Author: Ahmad Dahlan

  • Memandang Masa Lalu Melalui Langit Malam

    Memandang Masa Lalu Melalui Langit Malam

    AhmadDahlan.NET – Langit gelap di malam hari akan tampak indah dengan kilauan jutaan bintang. Saya tidak akan bercerita mengenai sebuah kisah pilu di status-status galau kaum milenial yang semakin pandai merangkai kata tapi saya akan mengajak anda menyaksikan langsung masa sejarah melalui langit.

    Sekalipun waktu tidak dapat diulang, namun menyaksikan sejarah bukanlah hal yang mustahil dalam fisika. Kita hanya perlu sedikit memahami konsep gerak, lalu mari menapaki “waktu” yang telah berlalu di langit malam ini, kalaupun anda membaca ini siang hari, tak mengapa, silahkan amati langitnya malam nanti.

    Masa Lalu di Langit Gelap

    Melihat bintang bintang yang ada di langit secara harfiah berarti kita menykasikan sejarah atau kejadian yang terjadi masa lampau. Agar bisa dipahami mari kita pahami dua hal terlebih dahulu yakni (1) gerak dan (2) karakter cahaya.

    Salah satu karakteristik dari cahaya adalah bergerak. Cahaya yang masuk ke mata manusia dan membuat manusia bisa melihat berasal dari sumber cahaya. Paling tidak gelas yang terlihat di atas meja adalah benda yang memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke mata manusia. Uniknya cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat tanpa medium, dimaan defenisi merambat adalah berpindah dari satu titik ke titik yang lain.

    Mari kita misalkan pada hal-hal yang lebih sederhana seperti mobil yang begerak. Sebuah mobil yang bergerak dengan kecepatan 20 m/s bisa diartikan akan mengalami perubahan posisi sebesar 20 m setiap detiknya sehingga dalam waktu lima detik mobil tersebut akan berpindah sejauh 100 m dari posisi awal.

    Ilutrasi MObil Begerak dengan kecepatan tetap GLB

    Hal serupa juga terjadi dengan cahaya. Cahaya begerak dari sumber cahaya membutuhkan waktu untuk merambat dari sumbernya hingga akhirnya sampai ke mata. Jika anda melihat sebuah gelas di atas meja dengan jarak 10 meter, Gelas tersebut memantulkan cahaya dari permukaan dan akan menempuh jarak sejauh 10 meter hingga akhirnya sampai di mata anda.

    Hal yang unik adalah kecepatannya yang sangat besar dan membuat kita tidak bisa merasakan delay yang terjadi selama cahaya berada dalam perjalanan dari sumber ke mata. Cahaya begerak pada ruang hampa dengan kecepatan c = 3 x 108 m/s yang berarti cahaya bisa berpindah sejauh 300 ratus ribu kilometer dalam satu detik. Jika keliling bumi adalah 40.075 km, maka dalan satu detik cahaya bisa mengelilingi bumi lebih dari 7 kali, itupun kalau lintasan cahaya bisa melingkar, sayangnya lintasanya lurus.

    Jadi jarak meja berada sekitar 10 meter, maka vahaya hanya membutuhkan waktu sekitar 0,000000033333 detik sampai akhirnya ke mata. Jika anda punya teman yang berada di sebelah lapangan boal dengan jarak 100 meter delay yang terjadi hanya sekitar 0,00000033333 detik, waktu yang cukup singkat hingga tidak bisa disadari.

    Jarak ini mungkin baru terasa ketika kita melihat bintang terdekat dari bumi yakni matahari yang terpisah dengan jarak rata-rata 150 juta kilometer. Oleh karena itu cahaya matahari butuh waktu sekitar :

    t = \frac{150.000.000.000m}{300.000.000 m/s} =500 s

    Perhitungan ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan cahaya sampai ke bumi sekitar 8 menit 20 detik. Hal ini berdampak pada dua kesimpulan :

    1. Kita tidak bisa melihat matahari secara langsung karena yang kita lihat adalah matahari 8 menit 20 detik yang lalu.
    2. Jika terjadi apa-apa dengan matahari misalnya meledak, kita baru melihatnya meledak setelah 8 menit 20 detik kemudian. Itupun kalau bumi tidka terkenda langsung dampaknya.

    Dalam kasus ini kita sudah melihat hal-hal yang terjadi di masa lampau yang sebenarnya kejadian pada saat kita melihat matahari sudah tidak terjadi lagi. Sayangnya waktu tersebut masih relatif stabil untuk matahari sehingga kita tidak bisa menyadair perbedaan matahari 8 menit 20 detik yang lalu dengan sekarang.

    Bintang Terdekat

    Jarak matahari dan bumi terpisah sekitar 150.000.000.000 meter, jarak ini cukup panjang bagi manusia bumi namun bagi alam semesta, jarak ini msaih sangat kecil. Sebut saja jarak Matahari ke Pluto sekitar 5,9 milliar kilometer atau 5.900.000.000.000 meter.

    Bintang terdekat dari tata surya dalah Proxima Centaury yang terpisah sekitar 40.000.000.000.000.000 meter, cahaya sendiri membutuhkan waktu untuk menempuh jarak tersebut sekitar 4,2 tahun. Dengan kata lain ketika kita memandang bintang tersebut malam ini, kita hanya melihat cahaya dari 4,2 tahun yang lalu. Dan apa yang terjadi selama 4,2 tahun dengan bintang tersebut, tidak ada yang tahu.

    Jarak Proxima Centaury dari Bumi
    Ilutrasi Cahaya dari Bintang Proxima Centaury ke Pengamat di Bumi

    Kita baru mengetahui keadaan bintang tersebut saat ini 4,2 tahun kemudian. Sehingga jika dalam kurung waktu tersebut, jika Proxima Centaury meledak malam ini, kita akan tetap bisa melihat cahaya-nya hingga 4,2 tahun berikutnya sampai akhirnya kita sadar bahwa Proxima Centaury sudah tidak ada.

    Hal yang berbeda ketika kita melihat bintang Alfa Centaury A, meskipun kita melihat pada malam yang sama, tapi cahaya dari waktu yang berbeda, dimana Alfa Centaury A sedikit lebih lama yakni sekitar 4,4 tahun cahaya. Jadi kita bisa melihat rentetan waktu sejarah yang berbeda di langit yang sama di malam hari.

