Pembangkit listrik tenaga air atau PLTA merupakan salah satu jenis sumber energi hijau yang secara langsung tidak menghasilkan karbon sebagai zat sisa. Hal ini membuat PLTA masuk dalam kategori Blue Energi. Namun meskipun demikian masih terdapat Kelemahan PLTA yang harus dipertimbangkan.
Daftar Isi
Kelemahan PLTA
Ditinjau dari konsep pembangunan dan beberapa aspek sosial, PLTA masih memiliki beberapa kelemahan dan dampak negatif. Misalnya
1. Merusak Ekosistem Alami
Pembangunan PLTA biasa dilakukan pada daerah dengan aliran air yang mengalir sepanjang tahun namun debit air terbilang kecil. Untuk membuat Debit air ini besar, dilakukan rekayasa aliran air seperti membuat bendungan besar.
Pembuatan bendungan ini membuat daerah sekitar aliran sungai akan berubah secara drastis. Awalnya ekosistem aliran sungai kecil mungkin saja terdiri dari sejumlah jenis ekosistem alami seperti sungai arus lemah, Ekosistem Rawa, Ekosistem Hutan, Ekosistem Semak, Ekosistem Padang Rumput dan sejenisnya. Namun dengan pembangunan PLTA membuat Ekosistem yang ada berubah menjadi satu ekosistem buatan.
Tidak jarang masalah ini membuat perubahan struktur spesies terumata hewan air. Misalnya keaneragaman hayati menjadi berkurang terumata spesies ikan. Ekosistem waduk biasanya diisi oleh ikan-ikan berjenis Invasif seperti Ikan Nila dan Ikan Sapu-sapu.
2. Bergantung Musim
Sebagian besar sumber air PLTA berasal dari cadangan air yang ditampung dari atas gunung. Volume cadangan air ini berkurang siring dengan durasi musim kemarau. Beberapa waduk buatan biasanya akan kehabisan debit air di penghujung musim kemarau terutama daerah yang hulu sungainya sudah banyak dimukimi.
Hal ini berdampak pada penurunan debit air pada bendungan dan membuat suplay energi kinentik pada turbin berkurang. Dampak selanjutnya akan berakibat pada berkurangnya pasokan energi listrik. Tahun 2023 saja banyak laporan pemadangan bergilir karena musim kemarau yang berkepanjangan.
3. Transmisi yang Tidak Efisien
Lokasi pembangunan PLTA pada umumnya dibangun di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Hal ini mendukung besarnya energi potensial air yang akan dikonversi menjadi energi kinetik melalui debit air.
Masalahnya ada pada jumlah pengguna terbesar energi listrik mayoritas di perkotaan. Hal ini membuat sistem transmisi energi listrik akan dialirkan melalaui kabel-kabel besi yang panjangnya bisa mencapai belasa hingga puluhan KM dari sumber.
Semakin panjang kawat logam yang dilalui listrik semakin banyak energi yang terbuang dan terkorversi menjadi energi panas. Besar energi yang hilang ini dipengaruhi oleh besar hambat jenis logam yang digunakan. Besar hambatan kawat besi ini dapat dhitung dengan persamaan
R=\frac{ρ l}{A}
Dimana
R : Hambatan / Resistensi (Ω)
ρ : Hambatan Jenis Kawat (Ωm)
l : Panjang kawat
A : Luas Penampang Kawat
Nilai hambatan jenis kawat sendiri bergantung jenisnya.
Jenis Logam | Hambatan Jenis Kawat (suhu 20oC) dalam Ωm. |
Besi | 9,71 x 10-8 |
Tembaga | 1,72 x 10-5 |
Perak | 1,59 x 10-8 |
Jauhnya jarak transimisi ini juga membuat tegangan dari aliran listrik pada pengguna semakin lemah. Dalam upaya menangani masalah ini maka dibutuhkan Transformator Step UP agar tegangan yang dihasilkan sesaui dengan kebutuhan alat elektronik.
4. Pengamanan Jalur Transmisi
Aliran listrik yang dialirkan PLTA dari Desa ke Kota menempuh jarak belasan hingga ribuan kilometer. Hal ini membuat semakin luasnya daerah yang perlu diamankan oleh penyelengara Listrik dalam hal ini PLN.
Salah satu dampak negatif adalah Sengatan listrik. Hal ini disebabkan dari jaringan transmisi Tegangan Menengah hingga Tinggi menggunakan kabel yang tidak dibungkus oleh isolator. Maka potensi sengatan listrik disekitar area tersebut cukup besar
Aliran listrik tegangan tinggi dapat menghasilkan medan magnet. Besar medang magnet ini sebanding dengan besarnya kuat arus listrik yang mengalir di kabel. Salah satu upaya mengurangi dampak negatif ini adalah membangun jaringan transmisi yang tinggi sehingga jangkauan medan magnet yang mencapi manusia sudah tidak mengganggu lagi.
5. Relokasi Warga dan Besarnya Biaya Pembuatan
Salah satu kelemahan dari PLTA adalah besarnya biaya pembangunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembangunan langsung misalnya kebutuhan konstruksi bendungan, Generator listrik dan biaya transmisi.
Kebutuhan tidak langsungnya adalah relokasi warga di sekitar bendungan baik yang dijadikan lokasi bendungan maupun daerah sekitar bendungan. Hal ini membuat biaya penggantian lahan membengkak. Selian itu isu sosial dari proses relokasi warga juga ini memakan biaya yang tidak kecil.