Tag: Termodinamika

  • Ringkasan Materi Gas dan Termodinamika

    Ringkasan Materi Gas dan Termodinamika

    Gas dan Termodinamika

    Partikel gas dalam ruang berhubungan dengan tekanan, volume dan suhu. Berapapun partikel gas, dapat diletakkan dalam suatu ruangan dengan volume tertentu, begitupula sebaliknya.

    Gas terdiri atas gas ideal dan gas sejati. Sifat-sifat gas ideal:

    1. Gas ideal memiliki ukuran partikel yang sangat kecil dibanding ruangannya.
    2. Gas ideal bergerak secara cepat dan sembarang, menurut garis lurus.
    3. Gas ideal bergerak akibat tumbukan antarpartikel atau tumbukan dengan ruangannya yang lenting sempurna.
    4. Gas ideal memiliki gaya tarik menarik antarpartikel yang lemah.

    A. Persamaan Gas Ideal

    Persamaan Umum Gas Ideal

    PV = nRT
    PV = NkT

    P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)
    V = volume gas (m3)
    n = jumlah mol partikel (mol)
    N = jumlah partikel (partikel)
    R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K atau 0,082 atm.L/mol.K)
    k = tetapan Boltzmann (1,38 x 10-23 J/K)
    T = suhu mutlak gas (K)

    Satuan tekanan yang sering digunakan:

    1. 1 bar = 105 Pa
    2. 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg = 1,01 bar = 1,01 x 105 Pa

    Hubungan tetapan, mol, dan jumlah partikel persamaan gas ideal:

    k=\frac{R}{N_A}
    n=\frac{N}{N_A}
    n=\frac{m}{M_r}

    NA atau L = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 partikel)
    m = massa benda (gram)
    M atau mm = massa molar (Ar atau Mr) (gram/mol)

    1. Proses Isometrik

    Proses isotermik adalah keadaan dimana suhu selalu konstan, dan berlaku hukum Boyle yang menghubungkan volume dengan tekanan gas.

    Bagan Proses dan Rumus Isomterik

    2. Proses Isohorik

    Proses isokhorik adalah keadaan dimana volume selalu konstan, dan berlaku hukum GayLussac yang menghubungkan tekanan dengan suhu gas.

    Proses Isohorik dan Rumus Kesamaan Volume Termodinamika

    3. Proses Isobarik

    Proses isobarik adalah keadaan dimana tekanan selalu konstan, dan berlaku hukum Charles (Boyle Gay-Lussac) yang menghubungkan volume dengan suhu gas.

    Proses dan Rumus Isobarik Termodinamika

    B. Energi Kinetik Gas

    Energi kinetik gas (Ek) adalah energi yang dimiliki gas akibat bergerak. Energi kinetik rata-rata suatu partikel gas secara umum dapat dirumuskan:

    \bar{E_k}=\frac{1}{2}m\bar{v^2}
    \bar{E_k}=\frac{3}{2}kT

    mo = massa tiap partikel (kg)
    v̅ = kecepatan rata-rata (m/s2)

    1. Teori Ekuipartisi

    Teori ekuipartisi energi menjelaskan bahwa energi kinetik rata-rata dipengaruhi derajat kebebasan partikel gas.

    \bar{E_k}=\frac{1}{2}fkt
    \bar{E_k}=\frac{1}{2}f\frac{PV}{N}

    Derajat kebebasan adalah kebebasan partikel gas untuk bergerak dalam ruang akibat gerak translasi (vibrasi) dan gerak rotasi. Energi kinetik rata-rata menurut teori ekuipartisi energi:

    1. Gas monoatomik

    Gas monoatomik hanya melakukan gerak translasi (vibrasi) ke tiga sumbu, sehingga f = 3.

    Gas Monoatomik Energi Kinetik
    2. Gas diatomik

    Gas diatomik melakukan gerak translasi (vibrasi) ke tiga sumbu dan gerak rotasi pada sumbu y dan z, sehingga f = 5.

    Teori Ekipartisi Gas Diatomik

    Kecepatan rata-rata atau efektif (vrms) gas ideal dapat dirumuskan:

    v_{rms}=\sqrt{\frac{3kT}{m_o}}=\sqrt{\frac{3RT}{M}}=\sqrt{\frac{3P}{\rho}}

    mo = massa tiap partikel (kg)
    ρ = massa jenis gas (kg/m3)

    Energi dalam gas (U) adalah total energi kinetik seluruh partikel gas dalam suatu ruangan.

    U= N\bar{E_k}{}
    U=N\frac{1}{2}fkT
    U=\frac{1}{2}fnRT

    U = Energi Dalam (J)
    mo = massa tiap partikel (kg)
    ρ = massa jenis gas (kg/m3)

    Derajat kebebasan gas pada energi dalam gas dipengaruhi oleh suhu juga.

    1. Gas monoatomik memiliki f = 3, tidak dipengaruhi suhu.
    2. Gas diatomik dipengaruhi suhu:
      1. Suhu rendah (0-300 K) memiliki f = 3,
      2. Suhu sedang (300-500 K) memiliki f = 5,
      3. Suhu tinggi (500-1000 K) memiliki f = 7

    D. Hukum Termodinamika I

    Hukum termodinamika I adalah hukum kekekalan energi pada gas, berbunyi:

    Kalor yang diterima gas digunakan untuk mengubah energi dalam gas menjadi usaha.

    Persamaan hukum termodinamika I :

    Q = ΔU + W

    Q = energi kalor (J)
    ΔU = perubahan energi dalam (J)
    W = usaha gas (J)

    Usaha (W) pada gas dapat dirumuskan:

    W = PΔV
    W = nRΔT
    W=\int^{V_2}_{V_1}PdV

    Usaha pada grafik hubungan P-V:

    Grafik PV Usaha Termodinamika

    Perubahan energi dalam (U) dapat dirumuskan:

    ΔU = U_2 – U_1
    ΔU =\frac{3}{2}nRΔT

    Makna nilai usaha dan perubahan energi dalam:

    1. +W berarti gas melakukan usaha, volume bertambah (ekspansi).
    2. -W berarti gas menerima usaha, volume berkurang (kompresi).
    3. +ΔU berarti terbentuk energi dalam, suhu naik.
    4. -ΔU berarti energi dalam berubah menjadi usaha, suhu turun.

    Proses-proses pada gas:

    1. Proses isobarik (P konstan)

    Grafik dan Rumus Porses Isobarik Usaha Gas Termodinamika

    Pada proses isobarik, berlaku:

    P_1 = P_2
    ΔU = U_2 – U_1
    W = P. ΔV

    Hukum termodinamika I : Q = ΔU + W

    2. Proses isokhorik (V konstan)

    Grafik dan Rumus IsoVolume Usaha Gas Termodinamika

    Pada proses isokhorik, berlaku:

    V_1 = V_2
    ΔV = 0
    ΔU = U_2 – U_1
    W = 0

    Hukum termodinamika I : Q = ΔU

    3. Proses isotermik (T konstan)

    Proses Isotermik dan Rumus dan Grafik Usaha Termodinamika

    Pada proses isotermik, berlaku:

    T_1 = T_2
    ΔT = 0
    ΔU = 0
    W = nRT\ln\frac{V_2}{V_1}

    Hukum termodinamika I : Q = W

    4. Proses adiabatik (Q = 0)

    Grafik Proses Adibatik

    Pada proses adiabatik, berlaku : Q = 0

    Tetapan Laplace adalah perbandingan kapasitas kalor gas pada P konstan dengan kapasitas kalor gas pada V konstan.

    γ = \frac{C_P}{C_V}

    Cp = kalor jenis pada P konstan (J/kg.K)
    CV = kalor jenis pada V konstan (J/kg.K)
    γ = tetapan Laplace (>1)Tetapan Laplace pada gas monoatomik:

    Tetapan Laplace pada gas monoatomik:

    C_P =\frac{5}{2}nR
    
    C_V =\frac{3}{2}nR
    γ ≈ 1,6

    Tetapan Laplace pada gas diatomik:

    C_P =\frac{7}{2}nR
    
    C_V =\frac{5}{2}nR
    γ ≈ 1,4

    Hubungan kapasitas kalor Cp dan CV:

    C_P – C_V = nR
    W = (C_P – C_V)ΔT

    Hukum termodinamika I : W = –ΔU

    5. Siklus (ISotermik)

    Siklus Isotermik Termodinamika Gas

    Pada siklus gas, segala sesuatu tidak bergantung proses, tetapi bergantung pada awal dan akhir siklus.