    Itupun kalau sedang tidak hujan atau mendung tebal.

  • Teori Model Atom Rutherford – Hamburan Partikel Alfa pada Logam Emas

    Teori Model Atom Rutherford – Hamburan Partikel Alfa pada Logam Emas

    AhmadDahlan.NET – Teori model atom Thomson telah berhasil menjelaskan mengenai keberadaan elektron pada struktur atom dan akhirnya menyodorkan teori Kue Kismis dimana Proton diselimuti elektron seperti coklat pada kue kismis. Hanya saja teori ini gagal menjelaskan mengenai beberapa hasil percobaan mengenai struktur atom secara detail termasuk memberikan gambaran mengenai ukuran dan posisi dari Proton dan Elektron.

    Ernest Rutherford bersama kedua mahasiswanya, Hans Geiger dan Erners Masreden kemudian mengajukan model atom berdasarkan hasil percobaan hamburan partikel alfa.

    Percobaan Hamburan Sinar Alfa

    Teori Atom Rutherford didasarkan pada percobaan hamburan sinar alfa dari He2+ pada lembar logam tipis. Rutherford kemudian mengamati jalur yang terbentuk dari hamburan sinar alfa.

    Dalam percobaannya, Rutherford menembahkan gelombang sinar alfa berenergi tinggi dari sebuah sumber radioaktif ke sebuah logam emas tipis dengan ketebalan 100 nm. Sebuah layar berbahan fluorescent zinc sulfid diletakkan disekitar lembaran emas untuk mengamati jalur yang terbentuk oleh partikel hamburan.

    Observasi yang dilakukan menghasilkan :

    1. Sejumlah besar partikel hamburan hanya melewati logam dengan jalur lurus dan membuat kilauan cahaya. Rutherforod menyimpulkan sebagain besar ruang dalam atom kosong
    2. Sejumlah besar partikel hamburan dibelokkan dengan sudut kecil oleh logam karena tolakan antar partikel bermuatan positif. Sehingga Rutherford menyimpulkan muatan positif pada partikel ini lebih kecil dari total volumenya.
    3. Sejumlah partikel dibelokkan kuat bahkan hampir membentuk sudut 180o. Rutherford menyebutnya partikel dengan muatan postif kuat ini sebagai Nukleus.
    4. Rutherford menyebutkan bahwa sebagian besar massa atom terkonsentrasi di Nuklues.

    Model Atom Rutherford

    Berdasarkan percobaan tersebut, Rutherford menyimpulkan bahwa :

    1. Nukleus berisi partikel bermuatan positif dan memiliki massa yang paling besar dari struktur atom. Nuklues ini selanjutnay disebut sebagai inti atom.
    2. Bentuk Struktur atom menyerupai bola.
    3. Elektron bergerak dengan kecepatan tinggi mengelilingi inti atom. Orbit elektron berbentuk melingkar dengan memanfaatkan gaya elektrostatis.
    Teori Model Atom Rutherford

    Keterbatasan Teori Atom Ruttherford

    Meskipun teori model atom yang diajukan Rutherford berdasarkan hasil percobaan namun teori atom gagal dalam menjelaskan beberapa hal :

    1. Rutherford menjelaskan bahwa elektron mengeliling Nuclues pada jalur tetap yang disebut orbits. Hal ini gagal menjelaskan fenomena radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan elektron pada saat dipercepat. Jika radiasi ini dihitung menggunakan persaman gelombang Maxwell maka energi pada elektron akan habis dan lama-lama kelamaan akan jatuh ke inti sesuai dengan teori gaya elektrostatis yang diajukan Rutherford. Waktu yang dibutuhkan sampai akhirnay elektron jatuh ke inti hanya 8 sampai 10 sekon.
    2. Rutherford sama sekali tidak memberikan penjelasan detail mengenai susunan elektron sehingga teorinya tidak lengkap.

    Meskipun terbatas dalam menjelaskan fenomena radiasi gelombang elektromagnetik pada partikel yang diberi energi dari luar, Model Atom Rutherford adalah dasar yang baik dalam pengembangan teori atom modern dan hukum-hukum mekanika kuantum.

  • Prinsip Pengembangan Desain UI Media Pembelajaran Berbasis Mobile Android

    Prinsip Pengembangan Desain UI Media Pembelajaran Berbasis Mobile Android

    Ahmaddahlan.NET – Pada saat kita masuk ke dalam sebuah aplikasi atau website kita akan dihadapkan oleh tampilan yang menyediakan menu dan konten. Tampilan ini disebut sebagai User Interface (UI) atau sisi yang dihadapkan ke hadapan User.

    Berdasarkan asal katanya, User Interface dapat diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Desain Antarmuka yang diterapkan pada software atau website, atau mudahnya disebut tampilan oleh orang awam. Desain ini dikembangkan dengan fokus pada pengalaman yang dirasakan pengguna selama menggunakan aplikasi. Pengelaman penggunaan ini disebut sebagai User Experience.

    Prinsip Desain UI Media Pembelajaran

    Seperti namanya, User Interface, menbuat desain UI harus memperhatikan dua faktor yakni User dan Interface. Dari sisi user, sebuah UI harusnya memiliki sisi tehnis yang memudahkan penguna dalam menjalankan aplikasi yang dikembangkan, sedangkandari sis Interface adalah sisi seni yang membuat Aplikasi lebih menarik.

    Desaian Perkembangan User Interface

    A. Base Pengembangan UI

    Faktor pertama yang diperhatikan dalam mengembangkan UI adalah base perangkat tempat software atau website tersebut dikembangkan. BAse Deveice ini akan menentukan ukuran dari UI dan menjadi lembar kerja dari para UI desainer.

