Author: Ahmad Dahlan

  • Mengenal Society 5.0 – Issu dan Tawaran Solusi di Era Industri 4.0

    Mengenal Society 5.0 – Issu dan Tawaran Solusi di Era Industri 4.0

    AhmadDahlan.NET – Kemajuan teknologi dan kebudayaan Manusia sebagai mahluk perkakas di muka Bumi kini telah berada pada Industri 4.0 dan Society 5.0. Dua konsep ini adalah dua hal yang berbeda namun saling terhubungan satu sama lain.

    A. Industi 4.0 dan Apa Itu Society 5.0

    Manusia adalah mahluk perkakas yang sejak zaman purba sampai hari selalu berupaya memudahkan hidup mereka dengan membuat perkakas (teknologi). Mulai dari Kapak berimbas yang dibuat dari pecahan batu obisidan di zaman paleolitikum sekitar 3 juta tahun lalu, lalu manusia mulai mengenal cara melebur batu menjadi logam di zaman perunggu sekitr 8.000 tahun lalu sampai hari ini manusia sudah bisa mulai berfikir untuk menaklukkan Planet mars dengan pesawat mereka yang jarak terdekatnya sekitar 62 juta kilometer dari bumi dengan estimasi lintasan planetnya.

    1. Era Industri

    Beberapa penemuam teknologi yang berhasil diciptakan berhasil merubah kebudayaan yang pada skala global dikelompokkan ke dalam 4 gap besar, konsep ini disebut sebagai Era Industri (Industrial Age). Industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap oleh James Watt dan berhasil memicu revolusi Industri di London sekitar 1760-1830. Pada era ini kebergantungan manusia terhadap energi alam seperti angin dan angin untuk menggerakan kincir semakin berkurang. Manusia bisa melakukan kegiatan produksi industri besar dan trasnportasi kapan saja tanpa menunggu musim seperti sebelum Mesin Uap di temukan. Hanya saja, bentuk mesin uap yang besar membuat hanya sebagian orang dan industri bisa mengendalikan dan memanfaatkan energi ini.

    Energi listrik kemudian ditemukan dan digunakan secara meluas pada tahuan 1870. Energi jauh lebih ramah dibandingkan dengan mesin uap. Pada masa ini juga mesin diesel dan mesin Bensin sudah ditemukan dan mulai menggantikan mesin uap yang tidak begitu efisien dalam mengkonversi energi. Energi listrik ini kemudian dimanfaatkan dengan menggunakan motor listrik untuk kebutuhan manusia seperti menyalakan lampu, radio, setrika dan kegiatan industri yang ukurannya lebih kecil dari Industri di era mesin uap. Era ini kemudian ditandai sebagi Era Industri 2.0.

    Industri 3.0 dimulai saat semi konduktor ditemukan sekitar tahun 1969. Semi Konduktor ini unik karena energi listrik besar yang arahnya bolak-balik di Industri 2.0 bisa diarahkan menjadi satu arah saja. Konsep ini menjadi pembuka gerbang digital pertama dimana jika arus listrik yang lewat sesuai maka sinyal diizinkan jika arahnya berlawanan tidak akan lewat. Gerbang digital ini kemudian dikonversi menjadi sinyal masuk 1 dan tidak sinyal 0, bersama dengan logika matematis kemudian industri komputerisasi pun dimulai. Jadi Industri 3.0 juga ditandai dengan penemuan semikonduktor sebagai bahan dasar mikrochip kumputer.

    Saat ini kita berada di Industri 4.0 dimana tekonologi kominikasi sudah bisa dilakukan dengan sangat detail melalui jaringan Internet. Jaringan internet Global ini bisa menguhubungan satu perangkat dengan perangkat lain. Jika dirancang satu perangkat sebagai kontroler dan perangkat lain sebagai eksekutor maka di industri 4.0, mesin-mesin pabrik bisa dijalankan dari jauh. Sistem ini dikenal dengan sistem remote.

    Hal lain dari Industri 4.0 selain sistem remoting adalah Big Data. Komunikasi manusia yang dilakukan di jaringan internet ini memungkinkan perakaman data dari setiap aktifitas yang ada disana. Data-data ini tidak hanya bersifat tehnis seperti menunjukkan alamat melalui peta digital, melakukan pembayaraan online dan sejenisnya tapi juga data-data yang melibatkan psikologis manusia seperti kesukaan terhadap warna, jenis kelamin, makanan, tempat nongkrong dan sejenisnya. Ini adalah ruh dari Society 5.0 yang tanpa Industri 4.0 hampir mustahil untuk diwujudkan.

    Infografis sederhana Industri 4.0

    Penciri Utama era Industri:

    1. Industri 1.0 – Mesin Uap
    2. Industri 2.0 – Energi Listrik
    3. Industri 3.0 – Semi Konduktor dan Komputerisasi
    4. Industri 4.0 – Remoting dan Jaringan Internet

    2. Era Society

    Era Society dibagi berdasarkan kebudayaan yang dibangun oleh manusia dari aspek sosial untuk pemenuhi kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan. Papan dalam ini lebih kompleks dari sekedar tempat tinggal semata tapi juga meliputi kebutuhan hidup lain yang sifatnya gaya hidup.

    Kita mulai dari kebiasan berburu manusia purba yang awalnya dilakukan secara individu. Bertahan hidup bisa dilakukan lebih mudah dan aman jika dilakukan secara bersama maka para manusia purba ini mulai membuat komunitas untuk berburu untuk mendapatkan hewan lebih besar. Komunitas ini menjadi penciri utama dari Society 1.0.

    Kelemahan dari kehidupan berburu ini adalah keberadaan sumber daya alam akan terus menipis karena pasokan makanan hanya berasal dari daerah tinggal sekitar komunitas. Hal ini membuat kehidupan manusia purba hidup no maden, berpindah dari satu daerah ke daerah lain, jika bertemu dengan komunitas lain ada kemungkinan terjadi perang jika kedua komunitas ngotot untuk hidup di tempat yang sama.

    Agar bisa lebih stabil dalam menjaga kehidupan komunitas, manusia kemudian berfikir cara mengelola lahan dan berternak. Meskipun pada awalnya masih tetap bergantung pada kesuburan tanah sehingga no maden masih tetap dilakukan sampai pada akhirnya teknologi pertanian terutama untuk cara menyuburkan tanah ditemukan. Kehidupan komunitas manusia inipun sudah mulai menetap di satu daearah. Komunitas-komunitas kemudian mulai menetapkan diri tinggal di satu tempat tertentu.

    Antar komunitas ini kemudian mulai bertukar hasil produksi dengan cara barter, kemudian memilih satu barang sebagai alat tukar agar lebih mudahkan proses perdagangan dan jadilah manusia berada pada society 2.0.

