AhmadDahlan.NET – Tulisan ini merupakan artikel pengantar untuk mengenal istilah yang berkaitan dengan sistem pengindeksan Jurnal Ilmiah. Semoga Bermanfaat.
Daftar Isi
A. Pengertian Indeks Jurnal
Indeks Jurnal adalah sistematika yang digunakan untuk mendaftar artikel-artikel ilmiah pada sebuah lembaga atau organisasi ilmiah. Setiap lembaga tentu saja memiliki standar-standar mengenai tipikal jurnal yang akan mereka indeks. Semakin ketat dan baik standar pengindeksan dilakukan maka semakin kredibel pula sistem pengindeksan yang dilakukan.
Misalnya saja Standar Pengindeksan DOAJ akan berbeda dengan standar pengindeksan SCOPUS, namun terkadang sebuah standar pengindeksan jurnal juga melekta pada standar pengindesan jurnal lain. Misalnya saja Sinta mengharuskan jurnal yang ingin terindeks oleh Sinta harus terindeks oleh DOAJ. Hal ini bergantung dari Standar yang disusun masing-masing lembaga.
Contoh-Contoh Pengindeks Jurnal sebagai berikut :
- Sinta – sinta.ristekbrin.go.id
- Portal Garuda – garuda.ristekbrin.go.id
- Scopus – scopus.com
- WoS – webofknowledge.com
- Thomson Reteurs- thomsonreuters.com
- OPenACS – openacs.org
- EBSCO – ebscohost.com
- Googel Schoolar – schoolar.google.com
8 Pengindeks jurnal ini hanya sebagian kecil dari lembaga Pengindeks Jurnal yang ada.
B. Sitasi
Sitasi adalah bentuk pengutipan sebagian isi, hasil, kesimpulan dan sejenisnya dari sebuah artikel ilmiah yang dilakukan oleh penulis artikel ilmiah orang lain. Tujuannya bisa sebagai landasan melakukan penelitian, pengambilan perlakukan, penyusunan aspek, pendukung kesimpulan dan lain sebagai.
Pengutipan dapat diindikasikan melalui Daftar Pustaka sebuah artikel ilmiah. Standar sitasi ini juga memiliki hubungan dengan pengindeksan jurnal. Misalnya saja Scopus hanya mengitung sebuah artikel di-sitasi jika artikel ilmiah yang terbit di jurnal yang terindeks scopus sedangkan sitasi yang ada di google schoolar akan mengindeks semua sitasi yang dapat dikases secara online meskipun tidak terbit sebagai artikel ilmiah.
Sistem perhitungan sitasi yang khusus yang populer adalah :
- Thomson Scientific
- Scopus
- WoS
- Citex
- Google Schoolar
C. Reputasi Jurnal Ilmiah
Reputasi Jurnal Ilmiah diukur dengan 2 asumsi yakni (1) bahwa sebuah jurnal dikatakan populer jika ada banyak orang yang mengutip tulisan dari jurnal tersebut dan (2) bergantung dari jumlah artikel yang mereka publish. Tentu saja jika sebuah jurnal yang hanya mengeluarkan 20 artikel dalam setahun kemudian di rujuk 800 kali lebih populer dari jurnal yang dirujuk 800 kali tapi mengeluarkan 700 artikel pertahun.
Sistem Reputasi ini diukur dengan sistem Bibliometrik dengan standar pengukuran yang berbeda dari setiap Pengindek Jurnalnya.
1. CiteScore (CS)
CiteScore adalah ukuran refleksi dari sebuah jurnal ilmiah yang disusun oleh Elsevier. Sistem penyekoran dilakukan berdasarkan jumlah rata-rata sitasi tahunan dibandingkan dengan jumlah jurnal yang dikeluarkan oleh jurnal tersebut. Skore ini didapatkan untuk kurung waktu tiga tahun terkahir.
Rumus Perhitungannya :
CS_y=\frac{C_y+C_{y-1}+C_{y-2}+C_{y-3}}{P_y+P_{y-1}+P_{y-2}+P_{y-3}}
Dimana C adalah jumlah sitasi dan P adalah jumlah publikasi. Misalkan saja sebuah Jurnal A Mempublish Artikel sebanyak 20 Artikel setiap tahun dari tahun 2017, 2018, 2019, 2020 dengan jumlah sitasi pada tahun 2020 sebanyak 162, 2019 sebanyak 178 kali, 2018 sebanyak 146 kali dan 2017 sebanyak 82 kali. Maka CiteScore nya adalah :
CS_{2020} = \frac{162+178+146+82}{20+20+20+20}=7,1
Semakin tinggi score CS semakin baik pula karena semakin banyak di rujuk oleh penulis. Sitasi yang indek pada tahun berjalan tidak perlu berasal dari tahun yang sama bisa saja berasal dari tulisan yang terbit pada tahun sebelumnya.
2. Impact Factor
Impact Factor (IF) atau Jurnal Impact Factor (JIF) adalah sistem metrik pengukuran reputasi jurnal yang dikeluarkan oleh ISI Journal Citation Reports (JCR). Sistem hampir sama dengan CiteScore yang terbaru atau lebih tepatnya IF lebih dulu karena sistem CiteScore yang dijelaskan di atas berlaku pada tahun 2020. Hanya saja IF hanya mengukur dalam rentang waktu tahun lalu dan dua tahun sebelumnya.
jadi misalnya sekarang tahun 2021, maka IF yang bisa diukur hanya hanya tahun 2020 dari data tahun 2020 dan 2019. Mudahnya kita misalkan Jurnal A yang ada di atas maka IF
IF_{2020}=\frac{162+178}{20+20}=8.5
3. SNIP
SNIP adalah singkatan dari Source Normalized Impact per Paper yang mengukur sitasi kontektual. Tujuannya adalah menujukkan reputasi dari Jurnal dengambahkan parameter selain dari jumlah Sitasi semata karena bisa jadi Sitasi yang dibuat karena ada unsur paksaan dari pihak tertentu.