    Pada umumnya device yang ada saat ini di bagi ke dalam 3 jenis perangkat, yakni Dekstop, Tablet, dan Smartphone. Ketiganya memiliki rasion layar yang berbeda yang umumnya seperti beriktu :

    1. Dekstop – Lembar Kerja Tipe Landscape dengan rasio 16 : 9 atau 3 : 2
    2. Tablet – Lembar Kerja cenderung kotak dengan rasio 3 : 4 dan 4 : 5
    3. Smarpthone – Lembar kerja tipe Portrait dengan rasio 9 : 16 atau 2 : 3
    Perbandingan Ukuran dan komparasi layar Smartphone dekstop dan tablet

    Belakangan ini, aktivitas manusia yang mobile dan perkembangan jaringan komunikasi yang sangat massive membuat penggunaan Smartphone meningkat drastis. Misalnya saja data dari Google Serach Console untuk situs AhmadDahlan.NEt ini dikunjungi lebih dari 81% dari perangkat Samrphone, 18 % dari perangkat Dekstop dan kurang dari satu persen dari Tablet.

    Seperti tangkapan layar dari Google Search Console dalam kurung waktu 3 bulan terakhir, Ahamaddahlan.NET mendapatkan kunjungan sebanyak 2.343.740mkali dari smartphone, 583.710 dari Dekstop dan hanya 15 ribu kali dikunjungi dari pernagkat berukuran tablet

    Perbandingan Rasio Penggunaan Samrtphone dan Dekstop

    Data ni tentu saja menjadi pendukung jika mengembangkan pembelajaran basis Smartphone akan jauh lebih banyak peluang dimanfaatkan dibandingkan dengan perangkat Dekstop. Pembahasan dalam artikel ini selanjutnya akan dikhususkan untuk prinsip pengembangan media pembelajaran dengan basis Android.

    Beberapa Developer pengembangan software sebenarnya sudah mengadopsi sistem Responsive desain yakni UI yang bisa menyesuaikan ukuran dan tampilannya berdasarkan perangkat pengguna-nya. Hanya saja User Experience akan jauh lebih nyaman digunakan pada penggunaan yang sama persis dengan pengembangannya.

    2. Ukuran dan Komparasi

    Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Ukuran dari pembuatan desain UI berbasis perangkat smartphone, kita akan bekerja pada layar yang berbentuk vertical. Perbandingan bermaca-macam, namun pada umumnya mendekati ukuran aspect rasio 9 : 16.

    InciResolusiAspect Rasio
    5,01280 x 72016 : 9
    5,51280 x 72016 : 9
    6,01280 x 72016 : 9
    7,01920×108016 : 9

    Ukuran tersebut dalam bentuk standar tanpa strech, karena biasanya produsen Samrtphone terkadang membuat smartphone mereka dengan ukuran Stretch agar bebera dengan produsen lainnya.

    Tabel di atas menunjukkan berbagai ukuran dari smartphone dalam Inci namun pada kepadatan pixel atau Resolusi tetap menunjukkan aspek rasio yang sama. Aspek Rasio ini memang menghasilkan user experience yang paling baik.

    Hal yang perlu dicatat adalah adalah bases resolusi awal yang dipilih. Misalnya apda saat memilih resolusi 1280 x 720 akan menghasilkan gambar yang kurang detail namun memakan memory yang cukup lebih kecil dibandingkan dengan 1920×1080, begitupun sebaliknya.

    Selain itu ukuran-ukuran element seperti Font, Spasi, dan gambar akan ikut berpengaruh. Jadi ada baiknya pertimbangkan pemilihan resolusi. Misalnya ukuran font 12 pt akan terlihat lebih kecil di layar dengan resolusi 1920×1080, sehingga bisa membuat lebih banyak huruf, tapi jika terlalu kecil, maka akan kesulitan untuk di baca. Hal ini akan berdampak pada kenyamana pengguna.

    Tampilan ukuran perbandingan huruf menggunakan pt di layara HD dan Full HD

    3. Sistem Navigasi

    Sistem Navigasi adalah layanan yang memungkin user dapat mengontrol jalannya aplikasi seperti melakukan skroll, zoom in dan zoom out, link tautan dan navigasi bar, footer dan sejenisnya. Sistem navigasi dirancang untuk membantu pembaca dalam membaca konten berdasarkan kelompok konten seperti kelompok materi, ujian, tugas,, latihan, video dan sejenisnya.

    Pada umumnya navigasi di bagi ke dalam dua kelompok yakni (1) Body Navigasi yakni navigasi yang berada pada laman materi seperti tampilan laman depan, dan internal URL dan (2) Navigasi bar. Seperti Contoh Desain laman Pembuka dan Laman Utama dari sebuah media pembelajaran.

    Contoh Desain Pembelajaran UI Smartphone Android

    4. Laman Konten

    Laman konten adalah bagian utama dari media pembelajaran berbasis mobile. Di laman kegiatan konstruksi pengetahuan peserta didik terbangun dan kontruksi pengetahuan adalah bagian utama dalam pembelajaran.

    Bentuk paling sederhana dari media pembelajaran berbasis Android adalah pengganti buku ajar di mana materi disimpan. Perbedaannya adalah dalam media berbasi android, Materi ajar dapat diakses oleh pesera didik diman adan kapan saja karena Smartphone sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di keseharian peserta didik abad 21.

    Idenya adalah membuat laman yang menarik untuk dibaca dan tidak ada ukuran baku untuk membuat desain. Jika pengunjung lama di tempat kita maka ada kemungkinan desain-nya memang menarik atau kontennya memang dibutuhkan oleh user.

    Desain User Interface dari Tata Surya Media Pembelajaran

  • Solusi Persamaan Diferensial dalam Ilmu Sains

    Solusi Persamaan Diferensial dalam Ilmu Sains

    Ahmaddahlan.NET – Persaman Diferensial Biasa adalah sebuah persamaan yang berisi fungsi yang tidak diketahui secara eksplisit dan turunannnya. Bentuknya seperti pada Sistem Gerak pada Pegas yang ditulis dalam bentuk PDB :

    m\frac{d^2x}{dt^2}+D\frac{dx}{dt}+kx=F

    dimana m adalah massa beban gantung, D adalah koefisien redaman dan k adalah konstanta elastisitas pegas. Karena x adalah fungsi dari t maka persamaan ini dapat disederhanakan dalam bentuk :

    mx"+Dx'+kx = F

    Persaman ini berisi besaran x yang tidak diketahui rumus eksplisit, x’ adalah turunan pertama dan x” adalah turunan kedua. Karena memiliki Orde tertinggi turunan kedua, Persamaan ini disebut Persamaan Diferensial Biasa Orde II atau PDB Orde II.