    T_1 = T_2
    ΔT = 0
    ΔU = 0

    Hukum termodinamika I : Q = W

    D. Hukum Termodinamika II

    Hukum termodinamika II dinyatakan oleh Clausius dan Thomas-Kevin-Planck.

    1. Kalor tidak mengalir spontan dari dingin ke panas, kecuali ada usaha dari luar.
    2. Tidak ada mesin yang dapat mengubah kalor menjadi usaha secara utuh dan reversibel.
    3. Tidak ada mesin yang bekerja hanya dengan mengambil energi dari reservoir panas kemudian membuangnya kembali untuk menghasilkan mesin abadi.

    A. Mesin Kalor

    Mesin kalor/panas adalah mesin yang mengubah kalor dari suatu sumber kalor (reservoir panas) menjadi usaha dan sebagian lainnya dibuang ke lingkungan (reservoir dingin).

    Bagan Reservoir Panas Mesin Termodinamika

    Hukum termodinamika II

    Q_1 = W + Q_2
    W = Q_1 – Q_2

    Efisiensi mesin panas

    η =\frac{W}{Q_1} 100\%
    η =(1-\frac{Q_2}{Q_1}) 100\%

    B. Mesin Carnot

    Mesin panas Carnot adalah mesin panas yang efisiensinya mendekati 100% atau mesin ideal.

    Grafik Siklus Carnot dengan ISbarik dan Adiabatik
    \frac{Q_2}{Q_1}=\frac{T_2}{T_1}

    Q1 dan Q2 = kalor input dan output (J)
    T1 dan T2 = suhu tinggi dan rendah (K)

    Efisiensi mesin panas

    η =(1-\frac{T_2}{T_1}) 100\%
    \frac{W}{Q_1}= 1 – \frac{T_2}{T_1}

    C. Mesin Dingin

    Mesin dingin/pendingin (refrigerator) adalah mesin yang menggunakan usaha untuk membuang kalor dari lingkungan dalam (reservoir dingin) ke lingkungan luar (reservoir panas).

    Bagan Mesin Pendingin Refrigerator Hukum II Termodinamika

    Hukum termodinamika II

    W + Q_2 = Q_1
    W = Q_1 – Q_2

    Koefisien performansi mesin dingin

    k_P =\frac{Q_2}{W}=\frac{Q_2}{Q_1-Q_2}

    kp = koefisien performansi (>1)
    Q2 = kalor yg dipindahkan dari reservoir dingin (J)
    W = usaha (J)

  • Ringkasan Materi Kalor

    Ringkasan Materi Kalor

    Kalor

    Kalor adalah energi yang mengalir bari sebuah benda/sistem ke benda/sistem lain karena terdapat peberdaan suhu (Tida setimbang Termal). Perpindahan kalor terjadi secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, hingga akhirnya terjadi kesetimbangan termal.

    Satuan kalor yang sering digunakan:

    1. 1 J = 0,24 kal
    2. 1 kal = 4,2 J

    Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1 K pada 1 kg benda.

    c =\frac{Q}{m\Delta T}

    c = kalor jenis (J/kg K)
    Q = energi kalor (J)
    m = massa benda (kg)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1 K.

    C=\frac{Q}{\Delta T}

    C = kapasitas kalor (J/K)

    Energi kalor dapat dirumuskan:

    Q=mc\Delta T
    Q=C\Delta T

    A. Azas Black

    Azas Black menjelaskan kekekalan energi kalor:

    Banyaknya kalor yang dilepas sama dengan banyak kalor yang diterima.

    Q_l=Q_t

    Ql= Kalor lepas (J)
    Qt= Kalor Terima

    Suhu akhir (campuran) adalah suhu yang dihasilkan oleh benda yang berbeda suhu yang telah mencapai kesetimbangan termal. Azas Black dapat dirumuskan:

    m_1c_1(T_1-T_c) = m_2c_2(T_c-T_2)

    m = massa benda (kg)
    c = kalor jenis (J/kg K)
    Tc = suhu campuran (K)

    Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Kalorimeter bekerja berdasarkan azas Black. Kalorimeter adalah sistem terisolasi, sehingga tidak ada energi kalor yang terbuang ke lingkungan.

    B. Perubahan Wujud oleh Kalor

    Kalor dapat menyebabkan perubahan wujud.

    Bagan Perubahan Wujud karena Kalor
    1. Peleburan, proses perubahan zat cair menjadi zat padat.
    2. Pembekuan, proses perubahan zat padat menjadi zat cair.
    3. Penguapan, proses perubahan zat cair menjadi gas.
    4. Pengembunan, proses perubahan gas menjadi zat cair.
    5. Pengkristalan/ deposisi, proses perubahan gas menjadi zat padat.
    6. Penyumbliman, proses perubahan zat padat menjadi gas.

    Kalor laten adalah kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat tanpa kenaikan suhu tiap satuan massa. Kalor laten terdiri dari kalor lebur/beku dan kalor uap/embun.

    Energi kalor yang dihasilkan kalor laten dapat dirumuskan:

    Q=mL

    Q = energi kalor (J)
    m = massa benda (kg)
    L = kalor laten (J/kg)

    Pada perubahan wujud air dari es menjadi uap, terjadi peleburan dan penguapan.

    1. Penguapan air terjadi di permukaan air pada suhu sembarang.
    2. Mendidih adalah peristiwa penguapan di seluruh bagian air, terjadi pada suhu 100oC pada tekanan 1 atm.
    3. Tekanan mempengaruhi titik didih dan titik beku air.

    Tekanan berbanding lurus dengan titik didih dan berbanding terbalik dengan titik beku air.

    Grafik Perubahan Wujud Zat Suhu dan terhadap Waktu

    C. Perpindahan Kalor

    Kalor berpindah menurut tiga cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

    Ilustrasi Perpindahan Kalor Konveksi Konduksi dan Radiasi

    1. Konduksi

    Konduksi adalah perpindahan kalor dengan zat perantara tanpa disertai perpindahan partikel partikel zat.

    Q= \frac{kAt∆T}{L}
    H=\frac{Q}{t}=\frac{kA∆T}{L}

    Q = energi kalor (J)
    H = laju perpindahan kalor (J/s)
    t = waktu perpindahan kalor (s)
    k = koefisien konduktivitas termal (W/mK)
    A = luas penampang (m2)
    L = panjang batang (m)
    ΔT = selisih suhu tinggi dengan suhu rendah (K)

    Proses konduksi yaitu:

    1. Pada benda non-logam, perpindahan terjadi akibat getaran partikel yang menumbuk partikel di sebelahnya, sehingga berlangsung lambat.
    2. Pada benda logam, perpindahan terjadi melalui elektron bebas pada lautan valensi ikatan logam yang mudah berpindah, sehingga berlangsung cepat.

    Contoh peristiwa konduksi:

    1. Alat masak memanaskan isinya dengan prinsip konduksi.
    2. Sendok apabila dipanaskan salah satu ujungnya, maka unjung lainnya akan terasa panas.

    2. Konveksi

    Konveksi terjadi pada zat yang merupakan fluida, yaitu air atau gas. Konveksi terjadi akibat perbedaan massa jenis.

    Jenis-jenis konveksi:

    1. Konveksi alamiah, terjadi akibat perbedaan massa jenis.
      • Contoh: pemanasan air, ventilasi udara, cerobong asap, angin darat dan angin laut.
    2. Konveksi paksa, terjadi akibat adanya tambahan seperti peniupan atau pemompaan zat yang dipanaskan ke suatu tempat.
      • Contoh: radiator mobil, pengering rambut, lemari es.

    3. Radiasi

    Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara yang hanya melalui pancaran gelombang elektromagnetik.

    Q = eσAtT^4
    H= \frac{Q}{t}=eσAT^4
    I =\frac{Q}{At}=eσT^4

    Q = energi kalor (J)
    H = laju perpindahan kalor (J/s)
    t = waktu perpindahan kalor (s)
    I = intensitas radiasi (W/m2)
    e = koefisien emisivitas
    σ = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2.K4)
    A = luas permukaan (m2)
    T = suhu mutlak benda (K)

    Radiasi dipancarkan oleh seluruh benda yang memiliki suhu, dan dipengaruhi oleh warna permukaan. Warna permukaan mempengaruhi nilai emisivitas benda (e):

    1. Nilai emisivitas benda berkisar 0 ≤ e ≤ 1.
    2. Warna hitam memiliki nilai e = 1, yang merupakan penyerap dan pemancar kalor yang baik.
    3. Warna putih memiliki nilai e = 0 , yang merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk.

