Author: Ahmad Dahlan

  • Kerangka Penulisan BAB III pada Skripsi dan Tesis Disertai Contoh bentuk Uji yang Sesuai

    Kerangka Penulisan BAB III pada Skripsi dan Tesis Disertai Contoh bentuk Uji yang Sesuai

    Ahmad Dahlan. BAB III berisi tentang Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian. Seluruh langkah-langkah prosedur lengkap dijabarkan dalam BAB ini.

    Hal ini bertujuan agar para pembaca dapat mengambil pertimbangan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian. Setiap metode yang digunakan tentu saja akan memberikan pengertian yang berbeda meskipun kesimpulan terdengar sama. Seperti contoh kesimpulan mengenai “kemampuan menggunakan bahasa inggris dalam suatu wilayah sangat baik” dengan metode survey, ex post facto dan deskriptif qualitative tentu saja menghasilkan interpretasi yang berbeda.  

    A. Jenis Penelitian.

    Jenis penelitian adalah penjelasan mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Alasan menggunakan metode yang digunakan dipaparkan secara sederhana. Sebagai contoh penelitian kualitatif, pengembangan, eksperimen dan survei dan lain-lain.  

    B. Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah penjelasan yang lebih detail mengenai jenis penelitian yang digunakan. Pada bagian ini penelitian menjabarkan seluruh langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian atai sintaks penelitian. Sebagai contoh dalam penelitian pengembangan yang menggunakan metode gall, borg and gall (1984) maka peneliti menuliskan implementasi sepuluh langkah pengembangan dan telah disesuaikan dengan desain yang ada pada penelitian.  

    C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

    Variabel yang ada dalam penelitian secara utuh dijelaskan pada bagian ini. Penjelasan didapatkan dari kajian pustaka yang telah disusun pada Bab II yakni kajian pustaka. Variable yang dimasukkan tidak hanya variable dependent dan juga independent tapi seluruh variabel yang memungkinkan muncul sehingga jelas posisi variabel dalam penelitian seperti variabel kontrol dan variabel moderat (jika terdapat dalam penelitian)  

    Variabel yang dipilih tentu saja besar dan akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengulas variabel secara keseluruhan. Pada sub bab ini variabel didefinisikan dan dibatasi dalam penelitian. Pembatasa ini terkait dengan ukuran, jenis variabel dan juga indikator-indikator dari variabel yang akan diteliti. Seperti contoh salah satu variabel penelitian adalah Keterampilan Proses Sains, maka peneliti membatasi keterampilan proses sains yang digunakan misalnya keterampilan proses sains terintegrasi dengan indikator-indikator:

    1. merancang percobaan
    2. menyusun tabel
    3. membuat grafik
    4. menganalisis data,
    5. menarik kesimpulan.

    Pada indikator diatas tidak mencakup secara keseluruhan indikator keterampilan proses sains seperti menyusun percobaan akan tetapi ada pertimbangan yang diambil oleh peneliti mengapa indikator tersebut tidak dimasukkan.  

    D. Populasi dan Sampel

    Dalam penelitian eksperimen dan pengembangan (pada bagian uji produk) dibutuhkan sampel atau objek uji produk. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran daerah penerimaan dari dampak perlakukan yang diberikan. Sebagai contoh pengembangan model A untuk anak SD kelas V. Peneliti memberikan gambaran mengapa populasi atau sampel tersebut dipilih. Sebagai contoh karena mereka masih dalam tahap berfikir konkret operasional sehingga masih sulit untuk memberikan analogi tentu saja alasan ini di dukung teori yang telah dituliskan pada bab II.

    Perbedaan antara sampel dan objek uji coba produk adalah pada penarikan kesimpulan. Sampel dibutuhkan agar memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan yang berlaku pada populasi oleh karena penelitian yang tidak membutuhkan generalisasi hasil tidka membutuhkan sampai akan tetapi disebut sebagai objek penelitian.

    E. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian berisi langkah-langkah penelitian secara lengkap. Prosedor dijabarkan sesuai dengan bentuk Penelitian disertai dengan subjek, waktu dan tempat penelitian dilaksanakan. Seluruh langkah yang mungkin saja ada dalam desain penelitian akan tetapi tidak dapat terlaksana juga dituliskan dalam desain penelitian.  

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan derisi dua hal yakni prosedur yang dilakukan hingga data dapat terkumpul dan yang instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data Seluruh prosedur pengambilan data dijelaskan serta jenis dan karakteristik dari instrumen yang digunakan. 

    Sebagai contoh : jenis instrumen yang digunakan adalah instrument tes pilihan ganda berjumlah 30 butir yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis. Instrumen telah divalidasi oleh ahli dan empirik dengan hasil uji dapat dilihat pada lampiran XX. Penyediaan lampiran dibutuhkan karena terlalu panjang untuk disertakan pada bab III.

    G. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian eksperimen dan pengembangan biasa terbagi atas dua yakni analisis deskriptif dan juga analisis statistik inferensial akan tetapi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, statistik inferensial tidak dibutuhkan jika dalam penelitian tersebut tidak dibutuhkan generalisasi hasil penelitian.  

    1. Statistik Deskriptif 

    Statistik deskiprtif berisi tentang bagaimana yang ada dilapangan dihitung berdasarkan statistic sederhana untuk mendapatkan rata-rata, simpangan baku, nilai tertinggi, nilai terendah, modus dan median dari hamparan data. Tidak semua jenis dar yang disebutkan tadi harus dimasukkan dalam penelitian tergantung kebutuhan peneliti karena tujuan dari statistik meberikan gambaran mengenai hamparan data hasil penelitian atau deskriptif.   

    2. Statistik Inferensial

    Statistik inferensial adalah jenis statistik generalisasi, dimana pada jenis statistik ini akan menguji data yang diambil dari sampel sehingga dapat disimpulkan sebagai nilai atau sifat dari suatu populasi. Jenis analisis sangat banyak dan tergantung jenis penelitian. Sebagai gambaran singkat berikut ini beberapa jenis statistik deskriptif.   

    • Regresi – Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain misalnya pengaruh hasil belajar terhadap keterampilan proses sains peserta didik. Dalam kasus ini, variabel terikat dan variabel bebas berbentuk data skala.
    • Kolerasi – Sangat banyak digunakan sebagai uji reliabilitas klasik dari instrument. Uji Kolerasi menghubungkan dua variabel sejenis atau lebih dari pengukuran yang berbeda, Sebagai contoh pengukuran dapat dilakukan dua kali oleh waktu yang berbeda atau dilakukan oleh dua orang yang sama secara bersamaan. Hasilnya dikatakan reliabel jika jika memiliki nilai alfa cronbach lebih dari 0,7 (beberapa ahli mengatakan 0,8).
    • Uji t – Salah satu teknik uji banding dari dua kelompok atau lebih yang dengan jumlah sedikit. Uji t sangat presisi pada sampel kurang dari 25 sampai 60.
    • Uji F – Uji banding dari dua kelompok atau lebih dengan julah distribusi sampel yang banyak. Uji sangat baik digunakan untuk jumlah sampel lebih dari 50.
    • Anova – Analisi variansi dari hamparan data dari sampel. Salah satu jenis uji regresi
    • Mannova – Multi analisis varians merupakan uji regresi dengan jumlah variabel terikat lebih dari satu variabel.
    • Anacova dan Mancova – Uji regresi yang sama dengan Annova dan Mancova hanya saja uji ini dibutuhkan untuk data-data dari yang tidak memiliki variansi yang baik.
    • Uji Genelar Linear Model – Analisi jalur yang dilakukan dimana perubahan tidak hanya diukur dari dua titik tetapi banyak titik dan berulang. Perubahan diukur secara berkala dari pengukuran pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
    • Uji General Linear Model Repeated Variat – Analisis Jalur yang membandingkan perubahan dua kelompok sampel namun dari variebl yang sama.
    • Uji Normalitas – Uji yang dilakukan untuk mengetahui bentuk dari distribusi data pada sampel. Uji ini akan menentukan jenis statistic yang sesuai pada data.
    • IRT – Item response theory atau uji yang dilakukan untuk mengukur karakteristik isntrumen berdasarkan respon peserta didik. Uji sejenis dengan uji kolerasi hanya saja IRT berasal dari teori yang lebih modern dimana hasil pengukuran tidak bergantung pada sampel.

    Untuk saat ini penulis terbatas dari uji Statistik inferensial dengan tipe statistic parametris. Untuk kedapannya tulisan akan disajikan juga pada bagian statistic non-paramatris.  

    Daftar Rujukan yang Relevan

    Creswell, J.W. (2016) Mixed Methods Research. SAGE Publication   

    Kerlinger, F.N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM    

    McMillan, J.H., & Schumacher, S (2010). Research in Education: Evidence-Based Inquiry, 7th-ed. Virginia: Pearson

    Stoner, J.A.F. (1982). Principal of Management 2nd-ed. Publisher, Prentice-Hall

  • Kerangka Penulisan Skripsi dan Tesis Bab II Kajian Pustaka dengan Penelitian Eksperimen dan Pengembangan Disertai Contoh

    Kerangka Penulisan Skripsi dan Tesis Bab II Kajian Pustaka dengan Penelitian Eksperimen dan Pengembangan Disertai Contoh

    A. Kajian Teori

    Ahmad Dahlan – Kajian pustaka adalah ruh dari penelitian eksperimen dan pengembangan. Hal ini didasari pendekatan penelitian eksperimen berupa positivisme dimana ada sebuah dugaan yang didusun oleh penelitian berdasarkan konstruksi yang telah dibangun terlebih dahulu. Dugaan ini tidak serta merta muncul seperti Trial and Error, akan tetapi dugaan muncul berdasarkan konstruksi yang dibangun dari hasil kajian teori, penelitian orang lain yang mengantarkan pada sebuah solusi dari suatu masalah. Pemaparan konstruksi tersebut harus dijelaskan secara eksplisit pada BAB II.

