Author: Ahmad Dahlan

  • Materi Fisika SMA – Rumus Konversi Satuan Suhu

    Materi Fisika SMA – Rumus Konversi Satuan Suhu

    AhmadDahlan.Net – Pernahkah kalian menggunakan termometer untuk mengukur suhu? Apabila pernah, pernah, hasil pengukuran yang kalian peroleh tentunya menggunakan derajat Celcius. Hal ini dikarenakan termometer yang kita gunakan merupakan termometer skala Celcius. Bagaimana hasil pengukuran kalian jika menggunakan termometer skala Fahrenheit atau Reamur? Untuk menjawab hal tersebut, perhatikan penjelasan berikut.

    A. Pengertian Suhu

    Suhu merupakan ukuran derajat panas dingin nya suatu benda atau sistem. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Pada umumnya terdapat empat jenis skala pada termometer, yaitu termometer skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin.

    Berikut perbandingan titik didih dan titik beku dari masing – masing termometer.

    Jenis TermometerTitik DidikTitik BekuSelisihPerbandingan
    Celcius100 0C0 0C1005
    Reamur80 0R0 0R804
    Fahrenheit212 0F32 0F1809
    Kelvin373 K273 K1005

    Untuk mengkonversi suhu, kita menggunakan perbandingan selisih titik didih dan titik beku dari tiap termometer.

    B. Persamaan Konversi Suhu

    1. Skala Celcius

    Untuk mengkonversi suhu ke derajat Celcius digunakan persamaan :

    ^0C=\frac{5}{perbandingan\ ^0Y}×\ ^0Y

    Untuk mengkonversi derajat Celcius ke derajat suhu yang lain digunakan persamaan :

    ^0X=\frac{perbandingan\ ^0X}{5}×\ ^0C

    2. Skala Reamur

    Untuk mengkonversi suhu ke derajat Reamur digunakan persamaan :

    ^0R=\frac{4}{perbandingan\ ^0Y}×\ ^0Y

    Untuk mengkonversi derajat Reamus ke derajat suhu yang lain digunakan persamaan :

    ^0X=\frac{perbandingan\ ^0X}{4}×\ ^0R

    3. Skala Fahrenheit

    Untuk mengkonversi suhu ke derajat Fahrenheit digunakan persamaan :

    ^0F=(\frac{9}{perbandingan\ ^0Y}×\ ^0Y)+32

    Untuk mengkonversi derajat Fahrenheit ke derajat suhu yang lain digunakan persamaan :

    ^0X=(\frac{perbandingan\ ^0X}{9}×\ ^0F)-32

    4. Skala Kelvin

    Untuk mengkonversi suhu ke derajat Kelvin digunakan persamaan :

    K=(\frac{5}{perbandingan\ ^0Y}×\ ^0Y)+273

    Untuk mengkonversi derajat Kelvin ke derajat suhu yang lain digunakan persamaan :

    ^0X=(\frac{perbandingan\ ^0X}{5}×\ K)-273

    Keterangan,
    0Y : besar suhu yang telah di ketahui
    0X : besar suhu yang ingin di konversi

    5. Skala X

    Sebelumnya, kita telah mengetahui cara mengkonversi suhu ke derajat Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan juga Kelvin. Bagaimana jika kita ingin mengkonversi suhu ke derajat X (derajat skala tidak diketahui)? Untuk mengetahui hal tersebut, kita harus membandingkan 2 buah termometer. Berikut persamaan yang digunakan untuk mengokonversi suhu dengan skala tidak diketahui

    \frac{X-A}{B-A}=\frac{Y-C}{D-C}

    Keterangan,
    X : skala yang ditunjuk oleh termometer 1 (X)
    A : titik beku termometer 1 (X)
    B : titik didih termometer 1 (X)
    Y : skala yang ditunjuk oleh termometer 2 (Y)
    C : titik beku termometer 2 (Y)
    D : titik didih termometer 2 (Y)

    C. Contoh Soal

    Sebuah termometer dengan skala 0X memiliki titik beku air pada -40 0X dan titik didih air 160 0X. Hasil pengukuran suhu yang diperoleh menggunakan termometer X adalah 15 0X. Maka besar suhu menggunakan termometer celcius adalah ?

