Author: Ahmad Dahlan

  • Rumus Suku Bunga Majemuk Tabungan Bank

    Rumus Suku Bunga Majemuk Tabungan Bank

    Suku Bunga Majemuk adalah rumus yang digunakan untuk menghitung tabungan seseorang jika ditabung pada sebuah bank yang memberikan bunga bank x% dari jumlah tabungannya pada bulan sebelumnya.

    Nilai dari tabungan seseorang dengan rumus bunga majemuk dapat dihitung dengan rumus:

    M_n=M_0(1+i)^n

    Keterangan :
    Mn : Nilai tabungan
    M0 : Tabungan Awal
    i : Suku Bunga
    n : periode ke

    Miskonsepsi : Pada umumnya orang berpikir jika ia menabung 1.000.000 rupiah dan bunganya adalah 10% satu tahun maka tabungan 2 tahun kemudian adalah 1.200.000. Padahal pada tahun pertama nilai tabungan sudah 1.100.000, dengan demikian tahun berikutnya bunga bank yang ia dapat bukan 100.000 melainkan 110.000 karena 10% dari tabungannya tahun sebelumnya.

    Suku Bunga Majemuk

    Proses mendapatkan rumus Suku Bunga Majemuk dapat dilakukan dengan memisalkan sebuah Bank memberikan Suku Bunga sebesar x% atau kita sebuah i untuk tabungan awal sebesar M0. Maka kita dapat menghitung uang nasabah pada bulan periode ke-n sebesar Mn.

    Bulan 0

    M0

    Bulan 1

    Tabungan awal + x% dari tabungan di awal

    M0 + M0i

    Satukan suku M0.

    M0(1+i)

    Dimana

    M0 = Tabungan Awal
    i = Suku bunga
    M0i = Total bunga yang didapatkan

    Bulan 2

    Tabungan pada Bulan 1 + x% dari total tabungan pada bulan 1. Totalnya bisa ditulis

    (M0 + M0i ) + (M0 + M0i )i

    Persamaan ini dapat ditulis ulang

    M0 + M0i + M0i + M0i2

    M0 + 2M0i + M0i2

    keluarkan M0

    M0(1+2i+i2)

    perhatikan suku (1+2i+i2). Ini adalah bentuk persamaan kuadrat dari

    (1+2i+i2) = (1+i)(1+i)=(1+i)2

    Dengan demikian tabungan pada bulan pertama adalah

    M0(1+i)2

    Bentuk Pola Rumus

    Jika ketiga deret tabungan ini ditulis akan menghasilkan deret sebagai berikut:

    1. M0=M0
    2. M1=M0(1+i)
    3. M2=M0(1+i)2

    Deret ini membentuk deret

    1. M0= M0(1+i)0
    2. M1=M0(1+i)1
    3. M2=M0(1+i)2

    atau

    M_n=M_0(1+i)^n

    Keterangan :
    Mn : Nilai tabungan
    M0 : Tabungan Awal
    i : Suku Bunga
    n : periode ke

  • Literature Circle Pembelajaran Daring dan Bauran

    Literature Circle adalah teknologi pendidikan yang inovatif dengan fokus pada keterampilan membaca dan meningkatkan keterampilan diskusi, dengan istilah lain seperti klub membaca. Pelajar yang memiliki rasa ingin tahu berkumpul di sekitar buku yang telah dipilih sebelumnya untuk berbagi interpretasi, sudut pandang, dan pemikiran. Kegiatan Literature Circle termasuk membaca dalam hati, mencatat, dan membuat jurnal.

    Penggunaan Literature Circle dalam pembelajaran bahasa.

    1. Literature Circle memberi siswa pilihan bahan pembelajaran. Di Literature Circle, siswa dapat memilih dari berbagai genre, termasuk buku sains, buku fiksi dan non-fiksi.
    2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pemilihan buku untuk dibaca dalam kelompok kecil. Berpartisipasi dalam pembelajaran Literature Circle memberikan manfaat untuk memahami bacaan.
    3. Kelompok yang berbeda membaca buku yang berbeda. Hal ini akan menambah wawasan dan perspektif dari siswa dalam diskusi kelompok.
    4. Setelah membaca buku, siswa berbagi dan berdiskusi dengan siswa lain dan membentuk kelompok baru untuk tugas membaca baru.
    5. Mengadakan pertemuan kelompok dengan jadwal yang teratur dan terencana untuk membahas hasil bacaan setiap siswa dalam kelompok. Siswa akan dapat lebih memahami isi buku dan bacaan saat mereka mendiskusikannya. Hal ini karena siswa dapat memperoleh pemahaman dari kontribusi siswa lain.
    6. Siswa menggunakan catatan dan foto untuk memandu membaca dan berdiskusi. Hal ini membuat aktivitas setiap siswa lebih jelas dan fokus.
    7. Topik diskusi ditentukan oleh siswa sendiri dan memenuhi harapan mereka, membuat diskusi lebih menyenangkan
    8. Pertemuan kelompok bertujuan untuk membuka bahasan tentang buku, sehingga perbedaan dan pertanyaan membuka wawasan yang baru bagi mereka.
    9. Guru sebagai fasilitator bukan sebagai anggota kelompok maupun instruktur.
    10. Evaluasi berdasarkan observasi guru dan evaluasi diri siswa
    11. Suasana gembira dan menyenangkan selama proses pembelajaran

    A. Karakteristik Literature Circle

    Pada dasarnya Literature Circle (LC) merupakan sebuah pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada sebuah grup diskusi tentang bahan bacaan tertentu (Sigelakis, 2019). Sementara itu Cooper meyakini bahwa tujuan LC adalah membantu peserta didik membaca literatur yang otentik (Cooper, 2015). Meskipun para pakar mempunyai definisi yg beragam, LC mempunyai fitur spesifik yg bisa dipakai menjadi acuan untuk menerapkan LC di kelas. Daniel (2002) menyarankan sebelas prinsip yg bisa dijadikan acuan bagi pengajar untuk mengimplementasikan LC, yaitu:

    1. Siswa diarahkan untuk menentukan bahan bacaan sendiri.
    2. Kelompok-grup mini dibuat dari buku yg dipilih anggota grup.
    3. Setiap grup membaca buku yg berbeda.
    4. Setiap grup akan menyusun jadwal yg teratur untuk mendiskusikan apa yg telah mereka baca.
    5. Setiap anggota grup memakai catatan atau gambar untuk memandu jalannya diskusi.
    6. Topik diskusi bebas
    7. Diskusi grup dibuat sedemikian rupa sebagai dialog terbuka mengenai isi buku, keterkaitan pribadi, pengarang & lainnya.
    8. Dalam LC pengajar berperan menjadi fasilitator, bukan menjadi anggota grup atau instruktur.
    9. Evaluasi dilakukan baik dari guru juga peserta didik.
    10. LC dibuat sedemikian rupa sebagai kegiatan yg menyenangkan bagi setiap anggota.
    11. Setelah selesai membaca, anggota grup berbagi pengetahuan kepada teman sekelasnya, & kelompoknya.

