Author: Ahmad Dahlan

  • Apa Itu Nomor Pertek C2TH pada Riwayat Pemutakhiran data CPNS/PNS mySAPK AN 2021

    Apa Itu Nomor Pertek C2TH pada Riwayat Pemutakhiran data CPNS/PNS mySAPK AN 2021

    AhmadDahlan.NET – Jika anda sendang melengkapai data di MyASPK BKN, salah satu kolom isian yang ada dalam daftar tersebut adalah Nomor Pertek C2TH. Jadi apa Itu Peretk C2TH?

    Pertek C2TH adalah singkatan dari Pertimbingan teknis Calon Pegagawi Negeri Sipil yang diangkat Lebih dari 2 tahun sebelum diangkat jadi PNS. Misalnya jika SK TMT CPNS anda adalah 1 Maret 2020 dan SK TMT PNS anda lebih dari 1 Maret 2022, maka anda wajib memiliki surat pertimbangan teknis.

    Hal ini disebabkan adanya peraturan yang mewajibakn CPNS harus mengikuti kegitaan latihan dasar CPNS dan diangkat menjadi PNS paling 2 tahun, jika tidak maka status ke-CPNS-an tersebut agar gugur dengan sendirinya.

    Namun terkadang ada kendala teknis mengapa CPNS belum juga mengikuti kegiatan latsar seperti tidak ada anggaran instansi atau pemerintah daerah untuk melaksanakan LATSAR. Maka hal ini yang dijadikan sebagai Pertimbangan Teknis melalui surat Pertek C2TH.

    Jadi Nomor Pertek C2TH adalah nomor yang ada pada surat Pertek C2TH. Isian bersifat wajib dan harus dilengkapi.

    Bagi PNS yang tidak masuk dalam kategori ini maka kolom ini boleh dikosongkan.

  • Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka MBKM Kemendikbud Ristek

    Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka MBKM Kemendikbud Ristek

    AhmadDahlan – Program Pertukaran Mahasiswa Merderka melaluki Kurikulum MBKM telah diluncurkan oleh kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Perguruan Tinggi. Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengelaman belajar di kampus lain di seluruh Indonesia.

    Tujuan adalah menumbuhkan rasa cinta mahasiswa terhadap keberagaman budaya yang ada di tanah air dan mendorong pengembangan kompetensi di bidak akademik.

    Mengapa mahasiswa harus Ikut porgram ini?

    Sebagaimana yang dijelaskan di atas, program ini bertujuan memberikan pengalaman langsung kepada peserta untuk langsung ikut hidup dalam budaya yang berbeda di berbagai kamppus di nusantara. Mahasiswa diberikan kebebasan ikut kuliah di kampus pilihan di bawah naungan Kemendikbud Ristek di seluruh nusantara. Program akan dibiayai oleh negara dengan target 20.000 mahasiswa yang mengikuti porgram

    Kemendikbud juga akan memberikan subsidi biaya selama mengikuti program ini meliputi :

    1. Subsidi UKT Maksimal Rp. 2.400.000
    2. Tiket Pesawat Kelas Ekonomi PP
    3. Uang saku Rp. 700.000 per bulan selama mengikuti kegiatan.

    Selain itu mahasiswa juga dapat mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan Program Pertukuaran Mahasiswa Merdeka di kampus tujuan masing-masing. Setiap kegiatan akan direkognisi oleh Kampus asal di konversi sesuai dengan bobot SKS sebagai pengganti mata kuliah wajib dan pilihan.

    Jika program yang diikuti bersifat pelatihan hard skill dan kompetensi maka program tersebut bisa di rekognisi sebagai SKPI. Jadi satu kegiatan senilai dengan banyak aktvitas akademik.

    Siapa saja yang bisa mengikuti Program ini?

    1. Mahasiswa yang berada di bawah naungan kementerian Kebudayaan, Pendidikan, Riset dan Teknologi
    2. Berada di Prodi dengan Akreditasi Minimal B
    3. Mahasiswa Aktif semester V dan tidak pernah mendapatkan sanksi akademik
    4. Tidak sedang mengikuti program MBKM yang lain

    Untuk kalian yang tertarik mengikuti kegiatan ini silahkan mendaftar pada situs resmi MBKM di https://kampusmerdeka.kemdikbud.go.id/ paling lambat 5 Julu 2021. Untuk kelengkapan berkas dan persayaratan silahkan baca PPT di bawah ini.

  • Cara Mengetahui dan Mencari Jurnal Terindeks Scopus

    Cara Mengetahui dan Mencari Jurnal Terindeks Scopus

    AhmadDahlan.NET – Scopus adalah salah satu Pengindeks Jurnal yang memiliki popularitas dan reputasi yang baik. Bahkan salah satu syarat untuk seorang Dosen bisa naik Jabatan Fungsional menjadi Guru besar atau Porfessor harus memiliki minimal satu jurnal Kunci yang terindeks Scopus. Tidak heran jika di Indonesia, banyak dosen dan peneliti berburu jurnal-jurnal yang terindeks scopus.

    A. Apa Itu Scopus?

    Scopus adalah salah satu sistem Pengindeks Jurnal dalam bentuk pangkalan data pustaka. Scopus dikembangkan dan dimiliki oleh Elsevier dan standar pengindeksan yang ketat sehingga Jurnal-jurnal yang terindeks hanya beirisi artikel-artikel yang berkualitas. Standar ini membuat Scopus menjadi salah satu pengindeks yang mengindikasikan sebuah jurnal memiliki reputasi yang baik.

    Selain scopus sebenarnya ada banyak pengindeks reputasi lain seperti Thomson Reuters, Ebsco, Copernicus dan sejenisnya. Indonesia sendiri punya dua Pengindek Jurnal yang memiliki reputasi pada skala nasional yakni Portal Garuda dan Sinta.

    Mengapa Pengindeks Jurnal Itu Penting?

    Banyaknya tuntutan seorang Dosen dan Peneliti membuat banyak pihak yang memanfaatkan tugas ini menjadi peluang komersial tanpa memperhatikan kualitas dari artikel yang diterbitkan. Hasilnya ada banyak Penerbit yang dengan terang-terangan meminta uang agar artikel dapat terbit di jurnal mereka sekalipun tanpa ada standar dan prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan.

    Sistem dan standar Pengindeks Jurnal Bereputasi ini dibuat agar Peneliti dan Dosen benar-benar berupaya membuat artikel yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Selain itu tentu saja untuk menekan pihak-pihak yang tidak bertangung jawab yang hanya mengejar finansial dengan membuat Jurnal.