    Pembahasan

    Dik :
    Termometer 1 adalah termometer X dan termometer 2 adalah termometer Celcius

    Untuk Termometer X
    X = 15 0X
    A = -40 0X
    B = 160 0X

    Untuk Termometer Celcius
    C = 0 0C
    D = 100 0C

    Dit :
    besar suhu pada termometer Celcius

    Pembahasan :

    \frac{X-A}{B-A}=\frac{Y-C}{D-C}
    \frac{15\ ^0X-(-40\ ^0X)}{160\ ^0X-(-40\ ^0X)}=\frac{Y-0\ ^0C}{100\ ^0C-0\ ^0C}
    \frac{15\ ^0X+40\ ^0X}{160\ ^0X+40\ ^0X}=\frac{Y-0\ ^0C}{100\ ^0C-0\ ^0C}
    \frac{55\ ^0X}{200\ ^0X}=\frac{Y}{100\ ^0C}
    Y=\frac{55\ ^0X}{200\ ^0X}×100\ ^0C
    Y=27,5\ ^0C

    Jadi, suhu yang terukur pada termometer Celcius adalah 27,5 0C

  • Materi Fisika SMA – Hukum Kekekalan Energi Mekanik

    Materi Fisika SMA – Hukum Kekekalan Energi Mekanik

    AhmadDahlan.Net – Energi merupakan satuan kapasitas untuk melakukan suatu pekerjaan atau usaha. Contoh energi yang bisa kita temukan di kehidupan sehari – hari adalah energi panas, energi listrik, energi mekanik, dan lain sebagainya. Energi dapat berubah bentuk menjadi energi lain, contohnya kipas yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Proses berubah nya energi ini diatur dalam Hukum Kekekalan Energi. Berikut adalah pembahasan mengenai Hukum Kekekalan Energi Mekanik.

    A. Pengertian Hukum Kekekalan Energi Mekanik

    Hukum kekekalan energi merupakan hukum yang menyatakan bahwa energi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat berubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain. Energi mekanik merupakan penjumlahan dari energi potensial dengan energi kinetik benda. Hukum kekekalan energi mekanik merupakan hukum yang menyatakan bahwa besar energi mekanik pada benda yang bergerak selalu tetap.

    Benda yang bergerak vertikal ke atas memiliki energi potensial dan juga energi kinetik. Energi potensial benda dipengaruhi oleh ketinggian, sehingga semakin tinggi bola dilempar semakin besar energi potensial nya. Sedangkan, energi kinetik dipengaruhi oleh kecepatan benda, sehingga semakin berkurang kecepatan benda semakin kecil energi kinetiknya.

    B. Persamaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik

    Besarnya energi mekanik dapat dituliskan sebagai berikut :

    E_m=E_p+E_k
    E_m=(m.g.h)+(\frac12\ m.υ^2)

    Berdasarkan prinsip Hukum Kekekalan Energi Mekanik, maka diperoleh :

    E_{m1}=E_{m2}
    E_{p1}+E_{k1}=E_{p2}+E_{k2}

    Keterangan,
    Em : Energi mekanik (J)
    Ep : Energi potensial (J)
    Ek : Energi kinetik (J)
    m : massa (kg)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)
    h : ketinggian benda (m)
    υ : kecepatan benda (m/s)

    C. Contoh Soal

    Sebuah bola bermassa 0,2 kg dilemparkan vertikal ke atas. Pada ketingian 5 m kecepatan bola menjadi 10 m/s. Jika percepatan gravitasi adalah 10 m/s2, tentukanlah energi mekanik bola yang dilemparkan!

    Pembahasan

    Dik :
    m = 0,2 kg
    h = 5 m
    υ = 10 m/s
    g = 10 m/s2

    Dit :
    Em = ?

    Pembahasan :

    E_m=E_p+E_k
    E_m=(m.g.h)+(\frac12\ m.υ^2)
    E_m=((0,2\ kg)(10\ m/s^2)(5\ m))+(\frac12\ (0,2\ kg)(10\ m/s)^2)
    E_m=((0,2\ kg)(10\ m/s^2)(5\ m))+(\frac12\ (0,2\ kg)(100\ m^2/s^2)
    E_m=10\ J+10\ J
    E_m=20\ J

    Jadi, energi mekanik bola tersebut adalah 20 J

  • Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Pascal

    Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Pascal

    AhmadDahlan.Net – Pernahkah kalian memperhatikan proses pencucian mobil di tempat cuci mobil? Terkadang mobil diangkat ke atas agar mempermudah dalam proses pencucian mobil. Mobil diangkat menggunakan pompa hidrolik. Cara kerja pompa hidrolik ini menggunakan penerapan hukum Pascal. Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai hukum Pascal.