    Kemudian Society 3.0 dimulai dengan perkembangan industri 1.0 dimana manusia sudah mulai mengenal teknologi komunikasi dan mesin termodinamis. Setelah revolusi industri, interaksi komunikasi manusia bisa dilakukan lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Manusia bisa berpergian dengan cepat dengan kendaraan bertenaga mesin baik antar daerah maupun antar pulau. Pertukaran teknologi yang sebelumnya hanya terjadi pada komunitas tetangga bisa dilakukan dengan komunitas yang terpisah antar pulau. Komunikasi pun bisa dilakukan dengan cepat dengan saluran telefon dan radio yang memungkinkan terjadinya pertukuaran suara dan gambar

    Komunikasi melalui gelombang radio memungkinkan manusia melakukan komunikasi dua arah secara langsung namun tidak dengan komunikasi massal. Komunikasi massal (broadcasting) hanya bisa dilakukan dengan satu arah dan hanya pihak-pihak yang memilikinya. Saat ini makna komunitas ini sudah banyak berubah dari yang dulunya hanya menentap pada daerah tertentu, saat ini bentuk komunitas semakin kompleks seperti kerajaan, negara, perserikatan antar negara dan perserikatan antar kondisi negara.

    Selanjutnya Society 4.0 dicirikan dengan adanya jaringan internet yang digunakan secara meluas. Komunikasi antar negara yang jauh bisa dilakukan tanpa melalui sistem broadscating karena setiap orang sudah memiliki alat komunikasi di genggaman mereka. Hasilnya setiap individu bisa mengambil bagian dalam ketersediaan informasi yang ada di dunia.

    Dampaknya adalah kurangnya kontrol karena pada siste Broadcasting, lembaga penyiar akan melakukan verifikasi yang berlapis sebelum akhirnya menyampaikan berita, namun tidak dengan era Industri 4.0 dan Society 4.0. Kontrol akan berita dan informasi menjadi sulit dilakukan karena banyaknya sumber informasi. Tidak heran jika beberapa ahli memberi label masa Society 4.0 sebagai era disrupsi informasi atau malam era Post Truth. Post Truth adalah erah dimana informasi akan terlebih dahulu disebar sebelum akhirnay di klarifikasi.

    Masalah ini menjadi landasan untuk menghadirkan Society 5.0 dimana ada sebuah sistem yang diciptakan untuk meminimilasir beredarnya informasi yang tidak valid atau bahkan hoax. Pada era Society 4.0, proses konfirmasi dilakukan dengan dua cara yakni melalui (1) bantuan lembaga yang kompeten seperti kominfo, lembaga akademisi, dan media massa besar. Cara yang kedua adalah melalui literasi dari individu yang mendapatkan informasi tersebut.

    Solusi dari masalah disrupsi informasi dan post Truth ini adalah kemajuan era Industri 4.0 yang memungkinkan manusia mencipatkan kecerdasan buatan (AI). Perbedaan mendasarnya dengan algoritman non AI adalah adanya kemampuan mesin menganalisis data dan mengambil keputusan sendiri mengenai data tersebut. Selain menganalisis, AI ini bisa melakukan eksekusi terhadap kesimpulan yang diberikan. Meskipun demikian AI ini tidak secanggih tulisan-tulisan sains fiksi yang ada di film I Robot atau Terminator.

    Ilustrasi Sederhana pengembangan AI Dasar :

    Ilustrasi Pengambilan Kesimpulan pada AI Sederhana

    Misalkan ada ribuan data yang ada di internet, kemudian Ai akan membuat kategori data tersebut berdasarkan data yang tersebar. Karena data sifatnay dinamis maka programer tidak bisa menentukan kriteria data di awal membuat program. Jadi dalam hal ini AI lah yang membuat kategori data ini dan bersifat dinamis. Dari data-data ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kedekatan. Jika Algoritma sederhana dimasukka misalkan nilai yang banyak adalah kebenaran maka A yang menjadi kesimpulan yang benar dari hamparan data ini.

    Ilustrasi dari Industri 4.0 dan Society 5.0

    Tugas AI adalah membuat kategori dari data yang sifatnya dinamis, namun tidak bisa membuat data. Data yang disajikan berasal dari perilaku manusia di internet baik dari sisi tehnis mupun dari sisi psikologi seperti penjelasan sebelumnya di Point Industri 4.0. Karena data-data ini berasal dari manusia yang nilainya ditentukan berdasarkan aspek sosial dan budaya maka konsep ini dikembangkan sebagai Konsep Society 5.0.

  • Pembiasan Cahaya dan Indeks Bias

    Pembiasan Cahaya dan Indeks Bias

    Pembiasan cahaya adalah proses perubahan arah laju cahaya ketika melawati medium dengan kerapatan yang berbeda dari sumber cahaya. Perubahan arah laju ini membuat cahaya seolah-olah berbelok dari arah asalnya sehingga disebut sebagai pembelokan cahaya.

    Indeks Bias Pembiasan Cahaya

    Peristiwa dapat dengan jelas dilihat dalam kehidupan sehari-hari saat kita melihat sedotan yang berada dalam gelas being berisi air.

    Fenoeman PEmbiasan Cahaya karena PErebdaan Indeks bias air dan udara di sedotan gelas
    Gambar 1. Jus seolah-olah bengkok di dalam gelas

    Bentuk sedotan terlihat tidak lurus pada bagian gelas yang berisi air yang kerapatan lebih tinggi dari udara. Hal ini disebabkan oleh perubahan kecepatan cahaya saat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya. Kerapatan medium ini membuat cahaya akan melaju lebih lambat oleh karena pembelokan cahaya akan terjadi tepat di bidang batas dua medium tersebut.

    Ilustrasi Pembiasan Cahaya pada Dua Medium yang berbeda
    Gambar 2. Ilustrasi Pembiasan

    Pada saat cahaya berasal dari medium dari kurang rapat ke lebih rapat maka sinar akan dibelokkan mendekati sudut normal seperti yang terjadi cahaya yang berasal dari udara kemudian menembus air.

    A. Indeks Bias (n)

    Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, besarnya perubahan arah cahaya ini tergantung dari dua variabel yakni :

    1. Perubahan Kecepatan cahaya
    2. Sudut jatuh cahaya (sudut datang)
    \[n = \frac{c}{v_n}\]

    Kecepatan cahaya pada ruang hampa adalah c = 2,99792458 x 108 m/s namun dalam optik geometri biasanya digunakan nilai c = 3,00 x 108 m/s. Faktor yang mempengaruhi pembiasan cahaya ini kemudian disebut sebagai indeks bias (n). Karena hanya terjadi pada saat cahaya melalui dua medium yang berbeda maka indeks bias cahaya tidak melekat satu medium namun terhadap dua medium.

    Indeks bias yang dimasukkan dalam nilai tabel biasanya dibandingkan dengan indeks bias di ruang hampa seperti pada daftar tabel berikut :

    Materialn = c/vn
    Ruang hampa1
    Udara (STP)1,0003
    Air1,33
    Etil Alkohol1,36
    Kaca Kuarsa1,46
    Kaca Korona1,52
    Berlian2,42

    B. Hukum Snellius tentang Pembiasan

    Pada saat cahaya melewati dua bidang yang tembus pandang, maka cahaya kecepatan cahaya akan berkurang. Jika arah jatuhnya cahaya tidak tegak lurus terhadap bidang maka, cahaya mengelami pembelokan arah tepat di permukaan antara dua bidang tersebut. Pembelokan cahaya mengikuti hukum Snelius tentang pembiasan yakni

    Sudut Bias bergantung pada sudut datang dan kecepatan cahaya. Nilai antara indek bias dikali dengan sin θ akan sama di kedua medium.

    Formulasi matematis hukum ini adalah :

    \[n_1 \sin θ_1=n_2 \sin θ_2\]

    Dari persamaan di atas bisa disimpulkan jika n2 > n1 maka θ2 < θ1, dengan demikian implikasinya, jika sinar datang dari medium yang lebih rapat maka sinar datang akan dibiaskan mendekati garis normal dan begitu pula sebaliknya.