    1. Teori

    Pada bab II, kajian teori diisi berdasarkan sekumpulan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi pada satu hal saja. Sebagai contoh, peneliti A ingin meneliti pengaruh “Pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman” namun karena di daearah sekitarnya hanya terdapat kotoran sapi makan yang dibahas dalam kajian pustaka hanya mengenia kotoran sapi. Hal ini tentu saja keliru karena ada tendensi pada kotoran sapi sedangkan judul penelitian tidak mencerminkan tujuan yang sebenarnya. Hal ini bisa jadi sesuai ketika judul menuliskan secara eksplisit “Kotoran Sapi” sehingga yang dibangun dalam konstruksi kajian pustaka adalah kandungan kimia dalam kotoran sapi baik dampak positif maupun negatif terhadap tanaman.  

    Kajian pustaka harus disusun secara lengkap dengan sumber yang banyak untuk memberikan gambaran baik berupa teori atau hasil penemuan dari peneliti mengenai dampak dari sebuah perlakuan. Seluruh teori kemudian dikaji oleh peneliti agar bisa menghasilkan sebuah solusi dari permasalahan yang ada serta menghindari dampak negatif.

    Sebagai contoh jika kotoran mengandung gas amonia yang cukup tinggi sehingga dapat merusak tanaman maka dalam proses penelitian peneliti harus mencari solusi dari gas amonia. Solusi didapatkan melalui kajian teori misalanya teori pendukung bahwa mencampur kotoran sapi dengan tanah dan didiamkan selama 7 hari dapat mengurangi kandungan amonia dari sapi maka peneliti harus mempertimbangkan teori tersebut.  

    2. Variabel Penelitian

    Hal yang perlu ditekankan dalam kajian pustaka adalah defenisi dan pengertian dari seluruh variabel yang ada dalam penelitian. Variabel ini dijelaskan mulai dari defenisi secara umum sampai defenisi khusus. Diakhir sub poin dari setiap variabel kemudian disintesis oleh penelitian dalam batasan dalam penelitian.

    Sebagai contoh “pertumbuhan tanaman” dijelaskan sampai lengkap berdasarkan pertumbuhan akar, pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang memungkikan bahkan diluar dari variabel penelitian seperti cahaya, air bibit dan lain-lain dimasukkan dalam kajian pustaka.

    Peneliti kemudian memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mungkin ikut berpengaruh dalam variabel terikat dari penelitian, dikontrol sehingga dapat dipastikan bahwa hanya variabel bebas (perlakuan) yang memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Hal ini kemudian dikenal sebagai Validitas internal penelitian eksperimen. Kualitas dari suatu penelitian eksperimen tidak dipengaruhi oleh jenis statistik seperti kebanyakan peneliti pemula lakukan, akan tetapi ditentukan oleh validitas internal penelitian.  

    3. Sumber Rujukan

    Sumber rujukan yang digunakan menetukan kualitas penelitian juga. Hal ini tidak merujuk pada administrasi penelitian (misalnya sebagian kampus membatasi tahun edaran dari rujukan) akan tetapi berpengaruh kredibilitas sumber yang dirujuk. Tentu saja seluruh rujukan harus kredibel karena tidak seluruh teori yang ada tidak akan diuji oleh oleh peneliti tetapi dianggap sudah benar dan dapat dipercaya.

    Pada beberapa penelitian yang berkaitan dengan behavioral, pembatasan tahun keluaran jurnal atau penelitian yang dijadikan rujukan tentu saja dibutuhkan. Hal ini dilandaskan pada teori behavioristik yang dipengaruhi oleh budaya sedangkan budaya itu sendiri berubah berdasarkan gaya hidup, perkembangan dan interaksi sosial dalam kurung waktu tertentu. Untuk saat ini beberapa saran yang bisa dipertanggungjawabkan tidak lebih dari 8 sampai 10 tahun sedangkan untuk penelitian sains berlaku sepanjang masa selama tidak ada penelitian yang menemukan kelemahan teori yang sudah ditemukan.  

    4. Metode Penulisan Rujukan

    Terdapat dua jenis metode penulisan rujukan yang dikenal secara umum yakni (1) penyaduran dan (2) kutipan langsung. Tidak dibenarkan mengkopi satu paragraf dari satu buku untuk dijadikan satu paragraf pada bagian tesis atau skripsi anda karena hal ini termasuk dalam kategori plagiat meskipun sumbernya dicantumkam. Jika satu paragraf tersebut penting maka sebaiknya dijadikan kutipan langsung namun tetap diberi pengantar dan penutup paragraf oleh peneliti.  

    B. Kajian Penelitian yang Relevan

    Kajian penelitian relevan adalah mengambil hasil penelitian orang lain secara langsung untuk dijadikan bahan pertimbangan. Pencantuman kajian penelitian relevan digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang anda ditemukan. Perbedaan antara hasil penelitian yang relevan dan kajian pustaka adalah pengutipan dari penelitian relevan hanya menitikberatkan kesimpulan penelitian tanpa memeprtimbangkan metode penelitian dengan kata lain Internal validitas penelitian orang tidak berpengaruh pada proses pencatuman.   

    C. Kerangka Pikir 

    Kerangka pikir adalah sintesis dari seluruh teori pada kajian pustaka yang telah disusun sebelumnya. Pada bagian ini berisi sentuhan dan sintesis dari penelitian yang memberikan gambaran mengenai solusi yang dipilih. Solusi dijabarkan secara runut sampai akhirnya dianggap dapat menyelesaikan masalah. Pemahaman ini pula yang yang disebut dengan konstruksi teoretik untuk menghasilkan solusi sehingga pola pikir yang digunakan adalah silogisme aristoteles.   

    Jika X maka Y, dan Y maka Z, kesimpulannya X maka Y

    Sebagai contoh penelitian dalam bidang pendidikan. (1) Peserta didik yang aktif mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, (2) Model pembelajaran STAD melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, maka dugaan dalam penelitian jika siswa diajar dengan model pembelajaran STAD siswa akan menjadi aktif dan peserta didik yang aktif akan membuat peserta didik mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.   

    D. Hipotesis Penelitian

    Hasil sintesis dari kerangka pikir adalah dugaan yang nantinya akan dijadikan sebagai hipotesis penelitian. Disebut sebagai Hipotesis karena kebenarannya masih pada tataran teori (rasional) sehingga dibutuhkan penelitian untuk membuktikan dugaan tersebut sebagai bukti empirik. Bentuk hipotesis sendiri bergantung dari bentuk dan judul penelitian.  

    Sumber Rujukan. 

    Creswell, J.W. (2016) Mixed Methods Research. SAGE Publication

    Kerlinger, F.N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM    

    McMillan, J.H., & Schumacher, S (2010). Research in Education: Evidence-Based Inquiry, 7th-ed. Virginia: Pearson

    Stoner, J.A.F. (1982). Principal of Management 2nd-ed. Publisher, Prentice-Hall

  • Contoh Kerangka Penulisan Bab I Pada Skripsi dan Tesis untuk Penelitian Eksperimen dan Pengembangan

    Contoh Kerangka Penulisan Bab I Pada Skripsi dan Tesis Pada Penelitian Eksperimen dan R and D

    Ahmad Dahlan. Penulisan Skripsi dan Tesis merupakan momok menakutkan bagi sebagian Mahasiswa yang menempuh studi akhir dalam jenjang apapun. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan dan berbagi bersama teman-teman, ada dua alasan mengapa hal ini terjadi yakni (1) merasa tidak tahu mengerjakan dan (2) takut salah. Padahal kampus sejatinya lembaga belajar oleh karena kesalahan adalah satu bentuk pembelajaran namun bukan berarti kesalahan tersebut boleh disengaja. Sebagai bentuk berbagai, berikut ini panduan dan contoh kerangka penulisan Bab I pada Skripsi dan tesis.

