Tag: PDB

  • Aplikasi Persamaan Diferensial Orde I pada Model Pertumbuhan Eksponensial

    Aplikasi Persamaan Diferensial Orde I pada Model Pertumbuhan Eksponensial

    AhmadDahlan.NET – Kasus perubahan / pertumbuhan eksponensial adalah sebuah model yang digunakan untuk memprediksi jumlah dari sebuah populasi yang bertambah seiring dengan jumlah waktu. Solusinya dalam bentuk persamaan diferensial yang menunjukkan perubahan nilai dari sesuatu variable terhadpa rentang variable tertentu.

    Misalkan sepasang kelinci akan menghasilkan keturunan sepeasang setiap 1 bulan, maka pada bulan berikutnya sepasang kelinci awal akan mengasilkan satu pasang lagi. Dalam sepuluh bulan sepasang kelinci awal ini adakan menghasilkan 10 pasang kelinci, namun kelinci yang dilahirkan pada bulan pertama juga akan menghasilkan keturunanan sepasang pada bulan berikutnya, demikian setereusnya sehingga pertumbuhan kelinci ini tidaklah linier melainkan eksponensial.

    Jumlah kelinci dalam kasusu ini dapat diprediksi dengan pemodelan pertumbuhan eksponensial. Misalkan Jumlah populasi bertambah sebesar Δy dipengaruhi jumlah awal y, faktor pertambahan k, dan rentang waktu tertentu Δt.

    \frac{dy}{dt}= \lim\limits_{Δx\rightarrow 0}\frac{Δy}{Δt}=ky = kdt

    Bentuk persamaan umumnya adalah :

    \frac{dy}{dt} = yk

    Solusi umum dari persamaan ini adalah :

    \int\frac{dy}{y} = \int kdt
    \ln y |^y_{y_0}= kt + C
    y=y_0e^{kt}

    jika unsur k > 0 maka populasi ini akan bertambah seiring dengan waktu dan jika k < 0 maka nila y akan berkurang seiring waktu. yo adalah unsur yang menentukan besar populasi awal yang ada, jika tidak ada populasi maka tidak akan ada perubahan jumlah populasi.

    Contoh Grafik Eksponensial Laju pertumbuhan Suatu Nilai
    Contoh Grafik Pengurangan Eksponensial

    Pemodelan Kasus Fisika dengan PDB Orde I

    A. Peluruhan Zat Radioaktif

    Zat radiokaktif adalah zat yang tidak stabil dan jumlah akan selalu berkurang setengah dari jumlah awal dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu ini disebut waktu paruh dan setiap zat radioaktif memiliki waktu paruh yang berbeda-beda.

    Jumlah peluruhan zat radioaktif ini akan sebanding dengan Jumlah zat awal dair radioaktif ini, dengan demikian pemodelan matematis untuk jumlah zatnya dapat dihitung dengan persamaan :

    \frac{dN}{dt}=-λN

    dimana :

    N : Jumlah zat (gram atau mol)
    λ : kontanta waktu paruh (gram/s atau mol/s)
    t : rentang waktu (s)

    solusinya adalah :

    \int \frac{dN}{N}=-\int λdt
    N = N_0e^{-λt}

    B. Hukum Pendinginan Newton

    Sebuah benda dengan suhu tinggi, diletakkan pada suatu ruangan yang suhu nya lebih rendah akan mengalami penurunan suhu sesuai dengan hukum Termodinamika. Jika suhu tersebut berkurang dengan spesifik dengan perbandingan suhu awalnya maka penurunan suhu ini dapat dihitung dengan Hukum Pendinginan Newton :

    \frac{dT}{dt}=k(T-T_1)

    Dimanan dT/dt menunjukkan perubahan suhu sebagai fungsi dari waktu. k adalah spesifikasi penurunan suhu. Jika k bernilai positif (+k) maka suhu benda mengalami peningkatan dan jika benilai negatif (-k) maka terjadi penurunan suhu.

