Author: Ahmad Dahlan

  • Hukum menggunakan Penanggalan Masehi atau Tahun Matahari dalam Islam

    Hukum menggunakan Penanggalan Masehi atau Tahun Matahari dalam Islam

    AhmadDahlan.NET – Perayaan tahun baru adalah sebuah perayaan yang sangat besar dan diselenggarakan hampir di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun momen pergantian momen tahun Masehi masih menjadi perdebatan dikalangan umat Islam. Nah bagaimanakah hukum penggunaan tahun matahari?

    Penanggalan dalam Islam

    Sebelum membahas hukum perayaan tahun baru, ada baiknya kita membahas penanggalan dalam Islam. Dalam Islam, sebuah sistem penanggalan telah disebutkan dan diatur dalam Al-Qur’an secara tersirat. Allah Subehanahu wa Ta’ala berfirman يَسْأَلونَكَ عَنِ الأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ Mereka bertanya kepadamu tentang hilâl. Katakanlah: “Hilâl itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; [Al Baqarah: 189]

    Penafsiran ayat tersebut secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah sistem penanggalan hendaknya diatur menggunakan periode bulan mengelilingi Bumi. Firman ini kemudian diperjelas lagi:

    ِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah ketika Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” [At Taubah: 36]   Berdasarkan dua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem penanggalan yang benar dalam Islam menggunakan Bulan, bukan dengan menggunakan matahari. Lalu bagaimana hukum menggunakan kalender Matahari dalam kehidupan sehari? apakah Hukumnya haram?   Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tentunya kita dianjurkan untuk mengikuti Nabi Muhammad sebagai panutan. Dalam kehidupan Nabi Muhammad, Nabi menggunakan Kalender  Qomariyah dan bukan Syamsiah. Mari kita tinjau dua pendapat mengenai penggunaan kalender Matahari.  

    Larangan mengikuti kebiasaan suatu kaum: Pandangan Penanggalan Masehi dari kebudayaan.

    Pada sebuah  riwayat dijelaskan larangan tasyabbuh terhadap orang-orang kafir dilarang dalam Islam.    Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

    « مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ »

    “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” [HR. Ahmad II/50 dan Abû Dâwud no. 4031. dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam Al-Irwâ` no. 1269].     Beberapa ulama menggunakan dalil tersebut untuk mengharamkan menggunakan kalender masehi dalam kehidupan sehari-hari karena batas penanggalan awal yang digunakan dengan mengasumsikan bahwa Yesus sebagai patokan awal perhitungan kalender.   Dalam Agama Islam juga, seorang muslim harus percaya atas kelahiran ISA adalah sebuah kebenaran. Meskipun demikian ada perbedaan antara Nabi ISA alaihi salam yang kita percayai dengan yang kaum lain pahami. Jika merunut pada pandangan ini maka Penggunaan Kalender Masehi termasuk tasyabbuh.  

    Penanda Waktu Menggunakan Matahari .

    Berdasarkan pandangan sains, Penanggalan menggunakan tahun masehi adalah sebuah kesepakatan yang disepakati bersama oleh para ilmuwan. Sama halnya dengan penanggalan dengan menggunakan bulan adalah dua kebenaran mengenai tanda-tanda yang ada di alam. Jika kita berpandangan bahwa menggunakan waktu matahari hukumnya haram, dalam Islam matahari juga digunakan sebagai penanda waktu dalam beribadah. Seperti waktu Sholat dan Waktu Puasa. Hal tersebut seperti yang diriwayatkan dalam hadis:   وَقْتُ الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ وَكَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُولِهِ مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ   “Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya). dalam hadis tersebut لشَّمْسُ merujuk pada waktu yang ditandai oleh matahari. Jadi Sungguh dangkal jika penggunaan Matahari sebagai penanda waktu adalah sebuah kesalahan, kesalahan dalam hal ini adalah sebuah kesalahan. Pada firman lain Allah SWT menjelaskan bahwa “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui [QS 6:96]. Dalam hal ini penulis belum mendapatkan satu dalilpun yang melarang penggunaan matahari sebagai penanda waktui bahkan beberapa waktu hanya menggunakan matahari sebagai penanda waktu, jika memang ada larangan semoga ditunjukkan jalan yang benar. “Wallahu A’lam”

    Penggunaan matahari sebagai penanda Waktu.