    Bentuk Lain Formulasi Hukum Snelius

    Jika nilai n adalah c/vn, maka hukum Snellius dapat ditulis :

    \[\frac{c}{v_1}\sin θ_1 = \frac{c}{v_2}\sin θ_2\]

    atau

    \[\frac{\sin θ_1 }{v_1}= \frac{\sin θ_2}{v_2}\]

    kecepatan cahaya (v) tidak lain λf, maka persaman ini dapat ditulis lagi dalam bentuk

    \[\frac{\sin θ_1 }{λ_1f_1}= \frac{\sin θ_2}{λ_2f_2} \]

    karena frekuensi cahaya yang masuk pada medium tidak berubah, maka f1 = f2, sehingga

    \[\frac{\sin θ_1 }{λ_1}= \frac{\sin θ_2}{λ_2}\]

    C. Mengapa Kecepatan Cahaya Bisa Berubah?

    Cahaya tampak (Visible Light) yang diamati pada percobaan optik geometri merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat bergerak pada ruang hampa. Pada saat memasuki ruang yang memiliki medium proses propagasi cahaya menjadi berubah yang tadinya hanya bejalan saja di ruang hampa menjadi diserap oleh partikel sebuah medium kemudian diemesikan lagi.

    Meskipun sangat kecil, ada delai yang terjadi antara antara proses penyerapan dan proses emisikan. Semakin banyak / padat medium maka dilai dari proses serap dan emisi ini akan semakin banyak dan akan membuat kecepatannya semakin berkurang.

    Untuk lebih jelas silahkan baca : propagasi gelombang elektromagnetik pada ruang hampa dan medium.

  • Optika Geometri – Hukum Pemantulan Snellius Pada Cermin Datar, Cekung dan Cembung

    Optika Geometri – Hukum Pemantulan Snellius Pada Cermin Datar, Cekung dan Cembung

    Ahmaddahlan.NET – Cahaya adalah fenomena alam yang dapat ditinjau dari 3 instrumen yakni Optika Geometri, Optika Fisis, dan Optika Kuantum. Masing-masing insrtumen Optika ini digunakan untuk mengkaji sifat cahaya dari berbagai aspek seperti pandangan cahaya sebagai berkas di optika geometri, sifat fisis cahaya sebagai gelombang elektormagnetik di optika fisis dan perilaku cahaya sebagai fenomena kuantum di Optika Kuantum.

    Optika Geometri

    Optik Geometri adalah instrumen yang digunakan untuk mempelajari karakteristik cahaya sebagai berkas cahaya yang merambat lurus yang dapat dibisakan dan dipantulkan. Kajian pada Optik Geometri ini dikaji dari sifat-sifat garis yang terbentuk dalam pembiasan dan pemantulan di berbagai bidang sehingga hanya ditinjau dari sisi geometri semata.

    1. Pemantulan Cahaya

    Cahaya memiliki karakteristik dalam dipantulkan ketika bertumbukan dengan semua benda. Semua benda yang dilihat di mata manusia muncul karena ada fenomena pemantulan cahaya namun dalam kajian Optik Geometri kajian pemantulan seluruhnya pada cermin dan pemantulan sebagaian pada lensa.

    Karakteristik pemantulan cahaya terjadi sesuai dengan hukum Snelius yakni :

    1. Sinar datang, sinar pantul, bidang pantul dan garis normal terletak pada bidang yang sama
    2. Sudut datang sama dengan sudut pantul
    Hukum Pemantulan Snelius

    θi : Sudut datang (Incident)
    θr : Sudut Pantul (Reflection)

    a. Cermin Datar

    Bayangan pada cermin datar terjadi berdasarkan hukum Snelius tentang pemantulan. Misalkan sebuah benda di depan cermin datar setinggi ho sejauh so akan membentuk bayangan seperti pada gambar di bawah ini!

    Contoh dan ilustrasi pembentukan banyangan pada cermin datar

    Analisi gambar dan bayangan digunakan melalui bantuan Geomteri

    so = jarak benda ke cermin
    si = jarak benda ke bayangan (si = 2so)
    hi = Tinggi bayangan (hi = ho)
    hc = Tinggi cermin minimal

    Dari gambar di atas dapat bahwa θsohc = θsihi dengan demikian

    \tanθ_{s_oh_c}=\tan θ{s_ih_i}
    \frac{s_o}{h_c}=\frac{s_i}{h_i}

    ganti nilai si = 2so dan hi = ho

    h_c=\frac{s_oh_o}{2s_o}
    h_c=\frac{h_o}{2}

    b. Cermin Cekung

    Cermin Cekung adalah cermin yang memiliki bentuk potongan dari cermin melingkar. Kelengkungan dari cermin ditentukan dari jari-jari lingkaran cermin seperti pada gambar di bawah ini !

    Ilustrasi pembentukan Cermin Melingkar

    Garis tebal biru adalah bentuk cermin lengkung dengan kelengkungan ditentukan oleh jari-jari lingkaran. Dalam aturan Geomteri Bangun datar, jari-jari (r) lingkaran adalah jarak terdekat antara permukaan lingkaran ke pusat lingkaran (o) dalam cermin kadang disimbolkan sebagai m. Jari-jari ini tegak luru dengan permukaan lengkung lingkaran.

    Jika garis normal pada cermin menurut hukum Snelius tegak lurus dengan bidang pantul maka r adalah adalah garis normal pada cermin lengkung. Proses menentukan sudut bayangan diukur dari r. Proses pemantulan berkas cahaya seperti ilustrasi di bawah ini!

    Bentuk pemnantulan pada cermin lengkung untuk sinar tidak istimewa

    Pada sinar-sinar yang berasal sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan mengikuti hukum snelius yakni sudut datang (θi)sama dengan sudut pantul (θr). Ilustrasinya seperti pada gambar di bawah ini !

    Ilustrasi pemantulan pada cermin cekung dengan sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama

    Semua sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan pada sebuah titik. Titik ini adalah titik berkumpulnya cahaya sehingga daerah akan terlihat lebih terang dan panas. Oleh karena ini titik ini disebut titik fokus (f) atau titik api. Sifat ini dijadikan sebagai salah satu sifat sinar istimewa dengan nilai f setengah dari m.

    Konsep Sinar Istimewa Cermin cekung

    Konsep sinar istimewa adalah adalah tiga sinar yang berhubungan dengan sumbu utama, titik f dan titik m. Ada tiga sinar istimewa yang bisa digunakan membantuk mengilustrasikan pembentukan bayangan pada cermin cekung yakni :

    1. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik f
    2. Sinar datang yang melalui titik f akan dipantulkan pada sumbu utama
    3. Sinar datang dari titik m akan dipantulkan kembali sudut datang.