    Arti dari diferensial itu sendiri dalah perubahan sebuah varibale terhadap besaran lain. Misalkan kita umpakan pegas yang berada pada posisi x kemudian bergerak, maka posisi x akan berubah sesuai dengan perubahan dari t, dalam hal ini nilai x adalah fungsi dari t dan ditulis dengan notasi x(t).

    A. Kelompok Persamaan Diferensial

    Persaman diferensial terbagi ke dalam dua jenis yakni suatu fungsi yang nilainya hanya berubah terhadap satu besaran yang disebut sebagai persamaan diferensial biasa atau PDB (Ordinary Differential Equation – ODE). Persaman kedua adalah persamaan diferensial parsial yang nilai dari besaran berubah terhadap dua variable atau lebih.

    1. Persamaan Diferensial Biasa

    Persamaan difefernsial biasa hanya memiliki satu variabel perubah. Misalkan nilai y terhadap x. Contoh persamaannya adalah :

    (i).\frac{dx}{dt}=x+t
    (ii).y'=x^2+t^2
    (iii). my"+cy'=-ky

    Misalkan sebuah fungsi f disebut sebagai besaran yang nilainya tidak diketuhui dari x :

    y = f(x)

    solusi dari persamaan ini adalah

    f'(x)=xf(x)

    dimana x adalah rentang tertentu dari sebuah perubahan. Hasil dari turunan ini selanjutnay di tulis dengan notasi

    y’=f(x)

    Sebagai contoh kita mengetahui bahwa solusi dari persamaan umum

    y’=Axn

    adalah :

    y=\frac{1}{n+1}x^{n+1} + C

    dengan C adalah konstanta sembarang.

    Model Pertumbuhan Populasi

    Model pertumbuhan suatu populasi berdasarkan asumsi bahwa besar laju pertumbuhan populasi bergantung dari besar populasinya. Milsanya Populasi Bakteri (N) akan berkembang menjadi 2N dalam waktu 1 detik, jika populasi awalnya adalah 6N maka satu detik berikutnya akan menjadi 12N. Nilai ini selanjutnya disebut faktor yang bisa saja nilainya tetap (konstanta) dan biasa saja nilai juga ikut berubah.

    Misalkan sebuah populasi bakteri N yang membelah diri dalam rentang waktu t sebanyak k. Populasi bakteri dalam rentang waktu tertentu jadi bisa diperhitungkan dengan persamaan diferensial biasa:

    \frac{dN}{dt}=kN

    Jumlah dari bakteri ini tidak lain

    \int{\frac{dN}{N}}=k\int{dt}

    solusinya adalah

    \ln N = kt + c

    Jumlah bakterinya dapat dihitung dengan persamaan berikut :

    N = e^{kt+c}

    2. Persamaan Diferensial Parsial

    Persamaan diferensial parsial adalah sebuah persamaan dimana nilai dari sebuah variable ditentukan oleh dua buah variabel lain. Turunan dari fungsi ijni dilakukan secara parsial dimana salah satu satau dikonstankan terlebih dahulu kemudian setelah variable sisanya.

    Bentuk Persamaan Diferensial Parsial sebagai berikut :

    (i). \frac{δ^2u}{δx^2}+\frac{δ^2u}{δy^2}=6xye^{x+y}

    dalam kasus ini u adalah fungsi dari x dan y, atau uxy. Bentuk lain :

    (ii). \frac{δu}{δt}=3 sin (x+t)+\frac{δ^2u}{δx^2}+(1+x^2)+\frac{δ^2u}{δy^2}

    dalam kasus ini u adalah fungsi dari x,y dan t atau uxyt.

  • Analisis Gerak Pegas dengan PDB Orde II –  Gerak Harmonis dan Teredam

    Analisis Gerak Pegas dengan PDB Orde II – Gerak Harmonis dan Teredam

    Ahmaddahlan.NET – Gerak pada pegas merupakan salah satu gerak yang dapat dianalisis melalui persamaan diferensial biasa orde II (PDB Orde II). Gerak ini mengikuti hukum Newton tentang gerak. Asumsinya ada dua yakni jika terjadi secara harmonis dan tidak harmonis.

    Gerak Harmonis Pegas diterapkan dengan asumsi tidak ada gaya luar yang bekerja pada pegas sehingga ketika egas diberi ganguan / simpangan, pegas akan terus berayun selaman dengan periode tetap. Asumsi ke dua jika ada gaya eksternal yang bekerja pada pegas yang nilainya kecil, maka pegas akan akan berhenti pada satu waktu tersebut. Gerak pegas ini disebut Teredam lembut atau Dumped Oscillation.

    Gambar dari Gaya Gaya yang bekerja pada Pegas Berosilasi

    Pada sebuah pegas yang digantung beban akan terdapat empat kemungkinan gaya masing adalah :

    1. Gaya berat w = mg
    2. Gaya pemulih Fk = -k (y+Δy)
    3. Gaya Peredam pada pegas FD = -Dvy
    4. Gaya Eksternal Fe

    Misalkan pegas diberi ganguan sehingga pegas mulai bergerak maka berlaku hukum Newton II tentang gerak

    ΣF = ma

    Persamaan ini kemudian di subtitusi dengan semua gaya yang bekerja pada pegas sehingga menjadi

    $W_b+F_k+F_D+Fe = ma$
    mg - ky - kΔy -Dv_y + F_e = ma

    Karena mg = -ky dan vy adalah turunan pertama perubahan posisi terhadap waktu dy/dt maka persamaan ini dapat dituls lebih sederhana.