    A. Pengertian Hukum Pascal

    Hukum Pascal merupakan salah satu hukum yang berlaku pada fluida statis. Hukum ini menyatakan bahwa fluida yang berada dalam wadah tertutup apabila diberikan gaya tekan eksternal maka tekanan pada fluida akan sebanding dengan besar gaya tekan eksternal yang diberikan.

    B. Persamaan Hukum Pascal

    Perhatikan ilustrasi pompa hidrolik di atas. Apabila diberi gaya tekan sebesar F1, maka dengan prinsip Hukum Pascal, diperoleh hubungan berikut :

    P_1=P_2
    \frac{F_1}{A_1}=\frac{F_2}{A_2}

    Keterangan
    P1 : tekanan pada penampang 1 (Pa)
    P2 : tekanan pada penampang 2 (Pa)
    F1 : gaya pada penampang 1 (N)
    F2 : gaya pada penampang 2 (N)
    A1 : luas penampang 1 (m2)
    A2 : luas penampang 2 (m2)

    Pompa hidrolik yang diberi gaya tekan berupa F1 akan membuat fluida yang berada pada piston kiri bergerak ke bawah sebesar h1 dan akan bergerak ke piston kanan hingga mendorong ke atas sebesar h2. Sehingga, berdasarkan hukum Pascal diperoleh :

    A_1.h_1=A_2.h_2

    Keterangan
    A1 : luas penampang 1(m2)
    A2 : luas penampang 2 (m2)
    h1 : ketinggian 1 (m)
    h2 : ketinggian 2 (m)

    C. Contoh Soal

    Sebuah pengungkit hidrolik digunakan untuk mengangkat mobil. Udara bertekanan tinggi digunakan untuk menekan piston kecil yang memiliki jari-jari 10 cm. Takanan yang diterima diteruskan oleh cairan didalam sistem tertutup ke piston besar yang memiliki jari-jari 20 cm. Berapa besar gaya yang harus diberikan udara bertekanan tinggi untuk mengangkat mobil yang memiliki berat sebesar 13.300 N?

    Pembahasan

    Dik :
    r1 = 10 cm = 0,1 m
    r2 = 20 cm = 0,2 m
    F2 = 13.300 N

    Dit :
    Gaya yang harus diberikan udara bertekanan tinggi untuk mengangkat mobil (F2)

    Pembahasan :

    1. Mencari luas penampang piston kecil

    A_1=\pi r_1^2
    A_1=\pi (0,1\ m)^2
    A_1=0,001\pi \ m^2

    2. Mencari luas penampang piston kecil

    A_2=\pi r_2^2
    A_2=\pi (0,2\ m)^2
    A_2=0,004\pi \ m^2

    2. Mencari besar gaya F1

    \frac{F_1}{A_1}=\frac{F_2}{A_2}
    F_1=\frac{F_2}{A_2}×A_1
    F_1=\frac{13300\ N}{0,004\pi \ m^2}×(0,001\pi\ m^2)
    F_1=\frac{0,001\pi\ m^2}{0,004\pi \ m^2}×(13300\ N)
    F_1=\frac{1}{4}×(13300\ N)
    F_1=3325\ N

    Jadi gaya yang harus diberikan oleh udara bertekanan tinggi adalah 3325 N

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gerak Vertikal Ke Atas

    Materi Fisika SMA – Rumus Gerak Vertikal Ke Atas

    AhmadDahlan.Net – Masih ingatkah kalian dengan materi GLBB atau Gerak Lurus Beraturan? Contoh dari GLBB adalah gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Kali ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai rumus atau persamaan pada gerak vertikal ke atas

    A. Pengertian Gerak Vertikal Ke Atas

    Gerak vertikal ke atas merupakan gerak benda yang dilemparkan secara vertikal ke atas dengan pemberian kecepatan awal. Pada gerak vertikal ke atas, benda mendapatkan pengaruh oleh percepatan gravitasi, namun karena arah pergerakan benda berlawanan arah dengan percepatan gravitasi, benda perlahan – lahan akan dikurangi kecepatannya atau mengalami perlambatan.

