Kategori: Matematika

  • Analisis Solusi Matematis Untuk Gerak Parabola

    Analisis Solusi Matematis Untuk Gerak Parabola

    AhmadDahlan.NET – Ketika kita melempar sebuah batu ke arah depan seperti saat melembar buah mangga, gerak batu tersebut akan membentuk lintasan melengkung seperti parabola. Demikian saat sebuah boleh ditendang, lintasan yang terbentuk adalah gerak parabola, hanya saja karena massa jenis bola relatif rendah, maka hambatan udara terkadang akan merubah arah gerak bola dari lintasan parabola sempurna.

    Gerak parabola juga kadang disebut gerak peluru jika meurujuk pada artikel berbahasa inggris yang menyebut gerak parabola sebagai Projectile Motion. Gerak ini adalah gerak vektor yang bisa dianalisis dengan solusi matematis.

    A. Gerak Parabola

    Gerak parabola dapat didefenisikan ketika sebuah benda dilemparkan dengan kecepatan awal v0 pada sudut θ yang diukur dari garis horisontal. Benda ini akan bergerak dengan dua vektor kecepatan yakni ke arah vertikal (y) dan gerak ke arah horisontal (x).

    Segera setelah kecepatan arah y menjadi nol, benda akan mencapai ketinggian maksimal (hmaks). Titik ini menjadi titik balik ke arah sumbu y, sampai akhirnya benda mencapai tanah. Setelah mencapai tanah jarak ini disebut sebagai xmaks. xmaks ini kadang disebut sebagai jangkaun maksimum dan disimbolkan R dari kata range.

    Ilustrasi gerak perluru

    B. Persamaan Gerak Parabola tanpa Hambatan Udara

    Analisis gerak parabola dilakukan dengan pemodelan tanpa hambatan udara sehingga seluruh gerak hanya dipengaruhi oleh tiga variable yakni kecepatan awal (v0), percepatan gravitasi (g) dan ketinggian awal (h0). Analisis dipisahkan ke dalam sumbu kartesian x dan y karena gerak parabola sederhana adalah gerak dua dimensi.

    Analisis komponen gerak vektor ke arah x dan y

    Sehingga vektor geraknya adalah :

    x(0) = 0
    x’(0) = v0 cos θ

    y(0) = 0
    y’(0) = v0 sin θ

    Jika hambatan udara diabaikan maka gerak arah sumbu x adalah gerak lurus beratuan (GLB) dan gerak ke arah sumbu y adalah gerak yang dipengaruhi oleh percepatan grafitasi (g). Pada saat bergerak ke atas maka geraknya diperlambat dan ketika ke bawah dipercepat.

    Dengan demikian kita dapat selesaikan masalah gerak parabola dengan metode diferensial untuk du akomponen gerak yakni :

    Komponen x

    x”(t) = 0
    x’(t) = v0 cos θ
    x(t) = v0t cos θ

    Komponen y

    y”(t) = -g
    y’(t) = -gt + v0 sin θ
    y(t) = -1/2 gt + v0t sin θ + c

    c adalah kontantan yang menunjukkan ketinggian awal dari benda jika ketinggian awalnya 0 maka persamaan nya menjadi y(t) = -1/2 gt + v0t sin θ.

    Persamaan ini sudah bisa menggambarkan gerak parabola sebagai fungsi dari t, namun tidak untuk mengetahui jangkaun maksimum dari gerak benda karena arah g berubah setelah vy menjadi 0. Kedua persamaan ini bisa disubtitusikan untuk menformulasikan persamaan gerak horisontal x dengan memasukkan nilai t

    t = \frac{x}{v_0 \cos θ}

    setelah masukkan nilai t ke persamaan sumbu y sehingga kita bisa dapatkan persamaan y sebagai fungsi dari x dengan demikian :

    y_{x}=h +v_0\sin θ\left ( \frac{x}{v_0 \cos θ}\right )-\frac{1}{2}g \left ( \frac{x}{v_0 \cos θ}\right )^2

    persamaan ini bisa disederhanakan

    y_{x}=h +x \tanθ -\frac{1}{2}\frac{gx^2}{v_0^2}\sec^2θ

    Persamaan ini adalah persamaan umum y sebagai fungsi dari x.

    Ilustrasi gerak parabola dengan persamaan umum

    Karena yx ini tidak melulu sejajak dengan sumbu maka kita sebuy persamaan persamaan posisi yakni px.

    1. Persamaan Jangkauan Maksimum

    Dalam gerak para bola biasanya timbul pertanyaan tentang jangkauan maksimum dari gerak parabola. Misalkan setiap θ ini berubah akan berdampak pada perubahan jarak yang ditempuh kita misalkan saja xi. Selain θ sebenarnya jaangkauan gerak parabola ditentukan dengan kecepatan awal v0, tapi dalam pemodelan ini kita tinjau v0 tetap.