    Hukum Pendidinginan Newton ini berlaku pada ruangan yang memiliki sifat reservoir panas yang sangat besar sehingga suhu ruangan tidak bertambah. Dengan demikian T1 bernilai konstan.

    Solusi persamaan ini adalah :

    \int \frac{dT}{T-T_1}=k\int dt
    \ln|T-T_1|=kt+C
    T-T_1=e^{kt+C}
    T=T_1+C_1e^{kt}

    besar nilai C1 bisa diketahui dengan asumsi pendinginan terjadi t=0, sehingga ek0 = 1 persamaan jadi

    C1 = T – T1

  • Analisis Gerak Pegas dengan PDB Orde II –  Gerak Harmonis dan Teredam

    Analisis Gerak Pegas dengan PDB Orde II – Gerak Harmonis dan Teredam

    Ahmaddahlan.NET – Gerak pada pegas merupakan salah satu gerak yang dapat dianalisis melalui persamaan diferensial biasa orde II (PDB Orde II). Gerak ini mengikuti hukum Newton tentang gerak. Asumsinya ada dua yakni jika terjadi secara harmonis dan tidak harmonis.

    Gerak Harmonis Pegas diterapkan dengan asumsi tidak ada gaya luar yang bekerja pada pegas sehingga ketika egas diberi ganguan / simpangan, pegas akan terus berayun selaman dengan periode tetap. Asumsi ke dua jika ada gaya eksternal yang bekerja pada pegas yang nilainya kecil, maka pegas akan akan berhenti pada satu waktu tersebut. Gerak pegas ini disebut Teredam lembut atau Dumped Oscillation.

    Gambar dari Gaya Gaya yang bekerja pada Pegas Berosilasi

    Pada sebuah pegas yang digantung beban akan terdapat empat kemungkinan gaya masing adalah :

    1. Gaya berat w = mg
    2. Gaya pemulih Fk = -k (y+Δy)
    3. Gaya Peredam pada pegas FD = -Dvy
    4. Gaya Eksternal Fe

    Misalkan pegas diberi ganguan sehingga pegas mulai bergerak maka berlaku hukum Newton II tentang gerak

    ΣF = ma

    Persamaan ini kemudian di subtitusi dengan semua gaya yang bekerja pada pegas sehingga menjadi

    W_b+F_k+F_D+Fe = ma
    mg - ky - kΔy -Dv_y + F_e = ma

    Karena mg = -ky dan vy adalah turunan pertama perubahan posisi terhadap waktu dy/dt maka persamaan ini dapat dituls lebih sederhana.

    -kΔy -D\frac{dy}{dt}+ F_e = m\frac{d^2y}{dt^2}

    Jika Δy adalah besara simpangan maka bisa dianggap sebagai y, dengan demikian Bentuk umum persamaan diferensial biasa Orde II untuk Gerak harmonik pada pegas adalah :

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =F_e

    A. Analisis Matematis Gerak Harmonis Pegas

    Pada gerak pegas yang berosilasi harmonik sederhana ada dua asumsi yang dimasukkan yang tidak ada gaya peredam dan gaya eksternal yang bekerja sehingga persamaan gerak dapat ditulis :

    m\frac{d^2y}{dt^2} +ky =0

    bagi kedua ruas dengan m

    \frac{d^2y}{dt^2} +\frac{k}{m}y =0

    Pada saat pegas berada pada percepatan maksimum nilai k/m = ω2, sehingga

    \frac{d^2}{dt^2} y+ω^2y =0
    (\frac{d^2}{dt^2} +ω^2)y =0

    Misalkan :

    \frac{d^2}{dt^2} = r^2

    maka bisa disimpulkan

    r^2 + ω^2 = 0

    Persamaan ini r22=0 memiliki akar-akar yang homogen seperti pada Solusi Umum PBD Orde II yakni r1,2 = ±iω0 dengan solusi :

    y_{(t)}=c_1 \cosω_0t+c_2\sinω_0t

    Untuk menentukan nilai konstanra c1 dan c2, kita lakukan sedikit trik dengan mengalikan ke dua ruas dengan :