    Contoh peristiwa radiasi:

    1. Sinar matahari dapat memancar ke bumi karena radiasi.
    2. Api unggun memancarkan panas secara radiasi.
    3. Panel surya dan rumah kaca menyerap panas dari radiasi.
  • Ringkasan Materi Suhu dan Pemuaian

    Ringkasan Materi Suhu dan Pemuaian

    Suhu

    Suhu adalah ukuran energi kinteik rata-rata dari seluruh molekul baik benda maupun sistem. Secara sederhana suhu didefenisikan sebagai derajat panas dingin dari sebuah sistem dan benda itu sendiri.

    Suatu benda dikatakan:

    1. Bersuhu tinggi jika benda itu panas, memiliki energi kinetik molekul rata-rata yang tinggi, dan gerakan molekul yang cepat.
    2. Bersuhu rendah jika benda itu dingin, dan memiliki energi kinetik molekul rata-rata yang rendah, dan gerakan molekul yang lambat.

    Perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan sifat benda yang disebut dengan sifat termometrik. Sifat termometrik antara lain:

    1. Perubahan wujud
    2. Perubahan tekanan
    3. Perubahan ukuran
    4. Perubahan warna (peristiwa radiasi)
    5. Perubahan daya hantar listrik

    A. Termometer

    Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Termometer dibuat berdasarkan sifat termometrik.

    Macam-macam termometer:

    1. Termometer raksa/klinis, didalamnya diisi raksa yang dapat memuai dan menyusut.
    2. Termometer gas, didalamnya diisi gas hidrogen atau helium yang dapat memuai dan menyusut.
    3. Termometer hambatan, terbuat dari platina yang kenaikan nilai hambatan listriknya berbanding lurus dengan kenaikan suhu.
    4. Termometer paramagnetik, terbuat dari logam yang diamati sifat magnetiknya.
    5. Termometer optik (pirometer), terbuat dari logam yang diamati perubahan warnanya.
    6. Termometer bimetal, terbuat dari dua keping logam tipis yang tingkat kelengkungannya berbanding lurus dengan kenaikan suhu.
    7. Termokopel (thermocouple), terbuat dari dua kawat dengan jenis logam yang berbeda dan terhubung ke amperemeter.

    Skala

    Termometer memiliki beberapa skala, diantaranya adalah skala Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin. Penetapan skala termometer didasarkan atas dua titik acuan skala, yaitu titik tetap atas dan titik tetap bawah.

    1. Titik tetap atas (TA) adalah titik didih air pada tekanan 1 atm.
    2. Titik tetap bawah (TB) adalah titik beku air pada tekanan 1 atm
    Jenis-Jenis Skala Pada Termometer

    Konversi skala dapat dirumuskan:

    \frac{X-X_B}{X_A-X_B}=\frac{Y-Y_B}{Y_A-Y_B}

    X = suhu terukur oX
    Y = suhu terukur oY
    XA = titik atas skala oX
    XB = titik bawah skala oX
    YA = titik atas skala oY
    YB = titik bawah skala oX

    Persamaan konversi skala secara umum dapat ditulis

    \frac{C}{5}=\frac{R}{4}=\frac{F-32}{9}=\frac{K-273}{5}

    B. Pemuaian Zat

    Benda yang mengalami perubahan suhu dapat memuai dan menyusut. Pemuaian zat terdiri dari pemuaian zat padat, zat cair dan gas. Pemuaian zat padat yang dapat terjadi adalah pemuaian panjang, luas, dan volume.

    1. Pemuaian Panjang

    Rumus Pemuaian Panjang
    ΔL = L_oαΔT
    L’ = L_o + ΔL
    L’ = L_o(1 + αΔT)

    Lo = panjang awal (m)
    ΔL = perubahan panjang (m)
    L’ = panjang akhir (m)
    α = koefisien muaipanjang (K-1)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    2. Pemuaian Panjang

    Pemuaian luas dapat dirumuskan:

    Ilustrasi dan Rumus Pemuaian Luas
    ΔA= A_o\beta ΔT
    A’ = A_o + ΔA
    A’ = A_o(1 + βΔT)

    Ao = luas awal (m2)
    ΔA = perubahan luas (m2)
    A’ = luas akhir (m2)
    β = koefisien muai luas (K-1)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    3. Pemuaian Ruang

    Ilustrasi Pemuaian Ruang Volume
    ΔV= V_o\gamma ΔT
    V’ =V_o + ΔV
    V’ = V_o(1 + γΔT)

    Vo = volume awal (m3)
    ΔV = perubahan volume (m3)
    V’ = volume akhir (m3)
    γ = koefisien muai volume (K-1)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    4. Pemuaian pada Fluida

    Volume zat cair yang mengalami perubahan suhu berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Anomali air adalah sifat tidak teratur air yang terjadi pada suhu 0 – 4oC. Pada suhu tersebut, zat cair yang dipanaskan bukannya memuai, namun justru menyusut. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peristiwa perubahan wujud es menjadi air.

    Pemuaian gas yang dapat terjadi adalah pemuaian volume yang berhubungan dengan tekanan dan suhu. Pemuaian gas dijelaskan oleh hukum Boyle, hukum Gay-Lussac, hukum Charles, dan persamaan gas ideal.

    a. Hukum Boyle

    Hukum Boyle menghubungkan volume dengan tekanan gas.

    Tekanan gas pada suhu konstan berbanding terbalik dengan volume gas, atau hasil kali antara tekanan dan volume gas pada suhu konstan adalah konstan.

    dapat dirumuskan:

    P_1V_1=P_2V_2

    P = tekanan gas (Pa)
    V = volume gas (L)

    b. Hukum Gay-Lussac

    Hukum Gay-Lussac menghubungkan tekanan dengan suhu gas.

    Tekanan mutlak gas pada volume konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.

    \frac{P_1}{T_1}=\frac{P_2}{T_2}

    P = tekanan gas (Pa)
    T = suhu gas (K)

    c. Hukum Charles

    Hukum Charles menghubungkan volume dengan suhu gas.

    Volume gas pada tekanan konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.

    \frac{V_1}{T_1}=\frac{V_2}{T_2}

    V = volume gas (Pa)
    T = suhu gas (K)

    Persamaan gas ideal adalah gabungan dari ketiga hukum di atas, dimana tidak ada variabel yang dijaga konstan.

    \frac{P_1V_1}{T_1}=\frac{P_2V_2}{T_2}
  • Potensial Termodinamika – Energi Dalam U dan Legendre Transformation

    Potensial Termodinamika – Energi Dalam U dan Legendre Transformation

    Potensial Energi secara umum didefinisikan adalah bentuk energi yang tersimpan (Stored Energy) yang tergantung keadaan dari bentuk energi yang ditinjau. Dalam fisika, Energi Potensial ditemukan dalam bentuk Potensial Gravitasi, Potensial Listrik, Potensial Kimia, Potensial Pegas, dan Potensial Termodinamika. Energi ini baru dapat dimanfaatkan ketika diubah ke dalam bentuk energi lain.

    A. Potensial Termodinamika

    Potensial termodinamika adalah besaran skalar berupa fungsi keadaan yang menunjukkan kesetimbangan dan stabilitas sebuah sistem termodinamika. Energi potensial Termodinamika paling umum dinyatakan dalam empat bentuk yakni

    1. Entalpi (H)
    2. Energi Dalam (U)
    3. Energi Bebas Helmholtz (F)
    4. Energi Bebas Gibbs (G)

    Dalam tinjauan Fisika, Energi Dalam ditinjau dengan fungsi U(V,T) sebagai potensial Termodinamika sedangkan dalam tinjauan kimia, Entalpi H(P,T) digunakan sebagai fungsi keadaan.