    B. Penerapan Literature Circle di dalam Kelas

    Pengajar bisa mengadopsi kesebelas prinsip diatas sebagai acuan untuk mengimplementasikan LC di kelas. Dalam pelaksanaanya tentu akan terdapat penyesuaian yang bergantung pada konteks yg dihadapi guru di kelas seperti, jenjang kelas, usia & taraf kemahiran anak didik dalam membaca. Untuk memudahkan pengajar pada menerapkan LC, Christine (2004) menyampaikan langkah-langkah yg bisa dilakukan untuk menerapkan LC di kelas supaya aktivitas berjalan efektif & efisien.

    1. Menyediakan bahan bacaan bagi peserta didik
    2. Menjelaskan LC pada peserta didik disertai pemberian training singkat & praktinya.
    3. Menentukan tugas anggota masing-masing grup. Tugas untuk buku sejarah misalnya, Time line, peta, mengutip bagian yang dianggap penting, tokoh dan penghubung sejarah.
    4. Memberikan pedoman untuk mengajukan pertanyaan yg baik & benar.
    5. Memperkenalkan buku yg akan dibaca setiap grup
    6. Anggota kelompok membagi halaman untuk dibaca, tugas/peran masing- masing anggota kelompok, dan jadwal perubahan.
    7. Anggota kelompok mencatat nama
    8. Sesuai jadwal yang telah ditetapkan, siswa mengumpulkan dan berbagi pengetahuan sesuai tugas/peran dalam kelompoknya. Misalnya, seorang anggota dengan tugas membuat sketsa karakter mempresentasikan karyanya di depan kelompok dan teman sekelas.
    9. Guru akan memberikan lembar kerja kelompok untuk memantau kemajuan siswa.
    10. Guru akan membuat daftar kelompok yang telah menyelesaikan diskusi. Guru juga dapat merekam kegiatan kelompok.
    11. Sebelum LC selesai, guru melihat kembali hal-hal positif yang ditemukan selama proses LC. Guru juga memastikan bahwa siswa memahami tugas kelompok yang harus diselesaikan, halaman yang harus dibaca pada sesi berikutnya, dan jadwal pertemuan berikutnya.

    a. Manfaat Pedagogi Literature Circle

    Pada Literature Circle tanggapan lisan dan tertulis memberi siswa setidaknya lebih banyak waktu untuk berpikir, merenungkan, dan menanggapi. Dan berikut manfaat lain dari Pedagogi Literature Circle:

    1. Berpikir Kritis

    Manfaat pertama dari penggunaan pedagogi Literature Circle adalah berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir jernih dan rasional, dimana seseorang dapat memahami hubungan logis antar ide dan dapat pula digambarkan sebagai kemampuan untuk terlibat dalam pemikiran reflektif dan mandiri. Pada umumnya seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut: memiliki sebuah pemahaman yang baik terkait sebuah ide, menentukan pentingnya dan relevansi argumen dan ide, dapat memahami dan membangun sebuah argumen, dapat mengidentifikasi kesalahan dalam berlogika, dapat memahami suatu permasalahan melalui pendekatan yang konsisten dan sistematis

    2. Kolaborasi

    Manfaat kedua dari pedagogi Literature Circle adalah kolaborasi, kolaborasi sendiri merupakan hal yang dianggap penting karena pada tahap ini siswa diharapkan dapat membangun pemahaman baru tentang informasi yang dianggap relevan dan terbaru.

    3. Diferensiasi

    Manfaat berikutnya dari Literature Circle adalah diferensiasi. Diferensiasi merupakan sebuah proses di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan apa yang paling mereka butuh kan selama proses belajar mengajar. Metode pengajaran Lingkaran Sastra memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bacaan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

    4. Paparan

    Paparan adalah salah satu kunci terpenting dalam pedagogi Literature Circle, dan guru diharapkan untuk menawarkan platform yang berbeda dan semua jenis genre untuk mendukung minat membaca siswa meningkat.

    5. Umpan Balik atau feedback

    Terkadang beberapa kealahan diterima begitu saja, dan yang sering diabaikan adalah pemberian umpan balik. Dalam Literature Circle, pemberian umpan balik memegang peranan yang sangat penting, karena dalam proses diskusi terdapat sesi-sesi dimana terjadi umpan balik dan siswa diminta untuk memberikan kritik yang membangun.

  • RPS Praktikum Rukyatul Hilal dan Astrofotografi

    Deskripsi Mata Kuliah

    Mata Kuliah Praktikum Rukyatul Hilal dan Astrofotografi adalah mata kuliah yang memberikan pemahaman, analisis dan keterampilan kepada mahasiswa terkait dengan proses hilal dengan pengamatan langsung dengan mata, teleskop dan alat bantu digital atau Digital Processing yang selanjutnya disebut sebagai Astrofotografi.

    Topik

    1. Konsep Hilal : Rukyat dan Hisab
    2. Konsep Matla : Fuqaha dan Astronomi Modern
    3. Fotografi dan Digital Imaging
    4. Astrofotografi
    5. Astrofotografi dalam Fiqh Astronomi

    Kegiatan Perkuliahan

    PertemuanKegiatanTopik
    IPraktikum Rukyatul Hilal dan Astrofotografi
    IIDiskusiKonsep Hilal
    IIIDiskusiMetode Hisab
    IVDiskusiMetode Rukyat
    VDiskusiMatla dalam Pandangan Fuqaha
    VIDiskusiMatla dan Astronomi Modern
    VIIDiskusi Rukyatul Hilal
    VIIIUTS
    IXDirect InstructionDigital Imaging
    XDirect InstructionLensa dan Fotografi
    XIDirect InstructionAstrofotografi
    XIIDirect InstructionAstrofotografi dalam Fiqh Astronomi
    XIIIPraktikum / Unjuk KerjaPraktikum Rukyatul Hilal I
    XIVPraktikum / Unjuk KerjaPraktikum Rukyatul Hilal II
    XVPraktikum / Unjuk KerjaPraktikum Rukyatul Hilal III
    XVIUAS
  • RPS Penguatan Kompetensi Observation

    Penguatan Kompetensi Observation

    Mata Kuliah Penguatan Kompetensi Observatorium merupakan mata Kuliah memberikan pelatihan kompetensi penggunaan observatorium dalam mengamati fenomena langit yakni Meliputi Observasi hilal muda dan hilal tua; Bulan purnama dan gerhana bulan; Gerhana matahari; Pengamatan bintang; Pengamatan planet-planet; dan Pengamatan benda-benda angkasa lainnya serta kaitannya dengan landasan dalam penetapan.