    \frac{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}=1

    Sehingga persamaan dapat ditulis dengan :

    y_{(t)}=\sqrt{c_1^2+c_2^2}(\frac{c_1}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}} \cosω_0t+\frac{c_2}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}\sinω_0t)

    Misalkan R2=C12+C22, diambil dari sebuah segitiga siku-siku, maka

    \cosθ=\frac{c_1}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}} 

    dan

    \sin θ= \frac{c_2}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}

    Sehingga solusi y(t) dapat ditulis :

    y_{(t)}=R (\sinθ\cos ω_0t+\cosθ\sin ω_0t)

    Bisa disederhanakan dengan indetintas Trigonometri yakni

    y_{(t)}=R \cos (ω_0t±θ)

    Dimana
    y(t)= simpangan gelombang
    R = Amplitudo
    θ = bilangan gelombang
    ω0 = frekuensi sudut dimana ω02=k/m

    Contoh Gerak dan Grafik Sinosoidal ada Pegas

    B. Analisis Matematis Gerak Pegas Teredam Lembut

    Pada kasus dunia nyata misalnya sebauh pegas yang dipasang pada sebuah motor. Pegas akan mendapatkan gaya peredam dari pegas agar getaran berhenti.

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =F_e

    Pada kasus Pegas teredam Lembut maka Fe adalah nol, sehingga peredam hanya berasal dari gaya peredam pegas.

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =0

    Kita gunakan pemisalan r = d/dt, sehingga persamaan ini dapat ditulis

    (m.r^2+D.r+k)y=0

    dengan demikian :

    m.r^2+D.r+k=0

    Pada kasus terdeam lembut Diskiriman berlaku D2 – 4mk < 0 sehingga akar-akar dapat dinyatakan dalam bilangan real dengan bentuk :

    r_{1,2}=\frac{-b±i\sqrt{4mk-D^2}}{2m}=\frac{-b}{2m}±\frac{i\sqrt{4mk-D^2}}{2m}

    suku pertama adalah α dan β. Bentuk solusi dari dari persamaan ini adalah :

    y_{(t)}=c_1e^{α +iβt}+c_2e^{α -iβt}

    masukkan nilai α dan β, sehingga solusinya gerak terdemannya menjadi

    y_{(t)}=Re^{\frac{-d}{2m}t}\cosβt-θ

    Dimana R adalah Simpangan maksimum awal atau y0

    Bentuk Getarannya seperti berikut :

    Grafik getaran pada pegas teredam
  • Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Ahmaddahlan.NET – Persamaan diferensial orde n melibatkan sebuah variable yang bergantung pada nilai variable lain dengan orde turunan ke-n. Misalkan sebuah persamaan x yang berubah terhadap y. Persamaan ini memiliki dua bentuk yang PDB Orde II Homogen dan Tak Homogen.

    y"+P_{(x)}y'+Q_{(x)}y=R_{(x)}

    Bentuk Umum PDB Orde II Homogen

    Jika sebuah persamaan memiliki nilai R(x)=0, maka Persamaan ini masuk dalam kategori Persamaan Homogen dengan bentuk :

    y” + ay’ + by = 0

    atau :

    (D2+aD1+b)y = 0

    dimana a dan y ≠ 0, misalkan Dy = ry dimana solusi sederhana dari ry = Aerx, maka:

    D2y = D(Dy) = D(ry) = r (Dy) = r(ry) = r2y

    sehingga persamaan (D2+aD1+b)y = 0 bisa ditulis (r2 + ar + b) y = 0, dengan demikian

    r2 + ar1 + b = 0

    Fungsi r2 + ar + b ini adalah fungsi polinom dengan karakteristik diskriminan

    ∆ = a2 + 4b

    Nilai diskriminan ini terdapat 3 kemungkinan yakni ∆ > 0, ∆ = 0, dan ∆ < 0.

