Tag: fisika SMA

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gerak Vertikal Ke Atas

    Materi Fisika SMA – Rumus Gerak Vertikal Ke Atas

    AhmadDahlan.Net – Masih ingatkah kalian dengan materi GLBB atau Gerak Lurus Beraturan? Contoh dari GLBB adalah gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Kali ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai rumus atau persamaan pada gerak vertikal ke atas

    A. Pengertian Gerak Vertikal Ke Atas

    Gerak vertikal ke atas merupakan gerak benda yang dilemparkan secara vertikal ke atas dengan pemberian kecepatan awal. Pada gerak vertikal ke atas, benda mendapatkan pengaruh oleh percepatan gravitasi, namun karena arah pergerakan benda berlawanan arah dengan percepatan gravitasi, benda perlahan – lahan akan dikurangi kecepatannya atau mengalami perlambatan.

    B. Persamaan Gerak Vertikal ke Atas

    1. Kecepatan benda

    Pada GLBB berlaku persamaan :

    υ_t=υ_0+at
    υ_t^2=υ_0^2+2as

    Karena pada gerak vertikal ke atas, diketahui bahwa s = h dan a = -g (gerak benda berlawanan arah dengan percepatan gravitasi) sehingga persamaan diatas menjadi :

    υ_t=υ_0-gt

    atau

    υ_t^2=υ_0^2-2gh
    υ_t=\sqrt{υ_0^2-2gh}

    Keterangan,
    υt : kecepatan benda pada saat t sekon (m/s)
    υ0 : kecepatan awal benda (m/s)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)
    t : waktu (s)
    h : ketinggian bola (m)

    2. Ketinggian maksimum benda

    Ketika benda mencapai ketinggian maksimum, maka pada gerak vertikal ke atas υt = 0 m/s, sehingga persamaan waktu maksimum adalah :

    υ_t^2=υ_0^2-2gh_{max}
    0^2=υ_0^2-2gh_{max}
    2gh_{max}=υ_0^2
    h_{max}=\frac{υ_0^2}{2g}

    Keterangan,
    hmax : ketinggian maksimum bola (m)
    υ0 : kecepatan awal benda (m/s)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)

    3. Waktu ketika bola mencapai ketinggian maksimum

    Ketika benda mencapai ketinggian maksimum, maka pada gerak vertikal ke atas υt = 0 m/s, sehingga persamaan waktu maksimum adalah :

    υ_t=υ_0-gt
    0=υ_0-gt_{max}
    gt_{max}=υ_0
    t_{max}=\frac{υ_0}{g}

    Keterangan,
    tmax : waktu ketika bola mencapai ketinggian tertinggi (s)
    υ0 : kecepatan awal benda (m/s)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)

    3. Contoh Soal

    Sebuah bola dilempar vertikal ke atas dan mencapai titik tertinggi 20 m. Hitunglah kecepatan awal dan waktu benda mencapat titik tertinggi!

    Pembahasan

    Dik :
    h = 20 m

    Dit :
    υ0 = ?
    tmax = ?

    Pembahasan :
    1. Kecepatan awal benda

    h_{max}=\frac{υ_0^2}{2g}
    υ_0^2=h_{max}×2g
    υ_0^2=20\ m×2(10\ m/s^2)
    υ_0^2=400
    υ_0=\sqrt{400}
    υ_0=20\ m/s

    Jadi kecepatan awal bola adalah 20 m/s

    2. Waktu mencapai titik tertinggi

    t_{max}=\frac{υ_0}{g}
    t_{max}=\frac{20\ m/s}{10\ m/s^2}
    t_{max}=2 s

    Jadi, bola mencapai titik tertinggi pada saat waktu 2 detik.

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Gesek

    Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Gesek

    AhmadDahlan.Net – Manakah yang lebih mudah ketika menarik benda di bidang licin seperti lantai atau menarik benda di atas batuan kasar? Pastinya akan lebih mudah menarik benda di atas lantai karena gaya gesek benda kecil. Untuk memahami apa itu gaya gesek, perhatikan penjelasan berikut.

    A. Pengertian Gaya Gesek

    Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena terdapat dua permukaan benda yang saling bersentuhan. Gaya gesek memiliki arah yang berlawanan dengan gaya yang diberikan kepada benda.

