Kategori: Tak Berkategori

  • Epistimologi Ilmu Pengetahuan

    Epistemologi Ilmu

    Sains (Ilmu) adalah sistem pengetahuan dibidang tertentu yang bersifat umum, sistematis, metodologis, logis, objektif, empiris, memuat dalil-dalil tertentu menurut kaidah umum, berguna untuk mencari kebenaran ilmiah yang kemudian bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang menjelaskan hubungan sebab akibat suatu objek yang diteliti berdasarkan metode tertentu, yang merupakan satu kesatuan sistematis. Sementara itu, pengetahuan merupakan bentukan pola pikir asosiatif antara pikiran dan kenyataan yang didasarkan pada kumpulan pengalaman sendiri/orang lain di suatu bidang tertentu tanpa memahami hubungan sebab akibat yang hakiki dan universal diantaranya sehingga tidak masuk dalam kelompok ilmu karena belum dapat menjelaskan pertanyaan mengapa. Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.

    Ontologi (hakikat apa yang dikaji)

    Dalam kajian ontologis, objek dibahas dari keberadaannya mencakup lingkup batas jati diri (being) dan keberadaan eksistensi penelaahan objek (sasaran) keilmuan serta penafsiran tentang hakekat (kenyataan) yang khas dari objek keilmuan, guna membentuk konsep tentang objek (alam nyata, baik universal ataupun spesifik). Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akan menentukan pendapatnya tentang apa dan bagaimana (yang) ada sebagai manifestasi kebenaran yang dicarinya. Beberapa contoh pertanyaan yang merupakan persoalan ontologi misalnya apa eksistensi dari zat padat? Apa itu sel? Bagaimana penjelasan elektronik, termodinamika atau hukum gravitasi?

    Epistemologi (filsafat ilmu)

    Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan yang terkait dengan cara memperoleh pengetahuan dan metode keilmuan. Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai ilmu pengetahuan membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, sarana, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran ilmu.

    Perbedaan landasan ontologik menyebabkan perbedaan dalam menentukan metode yang dipilih dalam upaya memperoleh pengetahuan yang benar. Rasio, pengalaman, atau kombinasi akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana mencari pengetahuan yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal model‑model epistemologik seperti rasionalisme, empirisme, rasionalisme kritis, fenomenologi dan sebagainya. Di dalam epistemologi juga dibahas bagaimana menilai kelebihan dan kelemahan suatu model epistemologik be­serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah), seperti teori ko­herensi, korespondesi pragmatis, dan teori intersubjektif.

    Jika seseorang ingin membuktikan kebenaran suatu pengetahuan (ilmu), maka cara, sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun ilmu tersebut harus benar. Ilmu tentang suatu objek dikembangkan berdasarkan analisis yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Metode ilmiah menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghubung antara penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris dan menggunakan bahasa, matematika dan statistika sebagai sarana berpikir ilmiah. Kebenaran ilmu dilihat dari kesesuaian artinya dengan fakta (kenyataan empiris) yang ada, dengan putusan-putusan lain yang telah diakui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.

    Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, dan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak sehingga terjadi penyempurnaan teori atau paradigma yang akhirnya membawa ilmu tersebut menjadi sains normal. Contohdari epistemologi ilmu dibahas dalam materi sains normal.

    Aksiologi ilmu (nilai kegunaan ilmu)

    Aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya, netralitas ilmu hanya pada ontologis keilmuan sementara dalam penggunaannya harus berlandaskan moral dan ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan. Tiga hal yang mendasari alasan ini adalah: secara faktual telah diketahui bahwa ilmu digunakan untuk tujuan destruktif (perang); perkembangan ilmu memungkinkan ilmuwan memprediksi ekses yang mungkin timbul jika terjadi penyalahgunaan ilmu dan perkembangan ilmu telah sedemikian rupa sehingga berpeluang mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan rekayasa sosial. Agar kegunaan ilmu itu tidak menjadi bencana bagi manusia dan kemanusiaan, maka seorang ilmuwan haruslah melandasi kegiatan ilmiahnya dengan asas-asas moral dan kode etik profesinya dengan penuh tanggung jawab.

  • Filsafat Sains

    Filsafat Sains merupakan disiplin limu yang menjadi kerangka dasar dalam proses mencari ilmu pengetahuan khususnya yang bersifat Sainstifik.