    Analisis Persamaan Umum gerak parabola di depan sebuah bukit

    Karena setiap x akan berubah setiap berubah θ, maka x ini adalah fungsi dari , dengan demikian kita sebuat saja fungsi yx digunakan untuk menemukan persamaan umum gerak ke arah horisontal. Kita sebuah saja persamaan ini adalah ψ. Dengan demikin persamaan yx bisa ditulis sebagai berikut :

    ψ'=y'=h +d_θ\tanθ -d_θ^2\frac{1}{2}\frac{g}{v_0^2}\sec^2θ

    maka :

    ψ'.d'_θ=d_θ\sec^2θ+d'_θ\tan θ-\frac{g}{v^2}d_θ^2\secθ(\sec θ\tanθ)+d_θd'_θ\sec^2θ

    karena

    d'_{θ_m}=0

    maka

    0=d'_{θ_m} \sec^2θ-\frac{g}{v^2}d^2_{θ_m} \secθ_m \tan θ_m
    d_{θ_m}=\frac{v^2}{g}\cotθ_m
  • Aplikasi Persamaan Diferensial Orde I pada Model Pertumbuhan Eksponensial

    Aplikasi Persamaan Diferensial Orde I pada Model Pertumbuhan Eksponensial

    AhmadDahlan.NET – Kasus perubahan / pertumbuhan eksponensial adalah sebuah model yang digunakan untuk memprediksi jumlah dari sebuah populasi yang bertambah seiring dengan jumlah waktu. Solusinya dalam bentuk persamaan diferensial yang menunjukkan perubahan nilai dari sesuatu variable terhadpa rentang variable tertentu.

    Misalkan sepasang kelinci akan menghasilkan keturunan sepeasang setiap 1 bulan, maka pada bulan berikutnya sepasang kelinci awal akan mengasilkan satu pasang lagi. Dalam sepuluh bulan sepasang kelinci awal ini adakan menghasilkan 10 pasang kelinci, namun kelinci yang dilahirkan pada bulan pertama juga akan menghasilkan keturunanan sepasang pada bulan berikutnya, demikian setereusnya sehingga pertumbuhan kelinci ini tidaklah linier melainkan eksponensial.

    Jumlah kelinci dalam kasusu ini dapat diprediksi dengan pemodelan pertumbuhan eksponensial. Misalkan Jumlah populasi bertambah sebesar Δy dipengaruhi jumlah awal y, faktor pertambahan k, dan rentang waktu tertentu Δt.

    \frac{dy}{dt}= \lim\limits_{Δx\rightarrow 0}\frac{Δy}{Δt}=ky = kdt

    Bentuk persamaan umumnya adalah :

    \frac{dy}{dt} = yk

    Solusi umum dari persamaan ini adalah :

    \int\frac{dy}{y} = \int kdt
    \ln y |^y_{y_0}= kt + C
    y=y_0e^{kt}

    jika unsur k > 0 maka populasi ini akan bertambah seiring dengan waktu dan jika k < 0 maka nila y akan berkurang seiring waktu. yo adalah unsur yang menentukan besar populasi awal yang ada, jika tidak ada populasi maka tidak akan ada perubahan jumlah populasi.

    Contoh Grafik Eksponensial Laju pertumbuhan Suatu Nilai
    Contoh Grafik Pengurangan Eksponensial

    Pemodelan Kasus Fisika dengan PDB Orde I

    A. Peluruhan Zat Radioaktif

    Zat radiokaktif adalah zat yang tidak stabil dan jumlah akan selalu berkurang setengah dari jumlah awal dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu ini disebut waktu paruh dan setiap zat radioaktif memiliki waktu paruh yang berbeda-beda.

    Jumlah peluruhan zat radioaktif ini akan sebanding dengan Jumlah zat awal dair radioaktif ini, dengan demikian pemodelan matematis untuk jumlah zatnya dapat dihitung dengan persamaan :

    \frac{dN}{dt}=-λN

    dimana :

    N : Jumlah zat (gram atau mol)
    λ : kontanta waktu paruh (gram/s atau mol/s)
    t : rentang waktu (s)

    solusinya adalah :

    \int \frac{dN}{N}=-\int λdt
    N = N_0e^{-λt}

    B. Hukum Pendinginan Newton

    Sebuah benda dengan suhu tinggi, diletakkan pada suatu ruangan yang suhu nya lebih rendah akan mengalami penurunan suhu sesuai dengan hukum Termodinamika. Jika suhu tersebut berkurang dengan spesifik dengan perbandingan suhu awalnya maka penurunan suhu ini dapat dihitung dengan Hukum Pendinginan Newton :

    \frac{dT}{dt}=k(T-T_1)

    Dimanan dT/dt menunjukkan perubahan suhu sebagai fungsi dari waktu. k adalah spesifikasi penurunan suhu. Jika k bernilai positif (+k) maka suhu benda mengalami peningkatan dan jika benilai negatif (-k) maka terjadi penurunan suhu.

    Hukum Pendidinginan Newton ini berlaku pada ruangan yang memiliki sifat reservoir panas yang sangat besar sehingga suhu ruangan tidak bertambah. Dengan demikian T1 bernilai konstan.

    Solusi persamaan ini adalah :

    \int \frac{dT}{T-T_1}=k\int dt
    \ln|T-T_1|=kt+C
    T-T_1=e^{kt+C}
    T=T_1+C_1e^{kt}

    besar nilai C1 bisa diketahui dengan asumsi pendinginan terjadi t=0, sehingga ek0 = 1 persamaan jadi

    C1 = T – T1

  • Solusi Persamaan Diferensial dalam Ilmu Sains

    Solusi Persamaan Diferensial dalam Ilmu Sains

    Ahmaddahlan.NET – Persaman Diferensial Biasa adalah sebuah persamaan yang berisi fungsi yang tidak diketahui secara eksplisit dan turunannnya. Bentuknya seperti pada Sistem Gerak pada Pegas yang ditulis dalam bentuk PDB :

    m\frac{d^2x}{dt^2}+D\frac{dx}{dt}+kx=F

    dimana m adalah massa beban gantung, D adalah koefisien redaman dan k adalah konstanta elastisitas pegas. Karena x adalah fungsi dari t maka persamaan ini dapat disederhanakan dalam bentuk :

    mx"+Dx'+kx = F

    Persaman ini berisi besaran x yang tidak diketahui rumus eksplisit, x’ adalah turunan pertama dan x” adalah turunan kedua. Karena memiliki Orde tertinggi turunan kedua, Persamaan ini disebut Persamaan Diferensial Biasa Orde II atau PDB Orde II.