    Terdapat dua pembagian gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang terjadi selama benda belum bergerak atau masih dalam keadaan diam. Apabila gaya yang diberikan ke benda lebih besar daripada gaya gesek statis (F > fs) maka benda akan bergerak. Gaya gesek kinetis merupakan gaya gesek yang bekerja pada benda yang bergerak.

    B. Persamaan Gaya Gesek

    1. Gaya gesek statis

    Gaya gesek statis dapat dirumuskan sebagai berikut :

    f=μ_s×N

    Keterangan,
    f : gaya gesek (N)
    μs : koefisien gesek statis
    N : gaya normal (N)

    2. Gaya gesek kinetis

    Gaya gesek kinetis dapat dirumuskan sebagai berikut :

    f=μ_k×N

    Keterangan,
    f : gaya gesek (N)
    μk : koefisien gesek kinetis
    N : gaya normal (N)

    C. Contoh Soal

    Balok yang massanya 7,5 kg ditarik dengan gaya 60 N di atas lantai mendatar yang kasar. Koefisien gesekan kinetis antara balok dan lantai 0,4. Jika g = 10 m/s2 . Tentukanlah percepatan balok.

    Pembahasan

    Dik :
    F = 60 N
    m = 7,5 kg
    μk = 0,4
    g = 10 m/s2

    Dit :
    a = ?

    Pembahasan :

    Perhatikan ilustrasi berikut !

    Berdasarkan hukum II Newton, maka diperoleh :

    ΣF=m×a
    F-f=m×a

    1. Menghitung gaya gesek benda

    f=μ_k×N
    f=(0,4)×(m.g)
    f=(0,4)×(7,5\ kg)(10\ m/s^2)
    f=30\ N

    2. Menghitung percepatan benda

    F-f=m×a
    60\ N-30\ N=7,5\ kg×a
    30=7,5×a
    a=\frac{30}{7,5}=4\ m/s^2

    Jadi percepatan yang dialami benda adalah 4 m/s2

  • Materi Fisika SMA – Gerak Lurus Beraturan

    Materi Fisika SMA – Gerak Lurus Beraturan

    AhmadDahlan.Net – Gerak merupakan peristiwa perpindahan benda dari titik 1 ke titik yang lain. Dalam fisika, gerak terbagi menjadi 2 jenis yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai Gerak Lurus Beraturan (GLB). Untuk memahami materi tersebut, perhatikan penjelasan berikut.

    A. Pengertian GLB

    Gerak lurus merupakan gerakan sebuah benda pada lintasan yang lurus. Gerak lurus beraturan merupakan gerakan sebuah benda pada lintasan lurus dengan kecepatan yang tetap di setiap titik nya. Karena pada GLB kecepatan benda tetap, maka pada gerak ini percepatan benda dianggap 0 (nol).

    Terdapat 3 besaran fisika pada pembahasan mengenai gerak lurus beraturan, yaitu perpindahan (s), waktu (t), dan juga kecepatan (v). Berikut grafik hubungan untuk tiap variabel.

    B. Persamaan GLB

    Secara umum kecepatan pada gerak lurus beraturan, dituliskan sebagai berikut:

    υ=\frac{s}{t}

    Keterangan,
    υ : kecepatan (m/s)
    s : perpindahan (m)
    t : waktu (s)

    Untuk kecepatan rata – rata dapat dihitung menggunakan persamaan :

    υ=\frac{Δs}{Δt}

    Keterangan,
    υ : kecepatan (m/s)
    Δs : perubahan perpindahan (sf – sa) (m)
    Δt : perubahan waktu (tf – ta) (s)

    C. Contoh Soal

    Sinta melakukan percobaan gerak lurus beraturan di laboratorium fisika dasar. Berikut data hasil percobaan yang diperoleh oleh Sinta:

    NoJarak (m)Waktu (s)
    1.
    2.
    3.
    4.
    5.
    5
    10
    15
    20
    25
    1
    2
    3
    4
    5

    Berdasarkan data di atas, hitunglah :
    a. kecepatan benda pada saat t = 4 s
    b. kecepatan rata – rata benda

    Pembahasan :

    a. Kecepatan benda pada t = 4 s

    υ=\frac{s}{t}

    Berdasarkan data di atas, pada saat t = 4 s jarak yang ditempuh adalah 20 m, sehingga :

    υ=\frac{20\ m}{4\ s}
    υ=5\ \frac{m}{s}

    Jadi kecepatan benda pada saat detik ke 4 adalah 5 m/s

    b. Kecapatan rata – rata

    Kecepatan rata – rata dari data di atas adalah :

    υ=\frac{Δs}{Δt}
    υ=\frac{(s_5-s_1)}{(t_5-t_1)}
    υ=\frac{(25\ m-5\ m)}{(5\ s-1\ s)}
    υ=\frac{(20\ m)}{(4\ s)}
    υ=5\ \frac{m}{s}

    Jadi, kecepatan rata – rata benda adalah 5 m/s.