    -kΔy -D\frac{dy}{dt}+ F_e = m\frac{d^2y}{dt^2}

    Jika Δy adalah besara simpangan maka bisa dianggap sebagai y, dengan demikian Bentuk umum persamaan diferensial biasa Orde II untuk Gerak harmonik pada pegas adalah :

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =F_e

    A. Analisis Matematis Gerak Harmonis Pegas

    Pada gerak pegas yang berosilasi harmonik sederhana ada dua asumsi yang dimasukkan yang tidak ada gaya peredam dan gaya eksternal yang bekerja sehingga persamaan gerak dapat ditulis :

    m\frac{d^2y}{dt^2} +ky =0

    bagi kedua ruas dengan m

    \frac{d^2y}{dt^2} +\frac{k}{m}y =0

    Pada saat pegas berada pada percepatan maksimum nilai k/m = ω2, sehingga

    \frac{d^2}{dt^2} y+ω^2y =0
    (\frac{d^2}{dt^2} +ω^2)y =0

    Misalkan :

    \frac{d^2}{dt^2} = r^2

    maka bisa disimpulkan

    r^2 + ω^2 = 0

    Persamaan ini r22=0 memiliki akar-akar yang homogen seperti pada Solusi Umum PBD Orde II yakni r1,2 = ±iω0 dengan solusi :

    y_{(t)}=c_1 \cosω_0t+c_2\sinω_0t

    Untuk menentukan nilai konstanra c1 dan c2, kita lakukan sedikit trik dengan mengalikan ke dua ruas dengan :

    \frac{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}=1

    Sehingga persamaan dapat ditulis dengan :

    y_{(t)}=\sqrt{c_1^2+c_2^2}(\frac{c_1}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}} \cosω_0t+\frac{c_2}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}\sinω_0t)

    Misalkan R2=C12+C22, diambil dari sebuah segitiga siku-siku, maka

    \cosθ=\frac{c_1}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}} 

    dan

    \sin θ= \frac{c_2}{\sqrt{c_1^2+c_2^2}}

    Sehingga solusi y(t) dapat ditulis :

    y_{(t)}=R (\sinθ\cos ω_0t+\cosθ\sin ω_0t)

    Bisa disederhanakan dengan indetintas Trigonometri yakni

    y_{(t)}=R \cos (ω_0t±θ)

    Dimana
    y(t)= simpangan gelombang
    R = Amplitudo
    θ = bilangan gelombang
    ω0 = frekuensi sudut dimana ω02=k/m

    Contoh Gerak dan Grafik Sinosoidal ada Pegas

    B. Analisis Matematis Gerak Pegas Teredam Lembut

    Pada kasus dunia nyata misalnya sebauh pegas yang dipasang pada sebuah motor. Pegas akan mendapatkan gaya peredam dari pegas agar getaran berhenti.

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =F_e

    Pada kasus Pegas teredam Lembut maka Fe adalah nol, sehingga peredam hanya berasal dari gaya peredam pegas.

    m\frac{d^2y}{dt^2} +D\frac{dy}{dt}+ky =0

    Kita gunakan pemisalan r = d/dt, sehingga persamaan ini dapat ditulis

    (m.r^2+D.r+k)y=0

    dengan demikian :

    m.r^2+D.r+k=0

    Pada kasus terdeam lembut Diskiriman berlaku D2 – 4mk < 0 sehingga akar-akar dapat dinyatakan dalam bilangan real dengan bentuk :

    r_{1,2}=\frac{-b±i\sqrt{4mk-D^2}}{2m}=\frac{-b}{2m}±\frac{i\sqrt{4mk-D^2}}{2m}

    suku pertama adalah α dan β. Bentuk solusi dari dari persamaan ini adalah :

    y_{(t)}=c_1e^{α +iβt}+c_2e^{α -iβt}

    masukkan nilai α dan β, sehingga solusinya gerak terdemannya menjadi

    y_{(t)}=Re^{\frac{-d}{2m}t}\cosβt-θ

    Dimana R adalah Simpangan maksimum awal atau y0

    Bentuk Getarannya seperti berikut :

    Grafik getaran pada pegas teredam
  • Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Solusi dan Bentuk Umum Dari PDB Orde 2 – Homogen

    Ahmaddahlan.NET – Persamaan diferensial orde n melibatkan sebuah variable yang bergantung pada nilai variable lain dengan orde turunan ke-n. Misalkan sebuah persamaan x yang berubah terhadap y. Persamaan ini memiliki dua bentuk yang PDB Orde II Homogen dan Tak Homogen.

    y"+P_{(x)}y'+Q_{(x)}y=R_{(x)}

    Bentuk Umum PDB Orde II Homogen

    Jika sebuah persamaan memiliki nilai R(x)=0, maka Persamaan ini masuk dalam kategori Persamaan Homogen dengan bentuk :

    y” + ay’ + by = 0

    atau :

    (D2+aD1+b)y = 0

    dimana a dan y ≠ 0, misalkan Dy = ry dimana solusi sederhana dari ry = Aerx, maka:

    D2y = D(Dy) = D(ry) = r (Dy) = r(ry) = r2y

    sehingga persamaan (D2+aD1+b)y = 0 bisa ditulis (r2 + ar + b) y = 0, dengan demikian

    r2 + ar1 + b = 0

    Fungsi r2 + ar + b ini adalah fungsi polinom dengan karakteristik diskriminan

    ∆ = a2 + 4b

    Nilai diskriminan ini terdapat 3 kemungkinan yakni ∆ > 0, ∆ = 0, dan ∆ < 0.

    a. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ > 0

    Pada persamaan r2 + ar1 + b = 0 dengan r1 ≠ r2 dimana ∆ > 0 berasal dari nilai a > 0 dan a2 > 4b, maka solusi adalah

    u1 = er1x dan u2 = er2x

    Dengan demikian solusi umumnya sebagai berikut

    y = c1er1x + c2er2x

    b. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ = 0

    Untuk nilai diskriminan ∆ = 0, maka nilai a2 = 4b sehingga :

     r^2 + ar^1 + b = r^2+ar^1+\frac{a^2}{4}=0
    (r+\frac{a}{2})^2 = 0

    suku diatas memiliki akar-akar persamaan :

    r=-\frac{a}{2} (akar ganda)