    A. Latar Belakang 
    Latar belakang adalah sekumpulan masalah yang ditemukan oleh para peneliti yang dijadikan acuan mengapa sebuah penelitian harus dilakukan. Masalah-masalah tersebut merupakan akumulasi dari masalah yang tampak dilapangan baik melalui pengamatan sederhana, studi pendahuluan atau berdasarkan penelitian terdahulu yang tentu saja masih relevan. Masalah-masalah yang diajukan dalam peneliti juga disertai tentang gambaran singkat mengenai pendekatan dari solusi yang mungkin saja menyelesaikan masalah yang muncul secara teoritis. Adapaun kriteria dari masalah dan solusi yang dimasukkan dari latar belakang paling tidak memenuhi aspek-aspek berikut:
    1. Masalah yang disampaikan bersifat kontekstual – Masalah yang disampaikan harus bersifat kontekstual atau berdasarkan fakta. Masalah yang dipaparkan berasal dari pengamatan langsung dilapangan dalam bentuk data kualitatif. Metodenya bisa wawancara atau pengalaman dari peneliti dalam kurung waktu yang tertentu disatu tempat. Selain dari pengamatan dan pengalaman peneliti, masalah bisa jadi merupakan hasil penelitian orang lain yang masih terbatas atau penelitian dari lembaga survey yang kredibel tentu saja masalah tersebut masih relevan untuk diteliti dan dianggap perlu untuk diselesaikan. Tidak batasan waktu tertentu untuk relevansi masalah namun biasanya untuk penelitian dari lembaga yang kredibel biasanya masih relevan sampai 8 tahun sedangkan untuk pengamatan dan pengalaman terbatas dari peneliti hanya relevan dalam kurung waktu 1 atau 2 tahun. Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah masalah yang diajukan bersifat teoretik bahkan ada yang mengada-ada. Sebagai contoh tanpa didasari data yang cukup peneliti menganggap suatu model pembelajaran di satu sekolah tidak baik terhadap hasil belajar siswa karena keyakinan peneliti bahwa model ceramah konvensional tidak baik.
    2. Keberagaman Masalah – Masalah yang dimasukkan dalam latar belakang tentu saja tidak satu jenis masalah. Hal ini untuk menghindari adanya asumsi yang telah dibangun oleh peneliti dalam memberikan solusi sehingga cenderung memilih masalah. Penelitian yang baik menjawab masalah yang ada dilapangan dan sudah menjadi ketentuan dan hukum alam jika suatu masalah yang terjadi di lapangan pasti besifat kompleks. Dalam latar belakang sebisa mungkin peneliti mengumpulkan masalah-masalah yang ada di lapangan.
    3. Harapan dari Undang-undang dan Permen atau tujuan belajar dari daerah dan juga nasional – Beberapa harapan yang tercatut dalam undang-undang biasanya menjadi masalah ketika terdapat kesengajangan antara harapan dan kenyataan yang ada dilapangan. Oleh karena itu menuliskan Undang-udang, permen, tujuan pembeljaran nasional atau daerah tidak masalah namun peneliti harus memberikan rincian menganai kesenjangan tersebut tidak serta merta mengutip. Sebagai contoh mengutip “ Salah satu tujuan yang ada dalam UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksankan ketertiban dunia” Hal ini dianggap gagal karena banyak siswa dianggap “belum cerdas” oleh peneliti, padahal tidak ada indikator yang jelas yang disampaikan peneliti tentang “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
    4. Masalah yang disampaikan bersifat Eksplisit – Masalah yang dipaparkan dalam penelitian harus jelas dan dapat didefenisikan sehingga tidak mengambang. Masalah yang tidak dapat difenisikan tentu akan sulit untuk diatasi karena konteks dari masalah itu sendiri belum jelas. Contoh hasil belajar peserta didik sangatlah rendah oleh karena harus mengganti modul yang digunakan. Tentu saja hal ini tidak bijak karena ada tendesi khusus pada modul tanpa disertai dukungan. Jiak berada dalam kasus ini sebaiknya mencari dukungan tentang peran dan bentuk modul yang baik dalam pembelajaran.
    5. Solusi yang diberikan memiliki Landasan kuat – Kebanyakan peneliti pada taraf skripsi memilih solusi terlebih sebelum adanya masalah. Hal ini tentu saja gagal secara teoretik dan juag empirik. Sebagai contoh peneliti sebenarnya dari awal ingin menggunakan model pembelajaran X sebagai bahan penelitian sehingga peneliti berupaya mencari-cari alasan bahwa model yang digunakan guru A di sekolah Z tidak tepat. Solusi harusnya muncul setelah adanya masalah dan didukung dengan beberapa teori mengapa solusi tersebut dianggap baik dan dibutuhkan sebuah penelitian untuk mendukung teori tersebut.
    Hal yang kedua yang harus diperhatikan dalam penulisan latar belakang adalah sumber data, fakta peraturan, hasil penelitian maupun teori yang digunakan relevan dengan masalah yang ditemukan dan actual. Seperti yang telah dikemukakan di atas, waktunya paling tidak 8 tahun untuk jurnal hasil penelitian atau paling 2 tahun untuk pengamatan sederhana dari peneliti, sedangkan untuk teori yang kemungkinan belum memiliki solusi bisa saja sudah berusia 20 tahun selama belum ada solusi atau penelitian terbaru yang berkaitan tentang teori tersebut. Semisal penggunaan hukum Archimedes yang sudah berusia 20 Abad jika masih benar dan relevan dengan penelitian tentu saja tidak masalah jika tetapi digunakan.

    B. Identifikasi Masalah 

    Identifikasi masalah ditulis dalam bentuk point dengan terlebih dahulu menyampikan harapan kemudian disusul dengan fakta yang ada dilapangan. Masalah-Masalah yang disampaikan tentu saja kumpulan dari masalah yang sudah dipaparkan pada latar belakang. Adapun contoh-contoh penulisan Identifikasi masalah:
    1. Pembelajaran fisika di kabupaten X tidak disertai dengan keterampilan proses sain peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik hanya cenderung pada pengetahuan lower order thinking. (Contoh pada bidang pendidikan)
    2. Penggunaan energi listrik yang stabil akan memperpanjang usia penggunaan barang elektronik sedangkan fluktuasi arus bolak-balik pada sistem kelistrikan di rumah-rumah pada kota A masih jauh dari standar aman penggunaan listrik. (Contoh pada bidang Sains)

    C. Batasan Masala

    Batasan masalah adalah pemilihan satu masalah yang dianggap urgent atau sangat perlu untuk diselesaikan kemudian diberikan definisi konkrit dari masalah yang akan diselesaikan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menentukan solusi yang akan dipilih. Masalah yang dipilih dijabarkan melalui beberapa indikator sehingga perubahan pasca pemberian perlakuan dapat dilihat berdasarkan perubahan indikator yang dimaksud.
    Identifikasi masalah dibatasi dengan variabel-variabel yang bersesuaian. Variabel ini dijelaskan dan dikategorikan berdasarkan jenisnya variable yakni variabel bebas dan variabel terikat.

    D. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah adalah turunan dari identifikasi masalah yang cenderung berisi solusi yang akan dijawab melalui proses penelitian. Rumusan masalah dituliskan dalam bentuk kalimat Tanya dengan dugaan jawaban yang sudah ada dalam kerangka piker peneliti sehingga jawana yang muncul sisa dua yakni sesuai atau tidak sesuai dengan solusi yang ditawarkan peneliti.
    Contohnya: 
    1. Apakah tembaga dapat menghantarkan listrik? (Deskriptif kuantitatif dalam bidang Sains)
    2. Apakah Tembaga dapat menghantarkan listrik jauh lebih baik dibandingkan dengan emas? (Perbandingan dalam bidang sains)
    3. Apakah terdapat perbedaan positif yang signifikan antara penggunaan e-modul dan konvensional modul terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di kabupaten Bantul? (Pada bidang pendidikan)

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian adalah paparan mengenai jawaban yang didapatkan berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Oleh karena penulisan tujuan Penelitian tidak boleh jauh-jauh dari Rumusan masalah.
    Contohnya: 
    1. Untuk mengetahui daya hantar tembaga terhadap listrik. (Deskriptif kuantitatif dalam bidang Sains)
    2. Untuk mengetahui apakah tembaga dapat menghantarkan listrik jauh lebih baik dibandingkan dengan emas. (Perbandingan dalam bidang sains)
    3. Untuk mengetahun apakah terdapat perbedaan positif yang signifikan antara penggunaan e-modul dan konvensional modul terhadap hasil belajar bahasa Indonesia di kabupaten Bantul. (Pada bidang pendidikan)

    F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan (Pada Penelitian R & D )

    Spesifikasi produk yang dikembangkan adalah rincian mengenai produk. Rincian berisi ukuran, bentuk, warna serta penjelasan singkat mengenai tata cara penggunaan produk. Spesifikasi produk juga berisi tentang perbedaan dan keunggulan yang masih pada tataran teoretik berdasarkan pengembang.

    G. Asumsi dan Keterbatasan (Pada Penelitian R & D )

    1. Asumsi – Adalah anggapan yang ada dilapangan serta berkaitan dengan penelitian yang kebenarannya sudah dapat diterima secara umum tanpa perlu dilakukan pembuktian. Misalnya: Peserta didik pada tingkat SMA sudah mampu berfikir secara konkret operasional dengan rentang usia mulai dari 15 sampai dengan 19 tahun. Anggapan sudah didukung secara teoritis sehingga dan dapat diterima secara umum sehingga tidak perlu lagi dibuktikan terlebih dahulu melalui proses pengukuran.
    2. Keterbatasan – Keterbatasan penelitian adalah gambaran mengenai dimana produk dikembangkan dan diujicobakan sehingga untuk calon pengguna produk dapat mengetahui kekurangan jika produk tersebut digunakan dalam kondisi lain, misalnya : Pengembangan oli Sintesis dilakukan dan di uji coba pada daerah Khatulistiwa dengan suhu rata-rata harian berkisar dari 24 sampai dengan 33 derajat Celsius. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa bagi mereka yang tinggal di kutub masih membutuhkan penelitian atau bahkan modifikasi struktur dari oli dalam penggunaan produk.
    Contoh Kerangka Penulisan Bab I Pada Skripsi dan Tesis Pada Penelitian Eksperimen dan Pengembangan

    Sumber Rujukan dan Bacaan
    Kerlinger, F.N. (2006). Asas-Asas Penelitian Bevavioral. Yogyakarta : UGM 
    McMillan, J.H., & Schumacher, S (2010). Research in Education: Evidence-Based Inquiry, 7th-ed. Virginia: Pearson
    Stoner, J.A.F. (1982). Principal of Management 2nd-ed. Publisher, Prentice-Hall
  • Sains Membuktikan Kebenaran Al-Qur’an Melalui Air Laut Selat Gibraltar

    Sains Membuktikan Kebenaran Al-Qur’an Melalui Air Laut Selat Gibraltar

    Ahmad Dahlan. Selat Gibraltar adalah sebuah selat yang memisahkan Laut Tengah dan Samudra Atlantik.Selat inidiberi nama dalam bahasa Arab: جبل طارق, sedangkan orang-orang spanyol menyebutnya dengan sebutan Estrecho de Gibraltar. Selat dengan posisi yang sangat strategis ini sering dilalui oleh kapal sejak dahulu hingga hari ini, selain jalur perdagangan ada hal yang sangat unik dari selat yakni ketika terjadi perang dunia ke II yakni kapal selam jerman selalu terjebak oleh arus laut yang kuat. Namun jauh sebelum orang belajar sains dengan lengkap mengapa ada fenomena seperti ini terjadi Al-Qur’an telah memberikan gambaran lengkap mengenai fenomen air di Selar Giblatar.

    Pada Selat Gibraltar terdapat sebuah pertemuan dua jenis arus laut yang bersal dari laut yang berbeda, yakni air laut dari Samudra Atlantik dan air laut dari Laut Mediterranean. Kedua pertemuan ini ternyata tidak menghasilkan pencampuran air sebagaimana ketika kita mencampurkan dua dari dua gelas menjadi satu. Perbedaan ini adalah adanya sekat yang sangat jelas dari kedua air seperti ada pembatas diantara kedua air tersebut.
    Air laut dari Samudra Atlantik yang berwarna biru cerah berbatasan dengan air berwarna biru gelap berasal dari laut tengah. Meskipun keduanya merupakan air yang sama-sama terbentuk dari ikatan kovalen, namun ternyata kedua air tidak bercampur satu sama lain. Kedua permukaan air terus menerus menunjukkan seat hingga kedalaman 1000 meter dari permukaan laut.