    Ilustrasi Sinar-Sinar Istimewa

    Ilustrasi Sinar Sinar Istimewa pada cermin lengkung

    Ilustrasi pembetukan bayangan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar-sinar istimewa seperti gambar di bawah ini :

    Bentuk ilustrasi Pembentukan bayangan pada cermin cekung

    Dengan Rumus lensa cekung :

    \frac{1}{f}=\frac{1}{s_o}+\frac{1}{s_i}

    dimana :

    f : jarak fokus (m)
    so = jarak benda ke cermin (m)
    si = jarak bayangan ke cermin (m)

    karena titik fokus lensa cekung berada berada di depan cermin maka nilai f negatif.

    perbesaran bayangan pada cermin adalah :

    M=\frac{h_i}{h_o}

    c. Cermin Cembung

    Cermin cembung adalah kebalikan dari cermin cekung hanya saja sisi cermin berada di sisi luar dari lingkaran. Jari-jari cermin berada di belakang cermin sehingga nilai f positif. Karena bagian dari cermin maka pada cermin datar ilustrasi pemantulan ada pada gambar di bawah ini!

    Proses pembentukan bayangan pada cermin Cembung

    Pada sinar-sinar yang berasal sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan mengikuti hukum snelius yakni sudut datang (θi) sama dengan sudut pantul (θr). Ilustrasinya seperti pada gambar di bawah ini !

    Ilustrasi pemebntukan bayangan pada cermin cembung

    Ilustrasi di atas menunjukkan semua sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan dari arah sebuah titik yang posisinya setangah dari m dari cermin. Titik ini adalah titik semu yang disebut sebagai titik fokus lesa cembung.

    Sinar ini digunakan untuk membuat sinar-sinar istimewa pada cermin cembung yakni :

    1. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan seolah-olah sinarnya berasal dari titik fokus.
    2. Sinar yang datang menujuk titik fokus akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama
    3. Sinar yang datang menuju titik m dipantulkan kembali ke asalnya.

    Sama seperti cermin cekung, pembentukan bayangan bisa diilustrasikan minimal menggunakan dua buah sinar istimewa seperti pada gambar di bawah ini.

    Ilustrasi pembentukan bayangan pada cermin cembung

    rumus pembentukan bayangan pada cermin cembung sama dengan cermin cekung hanya saja nilai f bernilai positif karena posisinya kebalikan dari cermin cekung.

    Soal Latihan :

    1. Sebuah benda diletakkan 15 cm depan lensa cermin cekung dengan jari-jari kelengkungan lensa 20 cm. Jika tinggi benda adalah 2 cm, tentukan tinggi bayangan yang terbentuk!
    2. Budi adalah seorang pria dengan tinggi badan 180 cm, jika jarak mata dan ujung kepala Budi adalah 7 cm, berapakah ketinggian maksimum cermin dari permukaan tanah agar Budi dapat melihat seluruh badannya?
  • Contoh Soal Fisika Level Analisis C4  – Menentukan Ketinggian Maksimum Cermin Datar

    Contoh Soal Fisika Level Analisis C4 – Menentukan Ketinggian Maksimum Cermin Datar

    Ahmaddahlan.NET – Budi adalah seorang pria dengan tinggi badan 180 cm, jika jarak mata dan ujung kepala Budi adalah 7 cm, berapakah ketinggian maksimum cermin dari permukaan tanah agar Budi dapat melihat seluruh badannya?

    Solusi :

    A. Ketinggian Maksimum Cermin

    Mari kita ilustrasikan bagan pemebntukan bayangan terlebih dahulu gambarnya :

    Contoh soal dan pembahasan Pemantulan ada cermin datar

    Perhatikan segitga yang terbentuk antara mata dan kaki bayangan sebut saja titik O. Disana terdapat dua segitiga sebangun yakni Δ Ohc sebangun dengan segitiga Δ Om.

    Δ Oh_c = ΔOm

    maka tangan kedua segitiga akan sama

    \frac{s_i}{h_c}=\frac{s_o+s_i}{m}

    karena so= si, maka so+ si = 2si atau bisa juga so+ si = 2so

    \frac{s_i}{h_c}=\frac{2s_i}{m}

    masukkan nilai m,

    h_c=m\frac{s_i}{2s_i}
    h_c=173 (\frac{1}{2})

    hc = 86,5 cm.

    Maka ketinggian maximum cermin adalah 86,5 cm dari permukaan tanah. Jika lebih tinggi dari 86,5 cm maka bagian ujung kaki tidak akan terlihat dari mata.

    B. Tinggi Minimum Cermin

    Untuk tinggi minimun cermin bisa kita hitung dengan ilustrasi berikut :

    Ilustrasi Pemebtnukan bayangan pada cermin

    Panjang cermin atau tinggi minimun cermin kita misalka sc. maka kita mendapatkan sebagun antara Δmsc dan Δmhi.

    Δ ms_c = Δmh_i

    maka :

    \frac{s_c}{s_o}=\frac{h_i}{s_o+s_i}
    s_c=h_i\frac{s_o+s_i}{s_o}

    karena so= si, maka so+ si = 2si atau bisa juga so+ si = 2so sehingga

    s_c=h_i (\frac{1}{2})

    Persamaan ini juga bisa dikenal sebagai rumus umum tinggi minimun cermin datar.

    s_c=180 (\frac{1}{2})

    sc = 90 cm.

    Tambahan

    Apakah Jarak orang ke cermin mempengaruhi ketinggian maksimum dan tinggi minimum cermin agar bayangan bisa terlihat?

    Ilustrasi pembentukan bayangan pada cermin tidak berpengaruh terhadap jarak cermin dan objek

    Jawabannya tidak.

    Segitiga yan terbentuk dalam proses pemantulan cermin di atas akan selalu sebangun meskiun jaraknya semakin jauh dari objek namun dengan asumsi mata dari objek tidak memiliki sudut mati dan tetap bisa melihat benda yang jauh.

  • Perbedaan Antara Multimedia dan Hypermedia

    Perbedaan Antara Multimedia dan Hypermedia

    AhmadDahlan.NET – Hypermedia dan Multimedia adalah dua hal akan dibahas secara bersamaan dan sulit untuk dipisahkan. Kendati demikian dua hal tersebut adalah dua hal yang berbeda dari sisi konsep kedua hal ini benar-benar berbeda. Sebelum kita membandingkan dua hal tersebut, mari kita kembali ke defenisi awal dari Multimedia dan Hypermedia.

    Multimedia

    Berdasarkan asal katanya Multimedia diartikan sebagai media yang terdiri dari satu jenis media semata. Jenis media didefenisikan pada awal-awal perkembangan media harus berdiri sendiri seperti tesk, gambar, video, audia dan sejenisnya. Sederha-nya, Multimedia adalah media yang terdiri dari dua atau lebih media seperti gabungan teks-gambar, gambar-audio, Video-teks-grafik dan sejenisnya.

    Defenisi multimedia pada dewasa ini sudah sangat jarang direferesikan pada pengertian multimedia sederhana karena hampir semua media secara digital sudah disajikan dalam bentuk multimedia.

    Hypermedia

    Hypermedia adalah kerangka pikir atau konsep yang digunakan untuk menggabungkan dua atau lebih media yang berisi konten baik media tunggal maupun multimedia. Kata Hyper dalam hypermedia menunjukkan proses perpindahan antar media yang tidak linier (Hyper) yang artinya sistem navigasi didesain agar pengguna bisa mengakses konten-konten yang disajikan secara acak sesuai denga kebutuhan dari pengguna (user).

    Dengan demikian, Hypermedia harus disusun dengan layanan Hypertext yang akan menjadi layanan interkatif bagi user untuk mengakses konten-konten secara bergantian. Dalam penggunana perangkat digital, Hypertext disajikan dengan fitur Hypertext Markup Language atau HTML.