    1. Energi Dalam (U)

    Persamaan umum termodinamika ditunjukkan melalui fungsi

    dU=T.dS+\sum_{i=1}^{m}F_idq_i+\sum_{j=1}^{\alpha}µ_jdN_j

    Dimana {F,q} melambatkan Konjugat variabel Intensif dan Ekstensi yang menunjukkan karakteristik dari sebuah sistem. Singkatnya pada gas:

    {F, q} → {−P, V }

    Sedangkan pada sistem magnetik dinyatakan dalam:

    {F, q} → {B,M}

    Potensial Kimia

    Jumlah partikel yang ada dalam sistem merupakan variabel ekstensif alami dari energi bebas. Jumlah partikel dari jenis yang berbeda (j) disimbolkan Nj, dimana j mulai dari 1,…, α. Masing-masing variabel intensif (µ) dari setiap µj, mewakili potensial kimia dari sistem.

    Potensial kimia sebuah gas indekti dengan energi fermi dari sebuah gas dalam keadaan Fermi, yakni pada tekanan yang rendah. Namun beberapa partikel bisa saja melewati batas membran melalui proses difusi yang bisa berdampak pada nilai Nj, dengan demikian jumlah partikel tidak harus konstan.

    a. Energi Dalam Gas (U)

    Energi dalam gas setara dengan

    dU =TdS-PdV+µdN

    dalam gas monoatomik, maka

    T=\left(\frac{∂U}{∂S} \right)_{V,N}
    -P=\left(\frac{∂U}{∂V}\right)_{S,N}
    µ=\left(\frac{∂U}{∂N}\right)_{S,N}

    Fungsi Respon. Fungsi Respon adalah fungsi yang pentil dalam eksperimen yang didapatkan melalui persamaan diferensial biasa orde dua dari energi dalam.

    Untuk CV

    \left(\frac{∂^2U}{∂S^2} \right)_{V,N}=\left(\frac{∂T}{∂S} \right)_{V,N}=\frac{T}{C_V}

    Persamaan ini bisa ditulis ulang dalam bentuk

    C_V=T\left(\frac{∂S}{∂T} \right)_{V,N}=T\left[ \left(\frac{∂^2U}{∂S^2} \right)_{V,N}\right ]^{-1}

    Dan untuk κS

    \left(\frac{∂^2U}{∂V^2}\right)_{S,N}=\left(\frac{∂P}{∂V}\right)_{S,N}=\frac{1}{Vκ_S}

    Persamaan dapat ditulis ulang

    κ_S=\frac{1}{V}=\left[\left(\frac{∂^2U}{∂V^2}\right)_{S,N} \right ]^{-1}

    b. Energi Dalam Gas Ideal Monatomic

    Pada gas Ideal Monoatomik terdapat tiga persamaan umum yakni

    PV =nRT
    U=\frac{3}{2}nRT
    C_V=\frac{3}{2}nR

    Ketiganya digunakan menurunkan persamaan yang berkaitan dengan energi dalam (U). Mari mulai dengan Entropi (S)

    S(T,V)-S(T_0,V_0)=\frac{3nR}{2}\log \left( \frac{T}{T_0}\right)-nR \log\left( \frac{V}{V_0}\right)

    Dalam Gas ideal untuk hubungan U = 3nRT/2, nilai T/T0 dapat diganti dengan U0, maka persamaan tersebut dapat ditulis:

    S(T,V)-S(T_0,V_0)=\frac{3nR}{2}\log \left( \frac{U}{U_0}\right)-nR \log\left( \frac{V}{V_0}\right)

    Masukkan nilai CV,

    \frac{S-S_0}{C_V}=\ln \left( \frac{U}{U_0}\right)+\frac{3}{2} \ln \left( \frac{V}{V_0}\right)=\left[ \frac{U}{U_0} \left( \frac{V}{V_0}\right)^{\frac{3}{2}}\right ]

    solusi matematis dari persamaan ini adalah

    U(S,V)=U_0\left ( \frac{V_0}{V} \right)^{\gamma-1}e^{\frac{S-S_0}{C_V}}

    dimana γ = 5/3

    persamaan dasar untuk gas ideal, dengan U(S,V) sebagai potensial termodinamika. S,V adalah variabel natural bebas.

    2. Potensial Termodinamika vs Persamaan Keadaan

    Variabel alami untuk U adalah S dan V, dengan demikian maka Fungsi U(S,V) berlaku pada sebuah sistem tertentu. Turunan dari fungsi dapat digunakan untuk menentukan semua karakteristik termodinamika dari sebuah sistem. Persamaan keadaan ini dinyatakan

    U=U(T,V,N)

    untuk energi internal U sebaliknya –bukan– potensi termodinamika. Ini karena turunan persamaan di atas menghasilkan panas spesifik CV dan persamaan energi :

    \left(\frac{∂U}{∂T} \right)_V=C_V
    \left(\frac{∂U}{∂V} \right)_T=T\left(\frac{∂P}{∂T} \right)_V-P

    Perhatikan kedua persamaan tersebut tidak bergantung S dan P.

    3. Mekanika Klasik vs Termodinamika

    Sebagaimana pengantar yang diberikan di atas, bahwa bentuk energi Potensial. Dengan demikian kita bisa membuat analogi antara Energi Potensial menurut mekanika (EP) dan energi Potensial menurut Termodinamika dalam bentuk Energi dalam (U)

    B. Transformasi Legendre

    Sekalipun sangat baik digunakan dalam bentuk analisis matematis, Persamaan U(S,V,N) dalam menganalisis Potensial Termodinamika di dalam lab sangat sulit. Hal ini disebabkan Variable S yang sangat sulit dikontrol. Untuk tujuan praktis, maka kajian Potensial Termodinamika dianalisis dengan Transformasi Legendre.

    Pada Mekanika Klasik, Transformasi Legendre menghubungkan adalah fungsi Legendre L(q,q˙​) dengan fungsi Hamilton H(q,p). Dimana q adalah koordinat umum dan q˙​ dan p adalah kecepatan dan momentum. Dimana P

    p=\left(\frac{∂L}{∂\dot{q}} \right)_q

    Pada koordinat q konstan dan

    H(q, p) = p\dot{q} − L(q, \dot{q})
    Diagram Transformasi Legendre untuk Potensial Termodinamika

    1. Transformasi Legendre di Termodinamika

    Mari kita misalkan bentuk transformasi adalah:

    U(S,V,N) → H(S,P,N)

    dimana

    H(S,P,N) = U(S,V,N) + PV

    dan

    P=-\left(\frac{∂U}{∂V} \right)_S

    Perhatikan bahwa tekanan didefinisikan sebagai kemiringan (negatif) energi dalam U sehubungan dengan volume V , dalam analogi dengan transformasi dari kecepatan q˙ ke momentum p = ∂L/∂q˙ dalam mekanika klasik. Namun perhatikan konvensi tanda yang berbeda.

    Diferensial. Transformasi Legendre dapat dievaluasi dengan

    dH = d(U + P V ) = (T dS − P dV + µdN) + (P dV + V dP)

    dH diferensial dari entalpi dalam variabel S, P dan N. Hasilnya adalah:

    dH = T dS + V dP + µdN

    2. Bentuk Potensial Termodinamika

    a. Entalpi (H)

    Entalpi (H) adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi dari suatu sistem termodinamika. Entalpi terdiri dari energi dalam sistem, termasuk satu dari besaran potensial termodinamika dan fungsi keadaan, juga volume dan tekanannya (merupakan besaran ekstensif) Satuan SI dari entalpi adalah Joule, namun digunakan juga satuan British thermal unit dan kalor.

    Entalphi (H) didefinisikan :

    H = U + PV

    Dalam koordinat Alamnya :

    dH = F dS + V dP

    Perubahan Entalphi (H) ketika sistem mengalami Proses infinitesimal adalah :

    dH = dU + PdV + VdP

    Dari Hukum ke-1, untuk proses yang reversibel :

    TdS = dU + P dV

    Maka ditulis :

    dH = T dS + V dP

    Karena S dan P sebagai koordinat alami dari H maka ditulis H = H(S,P) dan persamaannya :

    \left ( \frac{dH}{dS} \right)_P= T
    \left ( \frac{dH}{dS} \right)_P= V

    Fungsi Entalphi (H) ini,  mampu melukiskan sifat – sifat zat murni. Sifat zat murni dapat dilukiskan dengan diagram H-S-P, yang berupa suatu permukaan dengan T dan V menyatakan nilai kemiringan fungsi H tersebut.

    b. Energi Dalam (U)

    ENERGI THERMAL/ENERGI DALAM (U) :

    Energi dalam (U) adalah total Energi Kinetik (Ek) dan Energi Potensial (Ep) yang ada di dalam sistem. Oleh karena itu Energi Dalam bisa dirumuskan dengan persamaan :  U = Ek + Ep. 