    Infografik Rumus Kecepatan

    Infografis Rumus Kecepatan materi fisika SMA
  • Materi Fisika SMA – Besaran Pokok dan Turunan

    Materi Fisika SMA – Besaran Pokok dan Turunan

    AhmadDahlan.Net – Kita pastinya sudah terbiasa melakukan pengukuran dalam kehidupan sehari – hari kita, baik itu secara sadar maupun tak sadar. Hasil pengukuran yang kita peroleh dan kita nyatakan sebagai angka disebut dengan besaran. Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.

    Dalam bidang fisika, besaran terbagi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai kedua jenis dari besaran.

    A. Pengertian Besaran Pokok

    Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah ditetapkan sebelumnya dan biasa disebut sebagai satuan pokok atau satuan standar. Satuan merupakan suatu yang nilainya telah ditetapkan terlebih dahulu sebagai dasar dalam melakukan pengukuran.

    Berikut daftar besaran pokok beserta satuannya :

    Daftar Besaran Pokok
    Daftar Besaran Pokok Tambahan

    Terdapat banyak satuan pada besaran pokok, tetapi satuan yang digunakan adalah satuan yang dinyatakan dalam Sistem Internasional atau biasa disingkat SI.

    B. Besaran Turunan

    Besaran turunan merupakan besaran yang satuan nya diturunkan atau dijabarkan dari satuan besaran pokok. Salah satu contoh besaran yang diturunkan dari besaran pokok adalah :

    1. Luas suatu persegi

    Luas dirumuskan sebagai panjang x lebar. Panjang dan lebar keduanya merupakan besaran pokok panjang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa luas termasuk besaran turunan karena berasal dari perkalian dua besaran pokok.

    Berikut beberapa contoh besaran turunan beserta satuannya :

    Daftar Beberapa Besaran Turunan

    C. Dimensi Besaran

    Dimensi besaran merupakan cara besaran itu tersusun dari besaran – besaran pokoknya. Setiap besaran pokok memiliki dimensi. Untuk besaran turunan, dimensi nya diperoleh dari rumus besaran turunan yang dinyatakan dalam besaran pokok.

    Berikut daftar dimensi yang dimiliki oleh besaran pokok :

    Contoh Soal

    Tentukanlah dimensi dari besaran turunan kecepatan!

    Pembahasan

    a. Kecepatan

    v=\frac{perpindahan}{waktu}

    perpindahan merupakan besaran pokok panjang, sehingga berdasarkan tabel daftar dimensi besaran pokok, diperoleh :

    v=\frac{[L]}{[T]}=[L][T]^{-1}

    Sehingga, dimensi dari kecepatan adalah [L][T]-1

  • Materi Fisika SMA – Rumus Skala Pada Jangka Sorong

    Materi Fisika SMA – Rumus Skala Pada Jangka Sorong

    AhmadDahlan.Net – Dalam kehidupan sehari – hari kita selalu melakukan pengukuran, baik secara sadar maupun tidak sadar. Contoh pengukuran dalam kehidupan sehari – hari adalah perhitungan jam pada jam dinding, spidometer untuk mengukur kelajuan pada motor, dan lain sebagainya.

    Dalam Fisika, pengukuran merupakan proses mengukur suatu besaran. Pengukuran ini menggunakan berbagai macam alat ukur. Pada materi ini, kita akan membahas mengenai pengukuran menggunakan Jangka Sorong.

    A. Pengertian Jangka Sorong

    Jangka sorong atau biasa disebut dengan mistar geser merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tebal, panjang, lebar benda, diameter (diameter dalam maupun luar benda) dan kedalaman suatu tabung. Jangka sorong memiliki ketelitian sampai dengan 0,1 mm atau 0,01 cm.