    Arti dari diferensial itu sendiri dalah perubahan sebuah varibale terhadap besaran lain. Misalkan kita umpakan pegas yang berada pada posisi x kemudian bergerak, maka posisi x akan berubah sesuai dengan perubahan dari t, dalam hal ini nilai x adalah fungsi dari t dan ditulis dengan notasi x(t).

    A. Kelompok Persamaan Diferensial

    Persaman diferensial terbagi ke dalam dua jenis yakni suatu fungsi yang nilainya hanya berubah terhadap satu besaran yang disebut sebagai persamaan diferensial biasa atau PDB (Ordinary Differential Equation – ODE). Persaman kedua adalah persamaan diferensial parsial yang nilai dari besaran berubah terhadap dua variable atau lebih.

    1. Persamaan Diferensial Biasa

    Persamaan difefernsial biasa hanya memiliki satu variabel perubah. Misalkan nilai y terhadap x. Contoh persamaannya adalah :

    (i).\frac{dx}{dt}=x+t
    (ii).y'=x^2+t^2
    (iii). my"+cy'=-ky

    Misalkan sebuah fungsi f disebut sebagai besaran yang nilainya tidak diketuhui dari x :

    y = f(x)

    solusi dari persamaan ini adalah

    f'(x)=xf(x)

    dimana x adalah rentang tertentu dari sebuah perubahan. Hasil dari turunan ini selanjutnay di tulis dengan notasi

    y’=f(x)

    Sebagai contoh kita mengetahui bahwa solusi dari persamaan umum

    y’=Axn

    adalah :

    y=\frac{1}{n+1}x^{n+1} + C

    dengan C adalah konstanta sembarang.

    Model Pertumbuhan Populasi

    Model pertumbuhan suatu populasi berdasarkan asumsi bahwa besar laju pertumbuhan populasi bergantung dari besar populasinya. Milsanya Populasi Bakteri (N) akan berkembang menjadi 2N dalam waktu 1 detik, jika populasi awalnya adalah 6N maka satu detik berikutnya akan menjadi 12N. Nilai ini selanjutnya disebut faktor yang bisa saja nilainya tetap (konstanta) dan biasa saja nilai juga ikut berubah.

    Misalkan sebuah populasi bakteri N yang membelah diri dalam rentang waktu t sebanyak k. Populasi bakteri dalam rentang waktu tertentu jadi bisa diperhitungkan dengan persamaan diferensial biasa:

    \frac{dN}{dt}=kN

    Jumlah dari bakteri ini tidak lain

    \int{\frac{dN}{N}}=k\int{dt}

    solusinya adalah

    \ln N = kt + c

    Jumlah bakterinya dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    N = e^{kt+c}

    2. Persamaan Diferensial Parsial

    Persamaan diferensial parsial adalah sebuah persamaan dimana nilai dari sebuah variable ditentukan oleh dua buah variabel lain. Turunan dari fungsi ijni dilakukan secara parsial dimana salah satu satau dikonstankan terlebih dahulu kemudian setelah variable sisanya.

    Bentuk Persamaan Diferensial Parsial sebagai berikut :

    (i). \frac{δ^2u}{δx^2}+\frac{δ^2u}{δy^2}=6xye^{x+y}

    dalam kasus ini u adalah fungsi dari x dan y, atau uxy. Bentuk lain :

    (ii). \frac{δu}{δt}=3 sin (x+t)+\frac{δ^2u}{δx^2}+(1+x^2)+\frac{δ^2u}{δy^2}

    dalam kasus ini u adalah fungsi dari x,y dan t atau uxyt.

  • Analisis Gerak Pegas dengan PDB Orde II –  Gerak Harmonis dan Teredam

    Analisis Gerak Pegas dengan PDB Orde II – Gerak Harmonis dan Teredam

    Ahmaddahlan.NET – Gerak pada pegas merupakan salah satu gerak yang dapat dianalisis melalui persamaan diferensial biasa orde II (PDB Orde II). Gerak ini mengikuti hukum Newton tentang gerak. Asumsinya ada dua yakni jika terjadi secara harmonis dan tidak harmonis.

    Gerak Harmonis Pegas diterapkan dengan asumsi tidak ada gaya luar yang bekerja pada pegas sehingga ketika egas diberi ganguan / simpangan, pegas akan terus berayun selaman dengan periode tetap. Asumsi ke dua jika ada gaya eksternal yang bekerja pada pegas yang nilainya kecil, maka pegas akan akan berhenti pada satu waktu tersebut. Gerak pegas ini disebut Teredam lembut atau Dumped Oscillation.