    Filsafat Sains

    Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani Φιλοσοφία philosophia, yang berarti love of wisdom atau mencintai kebenaran. Empat hal yang melahirkan fil-safat yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya dan keraguan. Ketakjuban terhadap segala sesuatu (terlihat/tidak) dan dapat diamati (dengan mata dan akal budi) serta ketidakpuasan akan penjelasan berdasarkan mitos membuat manusia mencari penjelasan yang lebih meyakinkan dan berpikir rasional. Hasrat bertanya membuat manusia terus mempertanyakan segalanya, tentang wujud sesuatu serta dasar dan hakikatnya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh penjelasan yang lebih pasti menun-jukkan adanya keraguan (ketidakpastian) dan kebingungan pada manusia yang bertanya.

    Ciri berpikir secara filsafati adalah radikal (berpikir tuntas, atau mendalam sampai ke akar masalah); sistematis (berfikir logis dan terarah, setahap demi setahap); dan universal (berpikir umum dan menyeluruh, tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi melihat masalah secara utuh) dan ranah makna (memikirkan makna terdalam berupa nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan).

    Dalam filsafat, digunakan nalar dan pernyataan-pernyataan untuk menemukan kebenaran dan pengetahuan akan fakta. Ketika menyelesaikan masalah secara falsafah, seseorang tidak harus merujuk pada sumber lain tapi hendaknya bisa menjawab masalah yang dipikirkannya menggunakan akal budinya, dengan pikiran yang bebas. Jika seseorang berfikir sangat dalam ketika menghadapi suatu masalah dalam hubungannya dengan kebenaran, maka orang itu dapat dikatakan telah berpikir secara filsafati dan kajian yang tersusun oleh pemikirannya itu disebut falsafah.

    Objek material dari suatu kajian filsafat adalah segala yang ada mencakup apa yang tampak (dunia empiris) dan apa yang tidak tampak (dunia metafisik) sementara objek formalnya adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan rasional tentang segala yang ada (objek material). Suatu masalah akan menjadi masalah falsafah jika masalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan kaidah pengamatan atau kaidah sains.

    Masalah falsafah biasanya melibatkan masalah tentang konsep, ideologi, dan masalah-masalah lain yang bersifat abstrak, contohnya apakah kebenaran? Apakah ilmu pengetahuan? Berpikir filsafati biasanya bertujuan untuk mencari jawaban atas masalah yang sifatnya baik dan bisa memajukan umat manusia.

    Sains berarti ilmu, yaitu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu dan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.

    Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Jika ilmu terbatas hanya pada persoalan empiris, maka filsafat mencakup masalah diluar empiris. Secara historis, ilmu berasal dari kajian filsafat karena pada awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada secara sistematis, rasional dan logis. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.

    Perkembangan kajian terkait dengan masalah empiris menimbulkan spesialisasi keilmuan dan menghasilkan kegunaan praktis. Sehingga, filsafat sains merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai kerangka dasar/landasan berpikir bagi proses keilmuan. Seorang ilmuwan yang mampu berfikir filsafati, diharapkan bisa mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga bisa memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang dikembangkannya, termasuk manfaatnya bagi pengembangan masyarakatnya.

  • Kamus Bahasa Makassar – Indonesia

    A

    Agang : Teman1, Jalanan2.

    A’ba : Banjir1,Ayah2

    Ak

    A’kak : Kudis Bernanah di kaki

    A’luk : Telan

    A’masa’ : Basah

    A’muruk : Hancur

    A’rang : Menahan nafas untuk berkuat saat persalinan

    A’rurungan : Berjalan Bersama

    Alepu : Alif

    Ali’ : Segan

    Alimbu’bu’ : Debu

    Alitana : Rayap

    Alla’ : Antara

    Alle’ : Ambil

    Allo’ : Hari1,Jemur2, Siang3,

    Allu’ : Tanah subuh di daerah sekitar sungai

    Allung : Keranda Mayat

    Alusu’ : Halus

    Amba’ : Hantam1,Giliran2

    Ambala’ : Permadani

    Ambang : Bebat, Ikat

    Ambani : Dekat

    Ambara’ : Gamang, Takut

    Ambaring : Udang rebon

    Ambawa : Dangkal

    Ambeng : Cercah, Cemooh

    Ambi’ : Daki, Manjat

    Amma’ : Ibu

    Amme’ : Rendam

    Ammuko : Besok

    Ampe : Ahlak, Perilaku

    Ampolo’ : Potongan Kayu Bakar1, Amplop2

    Anakang : Ikan Gabus Kecil

    Anara’ : Suara Bising

    Anca’ : Tingkah Laku

    Andi’ : Adek

    Angga’ : Nilai

    Anggalla’ : Siang Hari

    Angge : Sampai, Batas

    Angge’ : Sebutan Anak Laki-Laki

    Ani : Akui

    Anjo : Itu

    Anjoreng : Di sana

    Anne’ : Ini

    Annu’-Annu’ : Suara Tersungut-sungut

    Anrong : Ibu

    Anngantalai : Menanti, Meladeni

  • Uji Validitas Empirik Instrumen Tes – Teori Klasik

    Hasil pengukuran yang presisi halur dilakukan dengan instrumen yang valid dan reliabel. Tanpa dua unsur ini sebuah hasil pengukuran memiliki derajat ketidakpercayaan yang tinggi dan cenderung salah.

    Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes

    A. Uji Validitas

    Validitas empirik instrumen tes adalah aspek kesesuaian alat ukur mengukur subjek ukur sesuai dengan kemampuan subjek itu sendiri. Konsep uji empirik adalah menganalisis butir insutrmen dan korespondensinya dengan subjek yang diukur. Misalnya soal mudah itu harus dijawab benar mayoritas subjek uji sedangkan soal sulit hanya dijawab benar oleh subjek-subjek uji yang memiliki jawaban benar yang banyak. Mudahnya soal sulit hanya boleh di jawab benar oleh orang pintar (respon banyak benar) dan di jawab salah oleh orang yang memiliki repson benar sedikit.

    Dengan demikian Uji Validitas Empirik Instrumen tes dilakukan melalui uji statistik dengan tujuan menganalisis hubungan antara respon subjek dan item yang diujikan. Alat uji yang digunakan bergantung dari karakteristik instrumen masing-masing.

    1. Kolerasi Pearson

    Kolerasi Pearson, biasa disebut sebagai Pearson Product Momen adalah uji kolerasi untuk menghitung derajat keeratan hubungan antara dua variable dimana bariable berasal dari skala Interval ataupun rasio.

    Hasil uji ini akan menunjukkan koefisien kolerasi yang berkisar -1 sampai 1. Makna dari koefisien ini adalah

    1. -1 : Memiliki kolerasi Negatif Sempurna
    2. 0 : Tidak memiliki kolerasi
    3. 1 : memiliki kolerasi potifi sempurna

    Kolerasi Produk momen dapat digunakan untuk menghitung dua keadaan yakni

    1. Data dengan simpangan
    2. Data dalam bentuk angka mentar / skor kasar.

    Nilai Koefisien Pearson adalah

    r_{xy}=\sqrt(\frac{N\Sigma x_iy_i-\Sigma x_i\Sigma y_i}{(N\Sigma x^2_i-(\Sigma x_i)^2)-(N\Sigma y_i^2-(\Sigma y_i)^2)}

    Signifikansi nilai r ini dapay dihitung dengan uji t, dimana nilai kriteria signifikan jika nilai t hitung > t tabel. Nilai t Hitung selanjutnya dihitung dengan persamaan

    t_{hit}=\frac{r_{xy}\sqrt{n-2}}{\sqrt{1-r^2_{xy}}}

    Prosedur Validitas Kolerasi Biserial

    \gamma_{pbi}=\frac{M_p-M_t}{s_t}\sqrt{\frac{p}{q}}

    Dimana :

    γpbi = koefisien korelasi biserial
    Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
    Mt = rerata skor total
    St = standar deviasi dari skor total
    p = proporsi siswa yang menjawab benar

    dimana

    p=\frac{Σ \ responden \ benar}{Σ \ responden}

    dan

    q=1-p

    Misalkan hasil uji hasil uji responden 10 dengan 10 butir instrumen yang ditunjukkan tabel di bawah ini

    Res/Item12345678910
    Res 11111011011
    Res 21111111110
    Res 30001011001
    Res 40001111000
    Res 51101111111
    Res 60011111111
    Res 70001111110
    Res 81001110110
    Res 90101101111
    Res 101110111101

    Langkah pertama yang kita buat lakukan adalah membuat tabel bantu untuk menghtiung nilai x2, y2, Σx2, Σy2 dan seterusnya.