    Berikut bagian – bagian dari jangka sorong beserta fungsinya

    1. Rahang dalam berfungsi untuk mengukur diameter dalam suatu lubang, misalnya pipa, tutup botol, dsb. Rahang dalam ini terdiri atas 2, yaitu rahang tetap atas dan rahang geser atas.
    2. Rahang luar berfungsi untuk mengukur diameter luar, panjang, dan ketebalan suatu benda. Rahang luar ini juga terdiri atas 2, yaitu rahang tetap bawah dan rahang geser bawah.
    3. Pengunci pada jangka sorong berfungsi untuk mengunci atau menahan rahang geser agar tidak bergerak pada saat melakukan pengukuran.
    4. Skala Utama merupakan skala yang berfungsi untuk menunjukkan hasil utama pengukuran yang biasanya dinyatakan dalam satuan cm (centimeter).
    5. Skala nonius merupakan skala yang berfungsi untuk menambahkan tingkat akurasi pada hasil pengukuran, biasanya dinyatakan dalam satuan inchi atau mm (milimeter).
    6. Ujung pengukur kedalaman merupakan bagian ujung dari jangka sorong yang berfungsi untuk mengukur kedalaman suatu lubang.

    B. Menghitung Hasil Pengukuran Jangka Sorong

    Perhatikan contoh pengkuran berikut:

    Dari hasil pengukuran diatas, terdapat beberapa poin yang perlu kita ketahui, yaitu sebagai berikut:

    1. Hasil penunjukan skala utama

    Cara melihat penunjukan pada skala utama adalah adalah melihat skala yang yang ditunjukkan sebelum skala 0 pada skala nonius. Pada gambar diatas skala yang ditunjukkan sebelum skala 0 nonius adalah 1,1 cm.

    2. Hasil penunjukan skala nonius

    Cara melihat penunjukan skala nonius adalah melihat skala yang berimpit antara skala nonius dgn skala utama. Pada gambar diatas, skala yang berimpit pada skala nonius adalah 7 mm.

    3. Menghitung hasil pengukuran

    HP=HPU + (HPN×tingkat\ ketelitan\ jangka\ sorong)

    keterangan,
    HP : Hasil pengukuran
    HPU : Hasil penunjukan skala utama (cm)
    HPN : Hasil penunjukan skala nonius (mm)

    Hasil pengukuran yang diperoleh adalah :

    HP=1,1\ cm + (7\ mm×0,01\ cm)
    HP=1,1\ cm + (0,07\ cm)
    HP=1,17\ cm 

    Jadi, hasil pengukuran diatas adalah 1,17 cm

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gelombang Berdiri

    Materi Fisika SMA – Rumus Gelombang Berdiri

    AhmadDahlan.Net – Pernah kah kalian memainkan sebuah tali hingga bergerak naik turun? Atau pernahkah kalian bermain sebuah gitar? Jika pernah, contoh kegiatan di atas merupakan contoh dari peristiwa gelombang. Pada kali ini, kita akan membahas mengenai gelombang berdiri.

    A. Pengertian Gelombang Berdiri

    Gelombang berdiri atau gelombang stasioner merupakan gabungan dari dua gelombang yang amplitudonya berubah – ubah dengan arah rambat gelombang yang berlawanan. Pada gelombang ini, kita akan mengenal istilah perut dan simpul. Perut merupakan titik yang memiliki amplitudo maksimum, dan simpul merupakan titik yang memiliki amplitudo minimum.

    Gambar diatas merupakan posisi perut dan simpul pada gelombang stasioner, dimana P melambangkan perut dan S melambangkan simpul.

    B. Persamaan Gelombang Berdiri

    1. Ujung bebas

    Gelombang Berdiri Ujung Bebas

    Pada gelombang berdiri ujung bebas, gelombang yang datang dan gelombang pantul tidak memiliki perubahan fase. Sehingga persamaan gelombang berdiri ujung bebas, dituliskan sebagai berikut :

    Y_p=2A\cos{(kx)}\sin{(ωt)}

    Amplitudo gelombang berdiri ujung bebas dapat dihitung menggunakan persamaan :

    A_p=2A\cos{(kx)}

    keterangan,
    Yp : simpangan gelombang berdiri (m)
    Ap : amplitudo gelombang berdiri (m)
    k : bilangan gelombang
    ω : kecepatan sudut gelombang (rad/s)
    t : lama gelombang bergetar (s)

    Adapun untuk letak perut dan simpul gelombang berdiri ujung bebas, dapat dihitung menggunakan persamaan :