    Perbedaan Mulitmedia dan Hypermedia

    Dengan demikian bisa disimpulkan jika Multimedia lebih kepada konten media jamak yang disajikan dalam satu layar pada saat diakses oleh user sedangkan Hypermedia adalah tehnis yang digunakan untuk menautkan antar konten-konten dalam sebuah media (Multimedia)

    Analoginya seperti sebuah website akan menyajikan laman-laman yang berisi konten multimedia sedangkan proses mengakses laman-laman ini disusun dengan konsep Hypermedia dengan menggunakan kode-kode Hypertext Markup Language dengan tag HTML Hyperlink.

    Peta Konsep dari Hypermedia

    Garis Putus-Putus pad gambar di atas adalah Konsep menyusun Hyper Media untuk menyajikan konten seperti Gaya, HK. Newton dan sejenisnya sebagai Multimedia / media.

  • Transformasi Dasar Tipografi dalam Desain Grafis

    Transformasi Dasar Tipografi dalam Desain Grafis

    AhmadDahlan.NET – Mempertimbangan estetika dalam seni menyusu huruf dalam desain grafis (Typografy) memang membutuhkan sentuhan creativitas yang terkadang sulit dijelaskan. Sebagaimana sisi seni yang lainnya, nilai artistik dari sebuah desain memang terletak pada desainernya namun untuk memulai karya awal dari sisi desain ada beberapa aturan dasar yang baik digunakan sebagai bahan latihan. Salah satunya adalah Transformasi Tipografi.

    Transformasi Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf berdasarkan posisinya yang dipandang sebagai gambar dan huruf. Ada 8 Transformasi dasar tipografi yang mungkin lebih sederhana dengan memperhatikan desain berikut :

    1. Posisi

    Transformasi Tipografi Desain Grafis Posisi Asimetris

    2. Rotasi

    Transformasi Tipografi Desain Grafis rotasi tulisan

    3. Pembatas

    Transformasi Tipografi Desain Grafis batas pembatas

    4. Reflection – Pemantulan Cermin

    Transformasi Tipografi Desain Grafis pantulan cermin

    5. Skew – Miring

    Transformasi Tipografi Desain Grafis italic

    6. Colorfull

    Color Full keren Transformasi Tipografi Desain Grafis

    7. Skala

    Fisika Dasar dan ukuran huruf yang lebar dan besar

    Penutup

    ke Tujuh aturan tersebut cocok digunakan untuk mencari ide dalam membuat desain tipografi namun bukan arti kita bisa melanggar aturan dari setipa desain. Mungkin saja kita gabungkan dua atau tiga atiran transforamsi dasar. Aturan bakunya hanya satu, yakni selama mata nyaman melihat desain tersebut.

  • Persamaan Virial Pada Gas Nyata Bertekanan Tinggi

    Persamaan Virial Pada Gas Nyata Bertekanan Tinggi

    AhmadDahlan.NETPersamaan Van Der Waals berhasil mendefenisikan hubungan antara tekanan dan volume gas pada tekanan yang cukup tinggi namun tidak pada gas dengan tekanan yang tinggi. Kammerlingh Onnes kemudian mengembangkan persamaan untuk memahami perilaku gas nyata pada tekanan tinggi yang disebut dengan persaman virial, bentuk umumnya adalah :

    P\bar V=RT\left ( 1+\frac{B}{\bar V} +\frac{C}{\bar V^2}+\frac{D}{\bar V^3}+... \right )

    dimana B, C, D dan seterusnya adalah koefisien virial kedua, ketiga dan seterusnya. Koefisien tersebut memiliki nila yang berubah terhadap suhu dan tergantung dari jenis gas yang diamati.

    Untuk gas-gas Van Der Waals, Koefisien virial bisa diapatkan melalui perbadingan persamaan ditas dengan persaman virial dapat ditulis dalam bentuk :

    Z=\frac{P \bar V}{RT}=1+\frac{B}{V}+\frac{C}{\bar V^2}

    Sedangkan persamaan Van Der Waals dapat ditulis ke dalam bentuk :

    Z=\frac{P \bar V}{RT}=\frac{1}{1-b/ \bar V}-\frac{a}{RT\bar V}

    Kedua persamaan Z di atas fungsi dari Volume. Untuk suku suku yang tinggi, harga dari 1/V semakin kecil sehingga pada kondisi tertentu dapat diabaikan.

    Pada keadaan dengan tekanan rendah, volume gas sangat besar sehingga suku b/V sehingga suku pada ruas kanan Persamaan Van Der Waals 1/(1-b/V) dapat diselesaikan dengan menggunakan deret :

    \frac{1}{1-x}=1+x+x^2+x^3+...

    Dengan demikian persamaan Virial Z dapat dituliskan dalam bentuk :

    Z = 1+ \frac{b}{\bar V}+\left ( \frac{b}{\bar V} \right )^2+...-\frac{a}{RT\bar V}

    bisa dituliskan ulang agar sukunya rapi :

    Z=1+\left (b-\frac{a}{RT}  \right )\left (  \frac{1}{\bar V}\right )+\left ( \frac{b}{\bar V} \right )^2+...

    dimana :

    B= \left (b-\frac{a}{RT}  \right )

    dan

    C= b^2
  • Gas Nyata dan Persaman Van Der Waals

    Gas Nyata dan Persaman Van Der Waals

    Ahmaddahlan.NET – Persamaan-persamaan gas ideal yang disusun berdasarkan hasil percobaan Boyle dan Guy-Lussac berlaku dengan baik di gas-gas ideal dengan tekanan rendah dan temperatur yang tinggi. Pada percobaan mengenai karakteristik gas pada suhu rendah dan tekanan tinggi ternyata menghasilkan Grafik P-V yang dihasilkan menyimpang dari hukum-hukum gas ideal. Penyebabnya tidak lain adalah gaya tarik antar partikel gas pada suhu rendah dan tekanan tinggi tidak dapat diabaikan sebagaimana yang terjadi pada gas-gas ideal. Volume molekum pada gas tidak dapat diabaikan begitu saja.

    Penyimpangan perilaku gas pada kondisi suhu rendah dan tekanan tinggi dapat dinyatakan dengan perbandingan volum molarnya (Volume 1 mol gas) :

    \bar V_{id}=\frac{RT}{P}

    Perbandingan ini disebuat sebagai faktor komprasibilitas (Z) yang dinyatakan dalam bentuk :

    Z=\frac{\bar V}{\bar V_{id}}=\frac{P\bar V}{RT}

    pada gas ideal, Z = 1 dan nialinya tidak bergantung pada tekanan dan suhu namun pada gas tidak ideal, nilai Z tidak selalu 1. Z merupakan nilai yang bergantung pada suhu dan tekanan Z(T,P). Berdasarkan percobaan nilai Z berkisar antara 0,6 sampai 2,2.

    Tabel nilai Z gas nyata
    Nilai Z untuk gas-gas Nyata pada suhu 0oC

    Nilai PV pada gas-gas nyata ini hampir sangat sedikit mendekati gas ideal dan pada konisi terbatas seperti pada tekanan 0 atm. Nilai Z juga tidak menunjukkan hubungan linier dimana semakin tinggi tekanan ternyata tidak membuat nilai Z semakin meningkat kecuali pada gas H2.