    Penggunaan matahari sebagai penanda waktu dalam sains sama posisinya sebagaimana penggunaan besaran atau ukuran seperti Waktu, Massa, Panjang. Matahari digunakan sebagai dasar dalam penetapan Standar Internasional mengenai waktu. Satu detik dalam fisika definisikan sebagai selang yang dibutuhkan cahaya untuk menempuh jarak sebesar  3.33 pikometer. Kemudian satu tahun cahaya digunakan dalam fisika sebagai besaran untuk merujuk jarak yang ditempuh cahaya selama satu tahun cahaya (tahun matahari).    Hal ini sama seperti definisi dari satu meter, satu gram, satu newton dan satuan dari masing-masing besaran. Hampir semua besaran ditentukan dan disepakati oleh orang-orang non muslim dan sangat jarang melibatkan muslim dalam penentuannya. Jika penggunaan tanda ini diharamkan apakah semua penanda yang telah ditentukan sebelumnya seperti yang dijelaskan diatas juga diharamkan? Sungguh tidak etis jika mengharamkan sebuah kebenaran (waktu matahari mengelilingi bumi sebagai salah satu tanda kebesaran Allah Subehanahu wata’ala,. bukan mempercayai ISA sebagai tuhan dan dibangkitkan pada tahun 1 masehi)   Kesimpulan:

    1. Sama sekali belum ditemukan larangan menggunakan matahari sebagai penanda waktu bahkan Islam menggunakan matahri sebagai penanda waktu tertentu.
    2. Matahari dalam sains adalah salah satu tanda-tanda kebesaran Allah, Penggunaannya tidak dilarang yang dilarang adalah mempercayai ISA Alaihi salam mati dan dibangkitkan pada tahun 1 masehi.
    3. Pada kebiasaan sehari-hari, dianjurkan untuk menggunakan kalender Hijriyah, namun pada kasus tertentu seperti kaitannya terhadap ilmu pengetahuan Kalender Matahari sangat dibutuhkan untuk menghindari kesalahan penafsiran.

    Demikianlah pembahasan mengenai penggunaan kalender Matahari, semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan tasyabbuh.

    Allahu A’lamJika  terdapat kesalahan dalam penulisan Artikel ini, mohon kiranya ditegur dan diberikan pandangan yang benar melalui email pemilik Blog atau ahmaddahlan@unm.ac.id sebagai penulis Artikel.

  • Pengertian dan Peranan Evaluasi Pendidikan

    Pengertian dan Peranan Evaluasi Pendidikan

    Ahmad Dahlan. Evaluasi adalah aspek yang penting dan hampir pada semua bidang. Dalam dunia pendidikan, Evaluasi memiliki banyak peran bahkan hampir di setiap tingkatan pada tataran kurikulum baik itu kurikulum formal hingga pada kurikulum experiensial.

    Evaluasi merupakan serapan dari Bahasa Inggris yakni Evaluation yang secara harfiah diartikan sebagai sebuah proses penilaian. Pengertian Evaluasi secara meluas dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara sistematis untuk melakukan penilaian terhadap suatu sistem yang sedang berjalan atau yang telah berjalan. Penilaian dilakukan setelah terlebih dahulu mengumpulkan data mengenai program yang hendak dievaluasi sehingga evaluasi sangat erat kaitannya dengan penggunaan Instrumen pengukuran dan pengumpulan data. Tanpa data yang baik maka hasil evaluasi akan menghasil kesalahan interpretasi.