    B. Cara Mengecek Jurnal Terindeks Scopus

    Untuk mengetahui Jurnal Terindeks Scopus atau tidak dapat dilakukan dengan dua cara. Adapun caranya sebagai berikut :

    1. SCImago Journal Ranking

    SCImago Journal Rank adalah lembaga yang melakukan indeks dan menunjukkan reputasi dari sebuah journal dengan berbagai Metode seperti Impact Factor, SNIP, % Self-Citatiation namun yang paling unik dan banyak dijadikan parameter adalah Pembagian Jurnla berdasarkan Kuartil.

    Sistem Kuartil ini lebih dikenal sebutan Jurnal Q1, Q2, Q3, dan Q4. Sebenarnya Q1 ini menunjukkan jika jurnal tersebut memiliki Impact Faktor pada urutan top 25% berdasarkan database Elsevier, sedangkan Q2 beradap pada urutan 25% sampai kurang dari 50%, begitu seterusnya.

    Cara mengatahui apakah sebuah Jurnal Terindeks Scopus bisa dilakukan dengan cara.

    1. Silahkan masuk ke situs scimagojr.com

    2. Silahkan Ketikkan nama Jurnal yang ingin anda ketahui di kolom pencarian di laman depan

    Laman Awal Jurnal terindeks Scopus di SCIMAgo JR

    3. Setelah itu akan muncul laman berisi daftar Jurnal yang namanya indentik dengan pencarian, jika tidak ditemukan maka Jurnal sudah pasti tidak terindeks., namun jika ditemukan ada dua kemungkinan (1) jurnal tersebut masih terindeks scopus atau (2) jurnal tersebut pernah terindeks scopus dan sekarang sudah tidak lagi.

    Hasil Pencarian Indeks Scopus Jurnal IPA Indonesia

    4. Untuk mengetahui apakah jurnal tersebut terindek silahkan cari kolom Coverage yang berisi tahun indeks. Speerti Pada Jurnal IPA Terpadu yang berisi Coverage 2012 – 2020.

    Journal IPA terpadu terbaru Coverage Scopus

    5. Untuk jurnal yang pernah deindex atau discntinue dari scopus akan terlihat seperti berikut ini :

    Ciri Ciri Jurnlayang Sudah Discontinue di Scopus

    6. Perhatikan bagian Coverage terdapat tulisan 1980, artinya terindeks oleh scopus tahun 1980, kemudian discontinue lalu masuk lagi pada tahun 2002 sampai tahun 2019. Pada tahun 2020 sudah tidak terindeks lagi.

    2. Melalui Scopus

    Cara kedua untuk mengetahui apakah sebuah jurnal terindeks oleh scopus ialah mengecekanya di website resmi scopus.

    1. silahkan masih ke scopus.com

    2. Pilih menu resource

    Laman Awal Jurnal terindeks scopus

    3. Pilih menu tittle lalu masukkan nama jurnal yang ingin dicari

    Cara Mengetahui Sebauh Jurnal Terindesk Scopus atau Tidak

    4. Jika hasil pencarian ditemukan maka Jurnal tersebut terindeks scopus.

    Cara Mengetahui sebauh Jurnal Terindeks scopus atau tidak

    Selain mengetahui Jurnal Tersebut ternindeks scopus atau tidak. Di sana juga ada informasi mengenai reputasi jurnla seperti CiteScore, Posisi Kuartil untuk score IF, jumlah dokumen dan sitasi yang ada.

  • Pengindeksan Jurnal Ilmiah – Sitasi, Reputasi Jurnal, Impact Factor, SJR, H-Index dan i10-Index

    Pengindeksan Jurnal Ilmiah – Sitasi, Reputasi Jurnal, Impact Factor, SJR, H-Index dan i10-Index

    AhmadDahlan.NET – Tulisan ini merupakan artikel pengantar untuk mengenal istilah yang berkaitan dengan sistem pengindeksan Jurnal Ilmiah. Semoga Bermanfaat.

    A. Pengertian Indeks Jurnal

    Indeks Jurnal adalah sistematika yang digunakan untuk mendaftar artikel-artikel ilmiah pada sebuah lembaga atau organisasi ilmiah. Setiap lembaga tentu saja memiliki standar-standar mengenai tipikal jurnal yang akan mereka indeks. Semakin ketat dan baik standar pengindeksan dilakukan maka semakin kredibel pula sistem pengindeksan yang dilakukan.

    Misalnya saja Standar Pengindeksan DOAJ akan berbeda dengan standar pengindeksan SCOPUS, namun terkadang sebuah standar pengindeksan jurnal juga melekta pada standar pengindesan jurnal lain. Misalnya saja Sinta mengharuskan jurnal yang ingin terindeks oleh Sinta harus terindeks oleh DOAJ. Hal ini bergantung dari Standar yang disusun masing-masing lembaga.

    Contoh-Contoh Pengindeks Jurnal sebagai berikut :

    1. Sinta – sinta.ristekbrin.go.id
    2. Portal Garuda – garuda.ristekbrin.go.id
    3. Scopus – scopus.com
    4. WoS – webofknowledge.com
    5. Thomson Reteurs- thomsonreuters.com
    6. OPenACS – openacs.org
    7. EBSCO – ebscohost.com
    8. Googel Schoolar – schoolar.google.com

    8 Pengindeks jurnal ini hanya sebagian kecil dari lembaga Pengindeks Jurnal yang ada.

    B. Sitasi

    Sitasi adalah bentuk pengutipan sebagian isi, hasil, kesimpulan dan sejenisnya dari sebuah artikel ilmiah yang dilakukan oleh penulis artikel ilmiah orang lain. Tujuannya bisa sebagai landasan melakukan penelitian, pengambilan perlakukan, penyusunan aspek, pendukung kesimpulan dan lain sebagai.

    Pengutipan dapat diindikasikan melalui Daftar Pustaka sebuah artikel ilmiah. Standar sitasi ini juga memiliki hubungan dengan pengindeksan jurnal. Misalnya saja Scopus hanya mengitung sebuah artikel di-sitasi jika artikel ilmiah yang terbit di jurnal yang terindeks scopus sedangkan sitasi yang ada di google schoolar akan mengindeks semua sitasi yang dapat dikases secara online meskipun tidak terbit sebagai artikel ilmiah.