    B. Persamaan Gerak Vertikal ke Atas

    1. Kecepatan benda

    Pada GLBB berlaku persamaan :

    υ_t=υ_0+at
    υ_t^2=υ_0^2+2as

    Karena pada gerak vertikal ke atas, diketahui bahwa s = h dan a = -g (gerak benda berlawanan arah dengan percepatan gravitasi) sehingga persamaan diatas menjadi :

    υ_t=υ_0-gt

    atau

    υ_t^2=υ_0^2-2gh
    υ_t=\sqrt{υ_0^2-2gh}

    Keterangan,
    υt : kecepatan benda pada saat t sekon (m/s)
    υ0 : kecepatan awal benda (m/s)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)
    t : waktu (s)
    h : ketinggian bola (m)

    2. Ketinggian maksimum benda

    Ketika benda mencapai ketinggian maksimum, maka pada gerak vertikal ke atas υt = 0 m/s, sehingga persamaan waktu maksimum adalah :

    υ_t^2=υ_0^2-2gh_{max}
    0^2=υ_0^2-2gh_{max}
    2gh_{max}=υ_0^2
    h_{max}=\frac{υ_0^2}{2g}

    Keterangan,
    hmax : ketinggian maksimum bola (m)
    υ0 : kecepatan awal benda (m/s)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)

    3. Waktu ketika bola mencapai ketinggian maksimum

    Ketika benda mencapai ketinggian maksimum, maka pada gerak vertikal ke atas υt = 0 m/s, sehingga persamaan waktu maksimum adalah :

    υ_t=υ_0-gt
    0=υ_0-gt_{max}
    gt_{max}=υ_0
    t_{max}=\frac{υ_0}{g}

    Keterangan,
    tmax : waktu ketika bola mencapai ketinggian tertinggi (s)
    υ0 : kecepatan awal benda (m/s)
    g : percepatan gravitasi (m/s2)

    3. Contoh Soal

    Sebuah bola dilempar vertikal ke atas dan mencapai titik tertinggi 20 m. Hitunglah kecepatan awal dan waktu benda mencapat titik tertinggi!

    Pembahasan

    Dik :
    h = 20 m

    Dit :
    υ0 = ?
    tmax = ?

    Pembahasan :
    1. Kecepatan awal benda

    h_{max}=\frac{υ_0^2}{2g}
    υ_0^2=h_{max}×2g
    υ_0^2=20\ m×2(10\ m/s^2)
    υ_0^2=400
    υ_0=\sqrt{400}
    υ_0=20\ m/s

    Jadi kecepatan awal bola adalah 20 m/s

    2. Waktu mencapai titik tertinggi

    t_{max}=\frac{υ_0}{g}
    t_{max}=\frac{20\ m/s}{10\ m/s^2}
    t_{max}=2 s

    Jadi, bola mencapai titik tertinggi pada saat waktu 2 detik.

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Gesek

    Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Gesek

    AhmadDahlan.Net – Manakah yang lebih mudah ketika menarik benda di bidang licin seperti lantai atau menarik benda di atas batuan kasar? Pastinya akan lebih mudah menarik benda di atas lantai karena gaya gesek benda kecil. Untuk memahami apa itu gaya gesek, perhatikan penjelasan berikut.

    A. Pengertian Gaya Gesek

    Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena terdapat dua permukaan benda yang saling bersentuhan. Gaya gesek memiliki arah yang berlawanan dengan gaya yang diberikan kepada benda.

    Terdapat dua pembagian gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang terjadi selama benda belum bergerak atau masih dalam keadaan diam. Apabila gaya yang diberikan ke benda lebih besar daripada gaya gesek statis (F > fs) maka benda akan bergerak. Gaya gesek kinetis merupakan gaya gesek yang bekerja pada benda yang bergerak.

    B. Persamaan Gaya Gesek

    1. Gaya gesek statis

    Gaya gesek statis dapat dirumuskan sebagai berikut :

    f=μ_s×N

    Keterangan,
    f : gaya gesek (N)
    μs : koefisien gesek statis
    N : gaya normal (N)

    2. Gaya gesek kinetis

    Gaya gesek kinetis dapat dirumuskan sebagai berikut :

    f=μ_k×N

    Keterangan,
    f : gaya gesek (N)
    μk : koefisien gesek kinetis
    N : gaya normal (N)

    C. Contoh Soal

    Balok yang massanya 7,5 kg ditarik dengan gaya 60 N di atas lantai mendatar yang kasar. Koefisien gesekan kinetis antara balok dan lantai 0,4. Jika g = 10 m/s2 . Tentukanlah percepatan balok.

    Pembahasan

    Dik :
    F = 60 N
    m = 7,5 kg
    μk = 0,4
    g = 10 m/s2

    Dit :
    a = ?

    Pembahasan :

    Perhatikan ilustrasi berikut !