    Cara melakukan Evaluasi Pendidikan
    Sumber: absmagazine.com.au

    Evaluasi Pendidikan

    Evaluasi atau Evaluation dalam secara bahasa melekat pada kata “Value” yang dapat diartikan sebagai “nilai”. Pada saat kita melaksanakan evaluasi proses utama yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyak untuk membantu proses pemberian nilai. Sangat Mustail melakukan melakukan evaluasi tanpa mengumpulkan data-data terlebih dahulu mengenai suatu objek. Situasi atau keadaan yang hendak dievaluasi bisa jadi dalam sebuah tujuan, sasaran, standar, prosedur dari sebuah kerja atau sebuah program lengkap yang sudah berjalan atau yang sedang berjalan.

    Dalam proses pengumpulan data, merupakan suatu proses yang sengaja dirancang untuk memperoleh informasi tertentu. Seluruh informasi yang dikumpulkan dalam proses Evaluasi dalam membuat beberapa alternatif dalam sebuah keputusan. Evaluasi melibatkan pengambilan keputusan yang jauh lebih lengkap dari sebatas pengumpulan data dan menganalisis data, namun evaluasi menyiapkan informasi dari masalah yang telah ditemukan dalam evaluasi dan secara bersamaan memberikan solusi mengenai masalah yang telah ditemukan.

    Kriteria Penilaian dalam Evaluasi Pendidikan.

    Kriteria dalam penilaian yang dilakukan dalam sebuah evaluasi bisa berasal dari dua sumebr yakni bagaimana program itu dibuat atau indikator umum yang sudah melekat pada suatu bentuk program tertentu. Kedua hal ini tentunya memiliki tujuan yang berbeda. Suatu program yang dibangun dirancang berdasarkan tujuan pembuatan suatu program.

    Proses evaluasi yang melibatkan tujuan harus bersumber dari pihak yang menyusun program. Tentu saja tidak etis jika kita membandingkan suatu program yang telah disusun seseorang dengan indikator yang berbeda dari program yang telah disusun. Namun dalam beberapa hal, proses evaluasi boleh diambil dari indikator yang tidak disusun oleh perancang program, misalnya suatu program yang disusun untuk menyaingi sebuah program yang sejenis tentu saja boleh menggunakan indikator dan kriteria yang telah melekat pada program sebelumnya, namun dalam hal menentukan jalannya suatu program tidak dapat dimasukkan ke dalam sistem ini.

    Pada Evaluasi Pendidikan, Kriteria standar penilaian dan evaluasi harus didasari oleh indikator kesesuaian keterlaksanaan program. Indikator ini merujuk pada seluruh aspek yang tertera pada peraturan menteri mengenai pelaksanaan program pendidikan dan kurikulum nasional. Pada proses implementasi dari peraturan menteri pada tingkat sekolah tentu saja ada tambahan dan juga ada kekurangan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Kelebihan dalam suatu program adalah unsur kedaerahan (muatan lokal) yang dimuat agar sekolah memberikan fasilitas kepada peserta didik dalam proses interaksi sosial dimana mereka tumbuh. Dalam hal ini program tambahan yang tidak diatur secara eksplisit dalam permen tidak perlu dimasukkan ke dalam kriteria penilaian karena tentu saja akan ada perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain. Namun dalam hal kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh satu tingkat unit pelaksana tugas pendidikan, aspek yang kurang harus diekspos semaksimal mungkin agar solusi dari masalah ini dapat segera diselesaikan.

    Peranan Evaluasi Pendidikan.

    Peranan Evalusia secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas suatu program yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Sedangkan dalam bidang pendidikan, seperti yang disampaikan oleh Djemari Mardapi, seorang pakar dan praktisi pengukur dan evaluasi nasional,  menjelaskan bahwa salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan dalam hal proses pembelajaran adalah melalui perbaikan kualitas evaluasi. Evaluasi dalam dunia pendidikan pada tingkat sekolah tidak sebatas pemberian nilai kepada peserta didik namun juga memberikan gambaran mengenai perkembangan peserta didik sehingga segala pihak yang terkait dengan peserta didik dapat mengetahui langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah yang didapati oleh peserta didik.