    a. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ > 0

    Pada persamaan r2 + ar1 + b = 0 dengan r1 ≠ r2 dimana ∆ > 0 berasal dari nilai a > 0 dan a2 > 4b, maka solusi adalah

    u1 = er1x dan u2 = er2x

    Dengan demikian solusi umumnya sebagai berikut

    y = c1er1x + c2er2x

    b. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ = 0

    Untuk nilai diskriminan ∆ = 0, maka nilai a2 = 4b sehingga :

     r^2 + ar^1 + b = r^2+ar^1+\frac{a^2}{4}=0
    (r+\frac{a}{2})^2 = 0

    suku diatas memiliki akar-akar persamaan :

    r=-\frac{a}{2} (akar ganda)

    Nilau suku ux terbagi dalam dua kemungkinan yakni :

    ux = λux = erx

    sedangkan ux λux, misalkan :

    v(x) = xu(x) = xerx

    maka turunan v terhadap x adalah turunan parsial Dv = u.dv + v.du

    Dv=erx +rxerx=(1+rx)erx

    D2v = D erx(1+rx) = rerx(1+rx) + rerx

    (r2x+2r ) erx

    Subtitusikan ke persamaan (D2 + aD + b ) v, hasilnya

    ((r2x+2r ) erx) + a (1 + rx) erx+ b ) xerx

    Satukan suku-suku yang sama

    (r2x + ar + b) x + (a + 2r) erx = 0

    maka

    (r2x + ar + b) x = 0 dan (a + 2r) erx = 0

    Jadi v(x) = xerx adalah solusi dari u(x) dan v(x) bebas dan linier, solusi umumnya adalah :

    y = c1erx + c2xerx

    c. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ < 0

    Untuk ∆ = a2 – 4b < 0, maka akar-akar persamaan akan menghasilkan bilangan kompleks yang saling konjugat :

    r_{1,2}=\frac{-a ± \sqrt{a^2-4b}}{2}

    karena nilai a2 – 4b < 0 maka akar-karnya irsaional sehingga

    r_{1,2}=\frac{-a}{2}+i \frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    dimana i2 = -1

    masalkan :

    α = \frac{-a}{2}

    dan

    β =\frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    nilai dari r1 = α + iβ dan r2 = α – iβ. akar-akar persamaan adalah :

    \overline{y}_1=e^{r_1x}=e^{α+iβ}=e^{αx}(\cosβ+i \sin β)

    dan

    \overline{y}_2=e^{r_2x}=e^{α-iβ}=e^{αx}(cosβ-i \sin β)

    Persamaan tersebut bisa disederhanakan dengan menggunakan identitas Trigonometri

    y_1(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 + \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\cosβ

    dan

    y_2(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 - \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\sinβ

    sehingga solusi umunya adalah :

    y(x)=c1y1(x)+c2y2(x) = eax(cos β + sin β)

    Kesimpulan

    1. Untuk r1 ≠ r2 maka y1 = er1x dan y2 = er2x dengan bentuk solusi umum :

    y = c1er1x + c2er2x

    2. Untuk r1 = r2 maka y1 = erx dan y2 = xerx dengan bentuk solusi umum :

    y = c1erx + c2xerx

    3.Untuk r1 = u + wi dan r2 = u – wi atau disebut akar kompleks konjugat maka y1 = eux cos wx dan y2 = eux sin wx solusinya adalah :

    y = eux ( c1 cos wx + c2 sin wx)

  • Belajar Matlab – Solusi Persamaan Diferensial Biasa Numerik dengan Metode Heun

    Belajar Matlab – Solusi Persamaan Diferensial Biasa Numerik dengan Metode Heun

    AhmadDahlan.NET – Metode Heun adalah analisi Numerik yang digunakan menghitung luas sebuah daerah yang dibatasi oleh sebuah garis dari fungsi y dengan menggunakan pendekatan Perkiraan Gradian dari Garis yang ada. Metode ini adalah modifikasi Analisi Numerik PDB dengan metode Euler.

    Pada Metode Euler, Perhitungan dibatasi dengan penggunaan garis tangen dari potongan-potongan garis yang dibentuk olhe sebuah fungsi. Asumsinya semakin kecil inteval yang dibentuk maka semakin kecul pula kesalahan yang dihasilkan.