    Res/Item12345678910xx2
    Res 11111011011864
    Res 21111111110981
    Res 30001011001416
    Res 4000011100039
    Res 51101111111981
    Res 60011111111864
    Res 70001111110636
    Res 81001110110749
    Res 90101101111749
    Res 101110111101864
    N = 20554889977669507
    P0,50,50,40,80,80,80,90,70,70,6
    q0,50,50,60,20,20,20,10,30,30,4

    Hitung nilai M

    M=\frac{\Sigma x_t}{N}=\frac{69}{10}=6,9

    Standar Deviasi

    SD=\sqrt{\frac{\Sigma X_t^2}{N}-\frac{\Sigma X_t^2}{N}}
    SD=\sqrt{50,7-6,9}=\sqrt{44}=6,63

    Perhitungan Mp setiap item dapat di hitung dengan tabel bantu:

    No ItemJumlah BenarMean
    15(8+9+9+7+8)/5 =8,20
    25(8+9+9+7+8)/5=8,20
    34(8+8+9+8)/4=8,25
    48(8+9+4+9+8+6+7+7)/8=8,25
    58(9+3+9+8+6+7+7+8)/8=7,13
    69(8+9+4+3+9+8+6+7+8)/9=6,89
    79(8+9+4+3+9+8+6+7+7+8)/9=6,89
    87(9+9+8+6+7+7+8)/7=7,71
    97(8+9+9+8+6+7+7)/7=7,71
    106(8+4+9+8+7+8)/6=7,33

    Tabel Bantu Kolerasi pbi

    No ItemMPMtSDpqrpbiKriteria
    18,206,906,630,50,50,1961Tidak Valid
    28,206,906,630,50,50,1961Tidak Valid
    38,256,906,630,40,60,1663Tidak Valid
    48,256,906,630,80,20,4072Valid
    57,136,906,630,80,20,0694Tidak Valid
    66,896,906,630,80,2-0,0030Tidak Valid
    76,896,906,630,90,1-0,0050Tidak Valid
    87,716,906,630,70,30,1866Tidak Valid
    97,716,906,630,70,30,1866Tidak Valid
    107,336,906,630,60,40,0794Tidak Valid
  • Format Lembar Pengamatan Bulan Baru – Rukyatul Hilal

    Pengamatan munculnya bulan baru atau Rukyatul Hilal merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam menentukan penanggalan sistem penanggalan Bulan Qamariah kalender Hijriah. Pengamatan ini menjadi hal yang menantan untuk dilakukan mengingat Bulan baru / Hilal adalah fenomena yang tidak berdiri sendiri.

    Hilal adalah fenomena yang merupakan kombinasi dari Revolusi Bulan, Revolusi Bumi, Rotasi Bumi dan Lokasi di mana Hilal Tersebut diamati. Perbedaan kemunculan hilal di tiap tempat di belahan dunia bisa jadi berbeda-beda dengan pola yang sangat berbeda dengan perbedaan siang dan malam akibat dari gerakan semu matahari.

    Selain menentukan Bulan Baru, Hilal ini menjadi penting bagi umat Islam dimana salah satu ibadah yang menjadi Rukun Islam, Puasa Ramadhan ditentukan dengan tampak atau tidak hilal.

    Format Laporan

    Silahkan Unduh Lembang Pengamatan Rukyatul Hilal di bawah ini!

  • Perulangan FOR Bahasa C

    Dalam bahasa C (dan juga bahasa turunan C seperti C++, PHP dan Java), terdapat 3 buah struktur perulangan atau looping, yakni perulangan forperulangan while dan perulangan do while.

    Dalam tutorial bahasa pemrograman C kali ini kita akan bahas perulangan for terlebih dahulu.

    Pengertian Struktur Perulangan For Bahasa C

    Struktur perulangan (atau dalam bahasa inggris disebut dengan loop) adalah instruksi kode program yang bertujuan untuk mengulang beberapa baris perintah.

    Dalam merancang perulangan, kita setidaknya harus mengetahui 3 komponen:

    1. Kondisi awal perulangan.
    2. Kondisi pada saat perulangan.
    3. Kondisi yang harus dipenuhi agar perulangan berhenti.

    Berikut format dasar struktur perulangan for dalam bahasa C:

    for (start; condition; increment) 
    {
       // kode program
       // kode program
    }

    Start adalah kondisi pada saat awal perulangan. Biasanya kondisi awal ini berisi perintah untuk memberikan nilai kepada variabel counterVariabel counter sendiri adalah sebuah variabel yang akan menentukan berapa banyak perulangan dilakukan. Kebanyakan programmer menggunakan variabel i sebagai variabel counter (ini tidak harus).

    Condition adalah kondisi yang harus dipenuhi agar perulangan berjalan. Selama kondisi ini terpenuhi, maka compiler bahasa C akan terus melakukan perulangan. Misalnya condition ini berisi perintah i < 5, maka selama variabel counter i berisi angka yang kurang dari 5, maka lakukan perulangan.