    Nilau suku ux terbagi dalam dua kemungkinan yakni :

    ux = λux = erx

    sedangkan ux λux, misalkan :

    v(x) = xu(x) = xerx

    maka turunan v terhadap x adalah turunan parsial Dv = u.dv + v.du

    Dv=erx +rxerx=(1+rx)erx

    D2v = D erx(1+rx) = rerx(1+rx) + rerx

    (r2x+2r ) erx

    Subtitusikan ke persamaan (D2 + aD + b ) v, hasilnya

    ((r2x+2r ) erx) + a (1 + rx) erx+ b ) xerx

    Satukan suku-suku yang sama

    (r2x + ar + b) x + (a + 2r) erx = 0

    maka

    (r2x + ar + b) x = 0 dan (a + 2r) erx = 0

    Jadi v(x) = xerx adalah solusi dari u(x) dan v(x) bebas dan linier, solusi umumnya adalah :

    y = c1erx + c2xerx

    c. Solusi PDB Orde II Homogen dengan ∆ < 0

    Untuk ∆ = a2 – 4b < 0, maka akar-akar persamaan akan menghasilkan bilangan kompleks yang saling konjugat :

    r_{1,2}=\frac{-a ± \sqrt{a^2-4b}}{2}

    karena nilai a2 – 4b < 0 maka akar-karnya irsaional sehingga

    r_{1,2}=\frac{-a}{2}+i \frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    dimana i2 = -1

    masalkan :

    α = \frac{-a}{2}

    dan

    β =\frac{\sqrt{a^2-4b}}{2}

    nilai dari r1 = α + iβ dan r2 = α – iβ. akar-akar persamaan adalah :

    \overline{y}_1=e^{r_1x}=e^{α+iβ}=e^{αx}(\cosβ+i \sin β)

    dan

    \overline{y}_2=e^{r_2x}=e^{α-iβ}=e^{αx}(cosβ-i \sin β)

    Persamaan tersebut bisa disederhanakan dengan menggunakan identitas Trigonometri

    y_1(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 + \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\cosβ

    dan

    y_2(x)=\frac{1}{2}\overline{y}_1 - \frac{1}{2}\overline{y}_2=e^{αx}\sinβ

    sehingga solusi umunya adalah :

    y(x)=c1y1(x)+c2y2(x) = eax(cos β + sin β)

    Kesimpulan

    1. Untuk r1 ≠ r2 maka y1 = er1x dan y2 = er2x dengan bentuk solusi umum :

    y = c1er1x + c2er2x

    2. Untuk r1 = r2 maka y1 = erx dan y2 = xerx dengan bentuk solusi umum :

    y = c1erx + c2xerx

    3.Untuk r1 = u + wi dan r2 = u – wi atau disebut akar kompleks konjugat maka y1 = eux cos wx dan y2 = eux sin wx solusinya adalah :

    y = eux ( c1 cos wx + c2 sin wx)

  • Belajar Matlab – Solusi Persamaan Diferensial Biasa Numerik dengan Metode Heun

    Belajar Matlab – Solusi Persamaan Diferensial Biasa Numerik dengan Metode Heun

    AhmadDahlan.NET – Metode Heun adalah analisi Numerik yang digunakan menghitung luas sebuah daerah yang dibatasi oleh sebuah garis dari fungsi y dengan menggunakan pendekatan Perkiraan Gradian dari Garis yang ada. Metode ini adalah modifikasi Analisi Numerik PDB dengan metode Euler.

    Pada Metode Euler, Perhitungan dibatasi dengan penggunaan garis tangen dari potongan-potongan garis yang dibentuk olhe sebuah fungsi. Asumsinya semakin kecil inteval yang dibentuk maka semakin kecul pula kesalahan yang dihasilkan.

    Hanya saja Prediksi dari Euler masih terdapat kekurangan, misalnya pada garis lengkung ke bawah (cekung) persaman garis tebakan akan berada di daerah atas, begitu pula sebaliknya seperti ilutrasi berikut :

    Kelemahan Metode Euler dalam Peyelesaian Solusi PDB Orde I

    Pada Metode Heun Dilakukan Pendekatan yang lebih presisi dalam mengikuti kelengkungan dari Fungsi S yakni menebak gradien antara gardien yang lewat di atas curva dan di bawah curva seperti gambar di bawah ini

    Prediksi Gradian Tangensial di Metode Heun

    Langkah Penyelesaian Metode Heun Sebagai Berikut :

    1. Tentukan nilai fungsi menggunakan nilai awal x0 dan y0 :

    y' = f(x_1,y_1)

    2. Tentukan nilai y1+i. Persamaan ini disebut sebagai persamaan Prediktor

    y_{1+i}=y_i+y'h

    3. Tentukan nilai y1+i

    y_{1+i}' =

    4. Tentukan nilai rata-rata y

    \overline{y}= \frac{y_1+y_{1+i}'}{2} 

    5. Tentukan nilai Hampiran akhir

    y_{1+i}=y_i+\overline{y}*h

    Persamaan ini disebut sebagai persaman Corrector.

    A. Studi Kasus

    Misalkan sebuah Persamaan Diferensial Biasa orde I

    y' =4e^{0.8x}-5y 

    dengan batas bawah x = 0 dan batas x = 4 dengan langkah h = 1 dan kondisi awal y(0) = 2. Tentukan solusi numerik dari PDB Orde I tersebut dengan metode Heun!

    Solusi Metode analitik dari Persaman di atas adalah :