    Hanya saja Prediksi dari Euler masih terdapat kekurangan, misalnya pada garis lengkung ke bawah (cekung) persaman garis tebakan akan berada di daerah atas, begitu pula sebaliknya seperti ilutrasi berikut :

    Kelemahan Metode Euler dalam Peyelesaian Solusi PDB Orde I

    Pada Metode Heun Dilakukan Pendekatan yang lebih presisi dalam mengikuti kelengkungan dari Fungsi S yakni menebak gradien antara gardien yang lewat di atas curva dan di bawah curva seperti gambar di bawah ini

    Prediksi Gradian Tangensial di Metode Heun

    Langkah Penyelesaian Metode Heun Sebagai Berikut :

    1. Tentukan nilai fungsi menggunakan nilai awal x0 dan y0 :

    y' = f(x_1,y_1)

    2. Tentukan nilai y1+i. Persamaan ini disebut sebagai persamaan Prediktor

    y_{1+i}=y_i+y'h

    3. Tentukan nilai y1+i

    y_{1+i}' =

    4. Tentukan nilai rata-rata y

    \overline{y}= \frac{y_1+y_{1+i}'}{2} 

    5. Tentukan nilai Hampiran akhir

    y_{1+i}=y_i+\overline{y}*h

    Persamaan ini disebut sebagai persaman Corrector.

    A. Studi Kasus

    Misalkan sebuah Persamaan Diferensial Biasa orde I

    y' =4e^{0.8x}-5y 

    dengan batas bawah x = 0 dan batas x = 4 dengan langkah h = 1 dan kondisi awal y(0) = 2. Tentukan solusi numerik dari PDB Orde I tersebut dengan metode Heun!

    Solusi Metode analitik dari Persaman di atas adalah :

    y_{(x)} =\frac{4}{1,3}(e^{0,8x}-e^{-0,5x})+2e^{-0,5x}

    Solusi Numerik dengan Metode Heun

    1. Tentukan fungsi pada x = 0 dan x = 2

    y'= 4e^0-0,5(2) = 3

    2. Menentukan estimasi y pad x = 1 dengan dengan persamaan prediktor

    y_1=2+3(1) = 5

    3. Memperbaiki Nilai Estimasi y1+i digunakan y1 untuk memprediksi slope pada akhir interval

    y_1'=4e^{0.8(1)}-0,5(5)=6.402164

    4. Menggabungkan Slope awal dan slope akhir untuk menghasilkan slope rata-rata dari interval x=0 sampai x=1

    \overline{y}=\frac{3+6.402164}{2}=4.701082

    5. Solusi (4) disubstitusi ke persamaan korektor untuk memberikan nilai prediksi pada x=1

    y_1 = 2+ 4.701082(1) = 6.701082

    6. Substitusi balik hasil (5) ke persamaan ruas kanan korektor untuk memperbaiki prediksi y1

    y_1=2+\frac{3+4e^{0,8(1)}-0,5(6,701082)}{2}(1)=6.275811

    7. Lakukan langkah (6) sebanyak iterasi yang dinginkan

    y_1=2+\frac{3+4e^{0,8(1)}-0,5(6.275811)}{2}(1)=6.382129

    B. Script Matlab

    y0=2;
    h=1;
    mx(1)=0;
    my(1)=2;
    %solusi Numerik
    for ii=1:4
      f1=(4*exp(0.8*x))-(0.5*y0);
      y=y0+(f1*h)
      x=x+1
      f2=(4*exp(0.8*x))-(0,5*y);
      m=(f1+f2)/2;
      y=y0+m;
        for jj=1:16;
        y1=y;
        y=y0+((f1+(4*exp(0.8*x))-(0,5*y1))*h/2);
        y1=y;
        end
      mx(ii+1)=ii;
      my(ii+1)=y;
      y0=y
    end
    %solusi Analitik
    y_analitik = ((4/1.3*(exp(0,8*mx)-exp(-0,5*mx)))+2*exp(-0.5*mx);
    plot(mx,my,'r',mx,y_analitik,'b'b);