    Capaian Pembelajaran

    1. Mahasiswa diharapkan menguasai kompetensi observation dalam mengamati fenomena gerak benda langit.

    Materi Perkuliahan

    1. Observasi hilal muda dan hilal tua;
    2. Bulan purnama dan gerhana bulan;
    3. Gerhana matahari;
    4. Pengamatan bintang;
    5. Pengamatan planet-planet; dan
    6. Pengamatan benda-benda angkasa lainnya

    Kegiatan Perkuliahan

    PertemuanKegiatan PerkuliahanMateri Perkuliahan
    IObservatorium
    IIBenda Langit dan Kehidupan Bumi
    IIIMengamati Benda Langit
    IVPengamatan Hilal Muda
    VPengamatan Hilal Tua
    VIPengamatan Bulan Purnama
    VIIUTS
    VIIIPengamatan Gerhana Bulan
    IXPengamatan Gerhana Matahari
    XSiklus Gerhana
    XIPeta Langit Malam
    XIIPengamatan Gerak Planet Dalam (Merkurius, Venus dan Mars)
    XIIIPengamatan Gerak Planet Luar (Jupiter dan Neptunus)
    XIVPengamatan Rasi Bintang
    XVPengamatan dan Gerak Komet
    XVIUAS
  • Desain Instruksional

    Desain Instruksional

    Desain Instruksional adalah serangkaian proses perencanaan, analisa, desain, pengembangan, penerapan dan evaluasi instruksi dalam setting pendidikan atau pelatihan baik formal maupun informal yang terstruktur dan teratur namun fleksibel (Reigeluth & An, 2021).

    Saat merancang sebuah pembelajaran, guru sering memulai dengan perspektif apa yang akan mereka ajarkan. Sebaliknya, seorang desainer instruksional memulai dengan sudut pandang sebuah pemecahan masalah, bukan hanya berpikir tentang apa yang mereka akan ajarkan, tetapi lebih menitikberatkan pada bagaimana nanti mereka mengajarkannya dengan cara yang efektif, efisien, dan memotivasi. Sebuah instruksi (proses membantu orang lain mempelajari sesuatu yang baru) dapat sesederhana menunjukkan prosedur singkat yang diikuti.

    Implementasi Desain Instruksional

    Langkah awal desain instruksional adalah mengidentifikasi masalah kemudian fokus terhadap apa yang harus dilakukan untuk menyampaikan ilmu, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setelah itu,menentukan cara yang paling mudah bagi peserta didik untuk menguasai materi. Dengan instruksi yang dirancang dengan baik, pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan memotivasi, menghemat waktu dan uang, meningkatkan kinerja dan meningkatkan kemampuan peserta didik. Dalam konteks pendidikan, desain instruksional membantu guru memenuhi, memotivasi, dan mempercepat kebutuhan peserta didik dengan lebih baik.

    “kapan dan di mana” Desain Instruksional

    Desain instruksional dapat diterapkan dalam situasi apa pun, baik formal maupun informal, di mana orang terlibat dalam pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu. Beberapa contoh umum desain instruksional dalam konteks yang berbeda-beda adalah konteks pendidikan tinggi dimana desain instruksional yang dirancang bertujuan untuk membantu fakultas untuk meningkatkan pelatihan, membantu fakultas untuk bertransformasi dan beradaptasi dari pembelajaran tradisional ke pembelajaran online.

  • RPS Pengajaran dan Pembelajaran dengan Metode Daring dan Bauran

    RPS Pengajaran dan Pembelajaran dengan Metode Daring dan Bauran

    Mata Pengajaran dan Pembelajaran dengan Metode Daring dan Bauran

    Mata Kuliah ini memberikan kompetensi bagi mahasiswa baik pengetahuan, keterampilan, sikap, pengalaman belajar, dan literasi calon guru terkait desain instruksional dengan metoda daring dan bauran baik sinkron maupun asinkron. Melalui pembelajaran berbasis kasus/masalah/projek, calon guru mampu merancang dan mengevaluasi rancangan desain instruksional (berbasis projek, berbasis kasus, berbasis masalah, discovery learning, digital storytelling, dan literature circle) sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah calon guru sehingga tercapai pembelajaran yang optimal dengan siswa yang partisipatif, interaktif, terlibat aktif, dan kolaboratif. Calon guru mendiskusikan kesenjangan akses teknologi dan solusinya terkait pengajaran dan pembelajaran dengan merujuk hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal nasional dan internasional.

    A. CPL

    S1Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa; menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai kemanusiaan,dan etika profesi; meningkatkan mutu kehidupan masyarakat, patriotis, toleran, multikulturalis, kolaboratif, peduli lingkungan, disiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan berjiwa wirausaha.
    P1Menguasai dan menerapkan teori dan konsep untuk menyusun alur belajar berdasarkan tingkat kompleksitas bidang ilmu yang terkait
    KU3Mampu mengkomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat bagi pengembangan profesi guru dan kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat terutama komunitas guru.
    KK1Mampu mengembangkan pengetahuan profesional dalam pembelajaran berpusat pada peserta didik dan mewujudkan profil pelajar Pancasila secara akomodatif, adaptif dan progresif terhadap perkembangan zaman

    B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

    Mahasiswa memiliki kompetensi terkait konsep dan aspek desain instruksional dengan metode daring dan bauran dan merancang desain pembelajaran dan pengajaran secara variatif. Mahasiswa dituntut memiliki kompetensi untuk mengidentifikasi masalah dan solusinya terkait kesenjangan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran dengan metode daring dan bauran sehingga dapat mengembangkan pengetahuan profesional yang berpusat pada peserta didik. Selain itu, mahasiswa memiliki kompetensi dalam mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis hasil rancangan desain instruksional, temuan masalah dan solusinya dalam bentuk lisan dan tertulis secara individual dan kolaboratif sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat terutama komunitas guru.

