Ahmad Dahlan. Pada perkembangan ilmu terutama pada bidang kajian filsafat terdapat hal pokok yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi dan Aksiologi. Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos yang bermakna ilmu, uraian atau alasan sehingga secara etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge. Epistemologi merupakan sebuah kajian ilmu yang sangat populer dan menjadi hal yang paling menarik.
Sederhananya, Epistemologi merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan ketuhanan karena kebenaran yang hakiki hanya akan dimiliki oleh tuhan, oleh karena itu hakikat dari kebenaran hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang mustahil untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan.
Daftar Isi
A. Keterkaitan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
Pada kajian ilmu filsafat keberadaan tiga cabang yakni ontology, Epistemologi dan Aksiologi adalah tiga hal yang memiliki peranan-peranan secara terpisah. Hal ini muncul karena ketiga cabang dari sub filsafat ini memiliki aturan dan pola dalam pikiran manusia. Ketika berbicara mengenai Epistemologi berarti seseorang akan berbicara mengenai usaha serta upaya yang dilakukan untuk menggali informasi mengenai suatu fakta dapat terjadi. Hal ini pula yang menjadi pembeda yang sangat jelas terhadap ontologi dan aksiologi
B. Pengertian Epistemologi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji tentang usaha dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran secara hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu fakta sampai pada batas yang tidak dapat dikaji lagi. Batasan dari epistemologi merupakan adalah batasan dari pola pikir manusia, sehingga kebenaran sejati yang tidak dapat dicapai oleh manusia adalah milik tuhan semata. Musa Asy’arie menjelaskan bahwa hakikat dari epistemologi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencari hakikat dari sebuah ilmu.
Usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran dari sekedar trial and error tetapi dilakukan secara sistematis dan disertai dengan metode-metode yang bersesuaian dengan objek dari kajian ilmu. Pada kajian ilmu pendidikan yang bersifat sains dapat disimpulkan bahwa fakat sains harus didapatkan dan dikaji melalui sebuah percobaan pengamatan dalam bentuk sains pula. Pendapat dari beberapa sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara saintis tidak boleh dijadikan rujukan yang berlaku alas kebenaran dalam menjelaskan kejadian alam. Sejarah mencatat bahwa alas agama telah menjadi alat yang digunakan oleh otoritas yang salah mengartikan ayat ilahi dan meletakkan pengartian mutlak pada pemuka agama tanpa didasari fakta sains.
Galilei Galileo adalah salah satu ilmuwan terkemuka di Italia yang menjadi korban. Ia dihukum karena menemukan suatu kebenaran yang bertentangan dengan pandangan gereja mengenai alam semesta. Fakta ini mendukung bahwa kajian dari epistemologi sangat penting untuk menghindari kejadian di Italia sekitar 3 abad silam. Lebih luas mengenai epistemologi, Dagobert D’ Runes, seorang ahli filsafat dari Universitas Vienna menyatakan bahwa Hakikat dari Epistemologi merupakan upaya dalam mekaji sumber dari kebenaran atau ilmu secara structural. Metode yang digunakan dalam mengkaji kebenaran harus menggunakan metode yang valid sehingga hasil yang didapatkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penjelasan ini merupakan upaya untuk menghindari kejadian yang bisa berakibat buruk pada peradaban manusia.
Masalah utama yang dihadapi dari kajian Epistemologi secara menyeluruh pada ilmu sains adalah bagaimana cara mengetahui pengetahuan secara hakiki. Jumlah disiplin ilmu yang sangat banyak dengan pendekatan yang banyak pula membuat kajian mengenai hakikat dari suatu obyek ilmu menjadi sangat susah dan membutuhkan pengabdian yang panjang hanya untuk mencari kebenaran yang jumlahnya setitik.