    P_n=\frac{1}{2}λn

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    S_n=\frac{1}{4}λ(2n+1)

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    keterangan,
    Pn : perut ke – n (m)
    Sn : simpul ke – n (m)
    λ : panjang gelombang (m)

    2. Ujung terikat

    Gelombang Berdiri Ujung Terikat

    Pada gelombang berdiri ujung terikat, terjadi pembalikan fase antara gelombang yang datang dengan gelombang pantul. Sehingga persamaan gelombang berdiri ujung bebas, dituliskan sebagai berikut :

    Y_p=2A\sin{(kx)}\cos{(ωt)}

    Amplitudo gelombang berdiri ujung terikat dapat dihitung menggunakan persamaan :

    A_p=2A\sin{(kx)}

    keterangan,
    Yp : simpangan gelombang berdiri (m)
    Ap : amplitudo gelombang berdiri (m)
    k : bilangan gelombang
    ω : kecepatan sudut gelombang (rad/s)
    t : lama gelombang bergetar (s)

    Untuk letak perut dan simpul gelombang berdiri ujung terikat, dapat dihitung menggunakan persamaan :

    P_n=\frac{1}{4}λ(2n+1)

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    S_n=\frac{1}{2}λn

    dengan n = 0, 1, 2, 3, ….

    keterangan,
    Pn : perut ke – n (m)
    Sn : simpul ke – n (m)
    λ : panjang gelombang (m)

    C. Contoh Soal

    Pada gelombang stasioner, titik simpul ke-8 berjarak 1,5 m dari ujung bebasnya. Jika diketahui frekuensi gelombang 50 Hz. Tentukan panjang gelombang dan cepat rambatnya gelombangnya.

    Pembahasan

    Dik :
    Titik simpul ke – 8,
    berarti n=7

    Dit : Lamda = ?

    v = ?

    Pembahasan :

    1. Mencari lamda menggunakan rumus simpul

    S_n=\frac{1}{4} \lambda (2n+1)
    S_7=\frac{1}{4}\lambda (2(7)+1)
    1,5\ m=\frac{1}{4}\lambda(15)
    \lambda=\frac{1,5\ m×4}{15}
    \lambda = 0,4\ m

    2. Mencari cepat rambat gelombang

    v=\lambda×f
    v=0,4\ m×50\ Hz
    v=20\ m/s

    Jadi, panjang gelombang nya adalah 0,4 m dan cepat rambat gelombang nya adalah 20 m/s

  • Materi Fisika SMA – Rumus Momen Inersia

    Materi Fisika SMA – Rumus Momen Inersia

    AhmadDahlan.Net – Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa inersia atau ukuran kelembaman suatu benda merupakan kemampuan benda untuk mempertahankan posisinya. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas mengenai momen inersia atau kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaan rotasinya.

    A. Pengertian Momen Inersia

    Momen inersia merupakan kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaanya, baik tetap berotasi maupun tetap diam. Momen inersia di simbolkan dengan huruf I. Pada gerak rotasi, massa benda dan bentuk benda juga mempengaruhi ukuran kelembaman benda.

    Benda yang berbentuk silinder memiliki momen inersia berbeda dengan benda yang berbentuk bola. Selain itu, semakin jauh posisi massa benda dari titik pusat rotasinya, maka akan semakin besar pula momen inersianya, begitupun sebaliknya.

    Semakin besar momen inersia benda, semakin susah benda untuk berotasi. Sebaliknya, semakin kecil momen inersia benda, semakin mudah benda untuk berotasi.

    B. Persamaan Momen Inersia

    Sebuah batang silinder ringan memiliki panjang sebesar m, dimana ujungnya di beri tanda O dan ujung yang lainnya diberi beban dengan massa m. Apabila titik O ditetapkan sebagai titik poros rotasi, maka momen inersia dapat dihitung dengan persamaan :

    I=mr^2

    keterangan,
    I : momen inersia (kg.m2)
    m : massa beban (kg)
    r : panjang batang silinder (m)

    Berikut persamaan momen inersia dari berbagai bentuk benda tegar.

    C. Contoh Soal

    sebuah bola pejal dengan massa 10 kg berotasi dengan sumbu putar berada tepat di tengah dari bola pejal tersebut. Apabila bola tersebut memiliki diameter 50 cm, hitunglah momen inersia bola pejal tersebut.

