Tag: Evaluasi

  • Ujian Online pada Kelas e-Learning Daring Penuh

    Ujian Online pada Kelas e-Learning Daring Penuh

    AhmadDahlan.NET – Salah satu bentuk upaya menjaga kualitas pendidikan dan pembelajaran adalah melaksanaka evaluasi proses pembelajaran pada tiap pertemuan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran khususnya pencapaian tujuan pembelajaran harian. Dalam kasus evaluasi tersebut disebut sebagai test formatif yakni test yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

    Test yang diberikan harus tepat sesuai dengan aspek hasil belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Tujuan ini dalam kurikulum disebut sebagai Kompetensi inti. Adapun kompetensi inti yang harus diukur adalah :

    1. Kompetensi Inti I – Spiritual
    2. Kompetensi Inti II – Sikap
    3. Kompetensi Inti III – Pengetahuan
    4. Kompetensi Inti IV – Keterampilan

    Uji Kompetensi pada e-Learning

    Aspek evaluasi berlaku dalam segala bentuk proses pembelajaran baik itu kelas-kelas klasikal maupun e-Learning yang mengadopsi model Daring Penuh (Distance Learning). Hanya saja terdapat sedikit perbedaan terkait proses pelaksanaan dan jenis test yang akan digunakan.

    Pada pembelajaran klasikal dalam bentuk tatap muka di dalam kelas, model evaluasi yang paling umum dilakukan oleh pendidik dalam hal ini guru adalah model artificial test. Artificial test atau test buatan ini dilakuakn dengan cara memberikan kondisi tertentu pada peserta didik selama test berlangsung. Test-test tersebut seperti ujian tulis (paper-pen test ) dan ujian praktikum dimana peserta didik diawasi dalam menyelesaikan sekumpulan instrumen test dalam waktu yang sesuai dengan beban test yang dilaksanakan.

    Tugas guru dalam artificial test ini adalah memastikan kompetensi yang ingin diukur di dalam diri peserta didik dapat ditunjukkan pada saat proses pengukuran. Proses pengawasan dalam test dan ujian klasikan ini bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa respon yang ditunjukkan oleh peserta didik berasal dari dalam dirinya, bukan dari orang lain atau hasil contekan teman sekelas.

    Pada ujian berbasis Daring Penuh (Distance Learning), Jaminan dan kepastian peserta didik mengerjakan ujian berdasarkan kemampuannya sendiri sangatlah kurang atau peluang untuk berbuat curang sangat besar. Ada banyak aspek dan orang lain yang bisa digunakan peserta didik untuk membantu mereka mengerjakan test-test online yang diberikan. Hal ini bertambah rumit dengan adanya pandangan dari sisi orang tua/wali dan peserta didik bahwa hasil ujian melekat pada skor yang didapatkan peserta didik bukan kompetensi yang melekat, jadilah perburuan skor tinggi dalam ujian dilakukan dengan berbagai cara, meskipun melanggar aturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

    Dalam ujian berbasis e-Learning, kendala-kendala ini harus dimasukkan sebagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan dan memilih jenis test yang dilakukan oleh peserta didik. Jika aspek tersebut tidak dapat dihilangkan, maka guru sebaiknya bersinergi dengan aspek-aspek dalam melaksanakan proses evaluasi. Tujuannya agar misleading informasi dapat dihindari dalam hal menarik kesimpulan berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan setelah test berlangsung.

    Jenis-Jenis Uji Kompetensi

    Dalam upaya menimalkan faktor misleading informasi dalam proses evaluasi proses pembelajaran peserta didik, beberapa strategi yang mungkin saja berhasil diterapkan sebagai berikut :

    a. Ujian Sistematis

    Ujian sistemis dilakukan untuk jenis-jenis ujian bersifat artificial. Ujian ini dipilih jika model paper-pen test tidak dapat dihindari. Tugas pendidik dalam hal evaluasi ini mebuat ujian yang awalnya dilakukan klasikal dikerjakan secara daring namun harus disertai dengan sistem yang dapat meminimalisir keterlibatan orang lain dalam proses ujian.