    Evaluasi pendidikan tidak bersifat justifikasi semata dalam menimbang objek yang dievaluasi salah atau benar, melainkan suatu program kompleks yang turut serta memberikan solusi pada masalah yang ditemukan pada peserta didik. Program evaluasi sangat dibutuhkan untuk ketepatan dan efisiensi dari solusi yang diberikan, karena sangat mustahil untuk mengetahui kekurangan suatu program atau perkembangan peserta didik hanya dengan pengamatan sederhana atau pendapat dari seorang pakar.

  • Pengantar Desain Penelitian Pendidikan

    Pengantar Desain Penelitian Pendidikan

    A. Perbedaan Pandangan Mengenai Pandangan Pendekatan Penelitian

    Ahmad Dahlan. Penelitian pendidikan adalah sebuah desain penelitian yang tidak memiliki pendekatan yang spesifik. Setiap ahli memiliki sebuah pendapat serta pendekatan yang dianggap paling benar dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan yang digunakan. Pada faktanya di Indonesia telah menjadi rahasia umum bahwa suatu universitas lebih menganut satu pendekatan penelitian pendidikan, meskipun tidak tertulis. Salah satu contoh di Yogyakarta, Salah satu universitas lebih condong memberikan izin penelitian dengan pendekatan kuantitatif dibandingkan dengan pendekatan kualitatif. Hal ini bisa diakibatkan oleh berbagai hal misalnya karena ahli yang disediakan oleh sebuah lembaga lebih banyak berasal dari latar belakang, sehingga kejadian ini dianggap wajar.
    Perbedaan pandangan mengenai penelitian pendidikan telah terjadi secara meluas dan cenderung membentuk kutub-kutub yang seharusnya sebagai seorang pendidik pandangan dapat direduksi. Pada suatu seminar pendidikan yang dihadiri oleh seorang peniliti yang cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif mendebat saya sebagai yang pada kesempatan tersebut membawakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalil mengenai keunikan nilai yang ada dan melekat pada manusia sangat mustahil untuk “diangkakan” adalah kata kunci bagi para pengguna pendekatan kualitatif. Sama halnya dengan mereka, peneliti dengan pendekatan kuantitatif terkadang menganggap bahwa penelitian yang mengamati sebuah sungai dan menjelaskan keadaanya akan sia-sia jika saya ke sungai yang sama dan tidak mendapati keadaan yang sama.
    Hakikatnya pendekatan penelitian harusnya tidak menjadi pilihan dalam suatu penelitian, tapi menjadi akan tetapi pendekatan suatu penelitian adalah sebuah keharusan yang melekat pada objek yang diteliti. Sebuah pendekatan kuantitatif digunakan karena dasar dan konstruk dari variabel yang hendak di amati telah ada dan dipaparkan dengan jelas. Peneliti hanya ingin mencari tahu mengenai nilai yang melekat pada variabel tersebut. Penelitian dengan pendekatan kualitatif dilakukan karena ada banyak faktor yang masih samar-samar atau bahkan belum ditemukan sama sekali sehingga dibutuhkan kajian yang lebih lama mengenai segala penyebab yang melekat pada objek.
    Desain Penelitian pendidikan
    Sumber: playbuzz.com