    Pembahasan

    Dik :
    m = 10 kg
    d = 50 cm = 0,5 m

    Dit :
    I = ?

    Jawab :

    1. Mencari jari – jari bola pejal

    r=\frac{d}{2}
    r=\frac{d}{2}=\frac{0,5\ m}{2}=0,025\ m

    2. Mencari momen inersia bola pejal

    I=\frac{2}{5}mr^2
    I=\frac{2}{5}(10\ kg)(0,25\ m)^2
    I=2(2\ kg)(0,0625 m^2)
    I=0,25\ kg.m^2

    Jadi, momen inersia dari bola pejal tersebut adalah 0,25 kg.m2

  • Materi, Konsep dan Kumpulan Rumus Fisika SMA

    Materi, Konsep dan Kumpulan Rumus Fisika SMA

    AhmadDahlan.NET – Berikut ini adalah kumpulan Materi, Konsep dan Rumus Fisika SMA. Urutan Materi dibagi berdasarkan Kelas sesuai dengan susunan Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi pada dokumen Kurikulum.

    1. Fisika Kelas X

    1. Besaran dan Satuan
    2. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
    3. Konsep dan Rumus Massa Jenis
    4. Konsep dan Rumus Tekanan
    5. Konsep dan Rumus Jangka Sorong
    6. Konsep Ddan Rumus Pada Mikrometer Sekrup
    7. Konsep dan Rumus Kecepatan
    8. Konsep dan Rumus Gerak Lurus Beraturan
    9. Konsep dan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan
    10. Konsep dan Rumus Gerak Jatuh Bebas
    11. Konsep dan Rumus Gerak Vertikal Ke Atas
    12. Konsep dan Rumus Gerak Melingkar Beraturan
    13. Konsep dan Rumus Gerak Melingar Berubah Beraturan
    14. Konsep dan Rumus Gerak Parabola
    15. Konsep dan Penerapan Hukum Newton
    16. Konsep dan Rumus Gaya Gesek
    17. Konsep dan Rumus Hukum Gravitasi Newton
    18. Konsep dan Rumus Usaha
    19. Konsep dan Rumus Energi Kinetik
    20. Konsep dan Rumus Energi Potensial
    21. Hukum dan Rumus Kekekalan Energi Mekanik
    22. Konsep dan Rumus Impuls
    23. Konsep dan Rumus Momentum

    2. Fisika Kelas XI

    1. Konsep dan Rumus Kesetimbangan Benda Tegar
    2. Konsep dan Rumus Momen Inersia
    3. Konsep dan Rumus Dinamika Rotasi
    4. Konsep dan Rumus Elastisitas
    5. Konsep dan Rumus Hukum Hooke
    6. Konsep dan Rumus Periode dan Frekuensi Getaran Pegas
    7. Konsep dan Rumus Periode dan Frekuensi Getaran Bandul
    8. Konsep dan Rumus Koefisiens Restitusi
    9. Konsep dan Rumus Hukum Pascal
    10. Konsep dan Rumus Hukum Archimedes
    11. Konsep dan Rumus Tekanan Hidrostatika
    12. Konsep dan Rumus Fluida Dinamis
    13. Konsep dan Rumus Hukum Bernoulli
    14. Konsep dan Rumus Hukum Kontinuitas
    15. Konsep dan Rumus Konversi Satuan Suhu
    16. Konsep dan Rumus Kalor
    17. Konsep dan Rumus Kapasitas Kalor
    18. Konsep dan Rumus Kalor Laten
    19. Konsep dan Rumus Teori Kinetika Gas
    20. Konsep dan Rumus Termodinamika I
    21. Konsep dan Rumus Gelombang Mekanik
    22. Konsep dan Rumus Gelombang Berdiri
    23. Konsep dan Rumus Gelombang Bunyi
    24. Konsep dan Rumus Efek Dopler
    25. Konsep dan Rumus Intesitas Bunyi
    26. Konsep dan Rumus Gelombang Cahaya
    27. Konsep dan Rumus Cermin Datar
    28. Konsep dan Rumus Cermin Cembung
    29. Konsep dan Rumus Cermin Cekung
    30. Konsep dan Rumus Lensa Cembung
    31. Konsep dan Rumus Lensa Cekung
    32. Konsep dan Rumus Teleskop
    33. Konsep dan Rumus Hukum Kepler