C. Ruang Lingkup Epistemologi.
Pandangan tentang ruang lingkup dari kajian Epistemologi akan mencakup tentang keseluruhan objek yang ada di muka bumi. Hakikat dari cakupan objek epistemologi sangat luas dan tidak berbatas. Ketika seluruh ilmu dan objek yang ada di di bumi telah dikaji dengan sangat mendalam, manusia masih harus mencari tahu mengenai segala sesuatu yang ada di luar bumi, sebagai contoh bulan dan matahari. Objek ini akan terus berkembangan secara terus menerus sampai akhirnya tidak memiliki ujung jika pandangan dikaitkan dengan temuan Stephen Hawking mengenai alam semesta. Beberapa pandangan ahli mengenai kajian epistemology hanya terbatas pada pada tataran konsepsi dan dari asal-usul sumber ilmu pengetahuan secara konceptual-filofis.
Suparno, guru besar Universitas Sanata Dharma memiliki pandangan bahwa epistemologi membicarakan sebuah proses pembentukan ilmu pengetahuan secara ilmiah, di sisi lain aspek-aspek yang dianggap iiku berpengaruh justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau paling tidak kurang begitu diperhatikan. Kecenderungan memandang Epistemologi dalam batasan mengenai sumber atau metode dari sebuah pengetahuan dapat di kembangkan muncul akibat adanya pembatasan pembahasan mengenai ontology dan aksiologi. Pembatasan ini berfungsi untuk membatasi secara eksplisit perbedaan antara ketiga sub filsafat yang dimaksud namun kurang memperhatikan bahwa keberlakuan dari epistemologi mencakup ontology dan aksiologi.
D. Hakikat Pengetahuan dalam pandangan Epistemologi.
Secara Umum, epistemologi berbicara mengenai kajian Pengetahuan (Knowledge) serta peran dari pengetahuan. Terdapat dua pandangan yang besar mengenai pengetahuan yakni “Pengetahuan tentang bagaimana” dan Akuantisasi Pengetahuan. Sebagai contoh yang sangat sederhana Pengetahuan tentang bagaimana cara mendapatkan sesuatu. Di Dalam matematika telah diketahui secara luas bahwa 2 + 2 = 4, hal ini juga akan berlaku pada penambahan dua buah apel ditambah dengan dua buah apel akan menghasilkan buah apel. Sedangkan pada kenyataan sebuah rujukan semisal waktu dan alamat bukanlah hal yang dapat dijumlahkan begitu saja, dalam hal ini dibutuhkan pengkajian lebih bijak mengenai angka, bahwa tidak semua angka dapat dijumlahkan begitu saja. Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disadari atau telah diketahui secara sadar oleh seseorang.
Garis besar dari pengetahuan dapat berupa deskripsi, konsep, hipotesis atau dugaan, sebuah prosedur yang digunakan untuk mencari tau keberlakuan suatu dugaan atau mencari faktor yang menjadi penyebab terjadinya sesuatu. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai pemahaman mengenai gejala yang diperolehi oleh seorang manusia sebagai buah dari akal pikiran manusia. Pengetahuan digunakan oleh manusia berdasarkan kapasitas berfikir dari orang melakukan berpikir.
Sumber dari pengetahuan dapat berupa cita, rasa dan karsa mengenai sebuah objek. Sebagai contoh sederhana seseorang akan mengetahui mengenai enak atau tidaknya suatu menu makanan dengan mencicipi masakan. Pengetahuan akan semakin luas jika si pencicip menjoba menduga rasa yang ada pada masakan yang dicicipi dan mencoba membuat hal serupa berdasarkan dugaan yang telah dibangun pada saat mencoba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan sebuah proses mengkombinasikan informasi yang didapatkan dan sebuah potensi dalam menindaklanjuti informasi tersebut.
E. Hubungan antara Epistemologi, Metode dan Metodologi.
Pada pembahasan epistemologi sering muncul kata metode yang digunakan dalam mencari kebenaran. Kesalahan mendefinisikan epistemologi hanya terbatas pada cara atau upaya yang dilakukan dalam mencari hakikat kebenaran membuat makan dari kajian filsafat epistemologi tergeser. Peter R. Senn, Guru besar dari Wright College, menekankan bahwa prosedur merupakan sebuah cara untuk mencari tahu secara sistematis dan prosedur sedangkan metodologi merupakan sebuah pengkajian yang mendalam tentang prosedur-prosedur yang ada pada metode tersebut. Kata logos dari metodologi merepresentasikan ilmu yang membahas tentang metoda. Metodologi merupakan sebuah disiplin yang mengkaji metode secara konseptual mengenai permasalahan yang didapatkan pada saat melakasanakan prosedur-prosedur.