    Gambar dari Gaya Gaya yang bekerja pada Pegas Berosilasi

    Pada sebuah pegas yang digantung beban akan terdapat empat kemungkinan gaya masing adalah :

    1. Gaya berat w = mg
    2. Gaya pemulih Fk = -k (y+Δy)
    3. Gaya Peredam pada pegas FD = -Dvy
    4. Gaya Eksternal Fe

    Misalkan pegas diberi ganguan sehingga pegas mulai bergerak maka berlaku hukum Newton II tentang gerak

    ΣF = ma

    Persamaan ini kemudian di subtitusi dengan semua gaya yang bekerja pada pegas sehingga menjadi

    W_b+F_k+F_D+Fe = ma
    mg - ky - kΔy -Dv_y + F_e = ma

    Karena mg = -ky dan vy adalah turunan pertama perubahan posisi terhadap waktu dy/dt maka persamaan ini dapat dituls lebih sederhana.

    -kΔy -D\frac{dy}{dt}+ F_e = m\frac{d^2y}{dt^2}

    Jika Δy adalah besara simpangan maka bisa dianggap sebagai y, dengan demikian Bentuk umum persamaan diferensial biasa Orde II untuk Gerak harmonik pada pegas adalah :

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =F_e

    A. Analisis Matematis Gerak Harmonis Pegas

    Pada gerak pegas yang berosilasi harmonik sederhana ada dua asumsi yang dimasukkan yang tidak ada gaya peredam dan gaya eksternal yang bekerja sehingga persamaan gerak dapat ditulis :

    m\frac{d^2y}{dt^2} +ky =0

    bagi kedua ruas dengan m

    \frac{d^2y}{dt^2} +\frac{k}{m}y =0

    Pada saat pegas berada pada percepatan maksimum nilai k/m = ω2, sehingga

    \frac{d^2}{dt^2} y+ω^2y =0
    (\frac{d^2}{dt^2} +ω^2)y =0

    Misalkan :

    \frac{d^2}{dt^2} = r^2

    maka bisa disimpulkan

    r^2 + ω^2 = 0

    Persamaan ini r22=0 memiliki akar-akar yang homogen seperti pada Solusi Umum PBD Orde II yakni r1,2 = ±iω0 dengan solusi :

    y_{(t)}=c_1 \cosω_0t+c_2\sinω_0t

    Untuk menentukan nilai konstanra c1 dan c2, kita lakukan sedikit trik dengan mengalikan ke dua ruas dengan :

    \frac{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}=1

    Sehingga persamaan dapat ditulis dengan :

    y_{(t)}=\sqrt{c_1^2+c_2^2}(\frac{c_1}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}} \cosω_0t+\frac{c_2}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}\sinω_0t)

    Misalkan R2=C12+C22, diambil dari sebuah segitiga siku-siku, maka

    \cosθ=\frac{c_1}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}} 

    dan

    \sin θ= \frac{c_2}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}

    Sehingga solusi y(t) dapat ditulis :

    y_{(t)}=R (\sinθ\cos ω_0t+\cosθ\sin ω_0t)

    Bisa disederhanakan dengan indetintas Trigonometri yakni

    y_{(t)}=R \cos (ω_0t±θ)

    Dimana
    y(t)= simpangan gelombang
    R = Amplitudo
    θ = bilangan gelombang
    ω0 = frekuensi sudut dimana ω02=k/m

    Contoh Gerak dan Grafik Sinosoidal ada Pegas

    B. Analisis Matematis Gerak Pegas Teredam Lembut

    Pada kasus dunia nyata misalnya sebauh pegas yang dipasang pada sebuah motor. Pegas akan mendapatkan gaya peredam dari pegas agar getaran berhenti.

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =F_e

    Pada kasus Pegas teredam Lembut maka Fe adalah nol, sehingga peredam hanya berasal dari gaya peredam pegas.

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =0

    Kita gunakan pemisalan r = d/dt, sehingga persamaan ini dapat ditulis

    (m.r^2+D.r+k)y=0

    dengan demikian :

    m.r^2+D.r+k=0

    Pada kasus terdeam lembut Diskiriman berlaku D2 – 4mk < 0 sehingga akar-akar dapat dinyatakan dalam bilangan real dengan bentuk :

    r_{1,2}=\frac{-b±i\sqrt{4mk-D^2}}{2m}=\frac{-b}{2m}±\frac{i\sqrt{4mk-D^2}}{2m}

    suku pertama adalah α dan β. Bentuk solusi dari dari persamaan ini adalah :

    y_{(t)}=c_1e^{α +iβt}+c_2e^{α -iβt}

    masukkan nilai α dan β, sehingga solusinya gerak terdemannya menjadi

    y_{(t)}=Re^{\frac{-d}{2m}t}\cosβt-θ

    Dimana R adalah Simpangan maksimum awal atau y0

    Bentuk Getarannya seperti berikut :

    Grafik getaran pada pegas teredam
  • Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Ahmaddahlan.NET – Persamaan diferensial orde n melibatkan sebuah variable yang bergantung pada nilai variable lain dengan orde turunan ke-n. Misalkan sebuah persamaan x yang berubah terhadap y. Persamaan ini memiliki dua bentuk yang PDB Orde II Homogen dan Tak Homogen.

    y"+P_{(x)}y'+Q_{(x)}y=R_{(x)}

    Bentuk Umum PDB Orde II Homogen

    Jika sebuah persamaan memiliki nilai R(x)=0, maka Persamaan ini masuk dalam kategori Persamaan Homogen dengan bentuk :

    y” + ay’ + by = 0

    atau :

    (D2+aD1+b)y = 0

    dimana a dan y ≠ 0, misalkan Dy = ry dimana solusi sederhana dari ry = Aerx, maka:

    D2y = D(Dy) = D(ry) = r (Dy) = r(ry) = r2y

    sehingga persamaan (D2+aD1+b)y = 0 bisa ditulis (r2 + ar + b) y = 0, dengan demikian

    r2 + ar1 + b = 0

    Fungsi r2 + ar + b ini adalah fungsi polinom dengan karakteristik diskriminan

    ∆ = a2 + 4b

    Nilai diskriminan ini terdapat 3 kemungkinan yakni ∆ > 0, ∆ = 0, dan ∆ < 0.

    a. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ > 0

    Pada persamaan r2 + ar1 + b = 0 dengan r1 ≠ r2 dimana ∆ > 0 berasal dari nilai a > 0 dan a2 > 4b, maka solusi adalah

    u1 = er1x dan u2 = er2x

    Dengan demikian solusi umumnya sebagai berikut

    y = c1er1x + c2er2x

    b. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ = 0

    Untuk nilai diskriminan ∆ = 0, maka nilai a2 = 4b sehingga :

     r^2 + ar^1 + b = r^2+ar^1+\frac{a^2}{4}=0
    (r+\frac{a}{2})^2 = 0

    suku diatas memiliki akar-akar persamaan :

    r=-\frac{a}{2} (akar ganda)

    Nilau suku ux terbagi dalam dua kemungkinan yakni :

    ux = λux = erx

    sedangkan ux λux, misalkan :

    v(x) = xu(x) = xerx

    maka turunan v terhadap x adalah turunan parsial Dv = u.dv + v.du

    Dv=erx +rxerx=(1+rx)erx

    D2v = D erx(1+rx) = rerx(1+rx) + rerx

    (r2x+2r ) erx

    Subtitusikan ke persamaan (D2 + aD + b ) v, hasilnya

    ((r2x+2r ) erx) + a (1 + rx) erx+ b ) xerx

    Satukan suku-suku yang sama

    (r2x + ar + b) x + (a + 2r) erx = 0

    maka

    (r2x + ar + b) x = 0 dan (a + 2r) erx = 0

    Jadi v(x) = xerx adalah solusi dari u(x) dan v(x) bebas dan linier, solusi umumnya adalah :

    y = c1erx + c2xerx

    c. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ < 0

    Untuk ∆ = a2 – 4b < 0, maka akar-akar persamaan akan menghasilkan bilangan kompleks yang saling konjugat :

    r_{1,2}=\frac{-a ± \sqrt{a^2-4b}}{2}

    karena nilai a2 – 4b < 0 maka akar-karnya irsaional sehingga

    r_{1,2}=\frac{-a}{2}+i \frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    dimana i2 = -1

    masalkan :

    α = \frac{-a}{2}

    dan

    β =\frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    nilai dari r1 = α + iβ dan r2 = α – iβ. akar-akar persamaan adalah :

    \overline{y}_1=e^{r_1x}=e^{α+iβ}=e^{αx}(\cosβ+i \sin β)

    dan

    \overline{y}_2=e^{r_2x}=e^{α-iβ}=e^{αx}(cosβ-i \sin β)

    Persamaan tersebut bisa disederhanakan dengan menggunakan identitas Trigonometri

    y_1(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 + \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\cosβ

    dan

    y_2(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 - \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\sinβ

    sehingga solusi umunya adalah :

    y(x)=c1y1(x)+c2y2(x) = eax(cos β + sin β)

    Kesimpulan

    1. Untuk r1 ≠ r2 maka y1 = er1x dan y2 = er2x dengan bentuk solusi umum :

    y = c1er1x + c2er2x

    2. Untuk r1 = r2 maka y1 = erx dan y2 = xerx dengan bentuk solusi umum :

    y = c1erx + c2xerx

    3.Untuk r1 = u + wi dan r2 = u – wi atau disebut akar kompleks konjugat maka y1 = eux cos wx dan y2 = eux sin wx solusinya adalah :

    y = eux ( c1 cos wx + c2 sin wx)

  • Belajar Matlab – Solusi Persamaan Diferensial Biasa Numerik dengan Metode Heun

    Belajar Matlab – Solusi Persamaan Diferensial Biasa Numerik dengan Metode Heun

    AhmadDahlan.NET – Metode Heun adalah analisi Numerik yang digunakan menghitung luas sebuah daerah yang dibatasi oleh sebuah garis dari fungsi y dengan menggunakan pendekatan Perkiraan Gradian dari Garis yang ada. Metode ini adalah modifikasi Analisi Numerik PDB dengan metode Euler.

    Pada Metode Euler, Perhitungan dibatasi dengan penggunaan garis tangen dari potongan-potongan garis yang dibentuk olhe sebuah fungsi. Asumsinya semakin kecil inteval yang dibentuk maka semakin kecul pula kesalahan yang dihasilkan.