    3. Fisika Kelas XII

    1. Konsep dan Rumus Listri Searah (DC)
    2. Konsep dan Rumus Hukum OHM
    3. Konsep dan Rumus Daya
    4. Konsep dan Rumus Kirchoff
    5. Konsep dan Rumus Listrik Statis
    6. Konsep dan Rumus Gaya Qoloumb
    7. Konsep dan Rumus Medan Magnet
    8. Konsep dan Rumus Gaya Lorentz
    9. Konsep dan Rumus Efek Fotolistrik
    10. Konsep Pemanasan Global
    11. Konsep Efek Rumah Kaca
    12. Konsep dan Rumus Dilatasi Waktu
    13. Konsep dan Rumus Konstraksi Panjang
    14. Konsep Fisika Kuantum
    15. Konsep Fisika Inti
    16. Konsep dan Rumus Induksi Elektormagnetik
    17. Konsep dan Rumus Kapasitor
    18. Konsep Gelombang Elekrtomagnetik

    Ket:

    Update Soon!!!. Semoga Bermnafaat

  • Materi Fisika SMA – Rumus Besar Intensitas Bunyi

    Materi Fisika SMA – Rumus Besar Intensitas Bunyi

    AhmadDahlan.Net – Ketika berada di tempat sunyi, terkadang telinga kita akan sensitif terhadap suara, sehingga suara nyamuk yang berterbangan bahkan suara detak jantung dapat terdengar di telinga kita. Hal ini dikarenakan suara tersebut memiliki intensitas bunyi yang dapat terdengar oleh telinga kita. Berikut penjelasan lengkap mengenai intensitas bunyi.

    A. Pengertian Intensitas Bunyi

    Intensitas bunyi merupakan ukuran kenyaringan suara atau besar daya yang dihasilkan oleh gelombang bunyi per satuan luas bidang. Besar intensitas bunyi tergantung dari daya yang dihasilkan sumber bunyi dan juga jarak dari sumber bunyi.

    Jangkauan intensitas bunyi yang dapat didengarkan oleh telinga kita sangat luas, sehingga terdapat besaran yang menjelaskan lebih akurat mengenai bagaimana telinga kita dapat merasakan suara. Besaran ini dinamakan dengan taraf intensitas bunyi.

    Taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan antara intensitas bunyi yang dihasilkan sumber suara dengan intensitas ambang pendengaran. Taraf intensitas bunyi memiliki satuan dB atau biasa disebut dengan desibel.

    B. Persamaan Intensitas Bunyi

    1. Intensitas Bunyi

    Secara umum, intensitas bunyi memiliki persamaan :

    I=\frac{P}{A}=\frac{P}{4\pi r^2}

    keterangan,
    I : Intensitas bunyi (W/m2)
    P : daya (W)
    A : luas bidang (m2)

    Apabila sumber bunyi sama tetapi di dengar dari jarak yang berbeda, maka perbandingan intesitas bunyinya adalah :

    \frac{I_1}{I_2}=\frac{r_2^2}{r_1^2}

    keterangan.
    I1 : Intensitas bunyi 1 pada jarak 1 (W/m2)
    I2 : Intensitas bunyi 2 pada jarak 2 (W/m2)
    r1 : jarak 1 dari sumber bunyi (m)
    r2 : jarak 2 dari sumber bunyi (m)

    2. Taraf Intensitas Bunyi

    Persamaan umum yang digunakan untuk menghitung taraf intensitas bunyi suatu sumber bunyi adalah :

    TI=10×\log{\frac{I}{I_0}}

    Apabila terdapat lebih dari satu sumber bunyi yang identik maka taraf intensitas bunyi nya dihitung menggunakan persamaan :

    TI_n=TI_1+10×\log{n}

    keterangan,
    TI : Taraf intensitas bunyi (dB)
    I : Intensitas bunyi (W/m2)
    I0 : Intensitas ambang pendengaran (10-12 W/m2)
    n : Jumlah sumber bunyi

    Taraf intensitas yang dihasilkan oleh sumber bunyi akan berbeda apabila di dengar dari jarak yang berbeda, sehingga untuk menghitung taraf intensitas nya digunakan persamaan :

    TI_2=TI_1-20×\log{\frac{r_2}{r_1}}

    keterangan.
    TI1 : Taraf intensitas bunyi 1 pada jarak 1 (W/m2)
    TI2 : Taraf intensitas bunyi 2 pada jarak 2 (W/m2)
    r1 : Jarak 1 dari sumber bunyi (m)
    r2 : Jarak 2 dari sumber bunyi (m)

    C. Contoh Soal

    Rina berjarak 3 m dari suatu konser musik yang menghasilkan taraf intensitas bunyi sebesar 50 db. Apabila Rina berdiri pada jarak 30 m dari konser musik tersebut, berapakah taraf intensitas bunyi yang didengarkan rina?