    Selat Terluas di Dunia

    Satu hal yang unik mengenai selat Giblatar, pada akhir awal abad ke 5, sebuah kitab yang dianggap oleh sebagian umat tertentu sebagai kitab palsu ternyata telah membahas kejadian di selat Giblatar, Jauh sebelum para saintis dapat mengetahui bahwa dua buah air ternyata tidak dapat menyatu, Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang keduanya.

    Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang disampaikan melalui Jibril sampai kepada Nabi Muhammad SAW pada Surah Ar-Rahman ayat 19-22: 

    مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ

    يْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَّيَبْغِيَانِ 

    “Dia (Allah SWT) membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)

    Air adalah senyawa yang paling banyak menutupi permukaan bumi, Sekitar 70 persen dari berada di laut sebagai air asin dan sisanya adalah air tawar. Meskipun demikian, kedua air tersebut berasal dari zat yang sama hanya saja ada yang memiliki siklus yang lebih lama sehingga banyak mineral yang mengendap di lautan dan membuat air laut menjadi asin.

    Siklus air dimulai dari proses penguapan karena adanya panas dari matahari, Laut dan samudra sebagai permukaan air terluas menyumbang paling banyak awan hujan. Awan hujan kemudian tertiup angin ke daratan kemudian menumpuk dan ketika terjadi penurunan suhu Uap air menjadi dingin dan turun sebagai air hujan. Air hujan ini kemudian turun di permukaan bumi sebagai sumber kehidupan sebelum akhirnya kembali lagi ke laut melalui sungai, pori-pori tanah dan sungai dalam tanah. Sayangnya kitab yang dianggap palsu ini lagi-lagi menceritakan hal yang benar dan tidak ada keraguan di dalamnya.  


    أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ
    ”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,39:21).

    أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالأبْصَارِ
    ”Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (An Nuur 24, ayat 43)
    Manusia pada abad ke 5 yang memiliki ilmu sains masih sangat terbatas pasti mengetahui bahwa jika dua air disatukan akan saling bercampur satu sama lain, namun Al-Quran yang tidak datang dari manusia ternyata menunjukkan sebuah kebenaran yang baru dapat dibuktikan oleh para ilmuwan sekitar 14 abad setelah diturunkan. 

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Peristiwa yang terjadi pada selat Gibraltar akhirnya dijelaskan dengan ilmu sain dan menggunakan perlengkapan lebih modern. Meskipun ikatan kovalen pada air harusnya menyatukan dua buah air yang bercampur, hal ini sedikit berbeda untuk air yang sedang mengalir. Ahli kelautan modernen menemukan fakta bahwa dua buah air dengan massa jenis yang berbeda yang bergerak akan cenderung untuk mempertahankan keadaan masing-masing. 
    Peristiwa air laut di selat Gibraltar disebabkan oleh “Tegangan Permukaan” dari masing-masing air. Tegangan permukaan mebuat seolah-olah ada sekat sangat tipis di antara kedua permukaan air sehingga kedua air tidak bercampur sama sekali. Hal ini dijelaskan oleh seorang pakar kelautan dalam sebuah buku berjudul Principles of Oceanography yang dikarang oleh Richard A Davis.

    Al-Qur’an menjelaskan mengenai Sungai Bawah Laut.

    Selain dari hal yang telah terjadi pada selat Gibraltar, dijelaskan pula jika air tawar dan air laut bertemu pada sebuah aliran yang sama maka seharusnya akan ada sekat yang memisahkan antara keduanya. Fenomena yang dimaksud ini bukanlah yang terjadi pada hilir sungai namun sebuah penemuan yang ditemukan pada awal abad 20 yang sempat menggemparkan dunia adalah adanya sungai bawah laut. Dikatakan sungai bawah laut karena air tawar mengalir di dalam laut dan sama sekali tidak bercampur satu sama lain.

    وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا 

    “Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53).

    Salah satu ayat yang ada dalam Al-Quran kembali lagi membuktikan kebenaran sains yang sulit diterima oleh orang-orang ketika al-Qur’an diturunkan, namun jaminan isi yang datang dari Allah SWT ternyata baru sanggup dibuktikan oleh manusia 14 abad kemudian melalui penemuan Air Sungai dalam di Meksiko. Kajian ini memberikan jawaban bagi mereka yang meragukan Al-Qur’an dengan dalil jika kisah Nasrani dan Yahudi di cabut dari Al-Qur’an tidak tersisa apa-apa, maka Allah SWT memberikan jaminan dari kitab terakhir yang turun dari langit ini memang benar sebagai petunjuk bagi manusia hingga akhir zaman.

    Bantahan Terhadap Kaum Non Muslim Terhadap Keaslian Al-Qur’an

    Suatu ketika beberapa orang teman non muslim mengelak menganai kebenaran Al-Qur’an, mereka meminta saya untuk menjelaskan Al-Qur’an tanpa disertai kisah Nasrani dan Yahudi, teman saya berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang disalin oleh Muhammad SAW dari kisah-kisah yang tertulis pada Injil. Saya yang sangat awam dengan Al-Qur’an karena tidak bergelut dengan Al-Qur’an hampir tidak bisa menjawab apa-apa. Hampir malu, namun ini adalah teguran yang baik agar saya belajar. Sampai suatu ketika saya mengikuti kuliah Sejarah Fisika di Universitas Negeri Yogyakarta. Seorang doses memberi tugas mencari seluruh sejarah mengenai Fluida, Beliau memberikan pengarahan untuk mencari setiap tulisan dan bukti sejarah mengenai pembahasan Fluida.

    Ternyata dalam kajian kitab yang sudah disebarkan pada akhir abad ke lima banyak membahas tentang Fluida dan kitab tersebut adalah Al-Qur’an dan setelah bercerita dengan teman saya yang kuliah pada Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, ia memberikan penjelasan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini sangat luar biasa, bagaimana mungkin seorang yang buta huruf bisa menyalin kisah lengkap dari Isa AS dan Musa AS yang pada saat itu diceritakan dalam Injil. Jika memang benar Muhammad SAW butuh huruf bisa jadi ia mendengar cerita dari teman teman mengingat ia telah berdagang dan menyampaikan ulang kepada orang Arab menggunakan bahasanya.

    Bantahan kebenaran Al-Qur’an melalui kisah Nasrani dan Yahudi mungkin saja dibenarkan mengingat masih ada peluang Muhammad SAW mendengar kisah dari orang lain, namun hal yang paling tidak bisa dibantah adalah adanya fakat sains yang pada saat itu tidak satupun kisah yang menjelaskan tentang terpisahnya dua buah laut yang saling bertemu, sesuai dengan Surah Ar-Rahman dan Al-Furqon. Meskipun kita sudah mengetahui bahwa Archimedes menemukan massa jenis 2 abad sebelum masehi, namun tidak satupun yang memberi petunjuk ke arah fenomena laut di selat Giblatar. Hebatnya lagi, Penemuan sungai dasar luat di Meksiko semakin mendukung kebenaran Al-Qur’an yang bari ditemukan pada awal abad 20, pertanyaan balik kepada mereka yang meragukan mungkin “Bagaimana mungkin seorang buta huruf, menyampaikan sesuatu yang belum ada pada zamannya bahkan jauh setelah zamannya lewat barulah terbukti kebenarannya. Allahu A’lam.

  • Pengantar Model Pembelajaran Kooperatif

    Pengantar Model Pembelajaran kooperatif

    Ahmad Dahlan. Pada suatu ketika sekelompok siswa diminta untuk mengamati jauh pancuran air yang keluar dari lubang di dasar tabung. Sebuah bejana dengan volume air yang semakin berkurang menyebabkan pancuran air semakin kecil sehingga pengamatan tidak bisa dilakukan sendiri. 
    Seorang guru yang kreatif akan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari beberapa siswa. Hal ini bertujuan agar proses pengambilan data tetap dapat dilakukan secara bersamaan yakni jarak air di tanah dan volume perubahan air di dalam bejana. Seorang siswa bertugas mencatat data yang mereka sebutkan serambi mendengar siswa lain membacakan Stopwatch. Pada proses kegiatan dan proses pengamatan dapat berjalan dengan cepat sehingga siswa memiliki lebih banyak waktu untuk menginferensi data yang telah didapatkan. 
    Pada saat memperhatikan secara seksama proses pembelajaran di atas sangat jelas bahwa bekerja bersama akan menginfisienkan waktu dan tenaga dibandingkan dengan bekerja sendiri. Beberapa masalah bahkan hampir mustahil untuk dilakukan secara sendiri-diri, sehingga keberadaan orang lain akan menjadi kunci dari masalah yang sedang dihadapi.

    Prinsip Dalam Pembelajaran Kooperatif.