    Increment adalah bagian yang dipakai untuk memproses variabel counter agar bisa memenuhi kondisi akhir perulangan. Bagian ini akan selalu di eksekusi di setiap perulangan.

    Disebut increment karena biasanya berisi operasi increment seperti i++, yang sama dengan i = i + 1. Maksudnya, dalam setiap perulangan naikkan variabel i sebanyak 1 angka. Namun kita juga bisa memberikan nilai lain, misalnya i = i + 2, sehingga variabel counter akan naik 2 angka setiap perulangan

    Sebagai tambahan, terdapat istilah iterasi (iteration), yang berarti 1 kali perulangan. Istilah ini cukup sering dipakai ketika membahas tentang struktur perulangan.

    Baik, cukup dengan teorinya mari kita masuk ke contoh praktek.


    Contoh Kode Program Perulangan For Bahasa C

    Sebagai contoh pertama, saya ingin menampilkan teks  “Hello World” sebanyak 5 kali. Berikut kode programnya:

    #include <stdio.h>
     
    int main(void)
    {
      int i;
      for (i = 1; i < 5; i++) {
        printf("Hello World \n");
      }
      return 0;
    }

    Di baris 5 saya membuat sebuah variabel i yang di set dengan tipe data integer. Variabel ini nantinya akan saya pakai sebagai variabel counter, yakni variabel yang menentukan kondisi akhir perulangan.

    Perintah di baris 6, yakni for (i = 1; i < 5; i++), bisa dibaca:

    “Jalankan perulangan, mulai dari variabel i = 1 sampai i < 5. Dalam setiap iterasi, naikkan nilai variabel i sebanyak 1 angka menggunakan perintah i++“.

    Berikut hasilnya:

    Hello World
    Hello World
    Hello World
    Hello World

    Pertanyaannya, kenapa hanya tampil 4 baris “Hello World“? Padahal kita mengulang dari i = 1 sampai i < 5.

    Ini berkaitan dengan penggunaan tanda. Kondisi akhir perulangan adalah i < 5, yang artinya akan selalu bernilai true jika i kurang dari 5, tapi jika sudah sampai dengan 5 maka kondisi menjadi false dan perulangan berhenti.

    Agar teks “Hello World” bisa tampil sebanyak 5 kali, ada 2 alternatif, yakni mengubah kondisi awal menjadi i = 0, atau mengubah kondisi akhir menjadi i <=5. Pilihan kedua ini tambak lebih baik:

    Hasil kode program:

    Sekarang teks “Hello World” sudah tampil sebanyak 5 kali. Sekali lagi, hati-hati dengan menggunakan tanda perbandingan, terutama antara “<” dengan “<=“.

    #include <stdio.h>
     
    int main(void)
    {
      int i;
      for (i = 1; i <= 5; i++) {
        printf("Hello World \n");
      }
      return 0;
    }

    Di dalam perulangan, kita juga bisa mengakses variabel counter seperti contoh berikut:

    Hasil kode program:

    Hello World
    Hello World
    Hello World
    Hello World
    Hello World

    Sekarang setelah teks “Hello World“, tampil angka yang berasal dari nilai variabel i. Karena dalam setiap iterasi variabel counter i akan dinaikkan 1 angka (proses increment), maka nilainya juga akan naik 1 angka untuk setiap iterasi.

    Variabel counter i juga tidak haris di increment, tapi juga bisa di decrement untuk membuat perulangan menurun. Berikut contohnya:

    #include <stdio.h>
     
    int main(void)
    {
      int i;
      for (i = 1; i <= 5; i++) {
        printf("Hello World %i \n",i);
      }
      return 0;
    }

    Hasil kode program:

    Hello World 1
    Hello World 2
    Hello World 3
    Hello World 4
    Hello World 5

    Kode kita sangat mirip seperti sebelumnya, tapi perhatikan perintah for di baris 6: for (i = 5; i >= 1; i--). Ini bisa dibaca:

    “Jalankan perulangan, mulai dari variabel i = 5 sampai i >= 1. Dalam setiap iterasi, turunkan nilai variabel i sebanyak 1 angka menggunakan perintah i--“.

    #include <stdio.h>
     
    int main(void)
    {
      int i;
      for (i = 5; i >= 1; i--) {
        printf("Hello World %i \n",i);
      }
      return 0;
    }

    Hasilnya, nilai variabel counter i akan berkurang 1 angka dalam setiap iterasi.