Sebagai cabang ilmu yang mempelajari metode, Metodologi merupakan kajian teoritik tentang berbagai metode. Kajian teoritik ini selanjutnya membahas mengenai kelebihan dan kelemahan dalam karya ilmiah. Penemuan metodologi baru dan juga menjadikan kajian dari sistem dalam teknis-teknik penerapan metode dalam mencari ilmu pengetahuan. Kaitan antara metode dalam penelitian pada ilmu methodologi selanjutnya akan membahas tentang dua pendekatan yang paling sering digunakan dalam penelitian. Beberapa peneliti pemula menyusun sebuah paradigma penelitian secara terbatas yakni pendekatan kuantitatif atau kualitatif.
Penjelasan metode salah diartikan dengan jenis data yang muncul sehingga kuantitatif cenderung memunculkan angka sedangkan kualitatif memunculkan data kualitatif, sehingga akhirnya muncul pendekatan penelitian mix metode yang banyak salah diartikan oleh peneliti, dosen-dosen pembimbing dalam penelitian mahasiswa terutama di Indonesia. Terlebih bagi mereka yang tidak mengkaji secara hakiki mengenai bidang yang mereka jelaskan. Perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sangat berbeda dan tidak saling berpotongan didaerah manapun pada kajian kedua pendekatan tersebut.
Paradigma yang seharusnya dibangun dalam penelitian kuantitatif adalah pendekatan positivisme sehingga gejala yang diamati adalah gejala sebab akibat, data yang muncul boleh dianalisis secara statistik, Inferensial maupun statistic deskriptif, ataupun dengan cara deskriptif murni. Ketidakmunculan angka bukanlah sebuah tanda penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan Kualitatif dalam penelitian menggunakan pendekatan naturalisme atau fenomenologis dengan kata lain postpositivism. Pendekatan ini lebih digunakan untuk mengetahui ciri-ciri dari suatu fenomena sebab yang muncul secara menyeluruh dan tidak membatasi pada kemungkinan yang mengeneralkan penyebab yang ada dengan fenomena yang sedang terjadi. Pada proses mendefinisikan sesuatu seseorang harus bergerak dari fakta yang benar dan secara holistik mencakup keseluruhan batasan yang ada. Sangat jelas bahwa keterbatasan dari metode dan metodologi merupakan kajian dari wilayah Epistemologi itu sendiri.
F. Peranan dan Pengaruh Epistemologi.
Peranan Epistemologi sangat besar dalam peradaban dan tingkat pendidikan manusia, karena suatu peradaban dipengaruhi oleh pengetahuan. Kejadian yang terjadi di Italia mengenai nasib dari Galileo Galilei tentunya memberi dampak yang besar bagi peradaban manusia. Penghukuman yang diberlakukan atas dirinya membuat ilmuwan lain akan membatasi diri dari kajian yang mungkin menyinggung masalah agama. Bayaran akan sangat mahal, yakni keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dan dampak panjangnya tidak berjalannya sebuah peradaban.
Usaha Galileo menunjukkan betapa besar peran epistemologi dalam peradaban manusia dibandingkan dengan dogma yang dikeluarkan oleh segelintir orang yang hanya beralaskan sumber yang terbatas. Dengan kata lain, kalam ilahi yang muncul pada kitab-kitab agamais yang ada tidak bisa dijadikan referensi dalam mengambil sebuah tindakan. Perlu sebuah sebuah pembuktian dari kalam tersebut atau dengan bahasa yang lebih agamais, Manusia tidak memiliki kemampuan untuk memahami kalam tersebut secara tepat.
Kalimat tersebut terdengar seperti doktrin yang bertolak belakang dengan kajian Epistemologi namun pada dasarnya manusia memiliki pembenaran bahwa kebenaran Hakiki hanya memiliki Ilahi, meskipun tidak satupun diantara kita pernah melihatnya secara langsung.