    Namun karena besar Energi Kinetik dan Energi Potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar Energi Dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah besar Perubahan Energi dalam suatu sistem.

    Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur Kalor (Q) dan Kerja (W), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan persamaan : 

    U = Q + W

    1. Jika sistem menyerap kalor, maka Q bernilai positif (+)
    2. Jika sistem melepaskan kalor ke lingkungan, maka Q bernilai negative (-)
    3. Jika sistem melakukan kerja, maka W pada rumus tersebut bernilai positif (+)
    4. Jika sistem dikenai kerja oleh lingkungan, maka W bernilai negative (-)

    Sebagai fungsi termodinamik, Energi dalam (U) dapat dinyatakan sebagai fungsi dua koordinat termodinamik yang mana saja. Misalnya : 

    U = U(P,V)
    U = U(P,T)
    U = U(V,T)

    Dalam koordinat alamnya : 

    dU = T dS – P dV

    Dari Hukum ke-1, untuk sistem hidrostatis :

    dU = dQ – P dV

    Karena S dan V sebagai koordinat alami dari U maka ditulis  U = U(S,V) dan  persamaannya :

    \left ( \frac{dU}{dS} \right)_V= T
    \left ( \frac{dU}{dV} \right)_s= -P

    c. Fungsi Helmholtz (F)

    Energi bebas Helmholtz (F) adalah potensial termodinamika yang mengukur kerja yang “bermanfaat” dari sistem termodinamika tertutup dengan suhu dan volume yang konstan. Perbedaan negatif energi Helmholtz sama dengan jumlah maksimal kerja yang dapat dilakukan suatu sistem dalam proses termodinamika dengan volume konstan.

    Fungsi Helmholtz atau energy bebas Helmholtz, didefinisikan sebagai :

    F = U – TS

    Dalam koordinat alamnya :

    dF = S dT – P dV

    Untuk proses reversible  infinitesimal, perubahan kecil dari F  :

    dF = dU – T dS – S dT

    Dari Hukum ke-1 , untuk proses reversibel :

    dU  – TdS = – P dV

    sehingga :

    dF = – P dV – S dT

    Karena T dan V sebagai koordinat alami dari F maka ditulis F = F(T,V) dan persamaannya :

    \left ( \frac{dF}{dT} \right)_T= -P
    \left ( \frac{dF}{dT} \right)_V= -S

    Fungsi Helmholtz, didefinisikan oleh karena banyak proses kimia yang berlangsung secara isoterm dan isovolum. 

    d. Fungsi Gibbs

    Energi bebas Gibbs (G) adalah suatu potensial termodinamika yang dapat digunakan untuk menghitung kerja reversibel maksimum yang dapat dilakukan oleh sistem termodinamika pada suhu dan tekanan konstan (isotermik, isobarik).

    Penurunan energi bebas Gibbs (Joule dalam SI) adalah jumlah maksimum pekerjaan non-ekspansi yang dapat diekstraksi dari sistem termodinamika tertutup; maksimum tersebut dapat dicapai hanya dalam proses yang sepenuhnya reversibel. 

    Ketika sebuah sistem berubah secara reversibel dari keadaan awal ke keadaan akhir, penurunan energi bebas Gibbs sama dengan kerja yang dilakukan oleh sistem ke lingkungannya, dikurangi dengan kerja dari gaya tekanan.

    Energi Gibbs (G) juga merupakan potensial termodinamika yang diminimalkan saat sistem mencapai kesetimbangan pada tekanan dan suhu konstan. Derivasinya sehubungan dengan koordinat reaksi sistem yang hilang pada titik kesetimbangan. Dengan demikian, pengurangan G adalah kondisi yang diperlukan untuk spontanitas proses pada tekanan dan suhu konstan.

    Fungsi Gibbs atau energy bebas Gibbs didefinisikan sebagai :

    G = H – TS

    Dalam koordinat alamnya :

    dG = V dP – S dT

    Untuk proses reversible infinitesimal :

    dG = dH – T dS – S dT

    Dari Hukum ke-1, untuk proses reversible :

    dH – T dS = V dP

    sehingga :

    dG = V dP – S dT

    Karena P dan T sebagai koordinat alami dari G maka ditulis G = G(P,T) dan persamaannya :

    \left ( \frac{dG}{dP} \right)_T= V
    \left ( \frac{dG}{dT} \right)_P= -S

    Fungsi Gibbs adalah untuk menjelaskan proses yang berlangsung secara isotermal dan isobarik seperti pada proses perubahan fase.

    di mana:

    H = Entalpi (Joule)
    U = Energi Dalam /Energi Thermal (Joule)
    F = Fungsi Helmholtz / Energi Bebas Helmholtz (Joule)
    G = Fungsi Gibbs / Energi Bebas Gibbs (Joule)
    P = Tekanan (Pa)
    V = volume (m3)
    T = Suhu (K)

    S = Entropi (J/K)

  • Ujian Mid Termodinamika

    Ujian Mid Termodinamika

    Selamat datang di ujian Mid Termodinamika. Ujian ini dibuat openbook dan boleh menggunakan berbagai sumber dalam menjawab soal namun anda tidak diperbolehkan mencontek.

    Soal 1

    Rudi menemukan sebuah logam tanpa label bermassa 1 kg di lab fisika. Rudi kemudian memanaskan besi tersebut sampai suhunya naik 70oC, lalu menaruhnya ke dalam air bersuhu 25oC di kalorimeter ideal. Jika suhu campuran keduanya adalah 28oC, berapakah suhu campuran jika Rudi kembali memasukan 1 kg logam yang sama sebanyak 1 kg dengan suhu 70oC!

    Soal 2

    Tony merupakan seorang insinyur pembangunan yang berangkat bekerja menggunakan mobil. Pada saat dia bekerja di lapangan, dia menaruh sejumlah air mineral dalam botol, paku dan mistar besi di dalam mobil.

    Setelah siang hari, Indikator suhu ruangan di dalam mobil menunjukkan suhu 40oC, padahal suhu rata-rata udara di luar mobil 33oC. Tony kemudian datang ke dalam mobil dan mengambil Mistar besi dan air mineral dalam botol. Ternyata Tony merasakan Mistra lebih panas dari air dalam kemasan yang ia pegang.

    Asumsikan mistar dari besi dengan kalor jenis 450 J/kgoC dan Air dengan kalor jenis 4200 J/kgoC.

    Pertanyaannya adalah :

    1. Berapakah suhu masing-masing barang yang diambil oleh Tony?
    2. Jika Peter tidak datang mengambil air di dalam mobil, apakah air akan mendidih?

    Berikan penjelasan anda mengenai jawaban tersebut!

    Soal 3 sampai 4

    Perhatikan dengan seksama Simulasi Phet tentang Karakteristik Gas di bawah ini! Perhatikan percobaan Gas Ideal dibawah@

    Soal Ujian Nomor 3.

    1. Buatlah sebuah percobaan dengan simulasi PheT untuk membuktikan keberlakuan Hukum
      1. Boyle
      2. Gay-Lussac
      3. Charles
    2. Sertakan data dan tabel pengamatan yang anda buat!
    3. gambarlah grafik P-V masih-masing hukum tersebut

    Soal Ujian Nomor 4

    Buatlah sebuah percobaan yang membuktikan keberlakuan hukum Gas Ideal yakni PV=nRT menggunakan simulasi di atas!

    Soal Ujian Nomor 5

    Sebuah sistem yang berisi sejumlah gas mengalami perubahan Volume 0,2 L menjadi 0,1 L. Tentukan perbandingan usaha sebelum dan sesudah perubahan volume oleh gas tersebut jika mengalami proses:

    1. Isobarik
    2. Isotermal
  • The First Law of Thermodynamics

    The First Law of Thermodynamics

    So far, we have considered various forms of energy such as heat Q, work W, and total energy E individually, and no attempt is made to relate them to each other during a process. The first law of thermodynamics, also known as the conservation of energy principle, provides a sound basis for studying the relationships among the various forms of energy and energy interactions.