    Hanya saja Prediksi dari Euler masih terdapat kekurangan, misalnya pada garis lengkung ke bawah (cekung) persaman garis tebakan akan berada di daerah atas, begitu pula sebaliknya seperti ilutrasi berikut :

    Kelemahan Metode Euler dalam Peyelesaian Solusi PDB Orde I

    Pada Metode Heun Dilakukan Pendekatan yang lebih presisi dalam mengikuti kelengkungan dari Fungsi S yakni menebak gradien antara gardien yang lewat di atas curva dan di bawah curva seperti gambar di bawah ini

    Prediksi Gradian Tangensial di Metode Heun

    Langkah Penyelesaian Metode Heun Sebagai Berikut :

    1. Tentukan nilai fungsi menggunakan nilai awal x0 dan y0 :

    y' = f(x_1,y_1)

    2. Tentukan nilai y1+i. Persamaan ini disebut sebagai persamaan Prediktor

    y_{1+i}=y_i+y'h

    3. Tentukan nilai y1+i

    y_{1+i}' =

    4. Tentukan nilai rata-rata y

    \overline{y}= \frac{y_1+y_{1+i}'}{2} 

    5. Tentukan nilai Hampiran akhir

    y_{1+i}=y_i+\overline{y}*h

    Persamaan ini disebut sebagai persaman Corrector.

    A. Studi Kasus

    Misalkan sebuah Persamaan Diferensial Biasa orde I

    y' =4e^{0.8x}-5y 

    dengan batas bawah x = 0 dan batas x = 4 dengan langkah h = 1 dan kondisi awal y(0) = 2. Tentukan solusi numerik dari PDB Orde I tersebut dengan metode Heun!

    Solusi Metode analitik dari Persaman di atas adalah :

    y_{(x)} =\frac{4}{1,3}(e^{0,8x}-e^{-0,5x})+2e^{-0,5x}

    Solusi Numerik dengan Metode Heun

    1. Tentukan fungsi pada x = 0 dan x = 2

    y'= 4e^0-0,5(2) = 3

    2. Menentukan estimasi y pad x = 1 dengan dengan persamaan prediktor

    y_1=2+3(1) = 5

    3. Memperbaiki Nilai Estimasi y1+i digunakan y1 untuk memprediksi slope pada akhir interval

    y_1'=4e^{0.8(1)}-0,5(5)=6.402164

    4. Menggabungkan Slope awal dan slope akhir untuk menghasilkan slope rata-rata dari interval x=0 sampai x=1

    \overline{y}=\frac{3+6.402164}{2}=4.701082

    5. Solusi (4) disubstitusi ke persamaan korektor untuk memberikan nilai prediksi pada x=1

    y_1 = 2+ 4.701082(1) = 6.701082

    6. Substitusi balik hasil (5) ke persamaan ruas kanan korektor untuk memperbaiki prediksi y1

    y_1=2+\frac{3+4e^{0,8(1)}-0,5(6,701082)}{2}(1)=6.275811

    7. Lakukan langkah (6) sebanyak iterasi yang dinginkan

    y_1=2+\frac{3+4e^{0,8(1)}-0,5(6.275811)}{2}(1)=6.382129

    B. Script Matlab

    y0=2;
    h=1;
    mx(1)=0;
    my(1)=2;
    %solusi Numerik
    for ii=1:4
      f1=(4*exp(0.8*x))-(0.5*y0);
      y=y0+(f1*h)
      x=x+1
      f2=(4*exp(0.8*x))-(0,5*y);
      m=(f1+f2)/2;
      y=y0+m;
        for jj=1:16;
        y1=y;
        y=y0+((f1+(4*exp(0.8*x))-(0,5*y1))*h/2);
        y1=y;
        end
      mx(ii+1)=ii;
      my(ii+1)=y;
      y0=y
    end
    %solusi Analitik
    y_analitik = ((4/1.3*(exp(0,8*mx)-exp(-0,5*mx)))+2*exp(-0.5*mx);
    plot(mx,my,'r',mx,y_analitik,'b'b);

  • Belajar Matlab – Diferensial Numerik dengan Metode Euler

    Belajar Matlab – Diferensial Numerik dengan Metode Euler

    Ahmaddahlan.NET – Metode Euler adalah solusi numerik untuk persamaan Diferensial biasa orde I. Persamaan dari Deret Taylor adalah :

    y(t_i+1)=y(t_i)+(t_{i+1}-t_i)y'(t_i)+\frac{(t_{i+1}-t_i)^2}{2}y"(ξ_i)

    jika :

    h = (t_{i+1}-t_i)

    maka persamaan di atas dapat ditulis :

    y(t_i+1)=y(t_i)+hy'(t_i)+\frac{h^2}{2}y"(ξ_i)

    Asumsi yang diterapkan pada Metode Eular adalah suku terakhir adalah turunan ke dua yang dapat diabaikan sehingga :

    y_{i+1}=y_i+y'h

    dimana y’ = f(xi,yi)

    Nilai turunan dari y dengan metode Eular didapatkan dari mengekstrapolasi garis linier diinterval h, sehingga semakin banyak interval nilai h maka semakin besar error yang didapatkan.

    A. Studi Kasus

    Misalkan sebuah persamaaan diferensial orde I seperti berikut :

    \frac{dy}{dx}=-2x^3+12x^2-20x +8,5

    dimana x = 0 sampai x = 4 dengan lebar langkah 0.5 dengan syarat awal y(0) = 1.

    Langkah 1. Hitung terlebih dahulu solusi analitik dari persamaan tersebut !

    Langkah 2. Tentukan f(x) = -2x3+12x3-20x+8.5, kemudian subtitusi nilai x ke dalam persamaan tersebut!

    Langkah 3. Hitung nilai y menggunakan persamaan : yi+1=yi+y’h

    y

    xy’y
    08,51
    0,5
    1
    4

    Langkah 5. Buat Algoritma dengan Metode tersebut di Matlab.