    Sistem perhitungan sitasi yang khusus yang populer adalah :

    1. Thomson Scientific
    2. Scopus
    3. WoS
    4. Citex
    5. Google Schoolar

    C. Reputasi Jurnal Ilmiah

    Reputasi Jurnal Ilmiah diukur dengan 2 asumsi yakni (1) bahwa sebuah jurnal dikatakan populer jika ada banyak orang yang mengutip tulisan dari jurnal tersebut dan (2) bergantung dari jumlah artikel yang mereka publish. Tentu saja jika sebuah jurnal yang hanya mengeluarkan 20 artikel dalam setahun kemudian di rujuk 800 kali lebih populer dari jurnal yang dirujuk 800 kali tapi mengeluarkan 700 artikel pertahun.

    Sistem Reputasi ini diukur dengan sistem Bibliometrik dengan standar pengukuran yang berbeda dari setiap Pengindek Jurnalnya.

    1. CiteScore (CS)

    CiteScore adalah ukuran refleksi dari sebuah jurnal ilmiah yang disusun oleh Elsevier. Sistem penyekoran dilakukan berdasarkan jumlah rata-rata sitasi tahunan dibandingkan dengan jumlah jurnal yang dikeluarkan oleh jurnal tersebut. Skore ini didapatkan untuk kurung waktu tiga tahun terkahir.

    Rumus Perhitungannya :

    CS_y=\frac{C_y+C_{y-1}+C_{y-2}+C_{y-3}}{P_y+P_{y-1}+P_{y-2}+P_{y-3}}

    Dimana C adalah jumlah sitasi dan P adalah jumlah publikasi. Misalkan saja sebuah Jurnal A Mempublish Artikel sebanyak 20 Artikel setiap tahun dari tahun 2017, 2018, 2019, 2020 dengan jumlah sitasi pada tahun 2020 sebanyak 162, 2019 sebanyak 178 kali, 2018 sebanyak 146 kali dan 2017 sebanyak 82 kali. Maka CiteScore nya adalah :

    CS_{2020} = \frac{162+178+146+82}{20+20+20+20}=7,1

    Semakin tinggi score CS semakin baik pula karena semakin banyak di rujuk oleh penulis. Sitasi yang indek pada tahun berjalan tidak perlu berasal dari tahun yang sama bisa saja berasal dari tulisan yang terbit pada tahun sebelumnya.

    2. Impact Factor

    Impact Factor (IF) atau Jurnal Impact Factor (JIF) adalah sistem metrik pengukuran reputasi jurnal yang dikeluarkan oleh ISI Journal Citation Reports (JCR). Sistem hampir sama dengan CiteScore yang terbaru atau lebih tepatnya IF lebih dulu karena sistem CiteScore yang dijelaskan di atas berlaku pada tahun 2020. Hanya saja IF hanya mengukur dalam rentang waktu tahun lalu dan dua tahun sebelumnya.

    jadi misalnya sekarang tahun 2021, maka IF yang bisa diukur hanya hanya tahun 2020 dari data tahun 2020 dan 2019. Mudahnya kita misalkan Jurnal A yang ada di atas maka IF

    IF_{2020}=\frac{162+178}{20+20}=8.5

    3. SNIP

    SNIP adalah singkatan dari Source Normalized Impact per Paper yang mengukur sitasi kontektual. Tujuannya adalah menujukkan reputasi dari Jurnal dengambahkan parameter selain dari jumlah Sitasi semata karena bisa jadi Sitasi yang dibuat karena ada unsur paksaan dari pihak tertentu.

    Sebut saja : Misalkan seorang dosen pembimbing yang memaksa untuk mensitasi tulisannya di sebuah jurnal sekalipun tidak relevan. SNIP akan akan melacak tulisan yang dirujuk oleh dirinya sendiri. Sistem ini diajukan oleh Henk F. Moed yang merupakan Professor dari Centre for Science and Technology Studies (CWTS), Universitas Laiden.

    Standar SNIP sudah mengalami perubahan dimana standar pertama disusun pada tahun 2009 lalu direvisi pada tahun 2012. Indikator pengukuran dari SNIP adalah

    1. P – Jumlah publikasi artikel dalam kurung waktu 3 tahun terakhir
    2. RIP – RIP dihitung dari perbandingan antara jumlah sitasi yang didapatkan dalam kurung waktu tiga tahun terhadap jumlah artikel yang diterbitkan dalam tiga tahun terakhir. Perhitungan ini juga dikenal sebagai Impact Factor.
    3. SNIP – SNIP dihitung sama dengan RIP hanya saja tidak sitasi yang terindeks dihitung. Hanya sitasi dari jurnal-jurnal yang memiliki bidang (field) yang sama dengan artikel yang jurnal yang disitasi. Sehingga skore SNIP akan selalu lebih kecil dari dari RIP. Misalnya saja jumlah Sitasi jurnal 3 tahun terkahir adalah 300, tapi yang berasal dari jurnal Filed yang sama hanya 78 jurnal.
    4. % self-citations  – Persentasi Self Citation adalah ukuran yang menunjukkan seberapa sering sebuah jurnal merujul artikel dari jurnal diri sendiri. Hal ini dibuat karena banyak Jurnal yang mewajibkan penulis yang ingin menerbitkan artikel pada jurnal mereka harus mensitasi dari jurnal mereka terlebih dahulu. Hal ini membuat ada faktor sitasi yang dilakukan bukan karena relevansi tapi karena terpaksa agar diterima sedangkan untuk Jurnal bisa membuat score IF meningkat.

    4. SJR

    SJR adalah singkatan dari Scimago Journal Rank adalah sistem pengukuran seberapa berpengaruhnya sebuah jurnal ilmiah berdasarkan jumlah sitasi yang diperoleh sebuh jurnal dan kualitas dari setiap sitasi yang didapakan sebuah jurnal.

    Rangking SJR sebuah Jurnal dihitung dari Rata-rata jumlah jurnal yang disitasi di bagi jumlah artikel yang publish dalam kurung waktu 3 tahun terkahir. Semakin tinggi nilai SJR semakin baik prestise sebuah jurnal menurut SJR.

    Selain Ranking SJR, hal yang khusus dari SCImago Journal Rank adalah sistem pembagian ranking berdasankan sistem Kuartil yanh dikenal dengan sebut Jurnal Q1, Q2, Q3 dan Q4. SJR ini dihitung menggunakan database yang ada di Scopus (Elsevier). Kriteria pembagiannya sebagai berikut :

    1. Q1 – Posisi < 25 % tertaas dari rentang distribusi IF
    2. Q2 – Posisi ≥ 25% dan < 50 % dari distribusi IF
    3. Q3 – Posisi ≥ 50% dan < 75 % dari distribusi IF
    4. Q4 – Posisi ≥ 55% dari distribusi IF

    Hal ini mennunjukkan jika jumlah jurnal yang terindeks di masing-masing level bisa dipengaruhi oleh dua hal yakni Reputasi IF jurnal itu sendiri dan jumlah jurnal yang terindeks di Scopus. Jadi ada kemungkinan sebuah Jurnal mengelami peningkatan IF tapi maah turun ke Q2, jika jumlah Jurnal yang terindeks scopus tahun tersebut berkurang.