    B. Desain Penelitian Pendidikan

    Penelitian mengenai pendidikan bisa jadi menjadi penelitian yang sangat komplek dengan variasi jenis penelitian yang paling lengkap. Sebuah kajian tentang kurikulum bisa saja membutuhkan evaluasi untuk mencari tahu kekurangan atau efektifitas dari suatu program yang telah berjalan. Terlepas dari Evaluasi, pendapat dari pihak-pihak terkait seperti pakar dan praktisi mengenai suatu program memiliki kemungkinan untuk menghasilkan survey. Penelitian pendidikan hampir mampu mengadopsi segala macam desain penelitian karena objek yang sangat komplek di dalam dunia pendidikan.
    Praktek pendidikan yang melibatkan banyak aspek baik dari segi kurikulum ideal, kurikulum formal, kurikulum Instruksional, Kurikulum Operasional hingga Kurikulum Eksperiensial memberikan celah yang sangat luas untuk dikaji. Celah ini juga memungkinkan untuk memunculkan banyak kesenjangan antara harapan dan fakta, terlebih pada objek yang dilibatkan dalam kurikulum merupakan manusia yang bersifat dinamis membuat tidak satupun desain penelitian akan cocok untuk semua masalah. desain penelitian yang digunakan harus disesuaikan dengan masalah dan solusi yang diberikan.
    Sebagaimana yang telah diketahui bahwa objek dalam dunia pendidikan adalah manusia yang bersifat dinamis membuat pelaksanaan desain penelitian yang tradisional menemui kendala. Sebuah penelitian dengan desai experimen, survey, analisis kolerasi yang menekankan pada deskripsi dari data yang telah dikaji tidak mampu untuk memberikan gambaran yang baik mengenai langkah selanjutnya. Sebuah inovasi dalam dunia pendidikan tentu saja dibutuhkan agar perkembangan peserta didik juga tumbuh sesuai dengan tuntutan zaman. 
    Reformasi gagasan tentu saja tidak lahir begitu saja di fikiran kemudian diaplikasikan pada peserta didik. Tanggung jawab yang besar setelah menerapkan suatu program tentunya harus didukung oleh data yang baik. Research and Development akan menjadi suatu solusi yang baik dalam usaha mengembangkan suatu program baru dan sekaligus menilai dampak yang dibawakan oleh program yang telah disusun. Desain ini tentu saja tidak serta mengalahkan desain Eksperimen yang telah berhasil mencari tahu mengenai metode yang lebih baik dari dua metode atau lebih yang diterapkan dari peserta didik.
    Sebagai seorang pendidik dan orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, tentu sangat penting mengetahui fungsi dan peran dari desain penelitian pendidikan. Sama halnya dengan pendekatan penelitian, pemilihan desain penelitian tidak didasarkan oleh pilihan yang diambil oleh peneliti melainkan adalah suatu keharusan karena desain yang dipilih adalah desain yang tepat untuk mencari tahu masalah, mengatasi masalah, memilih suatu metode atau mengembangkan metode terntentu untuk memperbaiki sebuah kualitas pendidikan tidak sebatas pada proses pembelajaran.
  • Selamat Hari Jadi Gowa ke 695: Menakar Kebanggaan Lebih dari Sekedar Sejarah

    Ahmad Dahlan. Tanggal 17 November 2015 akan menjadi peringatan hari jadi Kabupaten Gowa yang ke 695. Usia yang terbilang tidak muda lagi untuk sebuah kabupaten yang pernah berbentuk kerajaan ini. Hampir 7 abad usia dari bahtera kapal kabupaten Gowa tetap menunjukkan eksitensinya.   Peringatan hari jadi Kabupaten Gowa tentu saja bukan sekedar acara simbolik yang diperingati setiap tahun, melainkan sebuah momentum yang sangat untuk mengkaji prestasi, rencana dan rancangan pembangunan Kabupaten Gowa agar tetap jaya dalam tantangan.

    Gowa Bersejarah

    Sejarah telah mencatatkan bahwa Kabupaten pernah menjadi kota bandar dan pelabuhan terbesar di Indoneisa yang terkenal hingga ke daratan Eropa. Pencapaian yang terjadi kurang lebih 3 abad silam bukanlah prestasi yang didapatkan hanya dengan membalikkan telapak tangan, tentu dibutuhkan integrasi dan kesinergian antara pemimpin dan rakyat hingga akhirnya Gowa mencapai masa kejayaannya. Kebanggan sejarah yang saat ini masih menjadi semboyan Kabupaten Gowa yakni Gowa Bersejarah.  

    Hari ini Gowa tidak lagi berbentuk sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja, namun representasi pemimpin tidak begitu saja hilang. Kepala daerah merupakan representasi nyata dari dari pemimpin yang bertanggung jawab menjaga serta mebangun integrasi antara pemerintah dan rakyat agar kabupaten Gowa dapat dibanggakan lebih dari sekedar catatan sejarah pada buku-buku pelajaran.  