    Penyimpanan nilai Z semakin rumit pada gas-gas Poliatomik dengan nilai yang turun pada saat tekanan naik. Uniknya Masing-masing gas memiliki kriteria unik dan titik kritis yang menjadi titik balik peningkatan niali Z.

    A. Persamaan Van Der Walls untuk Gas Nyata

    Gas-gas Ideal adalah gas yang memiliki karakteristik (1) gaya tarik antar molekul sangat lemah sehingga dapat diabaikan dan (2) volume moleku penyusun gas sangat kecil sehingga gas-gas bergerak secara bebas-acak. Pada gas-gas nyata, tidak demikian. Terdapat gaya tarik antar molekul bekerja di masing-masing molekul yang tidak bisa diabaikan, terdapat gaya tarik menarik (kohesi) antara dinding dan molekul gas. Terakhir, Volume Molekul pada gas nyata tidak bisa diabaikan. Dengan demikian nilai P-V dalam persamaan gas ideal harus dikoreksi. Van Der Waals membuat percobaan untuk mengamati koreksi tersebut pada tahun 1873.

    1. Tekanan Kohesi

    Tekanan kohesi adalah tekanan yang terjadi pada molekul gas terhadap dinding ruangan, tekanan ini disebut juga sebagai tekanan termal. Besar tekakan ini juga dipengaruhi oleh gaya kohesi yang terjadi pada saat molekul menambrak dinding pembatas ruang.

    Besar gaya kohesi tersebut sebagai berikut :

    Semakin banyak jumlah molekul yang ada dalam ruangan akan menambah besar tekanan kohesi sebalik jika ruangan semakin besar maka peluang untuk menumbuk dinding akan semakin kecil dengan berbading terbalik dengan volume maka :

    P_{Kohesi}∝\frac{n}{V}

    Karakteristik tekanan kohesi juga berbanding lurus dengan kerapatan molekul gas dengan demikian maka Tekanan Kohesi untuk gas a dan b dapat ditulis :

    P_{Kohesi}∼\frac{n}{V} ∼\frac{n}{V}
    P_{Kohesi}∝\frac{n^2}{V^2}

    atau

    P_{Kohesi}=\frac{an^2}{V^2}

    dimana a adalah sebuah konstanta.

    Gaya antar molekul dalam gas akan membuat tekanan gas semakin rendah (asumsinya gerak gas semakin tidak bebas) maka Tekanan gas nyata dapat dituliskan dalam bentuk

    Pnyata = Pideal – PKohesi

    P = P_{ideal}-\frac{an^2}{V^2}

    Volume fisik molekul gas

    Volume fisik sebuah molekul gas nyata disebut b, maka volume fisik totoal sebuah gas adalah nb. Volume ruang yang menampung gas tidak lain adalah volume gas dan volume bebas dari gas itu sendiri sehingga :

    V = nb +\frac{nRT}{P}

    besar nilai b ini terggantung dari gas. Persamaan diatas dapat disusun ulang dengan persamaan :

    P=\frac{nRT}{V-nb}

    Masukkan faktor koreksi Van Der Waals pada persamaan di atas sehingga persamaanya berubah menjadi :

    P=\frac{nRT}{V-nb} - \frac{an^2}{V^2}

    atau

    \left ( P+\frac{n^2a}{V^2} \right )\left (V-nb  \right )=nRT

    Persamaan ini disebut sebagai persaman tekanan Van Der Waals dengan nila a dan b bergantung dari jenis gas yang diamati. Suku a dinyatakan dalam satuan tekanan atm.liter2/mol2 dan b dalam liter.mol

    Tetapan Van Der Waals untuk beberapa gas

    Gasa (atm.liter2/mol2)b(liter.mol)
    H20,2442,66.10-2
    Helium0,0342,37.10-2
    Nitrogen1,393,91.10-2
    CO23,594,28.10-2

  • Pengantar Awal Sistem Optik dan Cahaya

    Pengantar Awal Sistem Optik dan Cahaya

    Ahmaddahlan.NET – Sistem Optik adalah instrumen yang bekerja berdasarkan prinsip kerja Cahaya sebagai sinar (Gelombang yang merambat Lurus). Alat Optik sudah diperkenalkan oleh Aristophanes pada tahun 424 SM berupa Kaca Cekung yang digunakan menyatukan cahaya. Jika cahaya ini diarahkan ke tumpukan jerami, maka jerami tersebut akan terbakar. Sejak saat itu titik fokus disebut titik Api, selanjutnya disebut titik fokus (f).

    Konsep Cermin cekung ini kemudian digunakan oleh Aristoteles (212 SM) sebagai senjata militer pada pada saat Syracuse dikepung oleh tentara Marcus Claudius Marcellus melalui jalur kapal. Kapal-kapal mereka dibakar dengan cermin besar yang memantulkan cahaya ke arah kapal yang dikenal dengan nama Burning Glass.

    Ilustrasi Perang Menggunakan Alat Optik cermin Cembung Syracuse

    Ilustrasi Perang Syracuse uang menggunakan Burning Glass sebagai Senjata Militer.

    Alat-alat optik bekerja berdasarkan karakteristik fisis dari gelombang cahaya. Pemahaman mengenai gelombang cahaya tumbuh beriringan dengan pemahaman mengenai alat-alat optik, hanya saja kajian-kajian awal optik selalu dikaitkan dengan sifat cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Setelah Einstein memperkenalkan sifat dualisme cahaya dari percobaan efek fotolistrik, kajian mengenai cahaya dibagi ke dalam tiga topik utama yakni :

    1. Optik Geometri
    2. Optik Fisis (Optik Gelombang)
    3. Optik Kuantum

    A. Cahaya

    Cahaya adalah hal yang sudah sangat familiar dalam kehidupan manusia. Mulai dari cahaya matahari di siang hari, bintang di malam hari dan cahaya lampu hasil dari ilmu pengetahuan manusia. Meskipun begitu dekat, cahaya adalah entitas sangat kompleks dan telah menarik perhatian para ilmuwan berabad-abad lalu.

    1. Spektra Newton

    Newton adalah orang yang pertama mengatakan bahwa cahaya berupa materi fisis yang sangat kecil dan melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Ibarat bola basket yang amat kecil, sifat cahaya sebagai benda digunakan Newton untuk menjelaskan fenomena pemantulan, dan pembiasan cahaya.

    Newton kemudian melubangi sebuah dinding kecil yang ada di kamarnya sehingga berkas cahaya (sinar) bisa masuk ke dalam. Newton mengamati cahaya ini ternyata memiliki lintasan lurus dari sumber. Jika bertemu dengan benda keras maka cahaya tersebut terpantul meskipun tidak sama terangnya cermin dan lintasan pantulnya juga lurus.

    Setelah itu Newton menghalangi cahaya tersebut dengan sebuah prisma dan terjadi fenomena difraksi dimana cahaya yang tadinya berwarna putih diuraikan ke dalam berbagai macam warna yang disebut Spectre (Hantu). Karena pada masa Newton, Opera musik sangat terkenal, Newton kemudian mengkategorikan cahaya yang lihat ke dalam 7 jenis warna sama dengan tangga nada yang juga jumlahnya 7.