    y_{(x)} =\frac{4}{1,3}(e^{0,8x}-e^{-0,5x})+2e^{-0,5x}

    Solusi Numerik dengan Metode Heun

    1. Tentukan fungsi pada x = 0 dan x = 2

    y'= 4e^0-0,5(2) = 3

    2. Menentukan estimasi y pad x = 1 dengan dengan persamaan prediktor

    y_1=2+3(1) = 5

    3. Memperbaiki Nilai Estimasi y1+i digunakan y1 untuk memprediksi slope pada akhir interval

    y_1'=4e^{0.8(1)}-0,5(5)=6.402164

    4. Menggabungkan Slope awal dan slope akhir untuk menghasilkan slope rata-rata dari interval x=0 sampai x=1

    \overline{y}=\frac{3+6.402164}{2}=4.701082

    5. Solusi (4) disubstitusi ke persamaan korektor untuk memberikan nilai prediksi pada x=1

    y_1 = 2+ 4.701082(1) = 6.701082

    6. Substitusi balik hasil (5) ke persamaan ruas kanan korektor untuk memperbaiki prediksi y1

    y_1=2+\frac{3+4e^{0,8(1)}-0,5(6,701082)}{2}(1)=6.275811

    7. Lakukan langkah (6) sebanyak iterasi yang dinginkan

    y_1=2+\frac{3+4e^{0,8(1)}-0,5(6.275811)}{2}(1)=6.382129

    B. Script Matlab

    y0=2;
    h=1;
    mx(1)=0;
    my(1)=2;
    %solusi Numerik
    for ii=1:4
      f1=(4*exp(0.8*x))-(0.5*y0);
      y=y0+(f1*h)
      x=x+1
      f2=(4*exp(0.8*x))-(0,5*y);
      m=(f1+f2)/2;
      y=y0+m;
        for jj=1:16;
        y1=y;
        y=y0+((f1+(4*exp(0.8*x))-(0,5*y1))*h/2);
        y1=y;
        end
      mx(ii+1)=ii;
      my(ii+1)=y;
      y0=y
    end
    %solusi Analitik
    y_analitik = ((4/1.3*(exp(0,8*mx)-exp(-0,5*mx)))+2*exp(-0.5*mx);
    plot(mx,my,'r',mx,y_analitik,'b'b);

  • Belajar Matlab – Diferensial Numerik dengan Metode Euler

    Belajar Matlab – Diferensial Numerik dengan Metode Euler

    Ahmaddahlan.NET – Metode Euler adalah solusi numerik untuk persamaan Diferensial biasa orde I. Persamaan dari Deret Taylor adalah :

    y(t_i+1)=y(t_i)+(t_{i+1}-t_i)y'(t_i)+\frac{(t_{i+1}-t_i)^2}{2}y"(ξ_i)

    jika :

    h = (t_{i+1}-t_i)

    maka persamaan di atas dapat ditulis :

    y(t_i+1)=y(t_i)+hy'(t_i)+\frac{h^2}{2}y"(ξ_i)

    Asumsi yang diterapkan pada Metode Eular adalah suku terakhir adalah turunan ke dua yang dapat diabaikan sehingga :

    y_{i+1}=y_i+y'h

    dimana y’ = f(xi,yi)

    Nilai turunan dari y dengan metode Eular didapatkan dari mengekstrapolasi garis linier diinterval h, sehingga semakin banyak interval nilai h maka semakin besar error yang didapatkan.

    A. Studi Kasus

    Misalkan sebuah persamaaan diferensial orde I seperti berikut :

    \frac{dy}{dx}=-2x^3+12x^2-20x +8,5

    dimana x = 0 sampai x = 4 dengan lebar langkah 0.5 dengan syarat awal y(0) = 1.

    Langkah 1. Hitung terlebih dahulu solusi analitik dari persamaan tersebut !

    Langkah 2. Tentukan f(x) = -2x3+12x3-20x+8.5, kemudian subtitusi nilai x ke dalam persamaan tersebut!

    Langkah 3. Hitung nilai y menggunakan persamaan : yi+1=yi+y’h

    y

    xy’y
    08,51
    0,5
    1
    4

    Langkah 5. Buat Algoritma dengan Metode tersebut di Matlab.

    Contoh Algortima dan Scriptnya di Matlab!

    clear all
    clc
    format long
    
    b = 4; % batas atas
    a = 0; % batas bawah
    h = 0.5; % semakin nilai semakin detail hasil yang ditunjukkan
    N = (b-a)/h;
    y0 = 1; % nilai y awal
    x0 = 0; % nilai x awal
    
    % inisialisasi array x dan y
    x = zeros(1, N+1);
    y = zeros(1, N+1);
    w = zeros(1, N+1);
    
    %perubahan t per step
    for i = 1:N+1
        x(i) = a + (i-1)*h;
    end
    
    %solusi y menggunakan metode Euler
    y(1) = y0;
    for i = 2:N+1
        y(i) = y(i-1) + h*(-2*x(i-1)^3 + 12*x(i-1)^2 - 20*x(i-1) + 8.5);
    end
    
    %solusi analitik
    for i = 1:N+1
        w(i) = -0.5*x(i)^4 + 4*x(i)^3 - 10*x(i)^2 + 8.5*x(i) + 1;
    end
    
    % Plot hasil
    plot(x, y, 'b', x, w, 'r');
    xlabel('x');
    ylabel('y');
    legend('Numerik', 'Analitik');
    title('Perbandingan Solusi Numerik dan Analitik');
    

    Silahkan Run Script tersebut, disana akan terlihat perbedaan solusi antara Metode Euler dan Metode Analitik.

    Tugas Latihan !

    Gambarlah Grafik antara hasil Analitik dan Metode Euler untuk persamaan diberensial biasa berikut :

    f(x,y)=\frac{y}{2x+1}

  • Belajar Matlab – Solusi Integral Metode Simpson

    Belajar Matlab – Solusi Integral Metode Simpson

    AhmadDahlan.NET – Metode Simpson adalah metode integral numerik yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh persamaan garis f(x). Pendekatan yang dilakukan lebih detail dari Pendekatan Trapezoid dimana Daerah di bagi ke dalam dua bangun trapesium.

    Solusi Integral Metode Simpson

    Metode Indtegral dengan Pendekatan Simpson

    Gambar pada sisi kiri menunjukkan metode integral analitik untuk menghitung luas wilayah yang dibatasi oleh garis f(x) yang mulai dari a sampai b. Pada gambar pada sisi kanan adalah metode Simpson yang digunakan untuk menghitung luas daerah yang diarsis menggunakan metode numerik Simpson.

    Metode ini Simpson sama dengan metode Trapezoida namun luas wilayah di bagi ke dalam dua trapseium sehingga hasil perhitungan jauh lebih teliti dibandingkan dengan metode Simpson. Lebar trapesium di bagi menjadi dua bagian dengan lebar h.