    C. Sub CPMK

    1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan aspek desain instruksional dengan metode daring dan bauran dan merancang desain pembelajaran dan pengajaran secara variatif (P1)
    2. Mahasiswa mampu merancang konsep dan aspek desain instruksional dengan metode daring dan bauran dan merancang desain pembelajaran dan pengajaran secara variatif (P1)
    3. Mahasiswa mampu mereview hasil diskusi terkait rancangan desain instruksional dengan metode daring dan bauran dan merancang desain pembelajaran dan pengajaran secara variatif (P1)
    4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan solusinya terkait kesenjangan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran dengan metode daring dan bauran sehingga dapat mengembangkan pengetahuan profesional yang berpusat pada peserta didik (KU3)
    5. Mahasiswa mampu mengkomunikasikan secara lisan dan tertulis hasil rancangan desain instruksional, temuan masalah dan solusinya dalam bentuk lisan dan tertulis secara individual dan kolaboratif (KK1)

    D. Bahan Kajian

    1. Desain instruksional
    2. Metode Pengajaran dan Pembelajaran Daring dan Bauran
    3. Media Pembelajaran

    E. Referensi

    Instructional-Design Theories and Models, Volume IV. The Learner-Centered Paradigm of Education. Charles M. Reigeluth, Brian J. Beatty, Rodney D. Myers. Taylor and Francis, 2016

    Tambahan

    1. Elliott, Lory. 2021. Project-Based Learning Anywhere. Live It, Learn It, Love It! Dave Burgess Consulting, Inc.
    2. Mous, Jos; Bouhuijs, P; Hans Schmidt, Hans. 2019. Introduction to Problem-Based Learning.Taylor and Francis.
    3. Moeller, Marc; Moeller,Victor. 2016. Literature Circles That Engage Middle and High School Students.Taylor and Francis.
    4. Waterhouse, Alison. 2016. Self-Discovery: Supporting Emotional Health and Wellbeing in School.Taylor and Francis.
    5. AAVV, Anna Maria Brígido Corachán, Carmina Gregori Signes.2014. Appraising Digital Storytelling across Educational Contexts. Publicacions de la Universitat de València

    Kegiatan Pembelajaran

    Pert.SUB CPMKMateri
    1 – 2Mahasiswa dapat menguasai konsep desain instruksional (P1)

    (Partisipatif portofolio)
    Desain Instruksional

    Pengajaran dan pembelajaran dengan metode daring dan bauran
    3 – 5Mahasiswa dapat merancang pengajaran dan pembelajaran berbagai desain instruksional dengan metode daring dan bauran (P1, KK 1)

    (Projek mendesain RPP kelompok)
    Desain instruksional:

    Project Based Learning

    Problem Based Learning,

    Discovery Learning,

    Digital Storytelling,

    Literature Circle dengan metode daring dan bauran
    6 – 7 Mahasiswa dapat mereview dan merevisi rancangan desain instruksional dengan metode daring dan bauran (P1; KK 1)

    (Partisipatif portofolio hasil review)
    Desain instruksional:

    Project Based Learning

    Problem Based Learning,

    Discovery Learning,

    Digital Storytelling,

    Literature Circle dengan metode daring dan bauran
    8UTS

    (Presentasi Poster Digital)

    1. Video Explainer Desain Instruksional
    2. Infografis
    Desain instruksional:

    Project Based Learning

    Problem Based Learning,

    Discovery Learning,

    Digital Storytelling,

    Literature Circle dengan metode daring dan bauran

    Materi dan Topik Pokok

    1. Desain Instruksional
    2. Project Based Learning
    3. Problem Based Learning,
    4. Discovery Learning,
    5. Digital Storytelling,
    6. Literature Circle dengan metode daring dan bauran
  • Kesetimbangan Benda Tegar

    Kesetimbangan Benda Tegar

    Pernahkan ada datang ke sebuah Sirkus atau paling tidak menyaksikan lewat YouTube atau Televisi? Dalam pertunjukkan para penampil akan menunjukkan aksi gila dengan bergelantungan di ketinggian dengan batang besi yang kecil, menggunakan tongkat panjang sebagai kaki engran dan malah ada yang mencoba berjalan di atas seutas tali sambil memegang tongkat di ketinggian seperti tidak takut jatuh dan gravitasi tidak bekerja pada mereka.

    Namun dalam pandangan fisika, hal tersebut bukan lah sihir ataupun sulap. Hal berbahaya yang mereka lakukan adalah modifikasi sains khususnya fisika menjadi sebuah pertunjukan. Apa yang dilakukan para performer ini tetap tunduk pada hukum fisika dan justru berhasil karena gaya gravitasi bekerja pada mereka.

    Dalam fisika hal ini disebut sebagai Kesetimbangan Benda Tegar.

    Kesetimbangan

    Dalam Fisika, Benda tegar adalah istilah yang digunakan untuk merujuk benda yang tidak mengalami perubahan bentuk ketika diberikan gaya. Dengan demikian seluruh gaya yang bekerja pada benda tersebut hanya akan berdampak pada gerak benda. Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana sebuah benda mengalami gaya seimbang baik itu translasi maupun rotasi.

    Syarat sebuah benda dikatakan berada dalam kesetimbangan yakni:

    1. Resultan gaya yang bekerja sama dengan 0:

    \Sigma F = 0

    2. Resultan torsi yang bekerja sama dengan 0:

    \Sigma τ = 0 

    Dalam tinjauan fisika Klasik, Benda tegar dianggap benda titik yakni memiliki ciri-ciri:

    1. Memiliki Pusat Massa sehingga massa benda tersebar ke seluruh benda secara seragam dan merata. Jika benda diletakkan pada pusat massa maka benda akan setimbang.
    2. Memiliki Titik berat atau lokasi dari pusat massa

    A. Jenis-Jenis Kesetimbangan Benda Tegar

    Berdasarkan dua syarat di atas maka dari kesetimbangan benda tegar terdiri dari jenis yakni seimbang dinamis yakni benda bergerak dengan kecepatan konstan baik translasi maupun rotasi dengan kecepatan tetap dan setimbang statis dimana benda tersebut dalam keadaan diam.