    Prisma dan fenomena cahaya sebagai Gelimbang terdifraksi dengan medium padat

    Ketujuh warna tersebut adalah :

    1. Merah
    2. Jingga (orange)
    3. Kuning
    4. Hijau
    5. Biru (Cyan)
    6. Nilai (Indigo)
    7. Ungu
    Panjang Gelombang Cahaya Tampak pada Gelombang Elektromagnetik

    Sejatinya di sana tidak hanya terdapat 7 warna tapi jutaan warna primer yang bisa dibedakan berdasarkan frekuensi monokromatik dari cahaya tersebut akan tetapi pada tersebut penelitian tentang frekuensi dan panjang gelombang cahaya belum ditemukan.

    2. Cahaya Sebagai Gelombang

    Teori Partikel Cahaya Newton ini bertahan hingga satu abad ke depan hingga akhirnya pengamatan mengenai sifat cahaya seperti difraksi, interferensi, dan polarisasi cahaya. Agar semua fenomena ini bisa tercakup maka pengkajian cahaya sebagai gelombang jauh lebih relevan dibandingkan dengan teori partikel cahaya Newton.

    Sejak cahaya dikaji sebagai gelombang maka pengukuran mengenai kecepatan cahaya dan panjang gelombang-pun dimulai. Kajian ini didasari oleh teori gelombang elektromagnetik Maxwell dimana cahaya adalah gelombang yang bisa merambat tanpa ada medium yang membuatnya berbeda dengan gelombang mekanik seperti gelombang suara.

    Persamaan Maxwell berhasil memformulasikan pengukuran kecepatan cahaya dan ditemukan cahaya bergerak dengan kecepatan 3 x 108 m/s pada ruang vakum. Sifat-sifat cahaya sebagai gelombang dapat diamati menggunakan bantuan optik fisis seperti pada percobaan celah tunggal, celah ganda, celah banyak dan sejenisnya

    3. Dualisme Cahaya

    Ketika percobaan mengenai efek fotolistrik yang dilakukan Hertz (1887), Karakteristik baru dari cahaya muncul dan sifat cahaya sebagai gelombang yang kontinyu tidak bisa menjelaskan fenomena tersebut. Efek Fotolistrik menjelaskan tentang logam yang mengemisikan elektron ketika diterpa berkas cahaya. Hanya saja setiap logam memiliki frekuensi kerja (Fungsi Kerja) agar bisa melepaskan elektron.

    Jika sebuah logam terkena sinar dengan frekuensi yang sama dengan fungsi kerja logam tersebut maka elektron akan secara spontan terlepas dari kulit logam tanpa waktu delay meskipun intensitas cahayanya kecil. Jika frekuensi diturunkan maka tidak peduli seberapa lama logam tersebut diterpa berkas cahaya, Elektron tidak akan terlepas dari permukaan logam.

    Hertz (1887) melakukan percobaan fotolistrik dengan menembakkan sinar berwarna biru ke permukaan logam cesium. Elektron dari permukaan logam langsung terlepas dan menghasilkan arus listrik. Elektron ini selanjutnya disebut sebagai fotoelektron.

    Berdasarkan pandangan gelombang elektromagnetik di fisika klasik,efek fotolistrik terjadi karena transfer energi dari cahaya yang mengenai elektron yang ada di dalam atom cesium. Dari perspektif ini terdapat dua dugaan mengenai fenomena tersebut yakni :

    1. Intensitas cahaya adalah faktor yang berpengaruh terhadap lepasnya elektron dari permukaan logam atau tidak.
    2. Semakin besar intensitas cahaya yang menerpa permukaan logam maka semakin besar emisi fotoelektron

    Hanya saja dugaan ini berbanding terbalik dengan beberapa fenomena yang terjadi di percobaan fotoelektron yakni :

    1. Fotolistrik tetap terjadi pada saat logam diterpa cahaya biru meskipun intensitas cahaya yang diberikan kecil.
    2. Logam tidak akan memancarkan fotoelektron sedikitpun pada saat diterpa dengan cahaya merah seberapapun besar intensitas cahaya yang diberikan.
    3. Kecepatan elektron yang lepas ternyata bergantung pada frekuensi cahaya yang menerpa permukaan logam

    Tiga hal ini mengindikasikan bahwa cahaya sebagai gelombang kontinu gagal karena jika demikian maka lama penyinaran akan membuat energi terakumulasi di permukaan logam dan seharusnya elektron akan terlepas meskipun frekuensi lebih rendah dari fungsi gelombang.

    Dualisme Cahaya

    Tahun 1905, Einstein kemudian menjelaskan fenomena efek fotolistrik dengan menggunakan konsep foton. Einstein beranggapan bahwa cahaya adalah paket-paket energi yang disebut foton, setiap foto membawa sejumlah energi tetap yang besarnya bergantung dari frekuensi-nya. Ketika foton menumbuk permukaan logam dan terjadi efek fotolistrik maka energi foton terpisah ke dua bentuk yakni :

    1. Energi untuk melepas elektron dari permukaan logam
    2. Energi kinetik yang dibawa oleh fotoelektron

    Berdasarkan hukum kekekalan energi maka efek fotolistrik dapat diformulasikan sebagai berikut :

    hf = \frac{1}{2}mv^2+w

    dimana :

    h : Konstanta Plank
    f : Frekuensi cahaya
    m : massa elektron
    v : Kecepatan fotoelektron
    w : fungsi kerja logam

    Fungsi kerja logam adalah jumlah energi terkecil yang dibutuhkan logam untuk melepaskan fotoelektron ketiak diterpa sinar. Persamaan ini menunjukkan bahwa kecepatan fotoelektron terlepas dari logam dipengaruhi oleh frekuensi cahaya yang mengenai permukaan logam bukan dari intensitas cahaya yang didapatkan.

    Konsep ini menunjukan bahwa fenomena fotolistrik lebih cocok dijelaskan melalui teori cahaya sebagai foton dan terkonfirmasi berdasarkan hasil percobaan. Dampaknya adalah lahir teori lain dari cahaya selain bersifat sebagai gelombang tapi berlaku juga sebagai partikel. Namun konsep ini jauh berbeda dengan Partikel Cahaya Newton.

    B. Optik Geometri

    Cahaya bisa dikaji melalui tiga aspek optik yakni Optik Geometri, Optik Fisis, dan Optik Quantum. Kita hanya akan membahas Cahaya dari tinjauan Optik Geometri sedangkan Optik fisis dan Optik Quantum akan dibahas secara terpisah.

    1. Optik Geometri

    Optik Geometri adalah kajian cahaya berdasarkan berkas cahaya yang merambat lurus secara homogens untuk semua berkas cahaya. Hukum-hukum cahaya diformulasikan secara geometri. Sistem Optik Geometri sangat baik dalam menjelaskan hukum pembiasan dan pemantulan cahaya seperti fenomena pembiasan cahaya karena bidang lurus dan melengkung, pendakalan kedalaman air, dispersi cahaya, pembengkokan pensil, prediksi posisi ikan di air dan sejenisnya.

    Hukum yang digunakan dalam kajian optik geometri dilandaskan pada hukum Snellius tentang pemantulan dan pembiasan.

    Hukum Pemantulan Snellius

    1. Sinar datang, sinar pantul dan bidang pantul berada pada bidang yang sama
    2. Garis normal adalah garis khayal yang tegak lurus dengan bidang datar
    3. Sudut datang sama dengan sudut pantul diukur dari garis normal.