    Metode Simpson dibagi ke dalam dua kelompok yakni :

    1. Metode simpson 1/3
    2. Metode simson 3/8

    A. Metode simpson 1/3

    Metode ini mengaproksimasi integral dengan menggunakan polinomial kuadrat. Rumus integral Simpson 1/3 untuk fungsi f(x) pada interval [a,b] adalah sebagai berikut:

    \int^b_a f(x).dx≈\frac{b-a}{6}\left[f(a)+4f\left(\frac{a+b}{2}\right)+f(b)\right]

    Untuk membagi ke lebih banyak sub-interval dapat digunakan:

    \int^b_a f(x).dx≈\frac{h}{3}\left[f(x_0)+4\Sigma^{n-1}_{i=1,3,5, ...}f(x_i)+2\Sigma^{n-2}_{i=2,4,6, ...}f(x_i)+f(x_n)\right]

    Di mana:

    • n adalah jumlah sub-interval (harus genap),
    • h=(b−a)/n
    • xi=a+ih

    Contoh Implementasi dengan Matlab

    function integral = simpson_1_3(f, a, b, n)
        if mod(n, 2) == 1
            error('n harus genap');
        end
        
        h = (b - a) / n;
        x = a:h:b;
        fx = arrayfun(f, x);
        
        result = fx(1) + fx(end);
        result = result + 4 * sum(fx(2:2:n));
        result = result + 2 * sum(fx(3:2:n-1));
        
        integral = result * h / 3;
    end
    
    % Contoh penggunaan
    f = @(x) sin(x);
    a = 0;
    b = pi;
    n = 100;  % harus genap
    
    integral = simpson_1_3(f, a, b, n);
    fprintf('Nilai integralnya adalah: %.6f\n', integral);

    B. Metode Simpson 3/8

    Metode ini mengaproksimasi integral dengan menggunakan polinomial kubik. Rumus integral Simpson 3/8 untuk fungsi f(x) pada interval [a,b] adalah sebagai berikut:

    \int^b_af(x).dx≈\frac{3h}{8}\left[ f(a)+3f(a)\left(a+\frac{h}{3}\right) +3f(a)\left(a+\frac{2h}{3}\right)+f(b)\right]

    Untuk lebih banyak sub-interval, rumus umum Simpson 3/8 adalah:

    \int^b_af(x).dx≈\frac{3h}{8}\left[ f(x_0)+3\Sigma^{n-1}_{i=1,2,4,5 ...}f(x_i)+2\Sigma^{n-3}_{i=3,6,9, ...}f(x_i)+f(x_n)\right]

    dimana n kelipatan bilangan 3.

    Contoh Implementasi dengan Matlab

    function integral = simpson_3_8(f, a, b, n)
        if mod(n, 3) ~= 0
            error('n harus kelipatan 3');
        end
        
        h = (b - a) / n;
        x = a:h:b;
        fx = arrayfun(f, x);
        
        result = fx(1) + fx(end);
        result = result + 3 * sum(fx(2:3:n));
        result = result + 3 * sum(fx(3:3:n));
        result = result + 2 * sum(fx(4:3:n-3));
        
        integral = result * 3 * h / 8;
    end
    
    % Contoh penggunaan
    f = @(x) sin(x);
    a = 0;
    b = pi;
    n = 99;  % harus kelipatan 3
    
    integral = simpson_3_8(f, a, b, n);
    fprintf('Nilai integralnya adalah: %.6f\n', integral);
    

    E. Tugas

    Buatlah sebuah solusi integral numerik metode trapzoida untuk fungsi berikut

    ∫_𝑎^𝑏(3𝑥3−5)𝑑𝑥

    dan

    ∫^b_a(cos⁡𝑥+2)𝑑𝑥

    keterangan

    1. ganti nilai b dengan tanggal lahir anda masing-masing dan nilai a dengan bulan lahir.
    2. Kerjakan masing-masing soal dengan metode 1/3 dan 3/8.
  • Belajar Matlab -Penyelesaian Integral dengan Metode Trapezoida

    Belajar Matlab -Penyelesaian Integral dengan Metode Trapezoida

    AhmadDahlan.NET – Penyelesaian Integral dengan Metode Trapezoida dilakukan dengan persamaan berikut :

    \int^b_af(x)dx=\frac{h}{2}[f(x_0)+f(x_1)]-\frac{h^3}{12}f''(ξ)

    dimana x0=a dan x1=b dan h = b – a. Pada umumnya turunan suku ke-2 f”, biasanya dapat diabaikan sehingga persamaan ini dapat disederhanakan menjadi :

    \int^b_af(x)dx=\frac{h}{2}[f(x_0)+f(x_1)]

    Pendekatan Trapezoida hanya bisa digunakan untuk persamaan yang turunan keduannya nol. Grafik dari pendekatan Trapezoida seperti berikut ini :

    Solusi persamaan integral dengan pendekatan Pendekatan Trapezoida

    Grafik pada bagian kiri adalah grafik yang menunjukkan persamaan f(x). Metode Trapezodia digunakan untuk menghitung luas daerah yang menyerupai bentuk trapesium di bawah garid f(x) dengan batas dari a sampai b.

    Perhatikan daerah antara garis f(x) dengan garis lurus antara f(x1) dan f(x0). Metode trapezodia tidak mempu menghitung luad daerah tersebut sehingga jika nilainya terlalu besar, Metode ini tidak menunjukkan hasil yang teliti.

    A. Studi Kasus Solusi Integral

    Misalkan ada sebuah persamaan f(x) = x2 dengan batas atas b = 6 dan a = 2. Bandingkan hasil keduanya dengan metode Trapezodia dengan Metode Analitik!

    a. Metode Trapezodia

    Nilai h = b – a = 6 – 2 = 4

    f(a) = a2 = 4
    f(b) = b2 = 36

    Integral Metode Trapezodia

    \int^6_2x^2dx=\frac{4}{2}[36+4]=80

    b. Metode Analitik

    \int^6_2x^2dx= \frac{1}{3}x^3|^6_2 = \frac{1}{3}(216-8) = 69,33

    Latihan

    Bandinkan hasil Metode Trapezodia dengan Metode Analitik untuk f(x) = x1 dan f(x) = x3!

    B. Membuat Script Metode Trapezodia

    Membuat script di Matlab

    clear all 
    clc
    
    a = ...
    b = ...
    
    x0=a;
    x1=b;
    h = b-a;
    
    Int_trapez = (h/2)*(f(x0)+f(x1))
    

    Fungsi external

    function y = f(x)
    y = ... 

    Tugas !

    Tuliskan script Metode Trapezodia dengan Matlab untuk menyelesaikan persamaan :

    f(x)=\sqrt{1-x}

    Bandingkan hasilnya dengan metode analitik, jika batas awal a = 1 dan batas akhir b = 3!