    5. H-Index

    H -ndeks bukanlah High Indeks melainkan Hirsch Index yang diperkenalkan oleh Jorge Eduardo Hirsch pada tahun 1985. Indek ini sebenarnya lebih ke Personal atau penulis artikel atau artikel itu sendiri bukan ke Jurnalnya.

    Orde H Index berasal dari Orde jumlah artikel seorang penulis dan orde sitasi yang seama besarnya. Mudahnya seperti ini

    1. 1 H-Index = memiliki 1 tulisan yang disitasi minimal 1 kali
    2. 2 H-Index = memiliki 2 tulisan yang disitasi minimal 2 kali
    3. 3 H-Index = memiliki 3 tulisan yang disitasi minimal 3 kali

    Dan seterusnya. Jadi misalkah adalah seorang penulis sudah memiliki 8 artikel dengan masing-masing sitasi adalah 20, 15, 7, 1, 2, dan 3 artikel lain belum disitasi sama sekali maka orang tersebut memiliki H-Index 3., karena hanya 3 artikel yang diditasi lebih dari 3 kali. H Indeksnya akan naik jika salah satu dari artikel yang disitasi 1, 2 atau 3 artikel lain disitasi lebih dari 3 kali.

    6. i10-Index

    i10-Index adalah indek yang menunjukkan sebuah artikel seseorang sudah di rujuk lebih dari 10 kali namun tidak berlaku kelipatan misalnya disitasi 20 kali. i10-Index akan naik menjadi 2 jika ada 2 artikel yang disitasi masing lebih dari 10 kali. Jadi penulis pada poin 5 akan memilik i10-Index sebesar 2.

  • Cara Mengetahui dan Mencari ID Scopus

    Cara Mengetahui dan Mencari ID Scopus

    AhmadDahlan.NET – ID scopus adalah indetitas yang diberikan oleh Pengindeks Artikel Ilmiah Scopus kepada Author. ID Scopus ini akan muncul dengan sendirinya segera setelah Artikel Ilmiah yang dipublis muncul di laman Scopus.

    Hanya saja untuk penulis yang baru pertama kali menpublis artikel di scopus tidak akan terindeks secara ototmatis. Tujuannya untuk menghindari penetapan ID Scopus berdasarkan nama yang sama. Pasalnya ada banyak orang di dunia yang memiliki nama yang sama.

    Fungsi ID Scopus

    ID Scopus berfungsi memberikan referensi tulisan-tulisan artikel ilmiah yang di-index oleh Scopus yang telah dibuat oleh pemegang ID. Scopus ini dianggap pengindeks artikel yang kredibel karena mereka menetapkan standar tinggi untuk jurnal-jurnal yang tulisannya ingin masuk terindeks di Scopus.

    Hal ini membuat salah satu sistem penilaian kinerja dosen, peneliti dan perekayasa juga berdasarkan tulisan yang terindeks di Scopus. Kinerja Univeritas san Sekolah Tinggi juga ikut dipengaruhi oleh tulisan-tulisan dosen mereka yang terindeks oleh scopus. Sehingga ID scopus ini dimasukkan ke dalam salah satu isian di identitas dosen di Sinta (Science and Technology Index)

    Persyaratan Memiliki ID Scopus

    ID Scopus bisa didapatkan otomatis ketika penulis memiliki artikel yang terbit di jurnal-jurnal terindeks jejaring scopus. Jadi ID tidak bisa didapatkan jika mendaftar ke Scopus seperti ketika mendaftar Google Schoolar. Jadi anda hanya perlu mempublis Artikel di jurnal terindeks scopus. Untuk memastikan silahkan cek si situs Scopus, Elsevier, dan beberapa juga bisa dilihat di SCIMAGO.

    Langkah-Langkah Mendapatkan ID Scopus

    Adapun cara mendapatkan ID Scopus seperti berikut :

    1. Silahkan buka laman scopus di Scopus.com

    2. Pilih Author Search kemudian silahkan masukkan Nama Depan dan Nama Belakang di kolom yang sudah disediakan. Setelah itu Klick Search.

    Bentuk Laman Awal Cara Cari ID Scopus

    3. Setelah klik Search akan muncul daftar nama yang persis sama dengan nama yang anda ketikka. Kemungkinan ada banyak daftar nama karena nama orang bisa saja sama.

    Menu Muncul Nama di ID Scopus

    Jika terdapat nama yang sama, silahkan perhatikan Afiliasi atau klik View Last Tittle.

    Cara menemukan ID Scopus

    4. Setelah muncul laman yang berisi identitas anda perhatikan URL Paramater tersebut. Angka terkahir dari URL parameter tersebut adalah ID Scopus anda.

    Menu Berisi Identitas ID Scopus

    5. Sebagai contoh untuk ID Scopus saya ada pada URL berikut ini https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57222168045, maka ID scopus saya adalah 57222168045.

    Jika sudah ketemu, silahkan sinkornkan ID scopus dengan Akun Orchid biar lebih mudah untuk diidentifikasi oleh Scopus.

  • Gerak Harmonik Sederhana Pada Pendulum

    Gerak Harmonik Sederhana Pada Pendulum

    AhmadDahlan.NET – Gerak Harmonik Sederhana (GHS) adalah gerak bolak-balik yang membentuk sebuah gelombang bolak balik yang energi nya tidak hilang sehingga sebuah benda yang ber-gerak harmonik sederhana akan terus menerus bergerak bolak-balik tanpa henti.

    Gerak Harmonik Sederhana secara terbatas dapat diamati melalui pendulum (bandul) sederhana yakni dengan cara menggantung sebuah beban bermassa m melalui tali sepanjang l yang massanya dapat diabaikan pada sebuauh titik kaku. Setelah beban diberikan simpanan kecil sehingga melakukan gerakan bolak-balik dengan periode yang sama.

    Jika massa tali dan hambatan udara di sekitar sangat kecil dan nilainya dapat diabaikan maka kita akan melihat benda bergerak bolak-balik dengan periode yang tetap.