    Based on experimental observations, the first law of thermodynamics states that energy can be neither created nor destroyed during a process; it can only change forms. Therefore, every bit of energy should be accounted for during a process.

    Ilustrasi hukum kekekalan energi dari Potensial ke Energi Kinetik
    Energy cannot be created or
    destroyed, it can only change forms

    We all know that a rock at some elevation possesses some potential energy, and part of this potential energy is converted to kinetic energy as the rock falls. Experimental data show that the decrease in potential energy (mgΔz) exactly equals the increase in kinetic energy:

    E=\frac{1}{2}m(v_2^2-v_1^2)

    when the air resistance is negligible, thus confirming the conservation of energy principle for mechanical energy.

    Consider a system undergoing a series of adiabatic processes from a specified state 1 to another specified state 2. Being adiabatic, these processes obviously cannot involve any heat transfer, but they may involve several kinds of work interactions. Careful measurements during these experiments indicate the following: For all adiabatic processes between two specified states of a closed system, the net work done is the same regardless of the nature of the closed system and the details of the process. Considering that there are an infinite number of ways to perform work interactions under adiabatic conditions, this statement appears to be very powerful, with a potential for far-reaching implications. This statement, which is largely based on the experiments of Joule in the first half of the nineteenth century, cannot be drawn from any other known physical principle and is recognized as a fundamental principle. This principle is called the first law of thermodynamics or just the first law.

    A major consequence of the first law is the existence and the definition of the property total energy E. Considering that the net work is the same for all adiabatic processes of a closed system between two specified states, the value of the net work must depend on the end states of the system only, and thus it must correspond to a change in a property of the system. This property is the total energy. Note that the first law makes no reference to the value of the total energy of a closed system at a state. It simply states that the change in the total energy during an adiabatic process must be equal to the net work done. Therefore, any convenient arbitrary value can be assigned to total energy at a specified state to serve as a reference point.

    Implicit in the first law statement is the conservation of energy. Although the essence of the first law is the existence of the property total energy, the first law is often viewed as a statement of the conservation of energy principle. Next we develop the first law or the conservation of energy relation with the help of some familiar examples using intuitive arguments.

    Energi dalam kentang Rebus hukum I Termodinamika

    First, we consider some processes that involve heat transfer but no work interactions. The potato baked in the oven is a good example for this case. As a result of heat transfer to the potato, the energy of the potato will increase.

    If we disregard any mass transfer (moisture loss from the potato), the increase in the total energy of the potato becomes equal to the amount of heat transfer. That is, if 5 kJ of heat is transferred to the potato, the energy increase of the potato will also be 5 kJ.

    Hukum I Termodinamika Pada PAnci yang sedang dipanaskan

    As another example, consider the heating of water in a pan on top of a range. If 15 kJ of heat is transferred to the water from the heating element and 3 kJ of it is lost from the water to the surrounding air, the increase in energy of the water will be equal to the net heat transfer to water, which is 12 kJ.

    Now consider a well-insulated (i.e., adiabatic) room heated by an electric heater as our system. As a result of electrical work done, the energy of the system will increase. Since the system is adiabatic and cannot have any heat transfer to or from the surroundings (Q=0), the conservation of energy principle dictates that the electrical work done on the system must equal the increase in energy of the system.

    Proses Pemanasan Adiabatik dengan Hukum I termodinamika
    Memanaskan Isi Gas dengan proses Adiabatik Termodinamika

    Next, let us replace the electric heater with a paddle wheel. As a result of the stirring process, the energy of the system will increase. Again, since there is no heat interaction between the system and its surroundings (Q=0), the shaft work done on the system must show up as an increase in the energy of the system.

    Many of you have probably noticed that the temperature of air rises when it is compressed. This is because energy is transferred to the air in the form of boundary work. In the absence of any heat transfer (Q=0), the entire boundary work will be stored in the air as part of its total energy. The conservation of energy principle again requires that the increase in the energy of the system be equal to the boundary work done on the system.

    Pemberian energi pada gas di dalam tabung dengan proses adiabatik
    Proses penerapan Hukum I Termodinamika

    We can extend these discussions to systems that involve various heat and work interactions simultaneously. For example, if a system gains 12 kJ of heat during a process while 6 kJ of work is done on it, the increase in the energy of the system during that process is 18 kJ. That is, the change in the energy of a system during a process is simply equal to the net energy transfer to (or from) the system.

    Energy Balance

    In the light of the preceding discussions, the conservation of energy principle can be expressed as follows: The net change (increase or decrease) in the total energy of the system during a process is equal to the difference between the total energy entering and the total energy leaving the system
    during that process.

    Ein-Eout=ΔEsystem

    This relation is often referred to as the energy balance and is applicable to any kind of system undergoing any kind of process. The successful use of this relation to solve engineering problems depends on understanding the various forms of energy and recognizing the forms of energy transfer.

    Energy Change of a System

    The determination of the energy change of a system during a process involves the evaluation of the energy of the system at the beginning and at the end of the process, and taking their difference. That is,

    Energy change= Energy at final state- Energy at initial state

    or

    ΔEsystem= Efinal-Einitial=E2-E1

    Note that energy is a property, and the value of a property does not change unless the state of the system changes. Therefore, the energy change of a system is zero if the state of the system does not change during the process. Also, energy can exist in numerous forms such as internal (sensible, latent, chemical, and nuclear), kinetic, potential, electric, and magnetic, and their sum constitutes the total energy E of a system. In the absence of electric, magnetic, and surface tension effects (i.e., for simple compressible systems), the change in the total energy of a system during a process is the sum of the changes in its internal, kinetic, and potential energies and can be expressed as :

    ΔE=ΔU+ΔKE+ΔPE

    where

    ΔU=m(u_2-u_1)
    ΔE_K=\frac{1}{2}m(v_2^1-v_1^2)
    ΔE_P=mg(z_2-z_1)

    When the initial and final states are specified, the values of the specific internal energies u1 and u2 can be determined directly from the property tables or thermodynamic property relations.

    Most systems encountered in practice are stationary, that is, they do not involve any changes in their velocity or elevation during a process (Fig. 2–44). Thus, for stationary systems, the changes in kinetic and potential energies are zero (that is, KE  PE  0), and the total energy change relation in Eq. 2–33 reduces to E  U for such systems. Also, the energy of a system during a process will change even if only one form of its energy changes while the other forms of energy remain unchanged.

  • Work Done by Ideal Gas Question Examples

    Work Done by Ideal Gas Question Examples

    Here the common problem on Work Done by Ideal Gas Topic. Please try to solve the problem!

    No. 1

    A rigid tank contains air at 500 kPa and 150°C. As a result of heat transfer to the surroundings, the temperature and pressure inside the tank drop to 65°C and 400 kPa, respectively. Determine the boundary work done during this process.

    No. 2

    A frictionless piston–cylinder device contains 20 atm of steam at 320oF. Heat is now transferred to the steam until the temperature reaches 400oF. If the piston is not attached to a shaft and its mass is constant, determine the work done by the steam during this process.

    No. 3

    A piston–cylinder device initially contains 0.4 m3 of air at 100 kPa and 80°C. The air is now compressed to 0.1 m3 in such a way that the temperature inside the cylinder remains constant. Determine the work done during this process.

    No. 4

    During actual expansion and compression processes of gases, pressure and volume are often related by PVn = C, where n and C are constants. It is called polytropic process. Determine the work done by the process!

    No. 5.

    Two frictionless piston–cylinder has same volume at 150 cc. One of them has 2 times larger radius the the other one. If you want to use the cylinder to make a high speed motorcycle, which one you prefer? Image the rate of cycle of those cylinder are equal.

  • Diagram P-V Termodinamika Gas Ideal

    Diagram P-V Termodinamika Gas Ideal

    Diagram P-V. Karakteristik gas ideal dapat dengan mudah ditinjau secara makro dari tiga variabel yakni P, V dan T. Ketiga variable ini memiliki hubungan saling berpengaruh satu sama lain sehingga dapat disajikan dalam diagram PVT yang analog dengan xyz pada koordinat kartesian. Dengan demikian PVT pada termodinamika dapat diasumsikan sebagai koordinat.

