Sains Membuktikan Kebenaran Al-Qur’an Melalui Air Laut Selat Gibraltar
Ahmad Dahlan. Selat Gibraltar adalah sebuah selat yang memisahkan Laut Tengah dan Samudra Atlantik.Selat inidiberi nama dalam bahasa Arab: جبل طارق, sedangkan orang-orang spanyol menyebutnya dengan sebutan Estrecho de Gibraltar. Selat dengan posisi yang sangat strategis ini sering dilalui oleh kapal sejak dahulu hingga hari ini, selain jalur perdagangan ada hal yang sangat unik dari selat yakni ketika terjadi perang dunia ke II yakni kapal selam jerman selalu terjebak oleh arus laut yang kuat. Namun jauh sebelum orang belajar sains dengan lengkap mengapa ada fenomena seperti ini terjadi Al-Qur’an telah memberikan gambaran lengkap mengenai fenomen air di Selar Giblatar.
Pada Selat Gibraltar terdapat sebuah pertemuan dua jenis arus laut yang bersal dari laut yang berbeda, yakni air laut dari Samudra Atlantik dan air laut dari Laut Mediterranean. Kedua pertemuan ini ternyata tidak menghasilkan pencampuran air sebagaimana ketika kita mencampurkan dua dari dua gelas menjadi satu. Perbedaan ini adalah adanya sekat yang sangat jelas dari kedua air seperti ada pembatas diantara kedua air tersebut.
Air laut dari Samudra Atlantik yang berwarna biru cerah berbatasan dengan air berwarna biru gelap berasal dari laut tengah. Meskipun keduanya merupakan air yang sama-sama terbentuk dari ikatan kovalen, namun ternyata kedua air tidak bercampur satu sama lain. Kedua permukaan air terus menerus menunjukkan seat hingga kedalaman 1000 meter dari permukaan laut.
Selat Terluas di Dunia
Satu hal yang unik mengenai selat Giblatar, pada akhir awal abad ke 5, sebuah kitab yang dianggap oleh sebagian umat tertentu sebagai kitab palsu ternyata telah membahas kejadian di selat Giblatar, Jauh sebelum para saintis dapat mengetahui bahwa dua buah air ternyata tidak dapat menyatu, Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang keduanya.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT yang disampaikan melalui Jibril sampai kepada Nabi Muhammad SAW pada Surah Ar-Rahman ayat 19-22:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
يْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَّيَبْغِيَانِ
“Dia (Allah SWT) membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)
Air adalah senyawa yang paling banyak menutupi permukaan bumi, Sekitar 70 persen dari berada di laut sebagai air asin dan sisanya adalah air tawar. Meskipun demikian, kedua air tersebut berasal dari zat yang sama hanya saja ada yang memiliki siklus yang lebih lama sehingga banyak mineral yang mengendap di lautan dan membuat air laut menjadi asin.
Siklus air dimulai dari proses penguapan karena adanya panas dari matahari, Laut dan samudra sebagai permukaan air terluas menyumbang paling banyak awan hujan. Awan hujan kemudian tertiup angin ke daratan kemudian menumpuk dan ketika terjadi penurunan suhu Uap air menjadi dingin dan turun sebagai air hujan. Air hujan ini kemudian turun di permukaan bumi sebagai sumber kehidupan sebelum akhirnya kembali lagi ke laut melalui sungai, pori-pori tanah dan sungai dalam tanah. Sayangnya kitab yang dianggap palsu ini lagi-lagi menceritakan hal yang benar dan tidak ada keraguan di dalamnya.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الأرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ
”Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,39:21).
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالأبْصَارِ
”Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (An Nuur 24, ayat 43)
Manusia pada abad ke 5 yang memiliki ilmu sains masih sangat terbatas pasti mengetahui bahwa jika dua air disatukan akan saling bercampur satu sama lain, namun Al-Quran yang tidak datang dari manusia ternyata menunjukkan sebuah kebenaran yang baru dapat dibuktikan oleh para ilmuwan sekitar 14 abad setelah diturunkan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Peristiwa yang terjadi pada selat Gibraltar akhirnya dijelaskan dengan ilmu sain dan menggunakan perlengkapan lebih modern. Meskipun ikatan kovalen pada air harusnya menyatukan dua buah air yang bercampur, hal ini sedikit berbeda untuk air yang sedang mengalir. Ahli kelautan modernen menemukan fakta bahwa dua buah air dengan massa jenis yang berbeda yang bergerak akan cenderung untuk mempertahankan keadaan masing-masing.