    Pembahan

    DIk :
    r1 = 3m
    TI1 = 50 dB
    r2 = 30 m

    Dit :
    TI2 = ?

    Pembahasan :

    TI_2=TI_1-20×\log{\frac{r_2}{r_1}}
    TI_2=50\ dB-20×\log{\frac{30\ m}{3\ m}}
    TI_2=50-20×\log{10}
    TI_2=30\ dB

    Jadi taraf intensitas bunyi yang didengarkan Rina pada jarak 30 m adalah 30 dB

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Listrik Statis

    Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Listrik Statis

    AhmadDahlan.Net – Pada listrik statis dua buah muatan listrik yang berdekatan dapat saling berinteraksi satu sama lain, bergantung pada jenis muatan listriknya. Apabila kedua muatan tidak sejenis maka akan saling tarik menarik dan apabila kedua muatan sejenis maka akan saling tolak menolak. Terdapat gaya yang timbul karena interaksi antar dua muatan tersebut. Gaya tersebut dinamakan gaya listrik . Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai gaya listrik pada listrik statis.

    A. Pengertian Gaya Listrik Statis

    Gaya interaksi antar 2 muatan dalam listrik statis dinamakan gaya Coulomb. Gaya Coulomb merupakan gaya yang muncul akibat terjadinya interaksi antar 2 muatan. Gaya merupakan besaran vektor, sehingga memiliki besaran dan arah. Arah dari gaya Coulomb tergantung pada jenis muatan yang berinteraksi.

    Pada gambar (a) dan gambar (b) kedua muatan sejenis, sehingga kedua muatan saling tolak menolak. Masing – masing muatan q1 mendapat gaya tolakan sebesar F12 dan muatan q2 mendapat gaya tolakan sebesar F21.

    (a)
    (b)

    Sedangkan pada gambar (c) kedua muatan berbeda jenis. Muatan q1 negatif dan muatan q2 positif, sehingga kedua muatan saling tarik menarik. Muatan q1 mendapat gaya tarikan sebesar F12 dan muatan q2 mendapat gaya tarikan sebesar F21.

    (c)

    B. Persamaan

    Untuk menghitung gaya Coulomb, digunakan persamaan :

    F=k \frac{q_1q_2}{r^2}

    keterangan,
    F : gaya Coulomb (N)
    k : konstanta Coulomb (9 x 109 Nm2/C2)
    q1 : besar muatan listrik pertama (C)
    q2 : besar muatan listrik kedua (C)
    r : jarak antar muatan (m)

    Konversi satuan
    1 μC = 10-6 C
    1 nC = 10-9 C

    C. Contoh Soal

    Terdapat dua buah muatan listrik seperti pada gambar berikut :

    Apabila besar muatan q1 = 4 μC dan q2 = 6 μC, tentukanlah besar dan arah dari gaya listrik pada muatan q2!

    Pembahasan :

    Dik :
    q1 = 4 μC = 4 x 10-6 C
    q2 = 6 μC = 6 x 10-6 C
    r = 2 cm = 2 x 10-2 m

    Dit :
    besar dan arah gaya listrik

    Pembahasan :
    1. Menentukan arah gaya

    Kedua muatan berbeda jenis, sehingga saling tarik menarik. Sehingga, arah gaya listrik pada muatan q2 adalah ke kiri

    2. Menentukan besar gaya listrik

    F=k\ \frac{q_1q_2}{r^2}
    F=(9×10^9\ \frac{Nm^2}{C^2})\ ×\frac{(4×10^{-6}\ C)(6×10^{-6}\ C)}{(2×10^{-2}\ m)^2}
    F=\frac{(9×10^9\ \frac{Nm^2}{C^2})(24×10^{-12}\ C^2)}{4×10^-\ ^4\ m^2}
    F=54×10\ N=540\ N

    Jadi, besar gaya listrik pada muatan q2 adalah 540 N dan arahnya adalah ke kiri.