    Berdasarkan hukum II Newton, maka diperoleh :

    ΣF=m×a
    F-f=m×a

    1. Menghitung gaya gesek benda

    f=μ_k×N
    f=(0,4)×(m.g)
    f=(0,4)×(7,5\ kg)(10\ m/s^2)
    f=30\ N

    2. Menghitung percepatan benda

    F-f=m×a
    60\ N-30\ N=7,5\ kg×a
    30=7,5×a
    a=\frac{30}{7,5}=4\ m/s^2

    Jadi percepatan yang dialami benda adalah 4 m/s2

  • Materi Fisika SMA – Gerak Lurus Beraturan

    Materi Fisika SMA – Gerak Lurus Beraturan

    AhmadDahlan.Net – Gerak merupakan peristiwa perpindahan benda dari titik 1 ke titik yang lain. Dalam fisika, gerak terbagi menjadi 2 jenis yaitu Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai Gerak Lurus Beraturan (GLB). Untuk memahami materi tersebut, perhatikan penjelasan berikut.

    A. Pengertian GLB

    Gerak lurus merupakan gerakan sebuah benda pada lintasan yang lurus. Gerak lurus beraturan merupakan gerakan sebuah benda pada lintasan lurus dengan kecepatan yang tetap di setiap titik nya. Karena pada GLB kecepatan benda tetap, maka pada gerak ini percepatan benda dianggap 0 (nol).

    Terdapat 3 besaran fisika pada pembahasan mengenai gerak lurus beraturan, yaitu perpindahan (s), waktu (t), dan juga kecepatan (v). Berikut grafik hubungan untuk tiap variabel.

    B. Persamaan GLB

    Secara umum kecepatan pada gerak lurus beraturan, dituliskan sebagai berikut:

    υ=\frac{s}{t}

    Keterangan,
    υ : kecepatan (m/s)
    s : perpindahan (m)
    t : waktu (s)

    Untuk kecepatan rata – rata dapat dihitung menggunakan persamaan :

    υ=\frac{Δs}{Δt}

    Keterangan,
    υ : kecepatan (m/s)
    Δs : perubahan perpindahan (sf – sa) (m)
    Δt : perubahan waktu (tf – ta) (s)

    C. Contoh Soal

    Sinta melakukan percobaan gerak lurus beraturan di laboratorium fisika dasar. Berikut data hasil percobaan yang diperoleh oleh Sinta:

    NoJarak (m)Waktu (s)
    1.
    2.
    3.
    4.
    5.
    5
    10
    15
    20
    25
    1
    2
    3
    4
    5

    Berdasarkan data di atas, hitunglah :
    a. kecepatan benda pada saat t = 4 s
    b. kecepatan rata – rata benda

    Pembahasan :

    a. Kecepatan benda pada t = 4 s

    υ=\frac{s}{t}

    Berdasarkan data di atas, pada saat t = 4 s jarak yang ditempuh adalah 20 m, sehingga :

    υ=\frac{20\ m}{4\ s}
    υ=5\ \frac{m}{s}

    Jadi kecepatan benda pada saat detik ke 4 adalah 5 m/s

    b. Kecapatan rata – rata

    Kecepatan rata – rata dari data di atas adalah :

    υ=\frac{Δs}{Δt}
    υ=\frac{(s_5-s_1)}{(t_5-t_1)}
    υ=\frac{(25\ m-5\ m)}{(5\ s-1\ s)}
    υ=\frac{(20\ m)}{(4\ s)}
    υ=5\ \frac{m}{s}

    Jadi, kecepatan rata – rata benda adalah 5 m/s.

    Infografik Rumus Kecepatan

    Infografis Rumus Kecepatan materi fisika SMA
  • Percabangan Case Of di Pemrograman Pascal

    Percabangan Case Of di Pemrograman Pascal

    AhmadDahlan.NETCase of di Pemrograman Pascal adalah perintah melaksanakan instruksi percabangan dengan sebuah kondisi. Berbeda dengan Percabangan Conditional if else yang menggunakan epsresi logik boolean, Case of jauh lebih sederhana.

    Misalnya dari sisi Pseudocode, If Else memiliki struktur seperti berikut :

    IF (kondisi1) THEN
      (kode program 1)
    ELSE IF (kondisi2) THEN
      (kode program 2)
    ELSE IF (kondisi3) THEN
      (kode program 3)

    sedangkan struktur di case of hanya sebagai berikut :

    CASE (expression) OF
      kondisi 1 : (kode program 1);
      kondisi 2 : (kode program 2);
      kondisi 3 : (kode program 3);
    end;

    Expression dalam kasus ini adalah sesuatu yang nilanya akan di periksa oleh program, jika ekpresinya belum sama maka akan diturunkan ke kondisi berikutnya sampai value dari expression sama.