    Asumsi awal ujian sistematis diadakan adalah untuk mengurangi peran orang lain terlibat dalam pengerjaan ujian. Ujian diatur dengan beberapa prasyarat tertentuyang harus dipenuhi sebelum ujian dilaksanakan. Prasyarat tersebut sebisa mungkin hanya bisa dilakukan oleh peserta didik itu sendiri seperti (1) waktu pelaksanaan evaluasi yang khusus pada jam-jam pembelajaran (2) setelah peserta didik melakukan rentetan aktifitas seperti menonton video pembelajaran, membaca materi atau mengisi formulir data yang hanya dipahami oleh peserta yang mengikuti pembelajaran sebelumnya, kemudian yang terakhir (3) melakukan ujian bersifat asynchronous dimana peserta didik harus merekam kegiatan mereka selama ujian sehingga bisa dipastikan jika ujian dilaksanakan sendiri.

    Asumsi yang kedua yang digunakan adalah mengurangi durasi waktu ujian yang tepat dikerjakan pada waktu yang relatif singkat namun tetap bersesauain dengan intruksi yang ada pada instrumen atau soal ujian. Hal ini bertujuan untuk membatasi peserta didik melakukan aktifitas lain diluar dari proses menyelesaikan ujian. Seperti kemungkin membuka tab baru di perangkat yang mereka gunakan untuk ujian.

    Misalnya jawaban dari pertanyaan yang diberikan sekitar 100 kata dengan jumlah nomor ujian sebanyak 5 nomor, maka guru harus mengatur waktu ujian berdasarkan simulasi yang paling cocok untuk mengetik 500 kata. Kelemahannya adalah guru harus paham betul kemapuan mengetik peserta didik mereka.

    Selain durasi pengerjaan, Soal-soal bertipe pengertian dan pemahaman harus dihindari karena tipe soal seperti ini sangat mudah ditemukan jawabnya melalui aplikasi search engine seperti google.

    Sistem terakhir bisa diterapkan untuk memaksimalkan jenis ujian ini adalah menggunakan palikasi pelacakan aktifias selama melakukan proses ujian. Layanan ini sudah disediakan oleh beberapa jenis LMS yang secara otomatis membuat peserta ujian hanya bisa berada dalam satu layar penuh saat ujian. Hanya saja sistem ujian membutuhkan teknologi, software dan perangkat hardware yang lebih mahal baik dari sisi pengembang yakni pihak sekolah dan sisi peserta didik dimana perangkat mereka harus kompetible dengan aplikasi LMS yang akan digunakan. Ujiannya ini juga rentang dengan kendala tehnis kecil seperti ketersedaiaan jaringan dan juga kesalahan perangkat saat ujian berlangsung. Sehingga besar kemungkinan peserta didik gagal ujian karena kendala tehnis.

    b. Penugasan Proyek

    Penugasan dalam bentuk proyek merupakan tugas jangka panjang yang harus dilakukan peserta didik. Tugas ini berupa pembuatan produk yang akan diselesaikan jika sebagian besar dari kompetensi yang tercermin pada tujuan pembelajaran dipenuhi.

    Penugasan proyek ini harus terdiri dari banyak kompetensi yang saling terkait satu sama lain. Salah satu contohnya adalah proses pembuatan generator sederhana. Tugas pembuatan generator sedehana bisa dilakukan dengan menggabungkan materi Dinamika, Kinematika Gerak Melingkar, Listrik Dinamis, dan Listrik dan Magnet.

    Nilai lebih dari tugas proyek ini adalah proses pengerjaan tugas dapat dilakukan dalam bentuk squence yakni bagian per bagian sesuai dengan sub materi yang telah sedang diajarkan. Evaluasi dilakukan secara bertahap sehingga peserta didik harus mampu mempertanggung jawabkan proyek yang mereka buat secara berkala. Hal ini juga akan menyulitkan orang lian di luar pembelajaran untuk terlibat secara utuh dalam proses evaluasi kecuali mereka mengalokasikan waktu khusus untuk ikut ambil bagian dalam pembuatan tugas proyek.

    Kesulitan yang mungkin dihadapi oleh peserta didik dalam tugas pembuatan proyek ini lebih bersifat tehnis seperti menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan proyek, terlebih untuk hal-hal yang bersifat khusus dan sulit didapatkan ditempat-tempat umum, termasuk untuk peserta didik yang berada di daerah terpencil.