    Perubahan zaman tentu sebuah keharusan yang harus dilalui oleh setiap pemerintahan, pergeseran fungsi dari kota bandar bukanlah halangan untuk meraih kejayaan Kabupaten Gowa saat ini. Pembaharuan-pembaharuan dalam bentuk kebijakan yang diambil adalah langkah yang tepat untuk menghadapi perubahan zaman yang bersesuaian dengan keadaan kabupaten Gowa saat ini.  

    Kebijakan-kebijakan baru yang dianggap penting harus segera di ambil untuk membuat kabupaten Gowa tetap dapat Bersaing kedepannya. Kebijakan yang diambil tidak saja sebagai bentuk tanggung jawab Politik atau pencitraan diri dari para pemimpin, melainkan kebijakan yang diambil harusnya dengan tujuan memajukan pembangunan Kabupaten Gowa. Belajar dari pengalaman serta belajar dari daerah yang lebih dulu berkembang adalah cara terbaik serta meminta pertimbangan pakar akan memberi sumbangsih besar karena pendapat yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan.

    Kebijakan di Dunia Pendidikan.

    Beberapa tahun yang lalu pemerintah Kabupaten Gowa dicemooh oleh beberapa kalangan mengenai kebijakan di dunia pendidikan yang tidak menjadikan UN sebagai salah satu syarat kelulusan peserta didik. Cemooh yang yang muncul dari beberapa kalangan masyarakat yang tidak didasari oleh landasan yang kuat. Sebagian ikut berpendapat karena ketidakpahaman di Dunia pendidikan dan sayangnya beberapa pendidik juga ikut menjelekkan kebijakan tersebut.

    Tahun 2014 pemerintah Republik Indonesia, melalui Menteri Pendidikan, Anies Bawsedan menyatakan bahwa nilai UN tidak lagi di jadikan sebagai syarat kelulusan ternyata diberlakukan secara nasional. Saura sumbang mengenai kebijakan UN di Gowa perlahan menghilang.

    Tahun ini pemerintah kabupaten Gowa kembali mengambil kebijakan yang sangat revolusioner dan berani dalam dunia pendidikan yakni menghilangkan mata Calistung pada tingkat sekolah dasar untuk leas 1 dan kelas 2. Lagi-lagi terjadi pro dan kontra di beberapa kalangan, padahal kebijakan ini di ambil tidak serta merta seperti memilih membeli mangga atau apel untuk pencuci mulut. Kebijakan ini bahkan tidak memiliki cacat pada teori pendidikan dan pembelajaran. Terbukti dengan dukungan dari beberapa pakar pendidikan yang mendukung kebijakan jauh lebih baik daripada mendengarkan suara sumbang yang berasal dari mereka yang tidak tau dengan dunia pendidikan.

    Kedua kebijakan ini adalah sebuah contoh pengambilan keputusan yang tidak begitu saja diambil melainkan dengan landasan dan menggunakan produk dari dunia pendidikan. Sebuah analogi sederhana sebaiknya menjadi pedoman rakyak Gowa dalam mengambil kebijakan, serahkanlah segala urusan pada ahlinya. Berbicara masalah pendidikan sebaiknya merujuk pada ahli pendidikan.

    Kemajuan Gowa tidak berada di Tangan Bupati

    Sebagian orang berpendapat bahwa kemajuan dan kemunduran pemerintah Gowa adalah tanggung jawab seutuhnya. Tanggung jawab dari kemajuan sebuah dari adalah tanggung jawab bersama, seperti yang telah tercatat di dalam sejarah, Gowa hanya bisa maju ketika rakyat dan pemerintah bersatu untuk kemajuan Gowa. Tidaklah bertanggung jawab jika menganggap pemimpin satu-satunya orang yang bertanggung jawab pada kemajuan suatu daerah. Pemimpin harus mendapatkan dukungan dari rakyatnya.