    Misalkan kita ingin membuat program menuliskan nama bulan dengan menggunakan Percabangan If Else, maka programnya sebagai berikut :

    program latihanbulan;
    uses crt;
    var
      bulan: integer;
    begin
      clrscr;
      write('masukkan bulan dalam angka (1-12): ');
      readln(bulan);
       
      if (bulan = 1) then
         writeln('Januari')
      else if (bulan = 2) then
         writeln('Februari')
      else if (bulan = 3) then
         writeln('Maret')
      else if (bulan = 4) then
         writeln('April')
      else if (bulan = 5) then
         writeln('Mei')
      else if (bulan = 6) then
         writeln('Juni')
      else if (bulan = 7) then
         writeln('Juli')
      else if (bulan = 8) then
         writeln('Agustus')
      else if (bulan = 9) then
         writeln('September')
      else if (bulan = 10) then
         writeln('Oktober')
      else if (bulan = 11) then
         writeln('Novemver')
      else if (bulan = 12) then
         writeln('Desember');    
       
      readln;
    end.

    Jika program ini di run, maka akan ada perintah untuk memasukkan input bulan mulai dari 1 sampai 12. Setelah itu program akan melakukan print out nama dari bulan tersebut.

    Jika program ini disusun dalam case of maka bentuk programnya seperti ini :

    program latihanbulan;
    uses crt;
    var
      bulan: integer;
    begin
      clrscr;
      write('Silahkan input angka untuk bulan (1-12): ');
      readln(bulan);
       
      case (bulan) of
         1 : writeln('Januari');
         2 : writeln('Februari');
         3 : writeln('Maret');
         4 : writeln('April');
         5 : writeln('Mei');
         6 : writeln('Juni');
         7 : writeln('Juli');
         8 : writeln('Agustus');
         9 : writeln('September');
         10 : writeln('Oktober');
         11 : writeln('November');
         12 : writeln('Desember');     
      end;
       
      readln;
    end.

    Nah jika program ke dua ini di run akan menghasilkan program yang sama dari sisi user, namuan dari sisi programmer jauh lebih singkat dan sederhana.

    Membuat Program Calculator Sederhana

    Misalkan kita ingin membuat program kalkulator dengan dua buah nilai dan satu buah operator yang dipilih.

    program struktur_Case; 
    var
    op1,op2 : integer;
    operand : char; 
     
     begin
    
     write('Pilih operasi (+, -, /, *): ');read(operand); 
     write('Masukan operand pertama: ');read(op1); 
     write('Masukan operand kedua: ');read(op2);
    
     case (operand) of
     '+' : writeln('Hasil : ',op1+op2 ); 
     '-' : writeln('Hasil : ',op1-op2 ); 
     '/' : writeln('Hasil : ',op1/op2 ); 
     '*' : writeln('Hasil : ',op1*op2 );
     end; 
    end.

    Tugas : Berilah komentar mengenai struktur program pembuatan program di atas dari bari ke baris mulai dari awal program sampai selesai!

  • Teori Dualisme Partikel-Gelombang de Broglie

    Teori Dualisme Partikel-Gelombang de Broglie

    AhmadDahlan.NET – Kesimpulan Einsteins mengenai percobaan efek fotolistrik mengokohkan bahwa cahaya tidak hanya memiliki karakteristik sebagai gelombang tapi juga bisa sebagai partikel. Peristiwa lepasnya elektron dari permukaan logam pada saat ditumbuk frekuensi ambang logam terjadi secara spontan namun tidak demikian jika frekuensinya lebih rendah dari frekuensi kerja.

    Sekalipun penyinaran dilakukan dalam waktu yang lama, elektron tidak akan terlepas. Dengan demikian pada fenomena ini, cahaya tidak bersifat kontinu. Solusi yang ditawarkan Einsten adalah kuantisasi gelombang dalam bentuk quanta. Quanta cahaya ini selanjutnya disebut foton dan fenomena spontan ini dianalogikan dengan tumbukan. Dengan demikian cahaya dipandang memiliki momentum.

    p = hν 

    karena ν=1/λ, maka

    \ p = \frac{h}{λ}

    Hipotesa de Broglie

    Hipotesis de Broglie membuat hipotesis yang menjadi komplemen dari sifat dualisme Gelombang-Partikel dimana ya menganggap bahwa semua partikel memiliki sifat sebagai partikel. Sifat Partikel sebagai gelombang ditinjau dari panjang gelombang yang dibentuk oleh gelombang yang berhubungan dengan sifat gelombang lainnya.