    Sebuah bentuk kooperatif akan melibatkan dua orang atau lebih mengerjakan suatu hal yang memiliki tujuan yang sama.  Tujuan tentunya harus searaha karena sangat susah mengarahkan kendaraan dengan dua tujuan secara bersamaan. Keberadaan individu dari kelompok akan memiliki andil tersendiri namun tetap pada usaha untuk menyelesaikan masalah utama. Eggen dan Kauchack (1996) juga berpendapat yang sama dimana tujuan dari pembelajaran kelompok tersebut harus tetap tetap memiliki tujuan bersama. Lebih jauh mengenai pembelajaran kooperatif, penekanan kolaborasi antar individu di dalam kelompok menjadi kunci kesuksesan proses pembalajaran kooperatif.
    Sumbangsih individu di dalam kelompok tentu saja tidak serta merta dapat dikeluarkan secara maksimal oleh peserta didik di dalam kelas. Dibutuhkan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh anggota kelompok agar dapat mengerjakan beban yang telah diberikan. Pertimbangkan kejadian pada saat seorang peserta didik mendapatkan tugas untuk mengamati stopwatch, kompetensi dasar yang harus dimiliki adalah pengukuran dasar dan sangat mustahil untuk melakukan pengamatan tanpa memiliki kompetensi ini.
    Sangat mustahil membentuk kelompok tanpa ada kompetensi dasar capaian. Analogi sederhana mengibaratkan bahwa setiap bagian dari spare part mobil memiliki tugas dan kemampuan yang berbeda-beda namun bagaimana cara kerja bagian tersebut, mobil tetap akan bergerak ke arah yang sama. Hal ini dijadikan sebagai pertimbangan dasar dalam membentuk kelompok sehingga sangat jelas pembelajaran kooperatif dipilih karena adanya asas kebutuhan.
    Setiap bagian dari anggota kelompok pada pembelajaran kooperatif harus bekerja sama dalam upaya pencapaian tujuan bersama. Hubungan sosial antar anggota sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, sedangkan keteraturan dalam menghubungkan kemampuan akan menentukan kualitas dari pencapaian tujuan. Sebuah kelompok yang terdiri dari ahli pada bidang-bidang masing akan menghasilkan hasil kerja yang lebih baik namun dalam proses pembelajaran aspek ini sebaiknya dihilangkan. Hal ini berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang menitinkberatkan pada proses pendidikan dan pengajaran sehingga siswa dengan kemampuan rendah sebaiknya dikelompokkan dengan siswa dengan kemampuan tinggi.

    Unsur-Unsur dalam pembelajaran Kooperatif

    Pada sebuah model pembelajaran yang menerapkan strategi dan model pembelajaran kooperatif, beberapa unsur yang harus dipenuhi agar kualitas pencapaian pembelajaran dapat diraih secara maksimal paling tidak mengandung:
    1. Setiap anggota dalam proses pembelajaran mengeluarkan kemampuan terbaik yang mereka miliki.
    2. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab secara individu untuk kelompoknya. Hal ini bertujuan agar setiap individu tidak terbebani dengan anggota lain.
    3. Aspek pembagian tugas dilakukan dengan jelas, tidak ada tumpah tindih tugas untuk setiap anggota kelompok dan juga pembagian dilakukan mempertimbangkan bobot tugas dan kemampuan dari masing-masing anggota.
    4. Aspek evaluasi yang memberikan informasi mengenai proses pembelarajan yang telah dilakukan sehingga perbaikan dapat dilakukan.

    Manfaat Praktis Pembelajaran Kooperatif

    Selain dari tujuan pembelajaran kooperatif yang dapat menginfisiensikan waktu atau sebuah keharusan sehingga pembelajaran, Johnson (1984) menemukan keunggulan dari pembelajaran kooperatif yang terbagi dalam 20 poin. Adapun keunggulan tersebut adalah:
    1. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
    2. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
    3. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan.
    4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
    5. Meningkatkan keterampilan metakognitif.
    6. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.
    7. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
    8. Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan.
    9. Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.
    10. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
    11. Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.
    12. Mencegah terjadinya kenakalan di masa remaja.
    13. Menimbulkan perilaku rasional di masa remaja.
    14. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
    15. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
    16. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
    17. Meningkatkan perasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup.
    18. Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.
    19. Meningkatkan kesediaan menggunukan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
    20. Meningkatkan motivasi belajar intrinsik.
    Pengantar Model Pembelajaran Kooperatif

    Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif.

    Setelah mengkaji beberapa unsur yang ada pembelajaran kooperatif, ciri pembelajaran kooperatif terdiri atas empat ciri. Menurut Lie (2004): 
    1. Saling Ketergantungan Positif
    Pada proses pembelajaran kooperatif, Guru memiliki peran sebagai fasilitator yang mendorong peserta didik untuk merasa saling membutuhkan sehingga mereka saling bekerja sama dengan menggunakan seluruh keterampilan untuk mencapai tujuan bersama.
    2. Interaksi tatap muka
    Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling beinteraksi sehingga mereka akan berdialog. Dialog yang terjadi tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
    3. Akuntabilitas individual
    Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
    4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
    Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
  • Definisi, Pengertian dan Hukum Dakwah Dalam Pandangan Islam dan Metode Dakwah Nabi Muhammad SAW

    Definisi, Pengertian dan Hukum Dakwah Dalam Pandangan Islam dan Metode Dakwah Nabi Muhammad SAW

    Ahmad Dahlan. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan salah satu cara agar bermanfaat bagi orang lain adalah berdakwah. Secara sederahan Dakwah diartikan oleh sebagian besar orang awam adalah menyampaikan sesuatu yang baik dari forum resmi seperti ceramah atau kutbah. Dakwah menurut pengertian adalag memberikan informasi mengenai hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk kemudian mengajak untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai dengan pandangan islam.
    Etimologi kata Dakwa berasal dari bahasa arab yang dapat diartikan sebagai panggilang, ajakan maupun seruan. Lebih jauh mengenai kata Dakwa, pada ilmu tata Bahasa Arab, Dakwah adalah kata kerja dalam bentuk isim masdar yakni دعا, يدعو, دعوة. Kata ini merujuk pada menyeru, mengajak atau memanggil.
    media Definisi, Pengertian dan Hukum Dakwah Dalam Pandangan Islam dan Metode Dakwah Nabi Muhammad SAW

    Pengertian Khutbah, Tabligh dan dakwah dari pandangan Etimologi

    Pada umumnya, dalam upaya menyampaikan ajaran islam ada tiga kata yang dianggap memiliki arti yang dekat yakni Khutbah, Tabligh dan Dakwah. Ketiga kata ini secara sederhana merujuk pada ajakan dalam berbuat baik dan meninggalkan larangan. Namun ada beberapa unsur penting yang membedakan ketiga hal tersebut. Berikut defenisi singkat mengenai Khutbah, Tabligh dan juga Dakwah
    Pengertian Khutbah,- Kata  Khutbah berasal dari Khataba – Yakhtubu – Khutbah yang berarti memberi nasihat pada sebuah kegiatan ibadah tertentu. Khutbah diberikan pada saat ibadah seperti Sholat Jum’at, Sholat Idul Fitri, Sholat Idu Adha, Istisqo, Khusuf Wukuh dan juga pernikahan. Berdasarkan istilah Tersebut, Khutbah bisa diartikan sebagai kegiatan ceramah namun dalam prosesisinya ada rukun yang harus dipenuhi. Khutbah diawali dengan Ucapan Syukur, Shalawat, Menyampaikan wasiat taqwa dari Al-qur’an, nasihat yang bersesuaian dengan keadaan dan di tutup dengan berdo’a.
    Pengertian Tabligh,-  Asal kata Tabligh dari : Ballagha – yuballighu – tabliighan yang berarti memberitahukan atau menyampaikan sesuatu secara lisan dengan perkataan. Pesan yang disampaikan dalm kegiatan tabligh adalah pesan yang dating dari Allah SWT. Pesan ini bisa disampaikan kepada satu orang atau kelompok orang agar orang yang mendengarkan mengetahui pesan yang disampaikan dan juga mengamalkan pesan tersebut. Karena adanya rujukan mengamalkan pesan tersebut, dalam sebuah tabligh hendaknya disertai dengan ajakan dengan cara menarik agark seruan yang dating dari Allah SWT dilaksanakan oleh para pendengar. 
    Di Indonesia, Kata Tabligh menjadi rancau karena adanya kegiatan Tabligh akbar yang biasa di isi dengan Zikir bersama sehingga terjadi perbedaan konsep yang tertanam pada masyarakat umum, sedangkan kata tablihg yang sebenarnya merujuk pada kata ceramah yang tidak disertai dengan rukun seperti khutbah. Tabligh atau ceramah di Indonesia biasanya diberikan pada hari peringatan-peringatan tertentu misalnya isra’ mi’raj, mauled nabi atau takziah yang hukumnya belum pernah dicontohkan sama sekali oleh Nabi. (Allahu A’lam). Ceramah juga biasa diberikan sebuah majelis atau kajian.
    Pengertian Dakwah,- Dakwah berasal dari kata : da’aa – yad’uu – wa’watan (da’wah) yang berarti menyeru, memanggil dan juga mengajak untuk hal tertentu. Berdasarkan istilah, dakwah dapat diartikan sebagai proses mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. Proses dan dapat dilakukan secara lisan maupun perbuatan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Dakwah tidak hanya disampaikan melalui ceramah tapi juga aksi seperti kegiatan social misalnya membangun masjid, perpustakaan atau memberikan santunan agar orang jauh dari kekufuran akbitan dari kefakiran.  

    Lebih Jauh Menganai Pengertian Dakwah

    Seperti yang telah digambarkan pada bagian awal, Dawkah dapat dilakukan melalui dua cara yakni lisan maupun sebuah kegiatan. Kegiatan dakwah tidak hanya terbatas pada menyampaikan tapi juga menyeru dalam melakukan kebaikan sesuai dengan petunjuk yang ada pada Al-Qur’an dan juga sunnah. Seruan ini bertujuan agar manusia mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam proses menyampaikan ini tentunya dibutuhkan teknik dan ilmu khusus agar orang yang mendapatkan seruan tergerak untuk melakukan seruan tersebut dan tidak dilakukan secara asal-asalan yang mungkin saja tidak membuat objek dakwah tergerak tapi bahkan anti pati atau kehilangan simpati. Dapaknya panjangnya ajaran yang benar akan perlahan-lahan ditinggalkan karena metode penyampaian yang salah.