    Hukum Pembiasaan Snelius

    Hukum Pembiasaan Snellius menyatakan bahwa nisba sinus sudut datang dan sudut pantul pada bidang manapun nilainya konstan. Penisbahan ini dimabil dari perbandingan sudut datang dan sudut bisa sama dengan perbandingan nisbah kecepatan cahaya pada masing-masing medium. Nisbah ini berbanding terbalik dengan nisbah indeks bias.

    Persamaannya :

    \frac{\sin θ_1}{\sin θ_2}=\frac{v_1}{v_2}=\frac{n_2}{n_1}=\frac{λ_1}{λ_2}

    Indeks 1 merujuk pada sinar datang dan 2 pada sinar pantul.

  • Daftar Materi dan Tugas Infografis Mata Kuliah Media Audiovisual

    1. Besaran dan Satuan – Septi Dwi Alifah Mustamin – Portrait
      1. Besaran dan Satuan
      2. Alat-Alat Ukur
    2. Jangka Sorong –
    3. Mikrometer Sekrup – Nabilah Anwar / 1912040012 – Landscape
      1. Defenisi dan Fungsi Micrometer
      2. Cara Pembacaannya
      3. Struktur Micrometer
    4. Besaran Pokok dan Besaran Turunan – Widiawati Rauf Dalle / 1912042015 – Portrait
      1. Besaran Pokok
      2. Besaran Turunan
      3. Sejarah Besaran-Besaran Pokok
    5. Gerak Lurus Beraturan (GLB) – Azaliyatul Hidayah / 1912042019 – Portrait
      1. Defenisi dan Persamaan
      2. Contoh Kasus GLB
    6. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) – Nurhaliza Baharuddin / 1912441011
    7. Gerak Jatuh Bebas – Hilmawaty Ramlan / 1912041022 – Landscape
      1. Sejarah Pengamatan Gerak Jatuh Bebas
      2. Persamaan Gerak Jatuh Bebas
      3. ….
    8. Gerak Vertikal ke Atas – Yustin Benselina L / 1912041005 – Landscape
      1. Defenisi dan Ciri-Ciri Vertikal
      2. Contoh Kasus
    9. Gerak Melingkar Beraturan
    10. Gerak Parabola – Nurhidayah Hatma / 1912040008 – Landscape
      1. Defenisi Gerak Parabola
      2. Penerapan Dalam Kehidupan Sehari-Hari
    11. Hukum Newton – Amri / 1912041023 – Portrait
      1. Hukum I
      2. Hukum II
      3. Hukum III
    12. Gaya Gesek – Husnul Khatimah / 1912041021 – Portrait
      1. Defenisi dan Jenis-Jenis Gesek
      2. Bandingkan Antar Gaya statis dan Kinetis
      3. Gaya Gesek Pada Bidang Miring
    13. Hukum Gravitasi Newton & Hukum Kepler – Muh. Arkaan Rusdi / 1912440001 – Portrait
      1. Pengertian dan Persamaan
      2. Orbit Satelit
      3. Hukum Kepler
    14. Usaha dan Energi – Grivthy Alivka / 1912041009 – Portrait
      1. Usaha
      2. Energi
      3. Sistem Konservatis
    15. Hukum Kekekalan Energi – Andi Fahmi Fandiari / 1912042009 – Portrait
      1. Defenisi – Contohnya
      2. Persamaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik
    16. Impuls dan Momentum – Muh. Sabrin Bayu / 1912040019 – Protrait
      1. Defenisi Umum
      2. Hukum Kekekalan Momentum
      3. Penerapan Momentum dan Impuls
    17. Kesetimbangan Benda Tegar – Sri wahyuni k / 1912042008 – Laptop
      1. Defenisi dan Konsep Benda Tegar
      2. Jenis-Jenis
      3. Momen Kopel
    18. Dinamika Rotasi / Momen Inersia
    19. Elastisitas dan Hukum Hooke – Muzakkir / 1912041011 – Landscape
      1. Defenisi Elastasitas – Persamaan
      2. Modelus Elastitas –
      3. Hukum Hooke
    20. Hukum Pascal – Harlyenda Ismayanti / 1912040016 – Protrait
      1. Defenisi Hukum Pascal
      2. Contoh Kasus-Kasus
    21. Fluida Statis – Nida Widanti / 1912042007 – Landscape
      1. Hukum Utama Hidrostatis
      2. Hukum Archimedes
    22. Fluida Dinamis & Hukum Bernoulli
    23. Suhu dan Kalor, Skala Termometer – Nurdianty Syahid / 1912041024 – Landscape
      1. Defenisi Suhu
      2. Kalor
      3. Perpindahan
    24. Teori Kinetik Gas
    25. Termodinamika
    26. Gelombang Mekanik – Nurfitrah / 1912042010 – Portrait
      1. Defenisi dan Contoh
    27. Gelombang Bunyi – Alvianita S Beladara / 1912042004 – Portrait
      1. Defenisi bunyi
      2. Klasifikasi Gelombang
      3. Penentuan Kedalaman
    28. Efek Doppler – Nur Maghfirah Waris / 1912440004 – Portrait
      1. Defenisi dan Efek Dopler
      2. Skema Efek dopler
      3. Pemanfaatan
    29. Gelombang Cahaya – St. Aisyah / 1912442005 – Portrait
      1. Defenisi Cahaya dan Manfaat
      2. Karakteristik
      3. Penerapan GEM Cahaya Dalam bidang Teknolgi
    30. Alat-alat Optik – Muthahharah / 1912041010
    31. Cermin & Lensa
    32. Listrik Arus Searah – Muh. Rifaldi / 1912040007 – Lansdcape
      1. Defenisi Umum
      2. Sumber Arus Listrik
      3. Rangkaian Listrik
    33. Hukum Ohm – Fachira Azzahra Nur / 1912041020 -Portrait
      1. Defenisi dan Sejarah Hukum Ohm
      2. Penerapan
      3. ….
    34. Hukum Kirchhoff – Devi Muhaemi / 1912041018 – Portrait
      1. Konsep Hukum Kirchoff I
      2. Konsep Hukum Kirchoff II
      3. Hukum Kirchof pada rangkaian Kompleks
    35. Listrik Statis – Rayhana Amiruddin / 1912040004 – Portrait
      1. Hukum Qoloumb
      2. Kuat Medan Listrik
      3. Hukum Gauss
    36. Medan Magnet
    37. Gaya Lorentz
    38. Listrik Arus Bolak-balik
    39. Efek Fotolistrik – Aldin Iframuhsinin / 1912440010 – Landscape
      1. Konsep Fotolistrik
      2. Contoh Penerapan Efekfotolistrik
    40. Pemanasan Global
    41. Efek Rumah Kaca – Muhammad Yunus / 1712042002
    42. Teori Relativitas
    43. Fisika Kuantum
    44. Teknologi Digital
    45. Fisika Inti
    46. Induksi Elektromagnetik
    47. Kapasitor – Nurmilasari / 1912040018 – Portrait
      1. Defenisi Kapasitar
      2. Jenis Jenis Kapasitor
      3. Contoh Dalam Kehiduna Sehari-hari
    48. Gelombang Elektromagnetik – Nurfitriyani / 1912042012 – Portrait
      1. Defenisi dan Sifat GEM
      2. Spektrum GEM
      3. Contoh Kasus