    Kesetimbangan statis kemudian dibagi lagi ke dalam dua kelompok yakni

    1. Kesetimbangan Stabil : Kondisi dimana sebuah benda akan kembali ke posisi semula ketika diberikan sebuah gaya lalu gaya tersebut di lepas.
    2. Kesetimbangan Labil : Kondisi dimana benda dalam keadaan setimbang namun ketika diberi gaya maka benda tersebut akan berubah berubah posisi atau tidak kembali ke titik semula.

    Contoh Kesetimbangan Stabil

    Misalkan sebuah kelereng ditempatkan dalam sebuah wadah berbentuk setengah bola seperti pada gambar di bawah ini

    Contoh Kesetimbangan Stabil

    Ketika sebuah gaya diaplikasikan ke kelereng misalnya ditarik ke atas, lalu gaya tersebut di lapas, maka kelereng akan bergerak ke dasar. Lama kelamaan gerak itu melabat dan kembali diam di dalam dasar wadah.

    B. Penerapan Konsep

    1. Batang dengan Satu Titik Pusat

    Misalkan sebuah batang homogen dengan panjang 1 meter memiliki berat 40 N. Jika salah satu ujung batang adalah pusat rotasi dan sebuah tali diikatkan pada ujung lainnya agar batang tidak bergerak. Maka Tegangan tali dapat dihitung dengan konsep kesetimbangan benda tegar.

    Rumus Torsi Kesetimbangan benda tegar
    \Sigma τ = 0 

    pada gambar di atas akan ada dua gaya yang bekerja yakni W dan F dengan lengan W sebesar 0,5 m dari pusat dan lengan F sejauh 1 m dari pusat rotasi.

    F.l_F-W.l_w = 0
    F=\frac{W.l_w}{l_F} =\frac{(40 \ N)(0,5 \ m)}{1 \ m} = 20 N

  • Alat Ukur, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi, Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran

    Alat Ukur, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi, Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran

    Alat Ukur, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi dalam 4 hal yang tersusun secara hirarki dan sistematis. 4 Aspek memiliki peran yang penting sehingga dapat menghasilkan makna yang holistik.

    Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi

    Asesmen Pembelajaran adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai yang melekat pada sekelompok objek baik itu manusia maupun program. Asesmen dimulai dari proses pengumpulan data yang dilakukan dengan bantuan alat ukur. Hasil dari alat ukur ini akan berupa sekumpulan data atau informasi yang belum memiliki makna yang jelas.

    Data adalah seperangkat informasi yang belum selesai

    Alat ukur memiliki kriteria dan bentuk yang unik, tergantung dari besaran dan nilai yang hendak diukur. Kriteria unik ini membuat penggunaan alat ukur membutuhkan teknis yang detail. Teknis pengambilan data dengan alat ukur ini selanjutnya disebut prosedur pengukuran atau selanjutnya disebut saja sebagai pengukuran.

    Berbeda dengan pengukuran besaran-besaran fisis yang dapat secara langsung mengukur nilai dari sebuah besaran, pengukuran skala-skala psikometri dan behavioral cenderung menghasilkan angka-angka dan data yang masih membutuhkan interpretasi. Proses interpretasi dari hasil pengukuran ini yang disebutkan sebagai asesmen.

    Jika yang diukur adalah keterampilan terukur dengan instrumen tes, maka proses ini akan mengharapkan performa maksimum dari objek yang diukur. Sehingga ada kemungkinan objek yang diukur tidak berada pada performa maksimum. Secara sederhana jika nilai yang diharapkan tidak muncul hasil ini memunculkan justifikasi lulus atau gagal.

    Dalam proses asesmen pembelajaran, Pendidik (Guru, Instruktur dan Dosen) memiliki peran yang lebih luas dari sekedar justifikasi selayaknya hakim yang menjatuhkan putusan. Guru harus mengakhiri proses ini dalam bentuk rekomendasi dan masukan konstruktif kepada peserta didik.

    Justifikasi ini praktis hanya menghasilkan kesimpulan lulus atau gagal yang cenderung terlihat seperti bentuk penghakiman kepada peserta didik. Pembelajaran tentu saja memiliki makna yang lebih luas dari pada sekedar memutuskan seorang peserta didik dianggap gagal atau sukses. Dibutuhkan rekomendasi dan saran dari hasil asesmen ini. Rekomendasi dan saran ini dihasilkan dari kajian antara harapan yang tertuang dalam bentuk aturan dan dokumen dan hasil asesmen. Proses ini dilakukan dengan jalan yang panjang yang disebut Evaluasi Pembelajaran.

    Dengan demikian secara hirarki proses ini akan dimulai dari :

    1. Alat ukur (Instrument)
    2. Pengukuran (measurement)
    3. Penilaian (assessment)
    4. Evaluasi

    Urutan ini menunjukkan hirarki dan konsep terkecil sampai yang terbesar, namun dalam proses perencanaan dan pelaksanaan, proses ini dilakukan secara hirarki. Ada kemungkinan dimulai dari analisis kebutuhan yang dibutuhkan misalnya dimulai dari besaran yang hendak diukur.

    A. Alat Ukur

    Alat ukur atau instrumen dalam psikometri adalah seperangkat item yang digunakan untuk mengumpulkan data. Philips (1979) alat ukur atau secara umum disebut sebagai instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data yang spesifik mengenai karakteristik dari individu atau grup. Mardapi (2008) menyatakan bahwa tes terdiri dari sejumlah pertanyaan yang membutuhkan respon jika test maka membutuhkan jawaban.

    Pengukuran sebagai bagian dari tes, secara umum dibagi ke dalam dua kategori berdasarkan karakteristik jawabannya, kedua kategori itu adalah Tes dan Instrumen Non-Tes. Instrumen Tes adalah pengukuran yang dari instrumen yang respon memiliki kriteria benar dan salah, sedangkan non tes adalah instrumen yang digunakan menunjukkan pendapat, pandangan atau harapan seseorang terhadap sebuah objek yang diukur.

    Subjek yang terlibat dalam proses pengukuran terbagi ke dalam tiga kelompok yakni Testing, Testee, dan Tester.