    Hal yang membuat berbeda dengan kartesian, xyz pada kartesian dapat berdiri sendiri tanpa saling mempengaruhi pada gas ideal. Koordinat PVT harus menghubungkan paling sedikit dua variabel yang saling berpengaruh satu sama lain atau hanya boleh ada satu variabel yang konstan. Dengan demikian solusi matematis hubungan keduanya dapat dihitung dengan Persamaan Diferensial Parsial.

    Alat bantu dalam analisis matematis ini disebut sebagai Teorema Matematis Koordinat PVT.

    A. Diagram P-V

    Misalkan sejumlah gas dimasukkan ke dalam sebuah piston dengan piston yang dapat bergerak. Ketika (1) piston diberi gaya dari luar yang dikonversi menjadi tekanan oleh permukaan piston atau (2) dipanaskan maka volume dari gas langsung berubah. Perubahan keadaan dari gas ini dapat berpengaruh pada variabel Tekanan (P) dan Volume (V) dari gas.

    Gas pada wadah dengan piston yang dapat bergerak-svg

    Cara paling mudah memvisualisasikan perubahan tekanan (P) dan volume (V) yakni dengan menyajikan pada diagram Volume-Tekanan atau lazim disebut diagram PV. Setiap titik pada diagram PV menunjukkan keadaan gas yang berbeda dengan volume pada sumbu horizontal dan tekanan pada sumbu vertikal.

    Diagram PV Gas Ideal Termodinamika-svg

    Setiap titik pada diagram PV mewakili keadaan gas yang berbeda. Saat gas melewati proses termodinamika, keadaan gas akan bergeser di sekitar diagram PV, menelusuri jalur saat bergerak (seperti yang ditunjukkan pada diagram di bawah).

    Diagram PV pada proses termodinamika-svg

    Kemampuan membaca informasi pada diagram PV akan membuat kita bisa membuat kesimpulan tentang perubahan internal energi (ΔU), transfer kalor (Q), dan kerja gas (W).

    B. Analisis Diagram P-V

    Misalkan sejumlah gas dimasukkan ke dalam sebuah silinder dengan penutup piston. Keadaan Gas di dalam silinder tersebut diilustrasikan pada diagram P-V.

    Analisis Diagram PV pada Gas Termodinamika

    Ketika piston ditekan, maka volume dalam piston akan berkurang. Dengan demikian titik awal dari gas yang tadinya ada di Vi kana bergeser ke titik sebelah kiri. Karena diberikan gaya dari luar maka gas di dalam tabung mendapatkan usaha bernilai positif (+W)

    Gas Ideal ditekan dan diberi gaya dari luar

    Hal sebaliknya juga terjadi pada saat piston di tarik ke luar, maka volume dalam piston akan membesar. Dengan demikian titik awal ini akan bergeser ke kanan. Karena gaya ini ditarik keluar, maka usaha yang dilakukan bernilai negatif karena keluar dari gas (-W).

    Kerja Negatif -W gas ideal dalam piston volume meningkat

    C. Kerja Gas (W)

    Kerja terjadi selama proses termodinamika meliputi seluruh luas yang berada di bawah garis. Hal ini dapat diilustrasikan pada diagram di bawah!

    Bagan dan Diagram P-V Gas Ideal Kerja Termodinamika

    Besar Usaha (kerja termodinamika) ini adalah :

    W=F.ds

    karena F = PA, maka

    W=PA.ds = PdV

    Berdasarkan persamaan ini, maka persamaan ini akan berlaku untuk semua grafik yang terbentuk pada diagram P-V, tidak peduli bagaimanapun bentuk grafiknya. Hal ini juga berlaku pada garis-garis kurvatik seperti proses isotermal dan adiabatik.

    Grafik Kurvatik pada Diagram P-V gas ideal Termodinamika
  • Materi Termodinamika

    Materi Termodinamika

    Berikut ini adalah bahan kajian dan materi Termodinamika. Materi disajikan dalam bentuk Hyperlink dan dapat diakses melalui cara di klik.

    1. Pengantar Termodinamika

    1. Bidang Kajian Termodinamika
    2. Teorema Matematika

    2. Suhu dan Kalor

    Suhu dan Kalor
    1. Suhu dan Kalor
    2. Termometer
    3. Ekspansi Termal
    4. Satuan Kalor dan Kalori Meter
    5. Perpindahan Panas
    6. Kalor Jenis
    7. Kalor Later
    8. Asas Black
    9. Persamaan Matematis Asas Black
    10. Konduktifitas Termal

    3. Gas

    1. Hukum Boyle
    2. Hukum Gay-Lussac
    3. Hukum Charless
    4. Gas Ideal
    5. Hukum Gas Umum
    6. Teorema Ekuipartisi Gas
    7. Teorema Kinetika Gas Ideal
    8. Laju RMS
    9. Energi Dalam Gas Ideal
    10. Persamaan Gas Nyata dan Van Der Walls
    11. Persamaan Virial Pada Gas Nyata Bertekanan Tinggi
    Gas Ideal Pengeboran Minyak

    4. Objek-Objek Termodinamika

    Engine Mesin Panas Termodinamika Kebakaran (1)
    1. Siklus
    2. Mesin Kalor
    3. Mesin Karnot
    4. Mesin Otto dan Mesin Diesel
    5. Mesin Pendingin
    6. Hukum II Termodinamika
    7. Reservoir Panas

    5. Karakteristik Zat dan Termodinamika

    1. Entropi
    2. Wujud Zat
    3. Suhu Transisi
    4. Sifat Zat dalam Wujud Padat, Cair, dan Gas
    5. Perubahan Wujud Zat
    6. Penurunan Efisiensi Mesin Carnot
    7. Energi Bebas Helmholtz dan Gibbs
  • RPS Mata Kuliah Termodinamika Prodi Pendidikan Fisika

    RPS Mata Kuliah Termodinamika Prodi Pendidikan Fisika

    Sapaan Mata Kuliah Termodinamika

    ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Selamat datang di Mata Kuliah Termodinamika untuk Program Studi Pendidikan Fisika. Salam hangat kami ucapkan kepada seluruh Mahasiswa Pendidikan Fisika yang kami cintai dan banggakan dimanapun anda berada, semoga sehat walafiat dan diberikan kemudahan dalam menjalani Mata Kuliah ini.

    Mata kuliah ini adalah mata kuliah adalah mata kuliah Termodinamika program Studi Pendidikan Fisika, FMIPA UNM dengan Kode mata kuliah 20A21C303 dengan beban Mata kuliah 3 SKS. Secara umum mata kuliah ini berisi kajian mengenai Konsep hukum 0 Termodinamika, Konsep Temperatur, Sistem Termodinamika, Besaran dalam Termodinamika, Fase, Perubahan fase (Padat, Cair dan Gas), gas Ideal terkait dengan Persamaan Keadaan, Kalor, Kapasitas Panas, konsep dan aplikasi dari Hukum I Termodinamika, Hukum II termodinamika: entropi, prinsip entropi maksimum, dan proses Carnot, Entropi dan energi sebagai potensial termodinamik, transformasi Legendre, energi bebas, entalpi serta menciptakan perangkat yang mengimplementasi teori, Prinsip dan hukum Termodinamika.

    Mata kuliah ini akan dibawakan oleh dua orang dosen pengampu yakni Dr. Kaharuddin, M.Si dan Ahmad Dahlan, S.Pd., M.Pd.

    Selamat mengikuti Perkuliahan dengan baik dan semoga hasil sesuai dengan yang diharapkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih banyak,

    وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Mata Kuliah Termodinamika

    A. Landasan Hukum

    1. Perpres No. 8 tahun 2012 tentang Level KKNI.
    2. Dokumen CPL Program Studi Fisika dari Physics Society Indonesia (PSI).
    3. Dokumen Rincian Capaian Pembelajaran Minimum Prodi Fisika dari Physics Society Indonesia (PSI).
    4. Dokumen Kurikulum Program Studi Pendidikan Fisika 2020.

    B. Capaian Pembelajaran

    1. CP

    1. S9 – menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri.
    2. KU1 – mampu menerapkan pemikiran  logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang  memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya.
    3. KK1 – Mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran fisika berbasis aktifitas belajar untuk mengembangkan kemampuan berfikir sesuai dengan karakteristik materi fisika, dan sikap ilmiahsesuai dengan karakteristik siswa pada pembelajaran kurikuler, kokurikuler dan ekstra kurikuler dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar berbasis ilmu pengetahuan, teknologi yang kontekstual dan lingkungan sekitar.
    4. P8 – Menguasai konsep fisika, pola pikir keilmuan fisika berdasarkan fenomena alam yang mendukung pembelajaran fisika di sekolah dan pendidikan lanjut.