Peristiwa air laut di selat Gibraltar disebabkan oleh “Tegangan Permukaan” dari masing-masing air. Tegangan permukaan mebuat seolah-olah ada sekat sangat tipis di antara kedua permukaan air sehingga kedua air tidak bercampur sama sekali. Hal ini dijelaskan oleh seorang pakar kelautan dalam sebuah buku berjudul
Principles of Oceanography yang dikarang oleh Richard A Davis.
Al-Qur’an menjelaskan mengenai Sungai Bawah Laut.
Selain dari hal yang telah terjadi pada selat Gibraltar, dijelaskan pula jika air tawar dan air laut bertemu pada sebuah aliran yang sama maka seharusnya akan ada sekat yang memisahkan antara keduanya. Fenomena yang dimaksud ini bukanlah yang terjadi pada hilir sungai namun sebuah penemuan yang ditemukan pada awal abad 20 yang sempat menggemparkan dunia adalah adanya sungai bawah laut. Dikatakan sungai bawah laut karena air tawar mengalir di dalam laut dan sama sekali tidak bercampur satu sama lain.
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53).
Salah satu ayat yang ada dalam Al-Quran kembali lagi membuktikan kebenaran sains yang sulit diterima oleh orang-orang ketika al-Qur’an diturunkan, namun jaminan isi yang datang dari Allah SWT ternyata baru sanggup dibuktikan oleh manusia 14 abad kemudian melalui penemuan Air Sungai dalam di Meksiko. Kajian ini memberikan jawaban bagi mereka yang meragukan Al-Qur’an dengan dalil jika kisah Nasrani dan Yahudi di cabut dari Al-Qur’an tidak tersisa apa-apa, maka Allah SWT memberikan jaminan dari kitab terakhir yang turun dari langit ini memang benar sebagai petunjuk bagi manusia hingga akhir zaman.
Bantahan Terhadap Kaum Non Muslim Terhadap Keaslian Al-Qur’an
Suatu ketika beberapa orang teman non muslim mengelak menganai kebenaran Al-Qur’an, mereka meminta saya untuk menjelaskan Al-Qur’an tanpa disertai kisah Nasrani dan Yahudi, teman saya berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang disalin oleh Muhammad SAW dari kisah-kisah yang tertulis pada Injil. Saya yang sangat awam dengan Al-Qur’an karena tidak bergelut dengan Al-Qur’an hampir tidak bisa menjawab apa-apa. Hampir malu, namun ini adalah teguran yang baik agar saya belajar. Sampai suatu ketika saya mengikuti kuliah Sejarah Fisika di Universitas Negeri Yogyakarta. Seorang doses memberi tugas mencari seluruh sejarah mengenai Fluida, Beliau memberikan pengarahan untuk mencari setiap tulisan dan bukti sejarah mengenai pembahasan Fluida.
Ternyata dalam kajian kitab yang sudah disebarkan pada akhir abad ke lima banyak membahas tentang Fluida dan kitab tersebut adalah Al-Qur’an dan setelah bercerita dengan teman saya yang kuliah pada Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah, ia memberikan penjelasan bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini sangat luar biasa, bagaimana mungkin seorang yang buta huruf bisa menyalin kisah lengkap dari Isa AS dan Musa AS yang pada saat itu diceritakan dalam Injil. Jika memang benar Muhammad SAW butuh huruf bisa jadi ia mendengar cerita dari teman teman mengingat ia telah berdagang dan menyampaikan ulang kepada orang Arab menggunakan bahasanya.
Bantahan kebenaran Al-Qur’an melalui kisah Nasrani dan Yahudi mungkin saja dibenarkan mengingat masih ada peluang Muhammad SAW mendengar kisah dari orang lain, namun hal yang paling tidak bisa dibantah adalah adanya fakat sains yang pada saat itu tidak satupun kisah yang menjelaskan tentang terpisahnya dua buah laut yang saling bertemu, sesuai dengan Surah Ar-Rahman dan Al-Furqon. Meskipun kita sudah mengetahui bahwa Archimedes menemukan massa jenis 2 abad sebelum masehi, namun tidak satupun yang memberi petunjuk ke arah fenomena laut di selat Giblatar. Hebatnya lagi, Penemuan sungai dasar luat di Meksiko semakin mendukung kebenaran Al-Qur’an yang bari ditemukan pada awal abad 20, pertanyaan balik kepada mereka yang meragukan mungkin “Bagaimana mungkin seorang buta huruf, menyampaikan sesuatu yang belum ada pada zamannya bahkan jauh setelah zamannya lewat barulah terbukti kebenarannya. Allahu A’lam.