    Masalah tersebut bisa diminimalisir dengan beberapa langkah

    1. pihak penyelenggara pendidikan harus menyedikan dukungan tehnis terkait pelaksaan proyek yang diberikan.
    2. Proyek dirancang dengan pertimbangan kondisi lingkungan peserta didik serta kemungkinan masalah yang akan muncul di lapangan.

    c. Online Portfolio

    Online protofolio adalah pembuatan tugas yang dikumpulkan melalui akun pribadi masing-masing peserta didik seperti dalam bentuk website atau blog yang dapat diakses secara online dan terbuka. Tugas ini bersifat terbuka sehingga lebih mudah dilakukan cross-cek terkait dengan konten yang ditayangkan dimasukkan ke dalam portofolio. Untuk memasimalkan fitur pembuatan tugas harus dilengkapi proses pembuatan dimana peserta didik dapat menunjukkan secara langsung langkah demi langkah yang mereka lakukan untuk menyelesaikan tugas.

    Online portofolio ini juga lebih murah digunakan dari segi pengembangan dalam hal ini sekolah, karena tidak perlu menyedikan server khusus dalam pembuatan tugas. Portofolio dapat dipublikasikan menggunakan jasa pihak ketiga yang menyediakan layanan open source gratis seperti Blog, WordPress, dan YouTube.

    d. Conference Test

    Conference test adalah ujian yang dilakuan dengan menganut sistem syncronous sistem diaman peserta didik langsung diuji melalui aplikasi Conference seperti goole meet, Zoom dan sejenisnya. Ujiannya ini memiliki konsep sederhana yakni memindahkan ujian klasikal ke depan layar komputer.

    Kekurangan dari sistem ujiannya ini adalah tehnis ujian yang akan memakan banyak waktu dimana peserta didik harus diuji satu persatu-persatu sehingga tidak efesien untuk dilaksanakan pada kelas-kelas berukuran besar. Selain itu ujiannya sangat tergantung dengan ketersedaiaan jaringan yang stabil dan juga perangkat pendukung aplikasi conference yang membutuhkan spesifiaksi RAM, Prosesor, dan VGA yang besar.

  • Paradigma dan Pengertian Penelitian Pendidikan

    Paradigma dan Pengertian Penelitian Pendidikan

    Ahmad Dahlan. Penelitian adalah suatu keharusan bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan. Sebuah penelitian ditujukan untuk kegiatan mencari tahu sebuah informasi baru atau dampak dari sebuah perlakuan terhadap perubahan nilai suatu objek. Namun apakah definisi tersebut telah menjelaskan secara keseluruhan mengenai penelitian. Tentu saja kedua penjelasan tersebut belum cukup menjelaskan mengenai pengertian dari penelitian.

    Pengertian Penelitian

    Penelitian merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menakar dan mengetahui nilai dari suatu objek yang diteliti serta kaitanya dengan objek lain. Hill Way menjelaskan penelitian sebagai sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui suatu objek.

    Dalam penelitian, dilakukan langkah-langkah tertentu yang disusun secara hati-hati untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang ada. Dibutuhkan langkah yang sistematis agar hasil penelitian dapat berupa kesimpulan, gagasan atau penjelasan mengenai suatu objek dapat ditarik dengan benar.

    Penelitian merupakan sesuatu yang muncul karena adanya masalah yang melatar-belakangi suatu penelitian dilaksanakan. Terdapat beberapa bentuk mengapa penelitian harus dilakukan. Pada banyak hal, penelitian dianggap sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah yang ada. Hanya saja tidak semua penelitian berangkat dari sebuah masalah.

    Jika prosedur Evaluasi dikategorikan salah satu penelitian, maka penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mencari masalah dan disertai dengan solusi yang mungkin dapat menyelesaikan masalah yang telah ditemukan. Dalam sebuah penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang jelas dapat dipertanggungjawabkan secara akademis mengenai informasi yang didapatkan. Informasi yang didapatkan haruslah memiliki resiko yang kecil sehingga dalam proses mencari informasi dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan pada objek yang diteliti. Penekanan ini menegaskan bahwa penelitian lebih dari sekedar trial and error namun disertai dasar yang kuat mengapa perlakuan dipilih sebagai variabel manipulasi.  