    1. Testing adalah seperangkat prosedur yang diterapkan saat melakukan tes termasuk tempat dan waktu pelaksanaan.
    2. Testee adalah objek atau kelompok orang dikenai tes atau mengerjakan tes
    3. Tester adalah orang yang melakukan tes atau pelaksana tes.

    a. Jenis Tes

    Sebagai pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis adalah sebagai berikut.

    1) Tes Seleksi

    Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon peserta didik yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti calon peserta didik. Materi yang diujikan terdiri atas butir-butir yang cukup sulit, sehingga calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan dapat menjawab butir-butir yang diujikan.

    2) Tes Awal

    Tes awal sering dikenal dengan pre tes, tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini dilaksanakan sebelum materi atau bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.

    3) Tes Akhir

    Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Materi tes akhir bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan soal yang dibuat sama dengan soal tes awal. Dengan demikian jika hasil post-test lebih baik dari pre tes maka pada umumnya dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.

    4) Tes Diagnostik

    Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahui jenis-jenis kesukaran yang dihadapi peserta didik, maka dapat dicarikan upaya berupa therapy yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan-bahan yang sulit dipahami peserta didik. Tes ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis serta tes perbuatan.

    5) Tes Formatif

    Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik telah memahami dan menguasai materi ajar di dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan setelah suatu pokok bahasan selesai diberikan. Materi tes formatif ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang diajarkan, butir-butir soal terdiri atas butir-butir soal yang tergolong mudah maupun yang termasuk kategori sukar.

    6) Tes Sumatif

    Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan. Tes sumatif disusun atas dasar materi pelajaran diberikan selama satu catur wulan atau satu semester, dengan demikian materi tes sumatif jauh lebih banyak dari pada tes formatif. Umumnya tes sumatif dilaksanakan secara tertulis dengan tujuan agar semua peserta didik memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang diujikan dalam tes sumatif pada umumnya lebih sulit daripada butir-butir tes formatif.

    Tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan:

    1. Kedudukan dari masing masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya,
    2. dapat tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran berikutnya,
    3. kemajuan peserta didik untuk diinformasikan kepada pihak orang tua yang tertuang dalam bentuk Rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar.
    7) Jenis tes menurut individu yang dites

    Tes ini dibedakan menjadi; (1) tes individual yakni tes dimana saat pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang peserta didik dan (2) tes kelompok yakni tes dimana guru menghadapi sejumlah
    peserta didik.

    8) Jenis tes menurut jawaban

    Berdasarkan jawaban yang dikehendaki tes dibedakan menjadi; (1) tes verbal yakni tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat baik secara lisan ataupun secara tertulis dan (2) tes yang menghendaki jawaban peserta didik bukan berupa ungkapan atau kalimat melainkan berupa tindakan atau tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor.

    b. Bentuk tes

    Bentuk tes secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tes subyektif (esai) dan tes objektif.

    1) Tes esai

    Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai peserta didik dituntut untuk berpikir dan menggunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri sehingga memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan untuk menganalisis, menghubungkan dan mengevaluasi soal yang dihadapi.

    2) Tes Objektif

    Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh peserta didik dengan jalan memilih salah satu di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau dengan menuliskan jawabannya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan.

    Jawaban terhadap tes objektif bersifat “pasti” yakni hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jika peserta didik tidak menjawab “seperti itu” maka dinyatakan salah. Oleh karena jawabannya bersifat pasti, jawaban peserta didik yang betul terhadap suatu butir soal, akan dinyatakan benar oleh korektor. Karena hasil pekerjaan peserta didik jika diperiksa oleh siapa pun akan menghasilkan skor yang sama, maka disebut tes objektif.

    Tes objektif dapat digolongkan menjadi:

    1. tes objektif bentuk benar salah (true-false test);
    2. tes objektif bentuk menjodohkan (matching test);
    3. tes objektif bentuk melengkapi (completion test);
    4. tes objektif bentuk isian singkat (fill-in test);
    5. tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test).

    Dari berbagai macam tes objektif tersebut di atas, tes bentuk benar salah, isian singkat, menjodohkan merupakan alat penilaian yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes objektif pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas.

    Tes objektif memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: (1) tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkapkan proses berpikir yang tinggi. Lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan dibandingkan mengungkapkan tingkat ke dalam berpikir peserta didik terhadap materi yang diujikan, (2) terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk bermain spekulasi, tebak terka atau untung-untungan dalam memberikan jawaban soal.

    B. Pengukuran

    Ebel (1972) menyatakan bahwa “measurement is a process of assigning numbers to the individual members of a set of objects or persons for the purposes of indicating differences among them in the degree to which they possess the characteristic being measured”. Pengukuran merupakan kegiatan pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang melekat pada objek atau kegiatan atas dasar ketentuan yang berlaku.

    Dalam bidang matematika, kegiatan pengukuran merupakan bentuk kegiatan yang sering kali dilakukan sehari-hari. Tanpa adanya kegiatan pengukuran, kita susah menentukan besaran atau kualitas suatu objek atau kegiatan.

    Apabila kita ingin mengetahui keberhasilan suatu program maka dibutuhkan kegiatan pengukuran. Kemajuan ilmu dan teknologi juga tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pengukuran. Pengukuran memegang peranan penting, baik dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi maupun untuk pemenuhan kebutuhan hajat orang banyak.

    Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan peserta didik setelah mencapai karakteristik tertentu.Menurut Guildford (1982) pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap proses gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan kualitatif misalnya pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang

    Zainul dan Noehi Nasoetion (1997: 5) memberikan batasan pengukuran, yaitu merupakan pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Untuk menaksir prestasi siswa, guru melakukan pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian dari hasil pengukuran dapat diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan, dan sebagainya. Hasil pengukuran tersebut biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif.

    3. Asesmen atau Penilaian

    Griffin dan Nix (1991: 53) menyatakan “assessment is the process of gathering information to make informed decisions”. Menurut Ashcroft dan David Palacio (1996: 26) “…assessment requires students to demonstrate what they know, understand and can do already..” Allen & Yen (1997: 2) mengatakan “assessment for learning is not like this at all – it is usually informal, embedded in all aspects of teaching and learning, and conducted by different teachers as part of their own diverse and individual teaching
    styles”. Berdasarkan atas ketiga pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa asesmen merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan data tentang kinerja seseorang untuk kepentingan pembuatan keputusan.

    Asesmen merupakan aspek esensial dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan. Bahkan keduanya tak bisa dipisahkan. Ashcroft dan David Palacio (1996: 26) menyatakan “assessment and learning are integral and inseparable parts of the same enterprise”.

    Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh beragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena penilaian berfungsi membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran, di dalam program belajar mengajar, kegiatan penilaian membutuhkan informasi dari setiap individu dan atau kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian dengan cara mengumpulkan catatan yang diperoleh melalui ujian, produk, observasi, portofolio, unjuk kerja serta data hasil interviu.

    Sedangkan menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Pengertian penilaian berhubungan erat dengan setiap bagian dari kegiatan belajar mengajar. Ini menunjukkan bahwa proses penilaian tidak hanya menyangkut hasil belajar saja tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.

    Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal maupun informal, untuk menghasilkan informasi belajar peserta didik. Proses penilaian (tagihan) dapat berbentuk tes baik tertulis maupun lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah. Penilaian juga dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

    4. Evaluasi

    Menurut Ornstein dan Hunkins (1998: 334) “evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Sementara itu, Ashcroft dan David Palacio (1996: 93) menyatakan “…evaluation is a process by which the effectiveness of education interventions can be assessed”. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, evaluasi merupakan kegiatan untuk menetapkan keberhasilan atau kualitas suatu program atau kegiatan.

    Evaluasi dapat dikatakan suatu kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, kebijakan pendidikan sumber belajar tertentu atau etos kerja guru.

    Menurut Stufflebeam dan Shinkfield dalam KTIPTK (2009: 4), evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan suatu evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur judgement tentang nilai suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsur subjektivitas. Menurut Ornstein dan Hunkins, (1998: 334) di dalam evaluasi terkandung tiga kegiatan, yaitu penetapan standar untuk menentukan kualitas kinerja, pengumpulan data yang relevan, dan penerapan standar untuk menentukan kualitas kinerja. Ketiga aspek atau kegiatan ini yang membedakan antara kegiatan evaluasi dibanding kegiatan lainnya. Tidak ada kegiatan evaluasi jika tak ada standar.

    Evaluasi memerlukan standar, karena standar akan menentukan batas-batas penerimaan atau penolakan minimal dari mutu kinerja. Demikian pula, tanpa adanya bukti-bukti empirik suatu kegiatan.

    Pertanyaan

    1. Apakah perbedaan antara tes, pengukuran, asesmen dan Evaluasi?
    2. Berdasarkan pengelaman yang sudah anda lalui, jelaskan perbedaan antara Ulangan Harian, Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi!
    3. Berdasarkan penjelasan di atas, Jenis tes apa yang sesuai untuk diterapkan ujian tengah semester pada mata kuliah Asesmen? Sertakan dengan penjelasan anda!
  • Kewajiban Khusus 3 Tahunan PO BKD Dosen Sesuai dengan Jabatan Fungsional

    Selain melaksanakan Kegiatan Tridharma Perguruan minimal 16 SKS dalam satu semester, Dosen memiliki kewajiban Khusus menghasilkan Karya Intelektual yang harus dilaporkan dalam kurung waktu 3 tahun.

    Kewajiban tersebut tertuang pada Halaman 19 Kepdirjendikti Kemdikbud No. 12/E/KPT/2021 tentang PO BKD.

    A. Kewajiban Khusus Dosen dalam PO BKD

    NoJabatan FungsionalKarya Intelektual Jumlah MinimalKontribusi / Posisi Penulis
    1Asisten AhliMenulis Buku Ajar / Buku Teks atau Publikasi Ilmiah.1 Buku atau 1 ArtikelSebagai penulis utama atau penulis pendamping
    2LektorMenulis Buku Ajar / Buku Teks atau Publikasi Ilmiah.1 Buku atau 1 ArtikelSebagai penulis utama atau penulis pendamping
    3Lektor KepalaPaling sedikit 3 (tiga) karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional terakreditasi,

    atau:

    Paling sedikit 1 (satu) jurnal internasional, paten, atau karya seni monumental/ desain monumental.
    3 Karya Ilmiah

    atau

    1 Karya
    salah satunya sebagai penulis utama (penulis pertama atau penulis korespondensi)

    atau

    sebagai penulis utama atau pendamping

    4ProfessorMenulis Buku Ajar atau Buku Teks

    dan

    Paling sedikit 3 (tiga) karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional terakreditasi.

    dan

    Paling sedikit 1 (satu) karya ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional bereputasipaten, atau karya seni monumentaldesain monumental

    1 buku


    dan

    3 karya ilmiah

    atau

    1 karya

    sebagai penulis utama atau pendamping

    dan

    salah satunya sebagai penulis utama (penulis pertama atau penulis korespondensi)

    atau

    sebagai penulis utama atau pendamping
  • Pemanasan Global – Penyebab dan Dampaknya

    Pemanasan Global – Penyebab dan Dampaknya

    Pemanasan Global atau Global Warming menjadi permasalahan serius yang dihadapi masyarakat Global. PBB sebagai dewan yang menaungi kehidupan bangsa dan negara di seluruh dunia memasukkan Masalah Penanganan Global Warming sebagai salah satu tujuan dalam Sustainable Development Goals.

    Global Warming

    Global Warming adalah fenomena naiknya rata-rata suhu permukaan bumi secara permanen. Hal ini dapat berdampak pada terancamnya kelangsungan makhluk hidup di permukaan bumi termasuk manusia. Semakin tinggi kenaikan suhu membuat semakin tidak layak untuk ditinggali mulai dari suhu yang panas, hilangnya berbagai jenis organisme yang akan berdampak pada berkurangnya sumber makanan bagi manusia. Jika dibiarkan terus menerus maka kemungkinan besar 80% makhluk hidup di Bumi akan musnah termasuk Manusia.

    Revolusi Industri 1760 menjadi pemicu utama fenomena Global Warming. Revolusi Industri dimulai dengan penemuan mesin Uap oleh James Watt yang membuat eksploitasi penggunaan bahan bakar karbon seperti batu bara dan minyak bumi. Bahan bakar ini akan menghasilkan zat sisa dalam bentuk Gas Carbon yang dapat menahan radiasi panas keluar dari bumi. Hasilnya panas yang terperangkap di bawah Atmosfer bumi menjadi lebih banyak dan pada akhirnya meningkat suhu-suhu rata-rata bumi.