    Berdasarkan persamaan momentum foton yang diajukan oleh Einstein, de Broglie mengajukan teori Partikel-Gelombang melalui hubungan antara Panjang gelombang (λ) dan memonetumnya yakni :

    λ=\frac{h}{p}

    dimana momentum, p = mv, maka

    λ=\frac{h}{mv}

    λ dalam persamaan ini disebut sebagai panjang gelombang de Broglie. Meskipun demikian tidak ada penjelsan detail dari de Broglie mengapa ia mengambil persamaan energi untuk menghubungkan dengan panjang gelombang pada teori dualisme partikel-gelombang.

    Namun Energi yang dihubungkan bisa dalam bentuk Energi total, energi kinetik atau total energi relativistik. Pada foton, semua energi tersebut sama namun belum tentu untuk partikel kuantum yang lain.

    Contoh Kasus

    Jika semua partikel memiliki karakteristik sebagai gelombang menurut de Broglie, mengapa hal tersebut sulit diamati pada partikel dalam kehidupan sehari-hari?

    Solusi

    Kita misalkan saja sebuah bola Rugby (Amerika Football) dilempar dengan kecepatan 20 m/s ke arah mendatar. Jika massa bola adalah 500 gram maka panjang gelombang de broglie nya adalah :

    λ=\frac{h}{mv}
    λ=\frac{6,626× 10^{-34} Js}{0,5\ kg \ . \ 20 \ m/s} = 0,6626.10^{-34}\ m

    perhatikan orde panjang gelombang de Broglie yang dibentuk adalah 0,6626 x 10-34 m memiliki dimensi yang sangat kecil dan sulit diamati. Selain itu jika Bola ini ingin ditinjau dari sifatnya sebagai gelombang misalnya dapat terdifraksi maka ukuran celah yang sesuai dengan panjang gelombang sangat jauh lebih kecil dari ukuran fisik bola yakni sekitar 30 cm.

    Implikasi Teori de Broglie

    Implikasi dari teori Partikel-Gelombang de Broglie ini dibatasi oleh konstanta plank (h) dengan demikian benda-benda dengan ukuran macro tidak akan bisa diamati dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang tersebut masih sangat kecil untuk diuji dalam peneltian, namun pada tingkat atom, partikel elementer dan kecepatan yang tinggi.

    Meskipun tidak didsari dari eksperimen namun Hipotesa di Broglie ini menjadi landasan dalam banyak pengamatan Partikel-Gelombang. Implementasi paling paripurna dari teori ini adalah X-Ray Difarction atau XRD. Pada XRD, elektron dipercepat dan ditembakkan pada permukaan zat padat sehingga membentuk pola difraksi. Pola difraksi ini kemudian dianalisis hingga menghasilkan data jarak antar kisi dan bentuk kisi partikel.

  • Materi Fisika SMA – Besaran Pokok dan Turunan

    Materi Fisika SMA – Besaran Pokok dan Turunan

    AhmadDahlan.Net – Kita pastinya sudah terbiasa melakukan pengukuran dalam kehidupan sehari – hari kita, baik itu secara sadar maupun tak sadar. Hasil pengukuran yang kita peroleh dan kita nyatakan sebagai angka disebut dengan besaran. Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.

    Dalam bidang fisika, besaran terbagi menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai kedua jenis dari besaran.

    A. Pengertian Besaran Pokok

    Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah ditetapkan sebelumnya dan biasa disebut sebagai satuan pokok atau satuan standar. Satuan merupakan suatu yang nilainya telah ditetapkan terlebih dahulu sebagai dasar dalam melakukan pengukuran.

    Berikut daftar besaran pokok beserta satuannya :

    Daftar Besaran Pokok
    Daftar Besaran Pokok Tambahan

    Terdapat banyak satuan pada besaran pokok, tetapi satuan yang digunakan adalah satuan yang dinyatakan dalam Sistem Internasional atau biasa disingkat SI.