    Ilmu dakwah

    Ilmu dakwah adalah suatu petunjuk atau pedoman yang berisi menganai cara-cara dan tuntutan untuk menarik perhatian orang lain agar mengikuti seruan yang disampaikan. Tentu saja dalam Agama islam ada beberapa kaidah yang tidak boleh dilanggar para pendakwah seperti ajakan dengan kekerasan dan ancaman sangat tidak dianjurkan bahkan sebuah dosa besar karena melanggar ketentuan yang telah disebutkan dalam Firman Allah SWT.
    Surat Al-Baqorah 256. 
    terjemahan Surat Al-Baqorah 256
    “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Surat al-Baqoroh: 256)
    Q.S Asy Syuura ayat 42
    “Serulah (Manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesuangguhnya Tuhanmu, Diala yang maha mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapatkan petunjuk”
      

    Hukum Melakukan Dakwah

    Sebagaian ulama memberikan keputusan mengenai hokum dakwah adalah fardu kifayah sedangkan sebagaian ulama lain menyatakan bahwa berdakwah adalah kewajiban bagi setaip muslim atau fardu a’in. Pertimbangan mengenai pengambilan hukum tentang Dak’wah diambul dari “undang-undang” Allah SWT yang telah dicantumkan dalam Al-Qur’dan Sunnah. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW
    ” sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”
    Dari hadist tersebut sangat jelas bahwa Rasulullah SAW memerintahkan untuk menyampaikan menganai agama dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam beribadah meskipun satu ayat (tanda). Dalam Al-Qur’an Perintah dakwah diulangi beberapa kali seperti pada ayat-ayat berikut:
    “Serulah (manusia) kepada jlan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (An-Nahl: 125)
    “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Al-Imran:104)
    “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Al-Imran: 110).

    Pendekatan Dakwah

    Pendekatan Teoritis,- Pendakatan teoritis tentang dakwah secara teoritis berarti memahami seluruh sapek kelimuan mengenai Dakwah sebagai sebuah ilmu yang memiliki kaidah tertentu.
    Pendekatan Praktis,- Pendekatan praktis adalah memahami dakwah sebagai sebuah tindakan tidak hanya memahami melalui ilmu tapi juga terlibat langsung dalam proses dakwah. 

    Metode-Metode Dakwah

    1. Dakwah Bil-lisan,- Metode dakwah ini adalah menyampaikan sesuatu melalui lisan atau perkataan yakni melalui kuthbah, ceraah atau langsung menyampaikan kepada objek dakwah.
    2. Dakwah Bil-alhal,- Metode Bil-ahlal adalah sebua metode dakwah yang dilakukan melalui perbuatan. Perbuatan yang dilakukan akan menjadicontoh bagi orang tentunya perbuatan tersebut harus sesuai dengan jalan Alllah SWT. Rasulullah SAW tidak hanya melakukan dakwah melalui lisan tapi juga melalui perbuatan. Pada saat Rasulullah masih hidup, Ia menjadi contoh bagi ummatnya dan turun kerja bersama umatnya bahkan sampai hari ini tidak satupun dari manusia yang mampu meberikan contoh sebaik beliau.
    3. Dakwah bi Al-qolam,-  Metode adalah menyampaikan sesuatu yang benar dan mengajak untuk melakukan kebaikan dengan menggunakan tulisan. Tulisan bisa berupa buku, artikel maupun dunia Internet yang saat sangat berkembang dengan pesat.
  • Laporan Praktikum Fisika SMA – Keberlakuan Asas Black

    Laporan Praktikum Fisika SMA – Keberlakuan Asas Black

    A. Judul Percobaan

    Menentukan Keberlakuan Azas Black

    B. Latar Belakang

    Kalor merupakan energi yang mengalir secara spontan dari materi bersuhu tinggi ke materi bersuhu rendah jika terjadi kontak antara keduanya. Jika hal tersebut pada sistem terisolasi sempurna maka proses perpindahan kalor akan berhenti ketika suhu ke dua benda tersebut sama.

    Hal tersebut dijelaskan oleh Azas Black yang menyatakan bahwa sejumlah kalor akan dilepaskan oleh benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Total kalor yang dilepaskan akan sama dengan total kalor yang diterima.

    Hanya saja sangat sulit untuk membuat sebuah sistem terisolasi sempurna karena sejatinya materi yang digunakan untuk mengisolasi sistem di luar dari lingkungan itu sendiri menyerap kalor.

    Misalkan kita mencampur air panas (suhu tinggi) dengan air dingin (suhu rendah). Apabila air panas dan air dingin dicampur dalam sebuah wadah terbuka (misalnya ember), maka tidak semua energi air panas berpindah menuju air dingin. Demikian juga air dingin tidak menerima semua energi yang disumbangkan oleh air panas. Sebagian energi air panas pasti berpindah ke udara. Jika kita ingin agar semua energi air panas dipindahkan ke air dingin maka kita harus mencampur air panas dan air dingin dalam sistem tertutup.

    Sistem tertutup yang dimaksudkan di sini adalah suatu sistem yang tidak memungkinkan adanya pertukaran energi dengan lingkungan. Contoh sistem tertutup adalah termos air panas. Dinding bagian dalam dari termos air panas biasanya terbuat dari bahan isolator (untuk kasus ini, isolator = bahan yang tidak menghantarkan panas. Temannya isolator tuh konduktor. Konduktor = bahan yang menghantarkan panas).

    Apabila benda‐benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan dan benda‐benda tersebut berada dalam sistem tertutup, maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih rendah = energi yang dilepaskan oleh benda yang bersuhu tinggi. Karena energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu = kalor, maka kita bisa mengatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang dilepaskan = kalor yang diterima.

    Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :

    Qi = Qm

    Dimana

    • Qi   : jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu lebih tinggi.
    • Qm :  jumlah kalor yang dilepas oleh benda yang bersuhu lebih rendah.  

    Bila kalor yang dilepas atau yang diterima oleh sebuah benda hanya menyebabkan perubahan suhu benda tersebut, maka jumlah kalor tersebut adalah  

    Q = m C ΔT

    • Q : kalor yang diserap atau dilepaskan (kal)
    • m : massa zat (gram)
    • ΔT : perubahan suhu (oC)
    • C : kalor jenis zat  (kalori/gramoC)

    Prinsip dasar ini yang akan digunakan untuk menentukan kapasitas kalor dan kalor jenis calorimeter aluminium.  

    B. Hipotesis Percobaan

    Saat air panas dicampurkan dengan air dingin, maka suhu awal air panas semakin berkurang.  

    C. Rumusan Masalah 

    • Bagaimanakah hubungan antara massa air dingin dengan suhu campuran?
    • Apakah Azas Black berlaku pada percobaan ini?

    D. Tujuan Percobaan 

    • Untuk mengenathui apa hubungan antara massa air dingin dengan suhu campuran.
    • Untuk mengetahui apakah Azas Black berlaku pada percobaan ini.

    E. Variabel Percobaan 

    • Variabel Kontrol : waktu : waktu dalam percobaan adalah tidak di tentukan karena di sesuaikan dengan keadaan suhu ruangan.
    • Variabel Bebas : Massa air dingin : Massa air dingin yang digunakan di dalam percobaan adalah bersifat bebas, dikarenakan proses memasukkan nilai massa air dingin dalam percobaan adalah tergantug dari orang yang melakukan praktek tersebut. Jadi nilai besar kecilnya massa yang ingin dilakukan oleh penguji bersifat bebas dan tidak terikat.
    • Variabel Terikat : Suhu Campuran : Suhu Campuran adalah hasil pengukuran dari massa air dingin yang dimasukkan dalam percobaan. Suhu campuran bersifat terikat karena hasil dari pengukuran bergantung pada massa air dingin yang dimasukkan. Semakin banyak air dingin yang dimasukkan maka semakin menurun pula suhu campuran.

     F. Alat dan Bahan 

    • Cairan spirtus
    • Pembakaran spirtus 
    • Kaki tiga
    • Gelas ukur
    • Termometer
    • Air

    G. Prosedur Percobaan 

    1. Siapkan alat dan bahan
    2. Masukkan air dingin sebanyak 100 gram ke dalam gelas ukur
    3. Ukur suhu air dingin tersebut
    4. Bakar sumbu pada pembakaran spirtus yang telah diisi oleh cairan spirtus
    5. Letakkan pembakaran spirtus dibawah kaki tiga
    6. Letakkan termometer di dalam gelas ukur 
    7. Tunggu sampai suhu air 80o
    8. Masukkan air dingin sebanyak 25 gram lalu ukur suhu campurannya
    9. Lakukan langkah ke-9 secara terus menerus sebanyak 4 kali

    H. Tabel 

    Data Hasil Pengamatan

    md (gram)Tx (Praktek)Tx (teori)Persen Pembeda
    0,0257268,405%
    0,0506360,674%
    0,0755855,145%
    0,1005351,004%

    J. Analisis Data dan Pembahasan

    Percobaan menguji keberlakuan azas black dilakukan untuk membuktikan bahwa apakah hasil dari praktek adalah sama dengan teori yang digunakan. Setelah praktikum dilakukan, di uji juga dengan dasar rumus teori. Yakni  

    Q Lepas = Q Terima (m1 C1) (T1-Ta) = (m2 C2) (Ta-T2)  

    Dalam pengukuran, digunakan massa air adalah 100 gram, suhu panas 80◦C dan suhu dingin 22oC

    L. Kesimpulan. 

    1. Hubungan massa air dengan suhu campuran yakni, semakin di tambahkan massa air dinginnya, semakin rendah pula suhu campuran tersebut.
    2. Azas Black berlaku pada percobaan ini. Karena kalor jenis yang di lepas sama dengan kalor jenis yang di terima.
  • Contoh Laporan Praktikum SMA Pengukuran Kalor Jenis Air

    A. Latar Belakang

    Kalor merupakan bentuk energi yang paling banyak dijumpai. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia melibatkan energi kalor. Menurut Campbel (2003) matahari sebagai sumber energi utama di bumi memberikan sumbangsih energi kalor terbesar yang dimanfaatkan manusia secara langsung dan tidak langsung sebagai contoh tumbuhan memanfaatkan cahaya dalam fotosintesis dan manusia memanfaatkan tumbuhan. Selain dari pemanfaatan energi pada makhluk hidup, kehidupan manusia tidak jauh dari pemanfaatan bentuk energi panas seperti pada mesin motor, penguapan oleh matahari dan pemanfaatan energi nuklir untuk menggerakkan uap panas pada turbin PLTN.