    2. CPMK

    1. Mahasiswa mampu menganalisis Konsep hukum 0 Termodinamika, Konsep Temperatur, Sistem Termodinamika, Besaran dalam Termodinamika, Fase dan Perubahan fase (Padat, Cair dan Gas)
    2. Mahasiswa menganalisis konsep gas Ideal terkait dengan persamaan Keadaan, Kalor dan Kapasitas Panas.
    3. Mahasiswa mampu menganalisis konsep dan aplikasi dari Hukum I Termodinamika
    4. Mahasiswa mampu menganalisis konsep Hukum II termodinamika: entropi, prinsip entropi maksimum, dan proses Carnot
    5. Mahasiswa mampu menganalisis konsep Entropi dan energi sebagai potensial termodinamik, transformasi Legendre, energi bebas, entalpi
    6. Mahasiswa mampu menciptakan perangkat yang mengimplementasi teori, Prinsip dan hukum Termodinamika.

    C. Deskripsi Mata Kuliah

    Mata kuliah Termodinamika ini merupakan kajian dalam analisis mengenai Konsep hukum 0 Termodinamika, Konsep Temperatur, Sistem Termodinamika, Besaran dalam Termodinamika, Fase, Perubahan fase (Padat, Cair dan Gas), gas Ideal terkait dengan Persamaan Keadaan, Kalor, Kapasitas Panas, konsep dan aplikasi dari Hukum I Termodinamika, Hukum II termodinamika: entropi, prinsip entropi maksimum, dan proses Carnot, Entropi dan energi sebagai potensial termodinamik, transformasi Legendre, energi bebas, entalpi serta menciptakan perangkat yang mengimplementasi teori, Prinsip dan hukum Termodinamika.

    D. Bahan Kajian

    1. Suhu dan kalor
    2. Fenomena transport
    3. Sistem termodinamika, besaran keadaan (temperatur, tekanan, volume), fase dan perubahan fase (padat, cair, dan gas)
    4. Hukum ke nol termodinamika
    5. Gas ideal: persamaan keadaan, kalor dan kapasitas kalor, kalor jenis, persamaan keadaan gas real
    6. Hukum pertama termodinamika
    7. Hukum kedua termodinamika: entropi, prinsip entropi maksimum, proses Carnot.
    8. Entropi dan energi sebagai potensial termodinamik, transformasi Legendre, energi, bebas, entalpi

    E. Daftar Pustaka

    1. Cengel, Y.A., Boles, MA & Kanoglu (2015). Thermodynamics An Engineering Approach. Tifth Edition.
    2. Zemansky, M. W., dan Dittman, R. H. 1997. Heat and Thermodynamics 7th Edition. USA: McGraw-Hill
    3. Cengel, Yunus A dan M.A, Boles. 2005. Thermodynamics and Engineering Approach 5th Edition. McGraw-Hill Collage. Boston
    4. Giancoli, D. 2014. Physics for Scientists & Engineers with Modern Physics Fourth Edition. USA : Pearson.
    5. Tipler, P dan Mosca, G. 2008. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics. USA : W. H. Freeman and Company.

    F. Aktivitas Perkuliahan

    Pertemuan I – Suhu, Termometer dan Kalor

    Selamat datang di kuliah pertemuan I kita kali ini! Pada pertemuan ini, kita akan membahas topik yang sangat penting dalam fisika, yaitu tentang Suhu, Termometer, dan Kalor. Ketiga konsep ini merupakan dasar dalam memahami banyak fenomena alam di sekitar kita.

    1. Suhu – Suhu adalah ukuran seberapa panas atau dinginnya suatu benda. Suhu berkaitan langsung dengan energi kinetik partikel-partikel yang ada di dalam benda tersebut. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin cepat gerakan partikel di dalamnya.
    2. Termometer – Untuk mengukur suhu, kita menggunakan alat yang disebut termometer. Termometer memiliki berbagai jenis, seperti termometer air raksa, termometer digital, dan lain-lain. Prinsip kerja termometer adalah berdasarkan perubahan sifat fisik, seperti pemuaian, yang terjadi karena perubahan suhu.
    3. Kalor – Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari satu benda ke benda lain karena perbedaan suhu. Kalor dapat menyebabkan perubahan suhu atau perubahan wujud suatu zat. Penting untuk kita pahami bahwa kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.

    Perkuliahan dilakukan secara Blended dimana Materi Perkuliahan dapat diakses sebelum perkuliahan tatap muka dilakukan di dalam kelas. Jika anda memiliki pertanyaan, silahkan dicatat dan diajukan pada pertemuan tatap atau disampaikan melului kelompok diskusi.

    1. Bahan Ajar
    2. Aktivitas
    1. Forum Diskusi
    2. Lembar Kerja Mahasiswa

    Pertemuan II – Transfer Energi Panas dan Sistem Termodinamika

    Hai!!!

    Selamat di pertemuan ke II, Pertemuan ini kita akan memulai kelas online dengan topik yang sangat menarik, yaitu tentang Transfer Energi Panas dan Hukum 0 Termodinamika. Materi ini penting karena prinsip-prinsipnya banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari cara kompor memanaskan air, pendingin ruangan menjaga suhu ruangan tetap nyaman, hingga cara tubuh kita mengatur suhu. Kita akan membahas bagaimana energi panas berpindah dari satu objek ke objek lainnya dan bagaimana konsep suhu serta keseimbangan termal terhubung dengan Hukum 0 Termodinamika.

    Mari kita siapkan diri dan fokus, karena konsep-konsep yang akan kita pelajari hari ini menjadi dasar penting dalam memahami banyak fenomena fisika dan ilmu alam lainnya. Jika ada pertanyaan atau sesuatu yang kurang jelas, jangan ragu untuk bertanya ya!

    Baik, sebelum kita mulai, apakah ada yang sudah pernah mendengar tentang Hukum 0 Termodinamika atau punya gambaran tentang bagaimana energi panas berpindah?

    1. Bahan Ajar

    Pertemuan III – Besaran Keadaan (PVT)

    Pertemuan IV – Hukum I Termodinamika dan Kerja oleh Panas

    Pertemuan V – Teori Kinetik Gas

    Pertemuan VI – Teorema Matematis untuk Kasus Persamaan Keadaan PVT

    Pertemuan VII – Gas Ideal dan Van Der Walls

    Pertemuan VIII – Ujian Tengah Semester

    Pertemuan IX – HK II Termodinamika – Entropi dan Prinsip Entropi

    Pertemuan X – HK II Termodinamika – Mesin Panas, Mesin Carnot dan Mesin Pendingin

    1. HK II. Termodinamika – Mesin Panas dan Mesin Pendingin

    Pertemuan XI – Energi Potensial Termodinamika dan Transformasi Lagendre

    1. Energi Potensial Termodinamika dan Transformasi Lagendre

    Pertemuan XII – Energi Bebas dan Entalpi

    1. Energi Bebas Gibbs dan Helhomzt

    Pertemuan XIII – Proyek Termodinamika – Paparan

    Pertemuan XIV – Proyek Termodinamika – Monitoring Kemajuan Proyek Bag I

    Pertemuan XV – Proyek Termodinamika – Monitoring Kemajuan Proyek Bag II

    Pertemuan XVI – Seminar Hasil Proyek

    Icon Hukum 0 Termodinamika

    Hukum 0 Termodinamika

    Icon Diagram PV

    Diagram PV

    Icon Usaha Diagram Adiabatik

    Usaha Adiabatik

    Icon Teori Kinetika Gas

    Teori Kinetika Gas

    Icon Radiasi Termal

    Radiasi Termal

    Radiasi Benda Hitam

    Radiasi Benda Hitam

    Icon Entropi

    Entropi

    Icon Hukum II Termodinamika

    Hukum II Termodinamika

    Icon Heat Enggine Mesin Panas

    Mesin Termodinamika

    Icon Entalpi

    Entalpi

    Icon Helmholtz

    Fungsi Helmholtz

    Icon Josiah Williard Gibbs

    Fungsi Gibbs

    Icon Maxwell

    Persamaan Maxwell

    Fisika Statistics Icon

    Pengantar Fisika Statistik