    Contoh Algortima dan Scriptnya di Matlab!

    clear all
    clc
    format long
    
    b = 4; % batas atas
    a = 0; % batas bawah
    h = 0.5; % semakin nilai semakin detail hasil yang ditunjukkan
    N = (b-a)/h;
    y0 = 1; % nilai y awal
    x0 = 0; % nilai x awal
    
    % inisialisasi array x dan y
    x = zeros(1, N+1);
    y = zeros(1, N+1);
    w = zeros(1, N+1);
    
    %perubahan t per step
    for i = 1:N+1
        x(i) = a + (i-1)*h;
    end
    
    %solusi y menggunakan metode Euler
    y(1) = y0;
    for i = 2:N+1
        y(i) = y(i-1) + h*(-2*x(i-1)^3 + 12*x(i-1)^2 - 20*x(i-1) + 8.5);
    end
    
    %solusi analitik
    for i = 1:N+1
        w(i) = -0.5*x(i)^4 + 4*x(i)^3 - 10*x(i)^2 + 8.5*x(i) + 1;
    end
    
    % Plot hasil
    plot(x, y, 'b', x, w, 'r');
    xlabel('x');
    ylabel('y');
    legend('Numerik', 'Analitik');
    title('Perbandingan Solusi Numerik dan Analitik');
    

    Silahkan Run Script tersebut, disana akan terlihat perbedaan solusi antara Metode Euler dan Metode Analitik.

    Tugas Latihan !

    Gambarlah Grafik antara hasil Analitik dan Metode Euler untuk persamaan diberensial biasa berikut :

    f(x,y)=\frac{y}{2x+1}

  • Belajar Matlab – Solusi Integral Metode Simpson

    Belajar Matlab – Solusi Integral Metode Simpson

    AhmadDahlan.NET – Metode Simpson adalah metode integral numerik yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh persamaan garis f(x). Pendekatan yang dilakukan lebih detail dari Pendekatan Trapezoid dimana Daerah di bagi ke dalam dua bangun trapesium.

    Solusi Integral Metode Simpson

    Metode Indtegral dengan Pendekatan Simpson

    Gambar pada sisi kiri menunjukkan metode integral analitik untuk menghitung luas wilayah yang dibatasi oleh garis f(x) yang mulai dari a sampai b. Pada gambar pada sisi kanan adalah metode Simpson yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang diarsis menggunakan metode numerik Simpson.

    Metode ini Simpson sama dengan metode Trapezoida namun luas wilayah di bagi ke dalam dua trapseium sehingga hasil perhitungan jauh lebih teliti dibandingkan dengan metode Simpson. Lebar trapesium di bagi menjadi dua bagian dengan lebar h.

    Metode Simpson dibagi ke dalam dua kelompok yakni :

    1. Metode simpson 1/3
    2. Metode simson 3/8

    A. Metode simpson 1/3

    Metode ini mengaproksimasi integral dengan menggunakan polinomial kuadrat. Rumus integral Simpson 1/3 untuk fungsi f(x) pada interval [a,b] adalah sebagai berikut:

    \int^b_a f(x).dx≈\frac{b-a}{6}\left[f(a)+4f\left(\frac{a+b}{2}\right)+f(b)\right]

    Untuk membagi ke lebih banyak sub-interval dapat digunakan:

    \int^b_a f(x).dx≈\frac{h}{3}\left[f(x_0)+4\Sigma^{n-1}_{i=1,3,5, ...}f(x_i)+2\Sigma^{n-2}_{i=2,4,6, ...}f(x_i)+f(x_n)\right]

    Di mana:

    • n adalah jumlah sub-interval (harus genap),
    • h=(b−a)/n
    • xi=a+ih

    Contoh Implementasi dengan Matlab

    function integral = simpson_1_3(f, a, b, n)
        if mod(n, 2) == 1
            error('n harus genap');
        end
        
        h = (b - a) / n;
        x = a:h:b;
        fx = arrayfun(f, x);
        
        result = fx(1) + fx(end);
        result = result + 4 * sum(fx(2:2:n));
        result = result + 2 * sum(fx(3:2:n-1));
        
        integral = result * h / 3;
    end
    
    % Contoh penggunaan
    f = @(x) sin(x);
    a = 0;
    b = pi;
    n = 100;  % harus genap
    
    integral = simpson_1_3(f, a, b, n);
    fprintf('Nilai integralnya adalah: %.6f\n', integral);

    B. Metode Simpson 3/8

    Metode ini mengaproksimasi integral dengan menggunakan polinomial kubik. Rumus integral Simpson 3/8 untuk fungsi f(x) pada interval [a,b] adalah sebagai berikut:

    \int^b_af(x).dx≈\frac{3h}{8}\left[ f(a)+3f(a)\left(a+\frac{h}{3}\right) +3f(a)\left(a+\frac{2h}{3}\right)+f(b)\right]

    Untuk lebih banyak sub-interval, rumus umum Simpson 3/8 adalah:

    \int^b_af(x).dx≈\frac{3h}{8}\left[ f(x_0)+3\Sigma^{n-1}_{i=1,2,4,5 ...}f(x_i)+2\Sigma^{n-3}_{i=3,6,9, ...}f(x_i)+f(x_n)\right]

    dimana n kelipatan bilangan 3.