    Pada proses pemanfaatan energi panas, fluida dalam bentuk zat cair adalah zat yang paling banyak dimanfaatkan. Dahlan (2015) menjelaskan bahwa pemanfaatan fluida digunakan sebagai aspek utama seperti pada penggerak turbin pada pembangkit listrik tenaga nuklir dan pembangkit listrik tenaga panas bumi ataupun sebagai alat bantu pendikit yang menyerap panas berlebih dengan baik. Dalam upaya penggunaan zat cair, tentunya dibutuhkan informasi mengenai karakteristik air serta kaitannya terhadap seluruh aspek yang bersentuhan langsung pada saat proses pemanfaatannya seperti sifat korosif, titik didih, titik beku dan kalor jenis.

    Sebuah fluida dalam bentuk zat cair menyerap kalor secara spesifik bergantung dari jenis dan susunan partikelnya. Air sebagai zat yang paling banyak dimanfaatkan dalam bentuk pemanfaatan energi panas memiliki spesifikasi kalor jenis yang spesifik. Giancoli (2005) menuliskan bahwa air sebanyak 1 kg pada suhu 14.5oC membutuhkan 4.180 joule untuk naik ke 15.5oC. berdasarkan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa air memiliki kalor jenis rata-rata sebesar 4.180 J/kgK. Lantas bagaimana cara mengukur besar kalor jenis tersebut? Percobaan ini bertujuan untuk mengukur kalor jenis air dengan cara sederhana. 

    Persamaan energi kalor yaitu :  

    Q = m cair ∆T

    Keterangan  :
    Q = banyaknya kalor (J)
    cair = kalor jenis ( J / kg °C)
    m = massa zat (kg)
    ∆T = perubahan suhu (°C)

    Jika energi panas yang diberikan berasal dari energi listrik maka energi panas dapat disubtitusi dengan persamaan:

    Elistrik = V i t

    Dengan :
    V = tegangan listrik (V)
    i = kuat arus (A)
    T = lama pemberian energi (t).

    B. Hipotesis Percobaan

    Semakin lama pemanasan maka semakin tinggi pula kenaikan suhu dari zat cair.

    C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah hubungan antara suhu air terhadap lama pemanasan air?
    2. Berapakan kalor jenis zat cair yang digunakan dalam percobaan?

    D. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mengetahui hubungan antara suhu air terhadap lama pemanasan air.
    2. Untuk mengetahui kalor jenis air.

    E. Alat Dan Bahan

    1. Pemanas Air (Kalori meter)
    2. Termometer
    3. Stopwatch
    4. Air
    5. Multimeter

    F. Prosedur Percobaan

    1. Siapkan alat dan bahan
    2. Ukurlah kuat arus dan tegangan listrik dari sumber energi listrik yang digunakan. Berhati-hati dalam penggunaan sumber listrik
    3. Ukuran massa air sebanyak 1 liter.
    4. Panaskan air dengan cara menghubungkan rangkaian pada sumber arus. Tunggu beberapa saat sampai suhu air mulai naik 
    5. Nyalakan stopwatch bersamaan dengan penentuan suhu awal perhitungan, kemudian catat waktu yang dibutuhkan untuk setiap kenaikan 2 °C.
    6. Catat hasil pengamatan anda dengan pada table pengamatan

    G. Tabel Data Hasil Pengamatan

    Tabel hubungan anatar lama pemanasan terhadap kenaikan suhu.

    ∆T(◦C)T (s)
    213,1
    418,6
    628,6
    842,9
    1060,0

    H. Grafik

    Grafik Hubungan Antara Lama Pemanasan terhadap kenaikan suhu

    CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SMA PENGUKURAN KALOR JENIS ZAT CAIR

    Berdasarkan analisis grafik yang menggunakan software Excel didapatkan kalor jenis dari persamaan maka gradient dari grafik akan mengandung variabel tegangan, kuat arus, massa dan kalor jenis. Jadi :

    c = \frac{mvi}{0.4 m_{air}}

    Dari persamaan diatas maka didapatkan kalor jenis air sebesar 4250.10 J/KgoC.

    I. Analisis Data Dan Pembahasan

    Percobaan pengukuran kalor jenis air dengan menggunakan bantuan energi listrik sebagai sumber pemanas dipilih karena tersedianya alat untuk mengukur sumber panas dari energi listrik dibandingkan dengan menggunakan energi lain. Pada percobaan energi panas yang digunakan berasal dari energi listrik dengan tingkat efisiensi alat merubah energi listrik ke energi panas sebesar 40%. 

    Berdasarkan data hasil percobaan maka digunakan rumus untuk analisis data sebagai berikut:

    c = \frac{mvi}{0.4 m_{air}}

    Dari rumus yang digunakan maka didapatkan kalor jenis zat cair sebesar 3935.4 J/KgoC. yang didapatkan dari lima kali pengukuruan yakni berturut sebesar 4716.0 J/KgoC, 3348.0 J/KgoC, 3432.0 J/KgoC, 3861.0 J/KgoC dan 3420.0 J/KgoC.

    Data dari lima percobaan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan nilai kalor jenis secara teoritis yakni sebesar 0.69 % dari angka 4180 J/KgoC. Perbedaan ini kemungkinan muncul dari kurang presisinya alat dalam mengukur seperti termometer dan pengukuran sumber tegangan yang diukur dengan menggunakan angka pendekatan.Namun dari percobaan sangat jelas terlihat bahwa hipotesis percobaan dapat diterima.

    J. Kesimpulan

    1. Terdapat hubungan yang berbanding lurus antara suhu air terhadap lama pemanasan air. 
    2. Kalor jenis zat cair yang digunakan dalam percobaan berdasarkan hasil percobaan adalah 3935.4 J/KgoC 

    Daftar Pustaka

    Campbell. J,W. 2003. Biologi Edisi 5. Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

    Dahlan, A (2015). Eureka Pendidikan. Diakses melalui www.eurekapendidikan.com pada tanggal 3 Januari 2016.

    Giancoli, D.C. (2005). Fisika. Erlangga: Jakarta.

  • Contoh Laporan Format Laporan Praktikum SMA Sederhana

    Contoh Laporan Format Laporan Praktikum SMA Sederhana

    Nama Lengkap, NISN, Nama Sekolah  

    A. Latar Belakang  

    Ahmad Dahlan. Latar belakang adalah bagian pendahuluan dari sebuah percobaan yang akan dilaksanakan. Latar belakang berisi landasan mengapa sebuah penelitian dilaksanakan. Landasan berisis sesuatu yang berkaitan dengan urgensitas atau tujuan percobaan dan bagaimana cara menguji solusi yang diberikan secara sederhana.

    Pada latar belakang dijelaskan mengenai variabel percobaan. Variabel disusun secara ekspilisit dan dijabarkan secara jelas. Seluruh bavariable dalam penelitian dimasukkan dan dijelaskan dengan menggunakan pendapat ahli atau hasil percobaan yang dilakukan oleh orang lain. Dalam latar belakang bisa berasal dari sebuah buku, jurnal, situs online, surat kabar dan juga pendapat ahli yang disampaikan secara resmi dalam sebah forum ilmiah.

    Sebuah variabel percobaan sebaiknya tidak di dukung oleh satu orang ahli saja. Hal ini bertujuan untuk menghindari subjektifitas dari pendapat yang digunakan. Gabungan dari dua atau lebih pendapat akan mengurangi subjektifitas dari pendapat yang digunakan.

    Jika latar belakang menggunakan gambar, Gambar diletakkan dengan aturan rata tengah dan ukuran 4 cm x 4 cm. Gambar diberi keterangan sesuai dengan tujuan penggunaan gambar dan ditulis sumber gambar berasal. Gambar tidak boleh berisi konten yang tidak wajar seperti pornografi, sara dan bertentangan denga kemanusiaan serta dapat menimbulkan keresahan masyarakat.  

    Setiap sumber yang digunakan dalam latar belakang ditulis dengan jelas nama dan tahun tulisan diterbitkan. Format penulisan yang digunakan dalam laporan percobaan ini mengikuti format penulisan APA. Sumber ditulis lengkap pada bagian daftar pustaka dan tidak diperkenankan menggunakan catatan kaki.

    Format Penulisan Laporan

    Format penulisan laporan dilakukan dalam menggunakan kertas ukuran A4 dengan margin 4 cm pada bagian atas dan sisi kiri dan 3 cm untuk bagian sisi kana dan bagian bawah laporan. Lapora diketik dengan menggunakan font: (1) Times New Roman atau (2) Calibri . Spasi yang digunakan adalah 1.5 dan diberi nomor halaman pada pojok kanan bawah.  

    B. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah dugaan yang berlaku sebagai jawaban sementara dari percobaan. Hipotesis dalam percobaan eksperimen menghubungkan antara variabel terikat dan variabel bebas

    C. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah berkaitan dengan variabel percobaan. Pada rumusan masalah disusun dalam bentuk kalimat tanya yang berkaitan dengan variabel. Adapun susunan dari rumusan masalah adalah

    1. Apakah yang dimaksud dengan variabel bebas?
    2. Apakah yang dimaksud dengan variabel terikat?
    3. Bagaimanakah hubungan antara variabel terikat terhadap variabel bebas?

    D. Identifikasi Variabel Percobaan

    Variebel percobaan adalah besaran fisika yang ingin diketahui perannya dalam sebuah percobaan. Pada identifikasi variabel percobaan, variabel tidak hanya dikategorikan dalam tiga bentuk yakni variabel kontrol, variabel bebas dan variabel terikat namun juga dituliskan penjelasan lengkap mengenai variabel pada percobaan yang dilakukan. Variebl percobaan disusun dalam bentuk poin-poin.  

    E. Alat Dan Bahan

    1. Alat dan bahan berisi seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. 
    2. Spesifikasi dari alat dan bahan yang digunakan ditulis lengkap baik satuan fisis maupun jumlahnya.

