Tag: Fismat

  • Turunan Persamaan Relativistik Einstein – E=mcc

    Turunan Persamaan Relativistik Einstein – E=mcc

    Salah satu persamaan sederhana yang memiliki banyak konsekuensi di fisika terutama dunia quantum diperkenalkan oleh Ablert Ainstein yakni E=mc2. Persamaan ini memberikan banyak konsekuensi yang bertentangan dengan pandangan fisika klasik, salah satunya batas kecepatan benda bergerak di muka bumi adalah kecepatan cahaya (c) atau disebut persamaan Relativistik Einstein.

    Turunan Persamaan Relativistik

    Mari kita mulai persamaan ini melalui konsep usaha dan energi yakni:

    dE = F.dx \ \ \ \  ... (1)

    dimana laju perubahan energi (dE) yang dialama oleh benda berasal dari jumlah gaya (F) yang diberikan sejauh dx. Hukum Newton II menyatakan bahwa F sendiri adalah lajur perubahan momentum (dP) terhadap (dt), dengan demikian persamaan ini bisa ditulis:

    dE = \frac{dp}{dt}dx

    dimana dx/dt adalah kecepatan sehingga

    dE= v.dp \ \ \ \  ... (2)

    Pada fisika klasik, massa dari sebuah benda akan tetap konstan, namun pada gerak dengan kecepatan mendekatai cahaya, massa benda bergantung dari kecepatannya. Massa ini disebut massa relatif. Besar massa relative adalah:

     m = \frac{m_0}{\sqrt{1-\frac{v^2}{c^2}}} \ \ \ \  ... (3)

    dimana m0 adalah massa diam benda. Sekarang asumsikan jika massa benda ikut berubah sebagai fungsi dari kecepatan, maka perubahan momentum benda bergerak ini dipengaruhi oleh dua variable yakni m dan v, sehingga nilai momemntum turunas parsial dari massa dan kecepatan.

    dp = mdv+vdm

    dengan demikian nilai dE adalah:

    dE=v.dp 
    dE = mv.dv+v^2dm \ \ \ \  ... (4)

    Turunnkan persamaan (3) terhadap kecepatan

    \frac{dm}{dv}= \frac{d\frac{m_0}{\sqrt{1-\frac{v^2}{c^2}}}}{dv}=m_0\frac{d(1-\frac{v^2}{c^2})^{-\frac{1}{2}}}{dv}

    Gunakan aturan rantai sehingga hasilnya

    \frac{dm}{dv}=m_0(-\frac{1}{2}(1-\frac{v^2}{c^2})^{-\frac{3}{2}}).(-\frac{2v}{c^2})

    atau bisa ditulis :

    \frac{dm}{dv}=m_0(\frac{v}{c^2})(1-\frac{v^2}{c^2})^{-\frac{3}{2}} \ \ \ \  ... (5)

    ruas paling kanan Persamaan 5 ini bisa dipisahkan dan ditulis dalam bentuk:

    \frac{dm}{dv}=m_0(\frac{v}{c^2})(1-\frac{v^2}{c^2})^{-1}.(1-\frac{v^2}{c^2})^{-\frac{1}{2}}

    perhatikan unsur (1-v2\c2)-1/2 dan hubungannya dengan m0 di persamaan tiga yakni:

    m(1-\frac{v^2}{c^2})^{\frac{1}{2}} = m_0

    Sehingga persamaan 5 bisa dituiskan sederhana:

    \frac{dm}{dv}=m(1-\frac{v^2}{c^2})^{\frac{1}{2}}(\frac{v}{c^2})(1-\frac{v^2}{c^2})^{-1}.(1-\frac{v^2}{c^2})^{-\frac{1}{2}}
    \frac{dm}{dv}=(\frac{mv}{c^2})(1-\frac{v^2}{c^2})^{-1}

    dimana:

    \frac{dm}{dv}=(\frac{mv}{c^2})(\frac{c^2-v^2}{c^2})^{-1} =(\frac{mv}{c^2})(\frac{c^2}{c^2-v^2})

    persamaan 5 bisa ditulis lebih sederhana dalam bentuk

    \frac{dm}{dv}=\frac{mv}{c^2-v^2}

    gabungkan sisi dengan variable yang sama, sehingga persamaan ini berubah menjadi

    c^2dm-v^2dm=mvdv  \ \ \ \  ... (6)

    masukkan persamaan (6) ke persamaan (4)

    dE=c^2dm-v^2dm + v^2dm

    integralkan kedua sisi sehingga

    \int^{E}_{E_0} dE =c^2\int^m_{m_0} dm 
    E-E_0=c^2(m-m_0)

    atau

    E-E_0=mc^2-m_0c^2

    Persamaan E0=m0C2 bermakna total energi dari materi diam bermassa m dan E=mc2 adalah energi total benda berdasarkan massa relatifnya.

  • Turunan Persamaan Newton tentang Gerak

    Turunan Persamaan Newton tentang Gerak

    Materi gerak lurus berubah beraturan dalam tinjauan kinematika, gerak ditinjau tanpa memperhatikan gaya yang membuatnya bergerak, terdapat tiga rumus tentang gerak. Rumus tersebut diturunkan dari persamaan Newton tentang gerak dengan penurunan sebagai berikut:

    v_t=v_o+at
    s_t=v_ot+\frac{1}{2}at^2
    v_t^2=v_0^2+2as

    dimana v0 adalah kecepatan awal, vt adalah kecepatan sesaat pada saat t, t adalah waktu, a percepatan dan s adalah jarak.

    A. Turunan Persamaan Pertama

    Kita mulai dari defenisi dari percepatan konstan yang tidak lain adalah perubahan kecepatan terhadap waktu yang secara matematis dituliskan sebagai berikut:

    a = \frac{dv}{dt}

    karena v adalah fungsi dari waktu maka persamaan ini dapat ditulis ulang sebagai berikut:

    a.dt = dv_{(t)}

    solusi dari persamaan adalah integralkan ke dua sisi

    a \int dt = \int dv_{(t)}

    karena integral ini tanpa batas maka akan menghasilkan nilai constan dengan persamaan seperti berikut :

    at=v_{(t)}+c

    c adalah nilai kontant dengan yang dapat diketahui dengan mengganti nilai t=0, dengan demikian persamaan ditulis

    a_{(0)}=v_{(0)}+ c
    c =-v_{(0)}

    dimana v(0) ini tidak lain adalah kecepatan awal dari gerak. dengan demikian persamaan ini dapat dituliskan

    v_{(t)}=v_{(0)}+at
    

    Secara matematis persamaan ini menujukkan hubungan antara nilai v(t) yang berubah terhadap t. Jika digambarkan dalam bentuk kartesian bentuknya sebagai berikut:

    Grafik Gerak Lurus Berubah Beraturan GLB

    B. Turunan Persamaan Kedua

    Pada persamaan kita ke dua, kita sudah memiliki persamaan pada hukum pertama yakni v(t)=v(0)+at, dimana v(t) sendiri adalah turunan pertama dari perubahan posisi (s) terhadap waktu (t)

    v_{(t)} = \frac{ds_{(t)}}{dt} 

    maka persamaan Pertama dapat ditulis ulang menjadi :

    \frac{ds_{(t)}}{dt}  = v_{(0)}+at

    kalikan ke dua rua dengan dt lalu integralkan, maka hasilnya

    \int ds_{(t)} = v_{(0)}\int dt+a\int t.dt

    solusinya adalah

    s_{(t)}= v_{(0)}t+\frac{1}{2}at^2+c

    ketika t=0 dan s=0, maka akan didapatkan nilai c = 0, dengan demikin persamaan :

    s_{(t)}= v_{(0)}t+\frac{1}{2}at^2

    Hubungan antara s(t) terhadap t dapat ditunjukkan dengan grafik :