    B. Besaran Turunan

    Besaran turunan merupakan besaran yang satuan nya diturunkan atau dijabarkan dari satuan besaran pokok. Salah satu contoh besaran yang diturunkan dari besaran pokok adalah :

    1. Luas suatu persegi

    Luas dirumuskan sebagai panjang x lebar. Panjang dan lebar keduanya merupakan besaran pokok panjang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa luas termasuk besaran turunan karena berasal dari perkalian dua besaran pokok.

    Berikut beberapa contoh besaran turunan beserta satuannya :

    Daftar Beberapa Besaran Turunan

    C. Dimensi Besaran

    Dimensi besaran merupakan cara besaran itu tersusun dari besaran – besaran pokoknya. Setiap besaran pokok memiliki dimensi. Untuk besaran turunan, dimensi nya diperoleh dari rumus besaran turunan yang dinyatakan dalam besaran pokok.

    Berikut daftar dimensi yang dimiliki oleh besaran pokok :

    Contoh Soal

    Tentukanlah dimensi dari besaran turunan kecepatan!

    Pembahasan

    a. Kecepatan

    v=\frac{perpindahan}{waktu}

    perpindahan merupakan besaran pokok panjang, sehingga berdasarkan tabel daftar dimensi besaran pokok, diperoleh :

    v=\frac{[L]}{[T]}=[L][T]^{-1}

    Sehingga, dimensi dari kecepatan adalah [L][T]-1

  • Materi Fisika SMA – Rumus Menghitung Skala Pada Mikrometer Sekrup

    Materi Fisika SMA – Rumus Menghitung Skala Pada Mikrometer Sekrup

    AhmadDahlan.Net – Pengukuran merupakan kegiatan yang selalu dikerjakan dalam kehidupan sehari – hari. Pengukuran biasanya dilakukan menggunakan bantuan alat ukur. Salah satu alat ukur yang biasa digunakan adalah mikrometer sekrup. Berikut penjelasan mengenai mikrometer sekrup

    A. Pengertian Mikrometer Sekrup

    Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang dapat mengukur panjang, tebal, dan diameter dari suatu benda. Tingkat ketelitian dari mikrometer sekrup adalah 0,01 mm. Berikut bagian dari mikrometer sekrup beserta fungsinya :

    1. Poros tetap merupakan poros yang tidak dapat digeser dan berfungsi untuk menahan benda yang akan diukur
    2. Poros atau spindel merupakan poros yang dapat memanjang atau memendek apabila digeser.
    3. Bingkai merupakan rangka dari mikrometer sekrup yang berfungsi sebagai tempat pegangan pada mikrometer.
    4. Pengunci berfungsi untuk menahan poros agar tidak bergerak saat dilakukannya pembacaan hasil pengukuran
    5. Skala utama merupakan skala yang terdapat pada selubung dalam mikrometer yang terdiri dari 50 bagian skala dan batas ukur tertinggi 25 mm
    6. Skala nonius atau skala putar merupakan skala yang terletak pada selubung luar dari mikrometer yang terdiri dari 50 skala
    7. Ratchet berfungsi sebagai pengencangan poros gerak ketika melakukan pengukuran. Ratchet diputar hingga terdengar bunyi “klik” yang menandakan bahwa pengukuran telah siap dilakukan.

    B. Menghitung Hasil Pengukuran Mikrometer Sekrup

    Perhatikan contoh pengukuran diameter bola menggunakan mikrometer sekrup di bawah ini :

    Dari gambar hasil pengukuran diatas, terdapat beberapa poin yang perlu kita ketahui, yaitu sebagai berikut:

    1. Hasil penunjukan skala utama

    Pada gambar diatas, terlihat hasil yang ditunjukkan pada skala utama adalah 4,5 mm.

    2. Hasil penunjukan skala nonius

    Cara melihat penunjukan skala nonius adalah dengan mencari skala yang selurus atau yang paling mendekati dengan garis tengah skala utama. Pada gambar diatas, terlihat bahwa skala ke 11 yang selurus dengan skala utama. Sehingga, penunjukan pada skala nonius adalah 11 skala

    3. Menghitung hasil perhitungan

    HP=HPU+(HPN×tingkat\ ketelitian\ alat)

    keterangan,
    HP : Hasil pengukuran
    HPU : Hasil penunjukan skala utama (mm)
    HPN : Hasil penunjukan skala nonius
    tingkat ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm

    Hasil pengukuran yang diperoleh adalah :

    HP=4,5\ mm+(11×0,01\ mm)
    HP=4,5\ mm+(0,11\ mm)
    HP=4,61\ mm

    jadi, hasil perhitungan yang diperoleh adalah 4,61 mm