    F. Prosedur Percobaan

    1. Prosedur percobaan berisi petunjuk dan langkah-langkah percobaan yang disusun secara runut
    2. Percobaan dengan menggunakan prinsip pengukuran fisika sebaiknya dilakuakn pengambilan data berganda
    3. Berhati-hati dengan percobaan yang berpotensi menghasilkan bahaya seperti bahaya zat kimia dan listrik. Mintalah petunjuk dari guru dan bacalah prosedur keselamatan kerja lab sebelum menggunakan laboratorium.

    G. Tabel Pengamatan

    Tabel pengematan diberi nomor table dan berisi segala informasi mengenai percobaan. Variabel bebas dan variabel terikat dituliskan dalam bentuk table dan variabel control ditulisakna sebagai catatan. Tabel berisis nama besaran fisika disertai dengan satuan.  

    H. Grafik.  

    Grafik percobaan yang digunakan disusun dengan menggunakan bantuan software Excel. Grafik ini menunjukkan hubungan anatar variabel terikat terhadap variabel bebas. Grafik yang digunakan juga dianalisis dengan menggunaan persamaan garis linier pada percobaan yang menghasilkan data linier dan juga derajat kepercayaan percobaan.  

    I. Analisis Data  

    Analisis data dilakukan dengan mepertimbangan dua hal yakni benar secara statistik dan juga benar menurut konsep fisika. Dala percobaan fisika, analisis data harus dilengkapi dengan kesalahan relatife perhitungan karena keterbtasan alat ukur atau dari pesebaran data yang diambil.  

    J. Pembahasan  

    Pembahasan dilakukan untuk mejawab semua rumusan masalah yang telah disusn diawal percobaan. Jawaban tidak hanya berasal dari teori tetapi juga didukung oleh data hasil percobaan yang telah dilakukan di dalam laboratorium. Dalam pengambilan data tentu saja terjadi kesalahan pengukuran karena keterbatasan alat ukur sehingga hasil yang didapatkan terkadang tida sesuai dengan teori. Kesalahan ini juga dijelaskan dalam pembahasan sehingga tidak membuat kerancauan antara data teori dan data empirik.  

    K. Kesimpulan  

    Kesimpulan berisi jawaban dari rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah maka kesmpulan dibuat dalam bentuk poin-poin.  

  • Laporan Praktikum Fisika SMA – Suhu dan Skala Termometer

    Laporan Praktikum Fisika SMA – Suhu dan Skala Termometer

    A. Judul Percobaan

    Pembuatan Skala Pada Termometer

    B. Latar Belakang

    Sebuah termometer adalah sebuah alat sederhana yang digunakan untuk mengukur suatu zat. Cara mengukur suhu suatru zat dengan cara mencelupkan bagian dari tabung yang berisi dengan cairan pada daerah panas yang berbentuk fluida. Suhu panas yang mengenai tabung akan membuat cairan pada dasar pipa kapiler memuai. Prinsip dari pemuaian ini selanjutnya dijadikan sebagai indikator dari pertambahan suhu.

    Dalam mengukur suatu besaran termasuk suhu, dibutuhkan satuan internasional yang disepakati dan digunakan di seluruh dunia. Pada besaran suhu satuan Internasional yang digunakan adalah Kelvin dan Rankine, kedua suhu ini dikembangkan dari satuan Celcius dan juga Fahrenheit, namun masih ada satu sataun dari suhu yang saat ini mulai ditinggalkan yakni Reamur.

    Sebuah termometer sederhana dibuat dengan cara mengukur suhu antara suhu air mencair sampai dengan suhu air menguap. Kedua titik tersebut dijadikan sebagai titik acuan dalam beberapa thermometer seperti thermometer celcius, reamur, dan Fahrenheit. Pada proses pembuatan skala pada thermometer celcius, sebuah batas bawah dari termometer diambil titik 0°C pada saat es melebur dan batas diambil 100°C pada saat air mendidih. Suhu ini selanjutnya dijadikan sebagai satuan internasional untuk besaran suhu. Reamur menyusun sebuah skala termometer yang dikenal dengan skala reamur.

    Serupa dengan termometer celcius, Reamur mengambil titik es mencair sebagai 0°R namun titik pada saat air mendidih diambil angka 80°R. Skala reamur banyak digunakan dieropa terutama perancis dan jerman, tapi kemudian digantikan dengan skala celcius. Fahrenheit memiliki pandangan yang berbeda mengenai suhu dimana es mencair dan air mendidih. Suhu pada saat es mencair diambil titik 32°F dan suhu air mendidih diambil titik 212°F. Skala ini kemudian digunakan secara luas untuk satuan british.

    C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimanakah prinsip kerja dari sebuah termometer sederhana?
    2. Bagaimanakah cara membuat skala pada termometer sederhana?
    3. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang zat cair di dalam tabung?

    D. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari sebuah teromometer sederhana
    2. Untuk mengetahui cara membuat skala pada termometer sederhana
    3. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap pertambahan panjang zat cair di dalam tabung 

    E. Variabel Percobaan 

    Variabel Kontrol :

    • Satuan Pertambahan Panjang : Satuan pertambahan panjang adalah besar kenaikan panjang tabung terhadap perubahan suhu, Besaran di jaga kosntan dengan cara membuat pipa kapiler sangat kecil

    Variabel Bebas :

    • Suhu : Suhu dalam percobaan adalah suhu air yang diubah dengan dengan cara memanaskan air dengan menggunakan Bunshen Burner

    Variabel Terikat :

    • Panjang Alkohol : Panjang Alkohol adalah pertambahan panjang panjang alkohol pada pipa kapiler di dalam alkohol.

    F. Alat dan Bahan

    1. Air Murni
    2. Es Batu
    3. Kaki Tiga
    4. Bunshen 
    5. Termometer tanpa Skala
    6. Keroke Api
    7. Penggaris
    8. Gelas Kimia atau wadah tahan panas yang setara

    G. Prosedur Percobaan

    1. Menyiapkan sebuah wadah yang berisi air dan es dengan jumlah seimbang kemudian diletakkan diatas kaki tiga.
    2. Mengukur suhu es mencair sebagai batas bawah dari termometer yakni setara dengan 0°C
    3. Mengaatai pertambahan panjang dari batas bawah sampai dengan batas atas yakni suhu air mendidih pada suhu 100°C
    4. Mencatat hasil yang sudah diamati pada tabel pengamatan

    H. Tabel data hasil pengamatan  

    Tabel Hubungan antara suhu terhadap panjang cairan

    NoSuhuPanjang
    10°C13 mm
    2100°C23 mm

    I. Grafik Percobaan

    cotnoh pembuatan kesalahan grafik dan memunculkan kesalahan relatif percobaan dengan excel

    Berdasarkan grafik diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gradien dari grafik menunjukkan jarak antara skala yakni 0.01 mm/°C atau setara dengan 0.1 cm/°C. Dair grafik juga didapatkan derajat kepercayaan yakni sebesar 100 persen. Hal ini didapatkan dari data yang dianalisis hanya terdiri dari dua data sehingga sebaran simpangan data tidak dapat di hitung.  

    J. Analisis Data

    x = \frac{T_{didih}-T_{lebur}}{Batas\ atas - Batas \ bawah}

    X = Satuan Suhu per satuan Panjang ( °C/cm). Berdasarkan persamaan di atas maka didaptkan nila X = 0.1 cm/°C. Hasil analisis data ini sesuai dengan hasil analais Grafik. dengan tingkat kepercayaan sebesar 100%.

    Kesalahan Relatif didapatkan dengan menggunakan KR = 1- R, sehingga didapatkan kesalahan relatif 0. Hal ini disebabkan karena kurang data percobaan sehingga sebaran variansi data tidak dapat ditunjukkan secara statistik.  

    K. Pembahasan

    Sebuah termometer bekerja berdasarkan prinsip pemuaian dari sebuah zat cair. Sebuah zat cair yang dimasukkan ke dalam pipa kapiler akan mengalami pemuaian, jika pipa kapiler dibuat sangat kecil, sehingga pemuaian 3 dimensi dari cairan dapat diasumsikan sebagai pemuaian panjang saja, maka prinsip dapat digunakan untuk menunjukkan perubahan suhu pada saat cairan mendapatkan panas dari lingkungan. Peuaian dalam termometer kemudian diatur sedemikian rupa agar setiap perubahan suhu dapat ditunjukkan secara linier sebagaimana aturan pembuatan instrumen yang baku.

    Proses pembuatan skala pada termometer sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan zat cair seperti air. Karakter air yang memiliki titik lebur dan titik beku sebagai acuan yang digunakan oleh penemu termometer menjadi acuan sebagai batas atas dan batas bawah dari sebuah termometer, baik itu Reamur, Celcius dan Fahrenheit. Titik dimana air mendidih akan menjadi batas dari sebuah termometer dan batas bawah akan ditentukan pada saat es melebur.

    Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan sebuah termometer tanpa skala, didapatkan data bahwa suhu air yang sedang dipanaskan dengan menggunakan bunshen akan membuat cairan alkohol pada kolong pipa kapiler naik. Perubahan ini dibuat linier sehingga setiap perubahan panjang dapat menunjukkan perubahan suhu. Dari hasil analisis data percobaan didapatkan perubahan yang bersifat linier, yakni sebesar 0.1 cm/°C. Hal berati setiap kenaikan 1 cm pada tabung kapiler menunjukkan perubahan suhu sebesar 1 celcius derajat.

    L. Kesimpulan

    Berdasarkan analsis data dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan.

    1. Termometer batang bekerja dengan cara memanfaatkan prinsip pemuaian zat cair.
    2. Proses pembuatan skala pada termometer dilakukan dengan menggunakan bantuan karakter dari zat cair.
    3. Terdapat hubungan positif dan linier antara suhu terhadap pemuaian zat cair di dalam pipa kapiler pada termometer

    M. Saran

    1. Sebaiknya melakukan pengukuran dengan cara mengukur lebih banyak titik pada saat air dipanskan tidak hanya batas atas dan batas bawah.
    2. Berhati-hati dalam penentuan batas bawah dan batas atas karena menggunakan konsep fisika dari asas Black dan kalor laten.