    Fenomena ini analog dengan pemanasan suhu pada rumah kaca yang digunakan petani untuk membuat pertumbuhan tanaman lebih cepat. Kaca yang digunakan sebagai perangkat infra merah memiliki prinsip kerja yang sama dengan gas karbon yang memerangkap panas keluar dari permukaan bumi. Hal ini membuat Gas Karbon juga disebut sebagai gas rumah kaca.

    A. Kenaikan Rata-Rata Suhu Bumi

    Sejak tahun 1760 sampai tahun 1980, suhu rata-rata Bumi naik sebesar 0,07oC setiap 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi Gas Rumah kaca semakin banyak di udara. Tahun 1970-an, penggunaan bahan karbon yang awalnya hanya sampai pada level Industri berubah menjadi level rumah tangga. Produsen Mobil bahan bakar minyak baik bensin maupun solar semakin meluas. Hasilnya, Ilmuwan mencatatkan perubahan kenaikan suhu rata-rata 0,18oC setiap 10 dekade sejak tahun 1980-an. Hal ini berarti kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi naik lebih dari 100% sejak Revolusi Industri terjadi.

    Saat ini penelitian tentang Klimatologi menunjukkan bahwa Batas kenaikan suhu rata-rata yang bisa ditoleransi kehidupan makhluk hidup di bumi hanya 1,5oC sampai pada tahun 2040. Jika lebih dari itu maka akan ada kiamat organisme di bumi. Hal ini akan memicu bencana secara global dan lokal mulai dari Kebakaran Hutan, Banjir Bandang, Cuaca Ekstrim dan segala bencana.

    Cobalah cari berita tentang serangan Panas di Internet yang terjadi, Cari tahu juga dampak apa yang dihasilkan. Buatlah analisis mengenai penyebab dan dampak yang lebih buruk jika tidak ada langkah dan upaya pencegahan Global Warming dilakukan.

    …………………………………………………………………….
    …………………………………………………………………….
    …………………………………………………………………….
    …………………………………………………………………….
    Infografis Global WArming

    B. Penyebab Global Warming

    Penyebab utama Global Warming adalah konsentrasi Gas Karbon Dioksida (CO2) di udara yang meningkat secara drastis akibat dari pembakaran bahan bakar karbon baik itu batu bara maupun minyak bumi. Selain itu beberapa gas polutan yang berada di atmosfer bumi juga ikut menyumbang peningkatan suhu bumi.

    Gas-gas ini selanjutnya membentuk lapisan tebal di Atmosfer bumi sehingga radiasi sinar matahari yang masuk ke bumi akan sulit untuk ke luar angkasa. Normalnya radiasi akan keluar ke angkasa, namun karena lapisan gas Karbon yang tebal hasilnya panas ini terperangkap di permukaan bumi.

    Semakin tebal lapisan ini di atmosfer maka semakin banyak panas yang terperangkap di Bumi. Di sisi lain aktivitas manusia terutama yang melibatkan energi fosil juga menambah ketebalan Gas-gas rumah kaca di Atmosfer. Gas-gas rumah kaca bisa jadi dalam bentuk

    1. CO2
    2. Methane
    3. NO2
    4. Uap Air
    5. Senyawa Flour Sintesis

    Sebanyak Bumi sudah mengalami beberapa siklus pemanasan Global, sebagaimana kita ketahui bersama akhir dari zaman es disebabkan siklus alami dari Pemanasan Global, namun siklus ini diperkirakan sekitar 800.000 Tahun. Pemanasan Global saat ini bukanlah siklus alami dari Bumi melainkan disebabkan oleh Aktivitas Manusia terutama penggunaan Bahan Bakar Fosil seperti Batu Bara, Minyak Bumi dan Gas Alam seperti LPG dan LNG.

    Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki ketergantungan besar dengan bahan bakar fosil ini, karena hampir semua pembangkit Listrik, Mobil dan MEsin Pabrik masih bergantung pada sumber energi ini. MEskipun demikian beberapa sumber energi sudah mulai dikonversi ke Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti Tenaga Angin, Tenaga Hidro, Tenaga Matahari dan Biosolar, namun jumlahnya belum memadai.

    Memerangi Global Warming merupakan hal yang sulit dilakukan saat ini mengingat besarnya ketergantungan manusia dengan bahan bakar fosil. Upaya ini harus dilakukan secara serius dan segera. Hal ini juga didukung oleh banyak negara berkembang seperti kesepakatan pengurangan Emisi Nasional di berbagai negara maju dan berkembang.

    Carilah informasi mengenai langkah konkrit yang dilakukan Pemerintah Dunia sebagai bentuk upaya melawan Global Warming. Pada umumnya langkah ditunjukan dalam bentuk Konferensi dan Kesepakatan. Catat-catalah Konferensi-konferensi tersebut dan apa saja kesepakatan yang dihasilkan!

    C. Dampak Global Warming

    Penelitian mengenai Global Warming dilakukan setiap saat oleh para Ilmuwan, ada banyak hasil penelitian yang menunjukkan Penyebab dan dampak Global warming. Seiring dengan itu dampak awal dari Global Warming sudah mulai tampak.

    Hasil penelitian tentang Global Warming juga menunjukkan bahwa bencana alam seperti serangan gelombang panas, kekeringan, cuaca buruk dan banjir bandang memiliki asosiasi yang erat dengan Global Warming. Bencana-bencana tersebut juga lebih mengerikan dari sebelumnya dimana kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan semakin besar. Jika penggunaan bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tidak dikendalikan maka diperkirakan ada ada 250 ribu korban jiwa dan 100 juta lebih terancam kelaparan di tahun 2030.

    Dampak lain dari Global warming juga berbahaya seperti

    1. Berkurangnya jumlah Es Abadi dan Gletser di puncak gunung dan di kutub, Kekeringan Parah, dan bencana kekeringan akan mengancam berkurangnya jumlah air bersih dan meningkatkan resiko kebakaran hutan.
    2. Naiknya permukaan laut yang menyebabkan Banjir ROB di daerah Pesisir pantai. Pulau-pulau kecil terancam tenggelam.
    3. Gelombang panas membuat tanaman, kehutanan dan pertanian akan rentang diterpai badai kekeringan.
    4. Kepunahan beberapa jenis Terumbu Karang dan padang Rumput yang berdampak pada punahnya banyak spesies hewan dan tumbuhan.
    5. Wabah alergi, asma, dan penyakit menular akan menjadi lebih mudah menyerang karena kondisi udara yang kurang sehat akibat cuaca panas.