    Sebuah penelitian adalah sebuah proses pengumpulan data dan informasi sebanyak-banyaknya mengenai objek yang diteliti. Terkait dengan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian membutuhkan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pada penelitian yang menggunakan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian akan dihasilkan hasil pengukuran yang presisi namun sangat sempit karena hanya terbatas pada dasar dari instrumen dikembangkan. Namun pada sebuah penelitian yang menggunakan instrumen yang bersifat dinamis seperti halnya manusia, akan didapatkan informasi yang sangat lebar dan sangat luas dari objek yang diamati. Data hasil penelitian yang didapatkan tidak akan presisi dan kemungkinan muncul terbatas hanya pada objek yang diteliti tetap ada.  

    Penelitian bukanlah sebuah pilihan antara memilih hasil penelitian yang presisi atau memilih penelitian yang memunculkan hasil pengamatan yang luas. Penelitian adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan terkait masalah objek dan masalah yang diteliti. Dalam hal ini penelitian tidak boleh bergerak dari masalah yang bersifat artifisial atau dibuat-buat. Kemungkinan masalah muncul harus berasal dari masalah yang bersifat nyata dan tidak mengada-ada.  

    Kesalahan-Kesalahan Dalam pengertian Penelitian.

    Dari pengalaman mengkaji penelitian baik yang penulis dapatkan di bangku kuliah, diskusi ilmiah serta perbincangan dengan rekan seprofesi terdapat banyak kerancuan yang muncul mengenai penelitian. Kurangnya pemahaman dan kajian yang dilakukan secara holistik dan munculnya polarisasi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif merupakan penyebab utama munculnya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai penelitian.

    Sebagai contoh, dalam beberapa buku menjelaskan mengenai sebuah penelitian harus memiliki sebuah kosntruk yang jelas sehingga dasar suatu tindakan yang dilakukan jelas dan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis. Pandangan ini tersebar luas dan menjadikan pembatasan dalam kajian penelitian. Akibatnya adalah munculnya pengkerdilan pada penelitian kualitatif yang bersifat mencari informasi mengenai suatu objek (masalah).

    Pada kenyataannya, pemaksaan pemberian konstruk atau landasan teori yang jelas pada penelitian kualitatif akan berdampak pada kacaunya proses pengamatan yang dilakukan. Peneliti dalam hal ini berlaku sebagai instrumen akan cenderung menghiraukan berbagai macam hal yang muncul di luar dari konstruk yang digunakan.  

    Hal lain yang paling sering muncul saling menyalahkan antara pendekatan penelitian yang digunakan. Seorang pakar ataupun praktisi peneliti kuantitatif cenderung menganggap remeh peneliti kualitatif. Anggapan ini muncul karena peneliti kuantitatif beranggapan bahwa internal validitas dari instrumen yang selalu berubah-ubah dalam hal ini bersifat dinamis sangat berpengaruh pada hasil penelitian. Penelitian adalah suatu tindakan yang dikelola sehingga subjektivitas dari peneliti tidak berpengaruh pada hasil kajian dari penelitian.

    Hal sebaliknya juga berlaku. Penelitian Kuantitatif dianggap sebagai penelitian yang tidak bersifat humanis karena mencoba beberapa hal dan memaksakan kehendak pada objek penelitian yang berupa orang. Membatasi seseorang dalam angka-angka yang mungkin saja berbeda pada setiap individu adalah pembelaan yang paling sering muncul untuk tidak mempercayai secara mutlak hasil dari penelitian kuantitatif.   

    Kesalahan ini seharusnya tidak muncul jika hakikat dari pendekatan penelitian itu sendiri telah diketahui. Kedua pendekatan tersebut, baik kuantitatif dan kualitatif memiliki rana dan bidang kajian masing-masing dan grand design yang telah muncul di alam yang bersifat dinamis ini adalah tidak ada kesimpulan yang bersifat mengikat dan berlaku sepanjang masa sehingga setiap orang harus menerima bahwa penelitian harus tetap dilaksanakan secara terus menerus. Kajian mengenai dampak dan objek yang telah muncul di masa lalu yang tidak berarti peneliti terdahulu adalah sebuah kesalahan.