    Lintasan Pada Gerak Harmonik Sederhana Pendulum Matematis

    A. Periode Getaran Pendulum

    Periode pada pendulum adalah lama waktu yang dibutuhkan beban m untuk kembali pada posisi semula. Misalkan kita beri simbol tiga titik di sebagai A, B dan C, maka satu getaran adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh pendulum untuk dari titik A, B, C, B lalu kembali ke A.

    Peirode pada gerak Harmonik Sederhana akan selalu sama dengan asumsi :

    1. Hambatan udara dan massa tali di sekitar sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
    2. Tali penggantung tidak dapat dirapatkan dan direnggangkan.
    3. Gravitasi di tempat tersebut konstan
    4. Pusat penggantung talu kaku dan tidak berpindah.
    MG sin Analisis gerak mekanik pada Bandul Harmonik Sederhana

    Pada saat bandul mulai berayun, besar gaya pemulih pada pegas

    F = - mg \sin θ

    Tanda minum ini memberikan penjelasan bahwa arah gaya berlawanan dengan arah geraknya. Dari persamaan ini menunjukkan bahwa persamaan ini hanya berlaku jika θ sama dengan sin θ ketika sudutnya dinyatakan dalam radian, jika nilainya tidak mirip maka bandulnya tidak GHS.

    Pada sudut-sudut yang kurang dari 15o, perbedaan antara θ (dalam radian) dan sin θ tidak sampai 1%, sehingga pendekatnnya gaya pemilih bisa dituliskan :

    F = - mg \sin θ ≈ - mg θ

    Gerak pada bandul tidak membentuk tali busur pada gerak melingkar dengan jari-jari l, dengan demiki hubungan natar s dan l adalah :

    s=l \theta 

    sehingga :

    F=-\frac{mgs}{l}

    Pada sudut kecil-kecil, perpindahan pendulum pada sistem ini bergerak harmonik sederhana yang analog dengan gerak harmonik sederhana pada pegas, dimana F = -kx dimana x adalah panjang tali busur s. Konstantan gaya efektif :

    k=\frac{mg}{l}

    Masukkan persamaan ini ke Persamaan Periode pada pegas yakni :

    T=2 \pi \sqrt{\frac{m}{k}}

    Maka persamaan ini menjadi

    T=2 \pi \sqrt{\frac{m}{mg/l}}
    T=2 \pi \sqrt{\frac{l}{g}}

    Analisis pendekatan Inersia

    Inersia adalah kecenderungan bandul mempertahankan gerak bolak-bolak dari tali busur s. Gerak ini memenuhi persamaan

    τ = F ⨯ l  = I ⨯ α

    masukkan nilai gaya penyebab gerak dengan sudut θ yang kecil sehingga F = -mg sin θ ≈ – mg θ

    −mgθl=Iα
    α=\frac{-mgθl}{I}

    Momen inerasial I pada gerak ini adalah I = ml2, maka

    α=\frac{-mgθl}{ml^2}
    α=\frac{-gθ}{l}

    Nah pada posisi pertama kali begerak, percepatan dari benda berada pada nilai maksimum sehingga memiliki percepatan maksmimum dengan demikian berlaku persamaan

    a = -\omega_0^2A

    jika hubungan a dan α adalah

    a = -αl

    maka

    α =- \omega_0^2 \frac{A}{l}

    Pada sudut kecil maka A\l ≈ tan θ ≈ θ, maka

    α = -\omega_0^2 θ

    masukkan kembali kepersamaan α = -gθ\l, maka

    -\omega_0^2 θ=-\frac{gθ}{l}
    ω_0  = \sqrt{\frac{g}{l}}

    Karena ω = 2πf, maka

    f = \frac{1}{2π}\sqrt{\frac{g}{l}}

    Jika T = 1/f, maka

    T = 2π\sqrt{\frac{l}{g}}

    Dalam gerak pendulum, massa bandul tidak berpengaruh pada periode dan frekuensi dari gerak Periode. Namun hgal yang perlu dicatat adalah massa bandul m harus jauh lebih besar dari massa tali sehingga massa tali dapat diabaikan dan bandul bergerak harmonis sederhana.

  • Aplikasi Persamaan Diferensial Orde I pada Model Pertumbuhan Eksponensial

    Aplikasi Persamaan Diferensial Orde I pada Model Pertumbuhan Eksponensial

    AhmadDahlan.NET – Kasus perubahan / pertumbuhan eksponensial adalah sebuah model yang digunakan untuk memprediksi jumlah dari sebuah populasi yang bertambah seiring dengan jumlah waktu. Solusinya dalam bentuk persamaan diferensial yang menunjukkan perubahan nilai dari sesuatu variable terhadpa rentang variable tertentu.

    Misalkan sepasang kelinci akan menghasilkan keturunan sepeasang setiap 1 bulan, maka pada bulan berikutnya sepasang kelinci awal akan mengasilkan satu pasang lagi. Dalam sepuluh bulan sepasang kelinci awal ini adakan menghasilkan 10 pasang kelinci, namun kelinci yang dilahirkan pada bulan pertama juga akan menghasilkan keturunanan sepasang pada bulan berikutnya, demikian setereusnya sehingga pertumbuhan kelinci ini tidaklah linier melainkan eksponensial.

    Jumlah kelinci dalam kasusu ini dapat diprediksi dengan pemodelan pertumbuhan eksponensial. Misalkan Jumlah populasi bertambah sebesar Δy dipengaruhi jumlah awal y, faktor pertambahan k, dan rentang waktu tertentu Δt.

    \frac{dy}{dt}= \lim\limits_{Δx\rightarrow 0}\frac{Δy}{Δt}=ky = kdt

    Bentuk persamaan umumnya adalah :

    \frac{dy}{dt} = yk

    Solusi umum dari persamaan ini adalah :

    \int\frac{dy}{y} = \int kdt
    \ln y |^y_{y_0}= kt + C
    y=y_0e^{kt}

    jika unsur k > 0 maka populasi ini akan bertambah seiring dengan waktu dan jika k < 0 maka nila y akan berkurang seiring waktu. yo adalah unsur yang menentukan besar populasi awal yang ada, jika tidak ada populasi maka tidak akan ada perubahan jumlah populasi.

    Contoh Grafik Eksponensial Laju pertumbuhan Suatu Nilai
    Contoh Grafik Pengurangan Eksponensial

    Pemodelan Kasus Fisika dengan PDB Orde I

    A. Peluruhan Zat Radioaktif

    Zat radiokaktif adalah zat yang tidak stabil dan jumlah akan selalu berkurang setengah dari jumlah awal dalam rentang waktu tertentu. Rentang waktu ini disebut waktu paruh dan setiap zat radioaktif memiliki waktu paruh yang berbeda-beda.