    Contoh Implementasi dengan Matlab

    function integral = simpson_3_8(f, a, b, n)
        if mod(n, 3) ~= 0
            error('n harus kelipatan 3');
        end
        
        h = (b - a) / n;
        x = a:h:b;
        fx = arrayfun(f, x);
        
        result = fx(1) + fx(end);
        result = result + 3 * sum(fx(2:3:n));
        result = result + 3 * sum(fx(3:3:n));
        result = result + 2 * sum(fx(4:3:n-3));
        
        integral = result * 3 * h / 8;
    end
    
    % Contoh penggunaan
    f = @(x) sin(x);
    a = 0;
    b = pi;
    n = 99;  % harus kelipatan 3
    
    integral = simpson_3_8(f, a, b, n);
    fprintf('Nilai integralnya adalah: %.6f\n', integral);
    

    E. Tugas

    Buatlah sebuah solusi integral numerik metode trapzoida untuk fungsi berikut

    ∫_𝑎^𝑏(3𝑥3−5)𝑑𝑥

    dan

    ∫^b_a(cos⁡𝑥+2)𝑑𝑥

    keterangan

    1. ganti nilai b dengan tanggal lahir anda masing-masing dan nilai a dengan bulan lahir.
    2. Kerjakan masing-masing soal dengan metode 1/3 dan 3/8.
  • Belajar Matlab -Penyelesaian Integral dengan Metode Trapezoida

    Belajar Matlab -Penyelesaian Integral dengan Metode Trapezoida

    AhmadDahlan.NET – Penyelesaian Integral dengan Metode Trapezoida dilakukan dengan persamaan berikut :

    \int^b_af(x)dx=\frac{h}{2}[f(x_0)+f(x_1)]-\frac{h^3}{12}f''(ξ)

    dimana x0=a dan x1=b dan h = b – a. Pada umumnya turunan suku ke-2 f”, biasanya dapat diabaikan sehingga persamaan ini dapat disederhanakan menjadi :

    \int^b_af(x)dx=\frac{h}{2}[f(x_0)+f(x_1)]

    Pendekatan Trapezoida hanya bisa digunakan untuk persamaan yang turunan keduannya nol. Grafik dari pendekatan Trapezoida seperti berikut ini :

    Solusi persamaan integral dengan pendekatan Pendekatan Trapezoida

    Grafik pada bagian kiri adalah grafik yang menunjukkan persamaan f(x). Metode Trapezodia digunakan untuk menghitung luas daerah yang menyerupai bentuk trapesium di bawah garid f(x) dengan batas dari a sampai b.

    Perhatikan daerah antara garis f(x) dengan garis lurus antara f(x1) dan f(x0). Metode trapezodia tidak mempu menghitung luad daerah tersebut sehingga jika nilainya terlalu besar, Metode ini tidak menunjukkan hasil yang teliti.

    A. Studi Kasus Solusi Integral

    Misalkan ada sebuah persamaan f(x) = x2 dengan batas atas b = 6 dan a = 2. Bandingkan hasil keduanya dengan metode Trapezodia dengan Metode Analitik!

    a. Metode Trapezodia

    Nilai h = b – a = 6 – 2 = 4

    f(a) = a2 = 4
    f(b) = b2 = 36

    Integral Metode Trapezodia

    \int^6_2x^2dx=\frac{4}{2}[36+4]=80

    b. Metode Analitik

    \int^6_2x^2dx= \frac{1}{3}x^3|^6_2 = \frac{1}{3}(216-8) = 69,33

    Latihan

    Bandinkan hasil Metode Trapezodia dengan Metode Analitik untuk f(x) = x1 dan f(x) = x3!

    B. Membuat Script Metode Trapezodia

    Membuat script di Matlab

    clear all 
    clc
    
    a = ...
    b = ...
    
    x0=a;
    x1=b;
    h = b-a;
    
    Int_trapez = (h/2)*(f(x0)+f(x1))
    

    Fungsi external

    function y = f(x)
    y = ... 

    Tugas !

    Tuliskan script Metode Trapezodia dengan Matlab untuk menyelesaikan persamaan :

    f(x)=\sqrt{1-x}

    Bandingkan hasilnya dengan metode analitik, jika batas awal a = 1 dan batas akhir b = 3!

  • Belajar Matlab – Penyelesaian Turunan dengan Perintah syms

    Belajar Matlab – Penyelesaian Turunan dengan Perintah syms

    AhmadDahlan.NET – Misalkan ada sebuah fungsi x dengan bentuk y = axn. jika a dan n adalah sebuah konstanta maka turunan y terhadap x didapatkan sebagai berikut :

    \frac{dy}{dx} =n(a)x^{n-1}

    Contoh : Sebuah persamaan posisi sebuah partikel yt = 3t2-5t, tentukan persamaan kecepatan dari partikel tersebut!

    v_t = y' = \frac{dy}{dt}= 2(3)t^{2-1}-1(5)t^{1-1}
    v_t=6t-5

    Persamaan ini dapat diselesaikan dengan dengan fungsi Matlab.

    • Turunan di Matlab dapat dilakukan dengan perintah syms. jadi misalkan persamaan yt = 3t2-5t ingin diturunkan terhadap variabel t maka perintah syms t.
    • Perintah diff yang digunakan untuk turunan fungsi yang bersifat numerik.

    contoh perintahnya di Matlab dapat dilakukan dengan script

    syms x
    
    yt=3*t^2-5*t
    vt = diff(yt);

    Contoh Latihan di Matlab

    Sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi y = 5t3 – 2t2 + 7. Tentukan

    1. persamaan kecepatan partikel !
    2. kecepatan benda pada saat t = 5