Asesmen Diagnostik adalah langkah awal yang paling tepat dilakukan oleh guru sebelum memulai pembelajaran. Dalam kasus ini baik itu memulai topik baru, bagian awal pelaksanaan program pembelajaran, atau awal pertengahan program pembelajaran tahunan. Tujuan utama dari asesmen ini mengumpulkan data tentang karakteristik dari pesera didik yang digunakan sebagai data dalam menyusun strategi pembelajaran yang adakan dilaksanakan. Asesmen ini adalah rujukan yang paling tepat dalam menyusun program pembelajaran.
Data dari asesmen Diagnostik ini disusun sebagai pedoman bagi guru dalam menyusun materi dan bahan ajar agar program pembelajaran bisa lebih ramping, efektif dan efisien. Keputusan yang terkait data dari tes ini adalah penentuan kedalaman materi terutama untuk kompetensi pedagogik dan keterampilan peserta didik.
Instruktur atau guru menggunakan data dari asesmen ini untuk menemukan masalah-masalah utama yang kemungkinan akan dihadapi peserta didik ketika program pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya dari masalah tersebut, guru menyusun sebuah program yang dapat melatih peserta didik mencapai kompetensi minimum yang ditetapkan pada standar kurikulum berdasarkan kedalaman materi dan alokasi waktu yang tersedia.
Daftar Isi
A. Asesmen Diagnostik
Asesmen Diagnostik juga disebut sebagai pra-evaluasi yakni proses evaluasi yang dilaksanakan sebelum program pembelajaran dimulai. Informasi utama yang dikumpulkan dengan Asesmen ini adalah data tentang pengetahuan awal peserta didik mengenai topik yang akan dibahas. Dengan kata lain, asesmen ini digunakan untuk mengetahui level pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Data ini kemudian disusun agar menunjukkan learning gap antara pengetahuan dan standar kompetensi yang harus diselesaikan melalui proses pembelajaran.
Selain di awal program pembelajaran, asesmen diagnostik juga bisa dilakukan di awal pergantian materi setelah mid tes atau memastikan pengetahuan awal yang berkaitan dengan pra syarat materi. Misalkan pada pokok bahasan Analisis Gerak Benda yang membutuhkan pengetahuan Integral dan Diferensial sebagai alat dalam menganalisis gerak, maka guru ada baiknya mengetahui pengetahuan calculus peserta didik.
Asesmen Diagnostik merupakan jenis asesmen yang non-grade assessment dimana hasilnya tidak bisa dijadikan untuk menentukan naik atau tidaknya level peserta didik. Hasil asesmen lembih menunjukkan penilaian tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik secara spesifik. Dengan informasi ini guru dapat membuat penyesuaian yang diperlukan pada kerangka pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
a. Karakteristik Asesmen Diagnostik
Karasteristik Asesmen Diaganostik sebagai berikut
- Dilaksanakan di awal program pembelajaran
- Tujuan fokus pada memahami pengetahuan awal peserta didik
- Mengindentifikasi keunggulan peserta didik yang dapat ditingkatkan
- Tidak dijadikan dasar penilaian hasil belajar (non-graded test)
- Mengubungkan pengetahuan awal dan kompetensi yang akan dicapai pada program pembelajaran.
B. Tujuan Asesmen Diagnostik
Mengapa Asesmen Diagnostik harus dilakukan oleh guru? Tujuan utama dari asesmen ini adalah mengumpulkan data mengetrahui apa yang peserta didik sudah ketahui tentang topik yang akan dibahas. Dengan demikian, Guru kemudian menentukan sub materi mana yang sebaiknya atau tidak dibahas lagi di dalam kelas. Dari hal ini kemudian diorganisasikan materi yang akan akan dimasukkan ke dalam program pembelajaran.
Penialaian diagnostik juga memberikan panduan guru dalam mengajar dalam bentuk based-lain pembelajaran. Guru akan mengetahui topik-topik mana yang sebaiknya diberikan penekakan dan topik yang diajarkan biasa saja atau malah diabaikan. Lebih jauh dari itu, guru bisa berimprovisasi dalam memperbaiki miskonsepsi dan kesalahpahaman sebelum pembelajaran dilaksanakan terutama pada materi pra-syarat.
Pada akhirnya, asesmen diagnostik dapat membuat proses belajar dan pembelajaran menjadi lebih efektif sesuai dengan tujuan dan efisiens dari segi lebar materi yang didapatkan. Hasilnya guru dan peserta didik akan berada pada pemahaman yang sama mengenai posisi dan rencana yang akan dipelajari.
C. Jenis-Jenis Asesmen Diagnostik
Asemsen diagnostik terbagi ke dalam dua jenis Asesmen yakni Informal dan Terstandarisasi.