    Jumlah peluruhan zat radioaktif ini akan sebanding dengan Jumlah zat awal dair radioaktif ini, dengan demikian pemodelan matematis untuk jumlah zatnya dapat dihitung dengan persamaan :

    \frac{dN}{dt}=-λN

    dimana :

    N : Jumlah zat (gram atau mol)
    λ : kontanta waktu paruh (gram/s atau mol/s)
    t : rentang waktu (s)

    solusinya adalah :

    \int \frac{dN}{N}=-\int λdt
    N = N_0e^{-λt}

    B. Hukum Pendinginan Newton

    Sebuah benda dengan suhu tinggi, diletakkan pada suatu ruangan yang suhu nya lebih rendah akan mengalami penurunan suhu sesuai dengan hukum Termodinamika. Jika suhu tersebut berkurang dengan spesifik dengan perbandingan suhu awalnya maka penurunan suhu ini dapat dihitung dengan Hukum Pendinginan Newton :

    \frac{dT}{dt}=k(T-T_1)

    Dimanan dT/dt menunjukkan perubahan suhu sebagai fungsi dari waktu. k adalah spesifikasi penurunan suhu. Jika k bernilai positif (+k) maka suhu benda mengalami peningkatan dan jika benilai negatif (-k) maka terjadi penurunan suhu.

    Hukum Pendidinginan Newton ini berlaku pada ruangan yang memiliki sifat reservoir panas yang sangat besar sehingga suhu ruangan tidak bertambah. Dengan demikian T1 bernilai konstan.

    Solusi persamaan ini adalah :

    \int \frac{dT}{T-T_1}=k\int dt
    \ln|T-T_1|=kt+C
    T-T_1=e^{kt+C}
    T=T_1+C_1e^{kt}

    besar nilai C1 bisa diketahui dengan asumsi pendinginan terjadi t=0, sehingga ek0 = 1 persamaan jadi

    C1 = T – T1

  • Soal Ujian Final Fisika Komputasi

    AhmadDahlan.NET – Selesaikan permasalahan di bawah ini dengan mengunnakan

    1. Sebuah zat Radioaktif memiliki paruh waktu sebesar 40 tahun dengan jumlah massa awal N gram. Jika zat tersebut ditemukan pada saat Tahun 1920. Tentukan perkirakan zat tersebut tahun ini dengan metode :
      1. Analitik
      2. Numerik Simpson
      3. Numerik Trapezoida
      4. Numerik Euler
    2. Sebuah benda dengan suhu 100 oC diletakkan dalam sebuah ruangan dengan suhu 30 oC. Jika suhu benda tersebut turun sampai ke 80 oC selama 10 menit. Tentukan suhu benda tersebut pada t detik dengan metode :
      1. Analitik
      2. Numerik Simpson
      3. Numerik Trapezoida

    Catatan

    Soal Nomor 1 : Ganti angka N gram dengan tanggal lahir + Bulan lahir kalian. Misalkan lahir 17 Maret maka ganti dengan angka 1703)

    Soal Nomor 2 : Gunakan persamaan Diferesial untuk kasus ini menggunakan hukum Pendinginan Newton :

    \frac{dT}{dt}=k(T-10)

    dimana t dalam menit.

    Soal Nomor 2 : ganti t detik sesuai dengan tanggal lahir dengan 2 digit angka terakhir no HP masing-masing!

  • Fisika Dasar – Gaya Gravitasi dan Hukum Gravitasi Netwon

    Fisika Dasar – Gaya Gravitasi dan Hukum Gravitasi Netwon

    AhmadDahlan.NET – Gravitasi adalah gaya yang muncul akibat interaksi fisis antar partikel yang memiliki massa dan masih dalam medan gravitasi dari salah satu atau kedua partikel tersebut. Bersama dengan gerak yang pada lintasan tertentu dapat menghasilkan gaya sentripetal, Gravitasi menciptakan ruang antar seluruh materi yang ada dan pada akhirnya menjadi penentu dari tatanan materi yang ada di alam semesta.

    Benda-benda angkasa seperti planet yang mengitari bintang, galaksi yang teridiri dari ribuan matahari, posisi benda-benda yang ada di permukaan bumi dan semua materi yang ada di alam semesta bergerak sesuai dengan interkasi gaya garvitasi.

    A. Medan Gravitasi

    Pada konsep klasik, Medan gravitasi adalah wilayah cakupan yang masih dipengaruhi oleh gaya gravitasi dari sebuah materi yang memiliki massa. Konsep medan gravitasi ini digunakan untuk menjelaskan fenomena gaya gravitasi dan diukur dalam satuan N/kg.

    Misalkan sebuah benda m diletakan di sembarang titik dari sebuah partikel M berpusat massa titik akan tertarik ke pusat massa jika masih berada dalam sebuah medan gravitasi partikel M. Sekalipun benda m yang bermassa kecil, sebenarnya M bukanlah satu-satunya faktor yang memberikan gaya ke benda bermassa m yang lebih kecil namun keduanya saling tarik menarik dimana m juga menarik M dengan gaya yang sama besarnya.

    Hanya saja fenomena yang paling mudah diamatai dimana benda bermassa Massive akan terlihat diam pada posisinya dan benda bermassa kecilah yang tertarik menuju bernda bermassa Besar. Misalknya saja apel yang terlihat jatuh ke permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh Inersia dari benda bermasa Massive jauh lebih besar sehingga benda kecillah yang mengalami percepatan yang cukup besar.

    Dalam model medan atau fisika modern, Gravitasi tidak hanya membahas mengenai interkasi tarik menarik antara dua buah benda partikel tapi juga menyangkut antara ruang dan waktu yang berada di seputar medan gravitasi. Jika medan gravitasi sangat masive, maka medan ini cukup kuat untuk membuat distorsi ruang dan waktu di wilayah seputar medan gravitasi. Model ini mengantar pada konsep fisika model yang disebut kelengkuangan ruang dan waktu.

    A. Hukum Newton Tentang Gravitasi Universal

    Gravitasi pertama kali diformulasikan secara matematis oleh Matematikawan Inggris, Sir Isacc Newton. Menurut legenda, Newton mendapatkan inspirasi setelah melihat sebutir buah apel jatuh di atas pohon. Belakangan, Hukum ini disebut Hukum Gravitasi Newton untuk membedakan antara hukum gravitasi klasik dan hukum gravitasi moderen yang diperkenalkan oleh Albert Einstein.

