selalu berubah-ubah dalam hal ini bersifat dinamis sangat berpengaruh pada hasil penelitian. Penelitian adalah suatu tindakan yang dikelola sehingga subjektivitas dari peneliti tidak berpengaruh pada hasil kajian dari penelitian.

    Hal sebaliknya juga berlaku. Penelitian Kuantitatif dianggap sebagai penelitian yang tidak bersifat humanis karena mencoba beberapa hal dan memaksakan kehendak pada objek penelitian yang berupa orang. Membatasi seseorang dalam angka-angka yang mungkin saja berbeda pada setiap individu adalah pembelaan yang paling sering muncul untuk tidak mempercayai secara mutlak hasil dari penelitian kuantitatif.   

    Kesalahan ini seharusnya tidak muncul jika hakikat dari pendekatan penelitian itu sendiri telah diketahui. Kedua pendekatan tersebut, baik kuantitatif dan kualitatif memiliki rana dan bidang kajian masing-masing dan grand design yang telah muncul di alam yang bersifat dinamis ini adalah tidak ada kesimpulan yang bersifat mengikat dan berlaku sepanjang masa sehingga setiap orang harus menerima bahwa penelitian harus tetap dilaksanakan secara terus menerus. Kajian mengenai dampak dan objek yang telah muncul di masa lalu yang tidak berarti peneliti terdahulu adalah sebuah kesalahan.