    Grafik gerak lurus berubah beraturan dari s

    C. Persamaan Ketiga

    Pada penuruan persamaan ketiga kita dapat membuat sedikit trik matematis yakni dengan asumsi bahwa a adalah turunan pertama dari perubahan kecepatan terhadap waktu:

    a=\frac{dv}{dt}

    ruas kanan dikalikan dengan 1 dari ds/ds

    a=\frac{dv}{ds}\frac{ds}{dt}

    dimana ds/dt tidak lain adalah v, maka persamaan di atas dapat ditulis ulang menjadi

    a=\frac{dv}{ds}v
    a\int ds=\int vdv
    as +c=\frac{1}{2}v^2

    perhatikan nilai konstanta ditempatkan di sisi kiri karena sejatinya nilai v dipengaruhi oleh v bukan sebaliknya. jika nilai s dimasukkan sama 0, maka

    a(0)+c=\frac{1}{2}v_{(0)}^2

    atau

    c=\frac{1}{2}v_{(0)}^2

    dalam kasus ini nilai v bukanlah fungsi dari waktu tapi fungsi dari jarak sehingga persamaan pada hukum ketiga harusnya dituliskan sebgai berikut :

    \frac{1}{2}v_{(s)}^2=\frac{1}{2}v_{(0)}^2+as

    kalikan kedua ruas dengan 2, sehingga persamaannya lebih sederhana menjadi

    v_{(s)}^2=v_{(0)}^2+2as

    Turunan ini tidak sesuai dengan persamaan ketiga yang dituliskan di awal yakni :

    v_t^2=v_0^2+2as

    persamaan vt2=v02+2as memang terlihat lebih rancu dimana ruas kiri dari persamaan menunjukkan v sebagai fungsi dari t, padahal di sisi kanan tidak ada unsur t. Dengan demikian persamaan ini menunjukkan kecepatan gerak benda terhadap posisi yang semakin jauh akan semakin cepat. Hal ini membuat persamaan ini tidak tepat digambarkan dengan grafik v terhadap t. Harusnya digambarkan melalui grafik v terhadap s.

  • Teorema Matimatika di Persamaan Keadaan Termodinamika

    Teorema Matimatika di Persamaan Keadaan Termodinamika

    AhmadDahlan.NET – Beberapa keadaaan pada termodinamika dikaji melalui bantuan pemodelan matematis. Tujuannya untuk memudahkan proses separasi peran dari masing-masing variabel bebas. terhadap nilai dari variable terikat.

    A. Teorema Matematis

    Misalkan saja pada objek termodinamis terdiri dari tiga koordinat yang saling berhubungan x, y dan z, maka hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk :

    f_{(x,y,z)}= 0

    dimana

    x adalah fungsi dari y dan z, maka :

    dx=\left ( \frac{δx}{δy} \right )_z dy+\left (\frac{δx}{δz}  \right )_y dz

    y adalah fungsi dari x dan z, maka :

    dy=\left ( \frac{δy}{δx} \right )_z dx+\left (\frac{δy}{δz} \right )_xdz

    Jika persamaan satu dimasukkan persamaan dy ke persamaan dx maka hasilnya sebagai berikut :

    dx=\left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z \left [ \left (\frac{δy}{δx} \right )_z dx + \left (\frac{δy}{δz} \right )_x dz\right ]+\left ( \frac{δx}{δz} \right ) _y dz
    dx=\left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z\left (\frac{δy}{δx} \right )_z dx \ + \left[ \left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z\left (\frac{δy}{δz} \right )_x +\left ( \frac{δx}{δz} \right ) _y \right]dz

    Misalkan dari tiga koordinat hanya terdapat dua yang bebas yakni (x,z), jika dz=0 dan dx ≠ 0, maka :

    \left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z\left (\frac{δy}{δx} \right )_z = 1

    jika dx = 0 dan dz ≠ 0, maka

    \left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z\left (\frac{δy}{δz} \right )_x +\left ( \frac{δx}{δz} \right ) _y = 0
    \left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z\left (\frac{δy}{δz} \right )_x =-\left ( \frac{δx}{δz} \right ) _y

    dengan demikian

    \left ( \frac{δx}{δy} \right ) _z\left (\frac{δy}{δz} \right )_x \left ( \frac{δz}{δx} \right ) _y =-1

    B. Contoh Aplikasi

    Setiap infinitesimel dalam koordinat termodinamika (P, V, T). Hubungan antara variabel dapat di hitung dengan nilai yang berubah terhadap dua variable lainnya.