    Hello World 5
    Hello World 4
    Hello World 3
    Hello World 2
    Hello World 1

    Sebagai contoh terakhir, bisakah anda membuat perulangan untuk menampilkan angka kelipatan 3 sebanyak 10 kali? Hasil akhir yang kita inginkan adalah sebagai berikut:

    3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

    Terdapat beberapa cara untuk menghasilkan deret ini. Pertama, ubah di sisi block perintah yang akan dijalankan. Dimana variabel counter i tetap naik dari 1 sampai 10:

    #include <stdio.h>
     
    int main(void)
    {
      int i;
      for (i = 1; i <= 10; i++) {
        printf("%i ",i*3);
      }
      printf("\n");
      return 0;
    }

    Agar menghasilkan angka yang naik kelipatan 3, teknik yang dipakai adalah mengalikan nilai variabel counter i dengan angka 3 untuk setiap iterasi.

    Cara kedua adalah memodifikasi proses increment dari variabel counter:

    #include <stdio.h>
     
    int main(void)
    {
      int i;
      for (i = 3; i <= 30; i = i + 3) {
        printf("%i ",i);
      }
      printf("\n");
      return 0;
    }

    Perhatikan perintah perulangan for di baris 6. Perintah for (i = 3; i <= 30; i = i + 3) bisa dibaca:

    “Jalankan perulangan, mulai dari variabel i = 3 sampai i <= 30. Dalam setiap iterasi, naikkan nilai variabel i sebanyak 3 angka menggunakan perintah i = i + 3“.

    Teknik ini agak jarang dipakai, tapi itu bisa dilakukan.

  • Literature Circle Pembelajaran Daring dan Bauran

    Literature Circle adalah teknologi pendidikan yang inovatif dengan fokus pada keterampilan membaca dan meningkatkan keterampilan diskusi, dengan istilah lain seperti klub membaca. Pelajar yang memiliki rasa ingin tahu berkumpul di sekitar buku yang telah dipilih sebelumnya untuk berbagi interpretasi, sudut pandang, dan pemikiran. Kegiatan Literature Circle termasuk membaca dalam hati, mencatat, dan membuat jurnal.

    Penggunaan Literature Circle dalam pembelajaran bahasa.

    1. Literature Circle memberi siswa pilihan bahan pembelajaran. Di Literature Circle, siswa dapat memilih dari berbagai genre, termasuk buku sains, buku fiksi dan non-fiksi.
    2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pemilihan buku untuk dibaca dalam kelompok kecil. Berpartisipasi dalam pembelajaran Literature Circle memberikan manfaat untuk memahami bacaan.
    3. Kelompok yang berbeda membaca buku yang berbeda. Hal ini akan menambah wawasan dan perspektif dari siswa dalam diskusi kelompok.
    4. Setelah membaca buku, siswa berbagi dan berdiskusi dengan siswa lain dan membentuk kelompok baru untuk tugas membaca baru.
    5. Mengadakan pertemuan kelompok dengan jadwal yang teratur dan terencana untuk membahas hasil bacaan setiap siswa dalam kelompok. Siswa akan dapat lebih memahami isi buku dan bacaan saat mereka mendiskusikannya. Hal ini karena siswa dapat memperoleh pemahaman dari kontribusi siswa lain.
    6. Siswa menggunakan catatan dan foto untuk memandu membaca dan berdiskusi. Hal ini membuat aktivitas setiap siswa lebih jelas dan fokus.
    7. Topik diskusi ditentukan oleh siswa sendiri dan memenuhi harapan mereka, membuat diskusi lebih menyenangkan
    8. Pertemuan kelompok bertujuan untuk membuka bahasan tentang buku, sehingga perbedaan dan pertanyaan membuka wawasan yang baru bagi mereka.
    9. Guru sebagai fasilitator bukan sebagai anggota kelompok maupun instruktur.
    10. Evaluasi berdasarkan observasi guru dan evaluasi diri siswa
    11. Suasana gembira dan menyenangkan selama proses pembelajaran

    A. Karakteristik Literature Circle

    Pada dasarnya Literature Circle (LC) merupakan sebuah pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada sebuah grup diskusi tentang bahan bacaan tertentu (Sigelakis, 2019). Sementara itu Cooper meyakini bahwa tujuan LC adalah membantu peserta didik membaca literatur yang otentik (Cooper, 2015). Meskipun para pakar mempunyai definisi yg beragam, LC mempunyai fitur spesifik yg bisa dipakai menjadi acuan untuk menerapkan LC di kelas. Daniel (2002) menyarankan sebelas prinsip yg bisa dijadikan acuan bagi pengajar untuk mengimplementasikan LC, yaitu:

    1. Siswa diarahkan untuk menentukan bahan bacaan sendiri.
    2. Kelompok-grup mini dibuat dari buku yg dipilih anggota grup.
    3. Setiap grup membaca buku yg berbeda.
    4. Setiap grup akan menyusun jadwal yg teratur untuk mendiskusikan apa yg telah mereka baca.
    5. Setiap anggota grup memakai catatan atau gambar untuk memandu jalannya diskusi.
    6. Topik diskusi bebas
    7. Diskusi grup dibuat sedemikian rupa sebagai dialog terbuka mengenai isi buku, keterkaitan pribadi, pengarang & lainnya.
    8. Dalam LC pengajar berperan menjadi fasilitator, bukan menjadi anggota grup atau instruktur.
    9. Evaluasi dilakukan baik dari guru juga peserta didik.
    10. LC dibuat sedemikian rupa sebagai kegiatan yg menyenangkan bagi setiap anggota.
    11. Setelah selesai membaca, anggota grup berbagi pengetahuan kepada teman sekelasnya, & kelompoknya.

    B. Penerapan Literature Circle di dalam Kelas

    Pengajar bisa mengadopsi kesebelas prinsip diatas sebagai acuan untuk mengimplementasikan LC di kelas. Dalam pelaksanaanya tentu akan terdapat penyesuaian yang bergantung pada konteks yg dihadapi guru di kelas seperti, jenjang kelas, usia & taraf kemahiran anak didik dalam membaca. Untuk memudahkan pengajar pada menerapkan LC, Christine (2004) menyampaikan langkah-langkah yg bisa dilakukan untuk menerapkan LC di kelas supaya aktivitas berjalan efektif & efisien.

    1. Menyediakan bahan bacaan bagi peserta didik
    2. Menjelaskan LC pada peserta didik disertai pemberian training singkat & praktinya.
    3. Menentukan tugas anggota masing-masing grup. Tugas untuk buku sejarah misalnya, Time line, peta, mengutip bagian yang dianggap penting, tokoh dan penghubung sejarah.
    4. Memberikan pedoman untuk mengajukan pertanyaan yg baik & benar.
    5. Memperkenalkan buku yg akan dibaca setiap grup
    6. Anggota kelompok membagi halaman untuk dibaca, tugas/peran masing- masing anggota kelompok, dan jadwal perubahan.
    7. Anggota kelompok mencatat nama
    8. Sesuai jadwal yang telah ditetapkan, siswa mengumpulkan dan berbagi pengetahuan sesuai tugas/peran dalam kelompoknya. Misalnya, seorang anggota dengan tugas membuat sketsa karakter mempresentasikan karyanya di depan kelompok dan teman sekelas.
    9. Guru akan memberikan lembar kerja kelompok untuk memantau kemajuan siswa.
    10. Guru akan membuat daftar kelompok yang telah menyelesaikan diskusi. Guru juga dapat merekam kegiatan kelompok.
    11. Sebelum LC selesai, guru melihat kembali hal-hal positif yang ditemukan selama proses LC. Guru juga memastikan bahwa siswa memahami tugas kelompok yang harus diselesaikan, halaman yang harus dibaca pada sesi berikutnya, dan jadwal pertemuan berikutnya.

    a. Manfaat Pedagogi Literature Circle

    Pada Literature Circle tanggapan lisan dan tertulis memberi siswa setidaknya lebih banyak waktu untuk berpikir, merenungkan, dan menanggapi. Dan berikut manfaat lain dari Pedagogi Literature Circle:

    1. Berpikir Kritis

    Manfaat pertama dari penggunaan pedagogi Literature Circle adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, dimana seseorang dapat memahami hubungan logis antar ide dan dapat pula digambarkan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri. Pada umumnya seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut: memiliki sebuah pemahaman yang baik terkait sebuah ide, menentukan pentingnya dan relevansi argumen dan ide, dapat memahami dan membangun sebuah argumen, dapat mengidentifikasi kesalahan dalam berlogika, dapat memahami suatu permasalahan melalui pendekatan yang konsisten dan sistematis

    2. Kolaborasi

    Manfaat kedua dari pedagogi Literature Circle adalah kolaborasi, kolaborasi sendiri merupakan hal yang dianggap penting karena pada tahap ini siswa diharapkan dapat membangun pemahaman baru tentang informasi yang dianggap relevan dan terbaru.