Sebut saja : Misalkan seorang dosen pembimbing yang memaksa untuk mensitasi tulisannya di sebuah jurnal sekalipun tidak relevan. SNIP akan akan melacak tulisan yang dirujuk oleh dirinya sendiri. Sistem ini diajukan oleh Henk F. Moed yang merupakan Professor dari Centre for Science and Technology Studies (CWTS), Universitas Laiden.
Standar SNIP sudah mengalami perubahan dimana standar pertama disusun pada tahun 2009 lalu direvisi pada tahun 2012. Indikator pengukuran dari SNIP adalah
- P – Jumlah publikasi artikel dalam kurung waktu 3 tahun terakhir
- RIP – RIP dihitung dari perbandingan antara jumlah sitasi yang didapatkan dalam kurung waktu tiga tahun terhadap jumlah artikel yang diterbitkan dalam tiga tahun terakhir. Perhitungan ini juga dikenal sebagai Impact Factor.
- SNIP – SNIP dihitung sama dengan RIP hanya saja tidak sitasi yang terindeks dihitung. Hanya sitasi dari jurnal-jurnal yang memiliki bidang (field) yang sama dengan artikel yang jurnal yang disitasi. Sehingga skore SNIP akan selalu lebih kecil dari dari RIP. Misalnya saja jumlah Sitasi jurnal 3 tahun terkahir adalah 300, tapi yang berasal dari jurnal Filed yang sama hanya 78 jurnal.
- % self-citations – Persentasi Self Citation adalah ukuran yang menunjukkan seberapa sering sebuah jurnal merujul artikel dari jurnal diri sendiri. Hal ini dibuat karena banyak Jurnal yang mewajibkan penulis yang ingin menerbitkan artikel pada jurnal mereka harus mensitasi dari jurnal mereka terlebih dahulu. Hal ini membuat ada faktor sitasi yang dilakukan bukan karena relevansi tapi karena terpaksa agar diterima sedangkan untuk Jurnal bisa membuat score IF meningkat.
4. SJR
SJR adalah singkatan dari Scimago Journal Rank adalah sistem pengukuran seberapa berpengaruhnya sebuah jurnal ilmiah berdasarkan jumlah sitasi yang diperoleh sebuh jurnal dan kualitas dari setiap sitasi yang didapakan sebuah jurnal.
Rangking SJR sebuah Jurnal dihitung dari Rata-rata jumlah jurnal yang disitasi di bagi jumlah artikel yang publish dalam kurung waktu 3 tahun terkahir. Semakin tinggi nilai SJR semakin baik prestise sebuah jurnal menurut SJR.
Selain Ranking SJR, hal yang khusus dari SCImago Journal Rank adalah sistem pembagian ranking berdasankan sistem Kuartil yanh dikenal dengan sebut Jurnal Q1, Q2, Q3 dan Q4. SJR ini dihitung menggunakan database yang ada di Scopus (Elsevier). Kriteria pembagiannya sebagai berikut :
- Q1 – Posisi < 25 % tertaas dari rentang distribusi IF
- Q2 – Posisi ≥ 25% dan < 50 % dari distribusi IF
- Q3 – Posisi ≥ 50% dan < 75 % dari distribusi IF
- Q4 – Posisi ≥ 55% dari distribusi IF
Hal ini mennunjukkan jika jumlah jurnal yang terindeks di masing-masing level bisa dipengaruhi oleh dua hal yakni Reputasi IF jurnal itu sendiri dan jumlah jurnal yang terindeks di Scopus. Jadi ada kemungkinan sebuah Jurnal mengelami peningkatan IF tapi maah turun ke Q2, jika jumlah Jurnal yang terindeks scopus tahun tersebut berkurang.
5. H-Index
H -ndeks bukanlah High Indeks melainkan Hirsch Index yang diperkenalkan oleh Jorge Eduardo Hirsch pada tahun 1985. Indek ini sebenarnya lebih ke Personal atau penulis artikel atau artikel itu sendiri bukan ke Jurnalnya.
Orde H Index berasal dari Orde jumlah artikel seorang penulis dan orde sitasi yang seama besarnya. Mudahnya seperti ini
- 1 H-Index = memiliki 1 tulisan yang disitasi minimal 1 kali
- 2 H-Index = memiliki 2 tulisan yang disitasi minimal 2 kali
- 3 H-Index = memiliki 3 tulisan yang disitasi minimal 3 kali
Dan seterusnya. Jadi misalkah adalah seorang penulis sudah memiliki 8 artikel dengan masing-masing sitasi adalah 20, 15, 7, 1, 2, dan 3 artikel lain belum disitasi sama sekali maka orang tersebut memiliki H-Index 3., karena hanya 3 artikel yang diditasi lebih dari 3 kali. H Indeksnya akan naik jika salah satu dari artikel yang disitasi 1, 2 atau 3 artikel lain disitasi lebih dari 3 kali.
6. i10-Index
i10-Index adalah indek yang menunjukkan sebuah artikel seseorang sudah di rujuk lebih dari 10 kali namun tidak berlaku kelipatan misalnya disitasi 20 kali. i10-Index akan naik menjadi 2 jika ada 2 artikel yang disitasi masing lebih dari 10 kali. Jadi penulis pada poin 5 akan memilik i10-Index sebesar 2.