    Setelah mengamati Apel yang jatuh yang dari pohon, Newton menyimpulkan ada gaya yang bekerja pada buah yang ada pada ranting-ranting pohon yang jauh tinggi di atas permukaan tanah. Jika gaya tersebut berparuh pada buah apel yang jatuh, maka gaya yang sama juga berpengaruh terhadap Bulan.

    Pemikiran Newton ini mendapatkan resistensi pada masa tersebut dimana banyak ilmuwan yang masih percaya bahwa gaya hanya bisa terjadi melalui kontak seperti pada saat seorang mendorong meja atau bola yang ditendang. Pengamatan mengeni gaya Gravitasi menjadi babak baru dari gaya tak sentuh dimana dua benda bsai saling berinterkasi meskipun terpisah oleh jarak.

    1. Teori Gravitasi

    Catatan sejarah yang menunjukkan pengamatan mengenai Gravitasi adalah Ptolemy (Klaudius Ptolemaeus : 90 – 168 M). Ptolemy mengamati gerak semu dari benda-benda langit dan bitang lalu mencoba membuat peta langit. Dari pengamatan dan pengembangan peta langit ini, Ptolemy mengusulkan model Geosentris dimana Bumi menjadi pusat alam semesta pada saat itu.

    Model Geosentris gagal menjelaskan mengenai gerakan planet-planet dan Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) mengajukan model Heliosentris dimana matahari sebagi pusat tata surya. Ide didasari dari pengamatan mengenai gerak rotasi benda dengan jalur melingkar pada sebuah pusat massa (orbit). Model ini akurat dalam memprediksi posisi planet-palnet dan gerakanya namun gagal menjelaskan beberapa hal seperti proses pergantian musim.

    Johannes Kepler (1571 – 1630) kemudian melanjutkan pengamatan gurunya, Brahe, tentang gerak-gerak dari planet. Data-data tersebut kemudian disusun dan menghasilkan 3 Hukum gerak planet terhadap matahari yang disebut sebagai Hukum Kepler.

    Typografi Pengertian Gravitasi dan Gaya medan di bumi

    2. Hukum Gravitasi Newton

    Hukum Gravitasi menyatakan bahwa setiap partikel yang memiliki massa akan menghasilkan medan gravitasi. Jika di dalam medan gravitasi ini terdapat benda yang memiliki massa dan medan gravitasi, maka akan terjadi interkasi antar kedua benda ini.

    Besar gaya ini akan sebanding dengan pembawa medan yakni massa masing masing benda sehingga

    \vec{F} ∼ m_1m_2

    Gaya ini semakin melemah dengan kuadrat jarak yang memisahkan benda sehingga

    \vec{F} ∼ \frac{1}{r^2}

    Dengan demikina maka hubungan antara gaya gravitasi, massa dan jarak antar benda sebagai berikut

    \vec{F} ∝ \frac{m_1m_2}{r^2}

    Gaya gravitasi adalah gaya tak sentuh dan sifatnya kekal. Karena massa dari partikel dalam pandangan klasik akan selalu sama maka besar Gaya Gravitasi ini adalah fungsi dari jarak, sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut :

    \vec{F_{(r)}} =G \frac{m_1m_2}{r^2}

    Dimana G adalah konstanta gravitasi antara dua benda yang berinteraksi tersebut.

    G = 6.67 × 10-11 Nm2 kg-2

    Infografis mengenai gaya gravitasi yang bekerja pada benda

    Percepatan Gravitasi

    Medan gravitasi yang ada ada eraa benda bermassa akan selalu menarik benda dengan meda yang sama. Besar gaya tarik medan ini adalah F/m untuk setiap benda yang dengan massa m.

    \frac{F}{m} = G\frac{M}{r^2}
    \frac{F}{m} =6,67 . 10^{-11}\frac{(5,98.10^{24})}{(6,38.10^6)^2}
    \frac{F}{m} = 9.8 \ m/s^2

    F/m ini tidak lain adalah percepatan gravitasi yang bekerja pada benda yang berada di daerah sekitar permukaan bumi. Untuk bumi sendiri nilai g = 9,8 m/s2. Percepatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti diantaranya gaya sentripetal yang bekerja pada benda-benda yang ada dipermukaan bumi.

    Percepatan gravitasi Bumi di setiap titik di bumi berbeda

    Semakin kecil jari-jari ritasi bumi terhadap prosonya di permukaan bumi akan membuat percepatan gravitasi di titik tersebut semakin besar. Sehingga pada daerah dekat dengan kutub seperti di Eropa, nilai sekitar g = 10 m/s2.

    Demikian pula percepatan gravitasi yang terjadi pada planet yang berbeda. Massa adalah faktor utama yang membawa medan gravitasi. Bulan yang memiliki massa lebih rendah dari bumi memiliki percepatan gravitasi sebesar 0,166 m/s2 sehingga berat benda di permukaan bulan akan selalu lebih rendah di permukaan bumi.

    Gaya berat adalah gaya yang bekerja pada sebuah benda bermassa

    3. Turunan Hukum Kepler ke Newton

    Asumsikan bahwa planet mengelilingi matahari dengan lintasan mendekati lintasan melingkar dengan jari-jari r. Maka Gaya sentripental yang bekerja pada planet akan sama dengan gaya tariknya. dengan demikian

    F=mrω^2

    jika

    ω = \frac{2π}{T}

    maka

    F=mr\frac{4π^2}{T^2}

    Hukum Kepler 3 menyatakan bahwa T2 = Kr3, dimana :

    K = \frac{4π^2}{GM}

    maka

    F=mr\frac{4π^2}{Kr^3}
    F=mr\frac{4π^2}{\frac{4π^2}{GM}r^3}

    Persamaan Gaya Gravitasi berdasarkan Hukum Kepler adalah :

    F=G\frac{Mm}{r^2}

    Contoh Kasus :

    1. Berapakah besar gaya gravitasi yang dialami oleh sebuah benda bermassa 1000 Kg di permukaan Bumi?

    Dik :

    mbumi = 5.98 × 1024kg
    mbenda = 1000 kg
    rbumi = 6.38 × 106m

    Solusi

    F=G\frac{Mm}{r^2}
    F=6,67 . 10^{-11}\frac{(5,98.10^{24})(1000)}{(6,38.10^6)^2}= 9.799 N

    Besar Gaya Gravitasi yang dialami benda adalah F = 9.799 N

  • Mengapa Langit Berwarna Biru

    Mengapa Langit Berwarna Biru

    AhmadDahlan.NET – Diantara sekian banyak pertanyaan mengenai sain dan fisika, sepertinya pertanyaan, “mengapa langit berwarna biru?” adalah pertanyan yang paling sering diajukan oleh anak-anak ke orang tua mereka. Nah dari sekian banyak teori dan hukum yang digunakan untuk menjelaskan fenomena warna langit, Hukum yang paling kuat adalah Hamburan Rayleigh.