    Misalnya variabel V adalah fungsi dari (T,P) maka nilai V dapat ditentukan dengan persamaan diferensial parsial yakni :

    dV = \left ( \frac{δV}{δT}\right )_p dT \ + \left ( \frac{δV}{δP}\right )_TdP

    Kuantitas pemuaian volume rata-rata didefenisikan sebagai :

    muai \ volume \ rata-rata = \frac{perubahan \ volume /satuan \ volume}{perubahan \ temperatur}

    Pada kondisi isobar.

    Jika perubahan temperature sangat kecil, maka perubahan volume juga akan sangat kecil, maka Koefisien pemuaian (β) dirumuskan :

    β=\frac{1}{V} \left( \frac{δV}{δT}\right)_P

    Secara matematis β adalah fungsi dari (T,P) hanya saja dalam percobaan banyak zat yang memiliki nilai β yang tidak sensitif terhadapat tekanan (dP) dan hanya sedikit berubah terhadap perubahan suhu (dT).

    Dampak dari perubahan tekannan pada keadada isotermik dinyatakan dalam κ (baca kappa) yang disebut ketermampatan isotermik, secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

    κ=-\frac{1}{V} \left( \frac{δV}{δP}\right)_T

    Berdasarkan teorema matematika maka persamaan Hidrostatik diperoleh :

    \left ( \frac{δP}{δV} \right ) _T\left (\frac{δV}{δT} \right )_P =-\left ( \frac{δP}{δT} \right ) _V

    atau

    \frac{\left (\frac{δV}{δT} \right )_P}{\left ( \frac{δV}{δP} \right ) _T}=-\left ( \frac{δP}{δT} \right ) _V

    masukkan dinilai persamaan β dan κ, sehingga hasilnya :

    \left ( \frac{δP}{δT} \right ) _V=\frac{β}{κ}

    Pada kondisi Isobarik, maka bentuk diferensial parsialnya adalah :

    dP = \left ( \frac{δP}{δT}\right )_v dT \ + \left ( \frac{δP}{δV}\right )_T dV

    maka dP :

    dP = \frac{β}{κ}dT-\frac{1}{κV}dV

    Pada kondoso Isohorik dimana dV = 0, maka

    \int^2_1 dP = \frac{β}{κ} \int^2_1 dT
    P_2-P_1 =\frac{β}{κ}(T_2-T_1)

    Tugas :

    Buktikan bahwa :

    β=\frac{1}{T}

    dan

    κ = \frac{1}{P}

    Pada gas ideal dengan persamaan PV = RT !!!

  • Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Ahmaddahlan.NET – Persamaan diferensial orde n melibatkan sebuah variable yang bergantung pada nilai variable lain dengan orde turunan ke-n. Misalkan sebuah persamaan x yang berubah terhadap y. Persamaan ini memiliki dua bentuk yang PDB Orde II Homogen dan Tak Homogen.

    y"+P_{(x)}y'+Q_{(x)}y=R_{(x)}

    Bentuk Umum PDB Orde II Homogen

    Jika sebuah persamaan memiliki nilai R(x)=0, maka Persamaan ini masuk dalam kategori Persamaan Homogen dengan bentuk :

    y” + ay’ + by = 0

    atau :

    (D2+aD1+b)y = 0

    dimana a dan y ≠ 0, misalkan Dy = ry dimana solusi sederhana dari ry = Aerx, maka:

    D2y = D(Dy) = D(ry) = r (Dy) = r(ry) = r2y

    sehingga persamaan (D2+aD1+b)y = 0 bisa ditulis (r2 + ar + b) y = 0, dengan demikian

    r2 + ar1 + b = 0

    Fungsi r2 + ar + b ini adalah fungsi polinom dengan karakteristik diskriminan

    ∆ = a2 + 4b

    Nilai diskriminan ini terdapat 3 kemungkinan yakni ∆ > 0, ∆ = 0, dan ∆ < 0.

    a. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ > 0

    Pada persamaan r2 + ar1 + b = 0 dengan r1 ≠ r2 dimana ∆ > 0 berasal dari nilai a > 0 dan a2 > 4b, maka solusi adalah

    u1 = er1x dan u2 = er2x

    Dengan demikian solusi umumnya sebagai berikut

    y = c1er1x + c2er2x

    b. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ = 0

    Untuk nilai diskriminan ∆ = 0, maka nilai a2 = 4b sehingga :

     r^2 + ar^1 + b = r^2+ar^1+\frac{a^2}{4}=0
    (r+\frac{a}{2})^2 = 0

    suku diatas memiliki akar-akar persamaan :

    r=-\frac{a}{2} (akar ganda)

    Nilau suku ux terbagi dalam dua kemungkinan yakni :

    ux = λux = erx

    sedangkan ux λux, misalkan :

    v(x) = xu(x) = xerx

    maka turunan v terhadap x adalah turunan parsial Dv = u.dv + v.du

    Dv=erx +rxerx=(1+rx)erx

    D2v = D erx(1+rx) = rerx(1+rx) + rerx

    (r2x+2r ) erx

    Subtitusikan ke persamaan (D2 + aD + b ) v, hasilnya

    ((r2x+2r ) erx) + a (1 + rx) erx+ b ) xerx

    Satukan suku-suku yang sama

    (r2x + ar + b) x + (a + 2r) erx = 0

    maka

    (r2x + ar + b) x = 0 dan (a + 2r) erx = 0

    Jadi v(x) = xerx adalah solusi dari u(x) dan v(x) bebas dan linier, solusi umumnya adalah :

    y = c1erx + c2xerx

    c. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ < 0

    Untuk ∆ = a2 – 4b < 0, maka akar-akar persamaan akan menghasilkan bilangan kompleks yang saling konjugat :

    r_{1,2}=\frac{-a ± \sqrt{a^2-4b}}{2}

    karena nilai a2 – 4b < 0 maka akar-karnya irsaional sehingga

    r_{1,2}=\frac{-a}{2}+i \frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    dimana i2 = -1

    masalkan :

    α = \frac{-a}{2}

    dan

    β =\frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    nilai dari r1 = α + iβ dan r2 = α – iβ. akar-akar persamaan adalah :

    \overline{y}_1=e^{r_1x}=e^{α+iβ}=e^{αx}(\cosβ+i \sin β)

    dan

    \overline{y}_2=e^{r_2x}=e^{α-iβ}=e^{αx}(cosβ-i \sin β)

    Persamaan tersebut bisa disederhanakan dengan menggunakan identitas Trigonometri

    y_1(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 + \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\cosβ

    dan

    y_2(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 - \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\sinβ

    sehingga solusi umunya adalah :

    y(x)=c1y1(x)+c2y2(x) = eax(cos β + sin β)

    Kesimpulan

    1. Untuk r1 ≠ r2 maka y1 = er1x dan y2 = er2x dengan bentuk solusi umum :

    y = c1er1x + c2er2x

    2. Untuk r1 = r2 maka y1 = erx dan y2 = xerx dengan bentuk solusi umum :

    y = c1erx + c2xerx

    3.Untuk r1 = u + wi dan r2 = u – wi atau disebut akar kompleks konjugat maka y1 = eux cos wx dan y2 = eux sin wx solusinya adalah :

    y = eux ( c1 cos wx + c2 sin wx)