1. Asesmen Diagnostik Informal
Asesment Diagnostik Informal dalam kasus ini adalah penilaian yang dilakukan oleh guru secara sponatn sebelum proses pembelajaran dilakukan. Prosesnya sederhana dimana Guru bisa memilih peserta didik secara acak untuk menjawab pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Pertanyaan yang diajukan bisa secara rambang dan survey mengenai pengetahuan awal dari peserta didik.
Penggunaan tes diagnostik ini dilakukan jika materi yang disampaikan tidak memiliki prasyarat materi yang dalam. Asumsi dasar lainnya adanya hasil pengukuran pembelajaran sebelumnya yang memiliki hubungan erat dengan materi selanjutnya.
2. Asesmen Diagnostik Terstandarisasi
Asesmen diagnotik terstandarisasi adalah asesmen yang secara khusus dikembangkan dengan penggunaan metode uji yang khusus. Asesmen disusun dengan terstruktur dengan tujuan mengevaluasi pengetahuan dan mengindentifikasi semua Gap yang ada. Gap ini bisa jadi antara pengetahuan awal peserta didik dan prasyarat materi berikutnya atau dengan tujuan pembelajaran materi berikutnya.
Asesment ini juga dirancang menyediakan infromasi mengenai kelemahan dan keunggulan peserta didik secara rata-rata di dalam kelas. Data ini selanjutnya dijadikan rujukan bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi kelas.
Secara umum, Asesmen diagnostik terstandarisasi dilaksanakan setelah asesmen informal. Terutama ketika hasil dari asesmen informal sangat jauh dari harapan guru.
D. Bentuk Instrumen Diagnostik
Bentuk instrumen asesmen diagnotik dapat disusun dalam dua bentuk yakni (1) instrumen non-test seperti survey dan (2) instrumen test yang sifatnya analog dengan pre-test.
1. Survey
Instrument non-test pada asesmen Diagnostik memiliki sifat yang lebih ringan serta membuat peserta didik lebih rileks dalam tes. Survey ini dilakukan untuk mengetahui presepsi awal peserta didik tentang materi fisika yang akan dipelajari dan kompetensi pra-syarat yang dibutuhkan peserta didik.
Contoh penyusunan butir instrumen survey ini sebagai berikut:
Misalkan materi yang akan dipelajari selanjutnya adalah Kinematika Gerak dengan sub materi GLB, GLBB, Gerak Parabola. Materi ini telah dipelajari di SMP dan perkembangan matari di SMA adalah menurunkan persamaan-persamaan dalam gerak, maka guru sebaiknya mengetahui kompetensi dasar peserta didik tentang:
- Posisi
- Kecepatan
- Percepatan
- Diferensial
- Integral Tentu
Bentuk instrumen sebagai berikut:
1. Apakah Anda pernah mempelajari materi gerak di SMP?
2. Diantara ini manakah materi atau rumus yang masih anda ingat penggunaannya? (boleh lebih dari satu atau semuanya).
1. \ v = \frac{s}{t}
2. \ v_t=v_0+at
3. \ v_t^2=v_0^2+2as
4. \ a=\frac{v_2-v_1}{t}
3. Lingkari jika anda paham dengan penurunan dan integral di bawah ini? (boleh lebih dari satu atau semuanya).
1. \ \int x^ndx=\frac{1}{n+1}x^{n+1}+c
2. \ \frac{d(x^n)}{dt}= nx^{n-1}
2. Tes Diagnostik
Asesmen diagnostik yang dilakukan dengan dengan instrumen tes bisa juga disebut sebagai tes Diagnostik. Asesmen diagnostik dengan menggunakan instrumen tes jauh labih banyak digunakan dkarena karakteristik peserta didik kita yang unik ketika di berikan instrumen non-test. Kekurangan instrument test biasanya lebih menunjukkan harapan responden dibandingkan dengan kenyataan yang mereka alami.
Contoh survey dengan kalimat :
- Apakah anda sangat menyukai fisika
- sangat suka
- suka
- sedang-sedang
- tidak suka
- sangat tidak suka
Biasanya butir ini akan di isi oleh respoden yang disurvey oleh guru fisika meerka pada posisi sangat suka atau suka. Jawaban tersebut muncul karena ada rasa takut ketika memiliki butir tidak suka dan sangat tidak suka.
Bentuk tes diagostik bisa dibuat dalam berbagai bentuk baik itu pilihan ganda maupun essay, namun lebih disarankan menggunakan pilihan ganda yang lebih mudah dalam melakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan waktu antara persiapan program pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dalam kurung waktu yang singkat sehingga dibutuhkan instrumen yang mampu menyajikan data dalam waktu singkat. Contoh butir sama dengan instrumen tes kognitif pada umumnya namun distribusi poinnya tidak saklek seperti tes hasil belajar.