    Cahaya Tampak

    Sebelum kita lebih jauh mengani Hamburan Cahaya Rayleigh, mari kita bahas terlebih dahulu sifat cahaya. Sejatinya cahaya tampak yang merambat dari matahari ke bumi adalah cahaya berwarna putih yang merupakan gabungan dari seluruh panjang gelombang cahaya tampak.

    Jika kita punya pengurai cahaya seperti prisma, maka kita akan menemukan spektrum cahaya dari merah hingga ungu yang lebih umum dikenal dengan nama warna pelangi. Newton sebagai orang yang pertama mengamati warna ini menyebutnya sebagai spektrum (spectra : Hantu). Karena Newton hidup di abad 17, dimana eropa sedang asik-asiknya dengan 7 tangga nada dasar (do re mi fa sol la si), Newton membagi cahaya tersebut ke 7 warna dasar yang kita kenal dengan akronim Me Ji Ku Hi Bi Ni U.

    1. Merah
    2. Jingga
    3. Kuning
    4. Hijau
    5. Biru
    6. Nila
    7. Ungu

    Pada era fisika Modern dimana alat-alat ukur sudah canggih, Akhirnya ditemukan bahwa Warna yang tampak oleh mata manusia bergantung dari panjang gelombang dari warna tersebut. Adapaun region dari warna ini adalah

    1. Ungu : 380 nm – 450 nm
    2. Biru : 450 nm – 495 nm
    3. Hijau 495 nm – 570 nm
    4. Kuning : 470 nm – 590 nm
    5. Jingga : 590 nm – 620 nm
    6. Merah : 620 nm – 750 nm
    7. Merah Muda : 750 nm – 1000 nm

    Mari kita ambil salah satu warna misalnya Merah, sebuah gelombang elektromagnetik akan tampak berwarna ketika memiliki panjang gelombang antara 620 nm – 750 nm. Tentu saja panjang gelombang 620 nm akan memiliki warna yang berbeda dengan 621 nm, namun kadang Iris manusia tidak mampu membedakan warna tersebut. Deretan warna ini selanjutnya disebut warna Primer.

    Warna Biru di Langit

    Karakteri dari panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi cahaya. Semakin tinggi panjang gelombang maka semakin rendah nilai frekuensinya. Sinar merah 620 nm memiliki frekuensi 400 THz (Terra Herzt) sedangkan warna Ungu 380 nm memiliki frekuensi 789 THz.

    Semakin tinggi nilai frekuensi maka semakin besar energi yang dibawa gelombang elektromagneti tersebut. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa warna biru memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan warna merah.

    Agar tidak bingun spektrum cahaya tampak yang kita lihat sebagai berikut :

    Bentuk Spektrum cahaya tampak

    Perhatikan warna biru yang berada frekunesi 630 THz itu sampai dengan 675 THz. Warna biru di langit akan terlihat pada panjang gelombang tersebut. Biru adalah cahaya dengan nilai hamburan yang cukup tinggi sedangkan ungu yang lebih tinggi tidak bisa dilihat oleh mata manusia dalam keadaan normal.

    Dibutuhkan alat bantu yang meredam sedikit getaran gelombang ungu agar terlihat. Warna Ungu yang kalian lihat di atas adalah warna yang mendekati warna ungu dengan panjang gelombang tersebut. Dengan kata lain dari cahaya tampak dan tanpa bantuan alat, manusia hanya bisa melihat warna biru sampai nila yang kadang Nila kita defenisikan sebagai biru dan biru kita defenisikan sebagai Cyan.

    Warna Biru di langit berasal dari Panjang Gelombnag Biru mendekati nilai yang paling banyak dihamburkan oleh partikel atsmosfer udara. Hal ini sesuai dengan prinsip Hamburan Rayleigh. Cahaya dengan frekuensi lebih tinggi ada akan dihamburkan lebih banyak dibandingkan dengan cahay lain dalam hal ini panjang gelombang Biru adakan dihamburkan lebih banyak dibandingkan warna lain di langit. Hasilnya langit terlihat berwarna biru.

    Hal yang mendukung langit siang hari berwarna biru adalah ketebalan dan komposisi Atmosfir bumi yang lebih banyak mengandung Nitrogen. omposisi Atmosfir ini membuat hamburan Cahaya Biru jauh lebih kuat dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya tampak yang lainnya.

    Lantas mengapa bukan warna ungu yang frekuensinya lebih tinggi dari nila dan biru? Jawabannya adalah karena mata manusia tidak bisa memindai warna ungu “asli” yang panjang gelombangnya sekitar 400 nm atau lebih pendek.

    Sudut Jatuh Cahaya

    Selain aspek frekuensi cahaya, Warna cahaya tampak yang dibiaskan juga bergantung dengan sudut jatuhnya cahaya. Misalnya saja ketika saya melewatkan sebuah cahaya putih pada sebuah prisma, maka akan tampak warna pelangi seperti pada ilustri di bawah ini :

    Pembiasan Cahaya pada Prisma Segitiga

    Pada saat sudut bias lebih kecil, cahaya dengan frekuensi lebih rendah akan dibelokkan mendekati garis normal atau sudut bias yang kecil pula. Hal ini yang terjadi pada saat Sore hari dimana posisi mata kita akan lebih dekat dengan sumbu normal dengan arah datang sinar matahari, sehingga warna yang lebih dominan terlihat adalah warna Jingga kemerah-merahan.

    Namun karena warna jingga sampai merah ini memiliki frekuensi yang rendah, maka intensitas cahaya yang kita dapatkan tidak identik dengan warna biru yang dilihat pada siang hari. Hal ini yang membuat Cahaya matahari senja lebih lembut dibandingkan cahaya siang hari. Sedangkan orang-rang yang ada di belahan lebih barat tetap akan melihat cahaya matahari biru.

    Hal serupa juga terjadi dengan tempat di belahan lain di bumi. Misalnya saja warna biru langit di Khatulistiwa akan sedikit berbeda dengan warna biru di langit bagian utara seperti eropa dan juga bagina lebih selatan dari dari bumi. Perbedaan warna ini disebabkan oleh sudut jatuh cahaya matahari ke suatu tempat.