    3. Diferensiasi

    Manfaat berikutnya dari Literature Circle adalah diferensiasi. Diferensiasi merupakan sebuah proses di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan apa yang paling mereka butuh kan selama proses belajar mengajar. Metode pengajaran Lingkaran Sastra memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bacaan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

    4. Paparan

    Paparan adalah salah satu kunci terpenting dalam pedagogi Literature Circle, dan guru diharapkan untuk menawarkan platform yang berbeda dan semua jenis genre untuk mendukung minat membaca siswa meningkat.

    5. Umpan Balik atau feedback

    Terkadang beberapa kealahan diterima begitu saja, dan yang sering diabaikan adalah pemberian umpan balik. Dalam Literature Circle, pemberian umpan balik memegang peranan yang sangat penting, karena dalam proses diskusi terdapat sesi-sesi dimana terjadi umpan balik dan siswa diminta untuk memberikan kritik yang membangun.

  • RPS Praktikum Rukyatul Hilal dan Astrofotografi

    Deskripsi Mata Kuliah

    Mata Kuliah Praktikum Rukyatul Hilal dan Astrofotografi adalah mata kuliah yang memberikan pemahaman, analisis dan keterampilan kepada mahasiswa terkait dengan proses hilal dengan pengamatan langsung dengan mata, teleskop dan alat bantu digital atau Digital Processing yang selanjutnya disebut sebagai Astrofotografi.

    Topik

    1. Konsep Hilal : Rukyat dan Hisab
    2. Konsep Matla : Fuqaha dan Astronomi Modern
    3. Fotografi dan Digital Imaging
    4. Astrofotografi
    5. Astrofotografi dalam Fiqh Astronomi

    Kegiatan Perkuliahan

    PertemuanKegiatanTopik
    IPraktikum Rukyatul Hilal dan Astrofotografi
    IIDiskusiKonsep Hilal
    IIIDiskusiMetode Hisab
    IVDiskusiMetode Rukyat
    VDiskusiMatla dalam Pandangan Fuqaha
    VIDiskusiMatla dan Astronomi Modern
    VIIDiskusi Rukyatul Hilal
    VIIIUTS
    IXDirect InstructionDigital Imaging
    XDirect InstructionLensa dan Fotografi
    XIDirect InstructionAstrofotografi
    XIIDirect InstructionAstrofotografi dalam Fiqh Astronomi
    XIIIPraktikum / Unjuk KerjaPraktikum Rukyatul Hilal I
    XIVPraktikum / Unjuk KerjaPraktikum Rukyatul Hilal II
    XVPraktikum / Unjuk KerjaPraktikum Rukyatul Hilal III
    XVIUAS
  • Desain Instruksional

    Desain Instruksional

    Desain Instruksional adalah serangkaian proses perencanaan, analisa, desain, pengembangan, penerapan dan evaluasi instruksi dalam setting pendidikan atau pelatihan baik formal maupun informal yang terstruktur dan teratur namun fleksibel (Reigeluth & An, 2021).

    Saat merancang sebuah pembelajaran, guru sering memulai dengan perspektif apa yang akan mereka ajarkan. Sebaliknya, seorang desainer instruksional memulai dengan sudut pandang sebuah pemecahan masalah, bukan hanya berpikir tentang apa yang mereka akan ajarkan, tetapi lebih menitikberatkan pada bagaimana nanti mereka mengajarkannya dengan cara yang efektif, efisien, dan memotivasi. Sebuah instruksi (proses membantu orang lain mempelajari sesuatu yang baru) dapat sesederhana menunjukkan prosedur singkat yang diikuti.

    Implementasi Desain Instruksional

    Langkah awal desain instruksional adalah mengidentifikasi masalah kemudian fokus terhadap apa yang harus dilakukan untuk menyampaikan ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setelah itu,menentukan cara yang paling mudah bagi peserta didik untuk menguasai materi. Dengan instruksi yang dirancang dengan baik, pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan memotivasi, menghemat waktu dan uang, meningkatkan kinerja dan meningkatkan kemampuan peserta didik. Dalam konteks pendidikan, desain instruksional membantu guru memenuhi, memotivasi, dan mempercepat kebutuhan peserta didik dengan lebih baik.

    “kapan dan di mana” Desain Instruksional

    Desain instruksional dapat diterapkan dalam situasi apa pun, baik formal maupun informal, di mana orang terlibat dalam pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu. Beberapa contoh umum desain instruksional dalam konteks yang berbeda-beda adalah konteks pendidikan tinggi dimana desain instruksional yang dirancang bertujuan untuk membantu fakultas untuk meningkatkan pelatihan, membantu fakultas untuk bertransformasi dan beradaptasi dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran online.