    Selain dari faktor tersebut, generasi muda dalam hal ini Tulolo* dan Turangkana* rakyat Gowa adalah harapan kabupaten Gowa kedepannya. Mereka yang sudah tua pasti akan tergerus oleh waktu, daun muda akan muncul menggantikan yang tua dan di pundak merekalah masa depan Gowa di tentukan.

    Pemuda yang manakah yang merupakan masa depan kabupaten Gowa? Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, Balla Lompoa** adalah contoh yang paling baik dan masih eksis hingga saat. Rumah panggung yang tetap berdiri kokoh tidak ditopang oleh satu tiang penyangga, melainkan disanggah oleh 78 tiang yang sama kuatnya. Pemuda tentunya bukanlah tiang tersebut melainkan pohon yang tumbuh sebagai calon pengganti tiang yang sudah tua. Kesadaran pemerintah memberikan pupuk bagi pemuda gowa dalam perbaikan kualitas pendidikan tentu sangat diperlukan. Setelah itu tiang baru akan siap dan rumah tetap berdiri.

    Keberhasilan ini tentunya tidak akan dicapai jika hanya muncul dari satu pihak. Tulolo dan Turangkana kabupaten Gowa juga harus berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang bersifat positif untuk mengembangkan diri sendiri sejak dini. Menanamkan semboyan siri’ na pacce dan kualleangangi tallangan na toalia lebih dari konotasi negatif yang banyak di salah artikan untuk dijadikan pembenaran saat melakukan kesalahan. Mempelajari dan mengamalkan nilai luhur dari para pendahulu dan meninggalkan budaya buruk akan menjadi langkah yang nyata bagi pembangunan kabupaten Gowa.

    Kemajuan pembangunan kabupaten Gowa adalah kerjasama yang baik antara seluruh pihak terutama pemimpin yang diwakili oleh aparat dan rakyat. Jika sinergi telah terbentuk kembali pada kedua belah pihak, maka tidak mustahil menjadikan kabupaten Gowa sejaya di masa Sejarah agar kita tidak bangga dengan Kabupaten Gowa di masa lampau tapi juga di masa kini. *Sebutan untuk pemuda dan pemudi dalam bahasa Makassar
    ** Rumah adat gowa yang digunakan oleh Sombayya pada saat masa Kerajaan Kabupaten Gowa

  • Paradigma dan Pengertian Penelitian Pendidikan

    Paradigma dan Pengertian Penelitian Pendidikan

    Ahmad Dahlan. Penelitian adalah suatu keharusan bagi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan. Sebuah penelitian ditujukan untuk kegiatan mencari tahu sebuah informasi baru atau dampak dari sebuah perlakuan terhadap perubahan nilai suatu objek. Namun apakah definisi tersebut telah menjelaskan secara keseluruhan mengenai penelitian. Tentu saja kedua penjelasan tersebut belum cukup menjelaskan mengenai pengertian dari penelitian.

    Pengertian Penelitian

    Penelitian merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menakar dan mengetahui nilai dari suatu objek yang diteliti serta kaitanya dengan objek lain. Hill Way menjelaskan penelitian sebagai sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui suatu objek.

    Dalam penelitian, dilakukan langkah-langkah tertentu yang disusun secara hati-hati untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang ada. Dibutuhkan langkah yang sistematis agar hasil penelitian dapat berupa kesimpulan, gagasan atau penjelasan mengenai suatu objek dapat ditarik dengan benar.

    Penelitian merupakan sesuatu yang muncul karena adanya masalah yang melatar-belakangi suatu penelitian dilaksanakan. Terdapat beberapa bentuk mengapa penelitian harus dilakukan. Pada banyak hal, penelitian dianggap sebagai salah satu upaya untuk memecahkan masalah yang ada. Hanya saja tidak semua penelitian berangkat dari sebuah masalah.

    Jika prosedur Evaluasi dikategorikan salah satu penelitian, maka penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mencari masalah dan disertai dengan solusi yang mungkin dapat menyelesaikan masalah yang telah ditemukan. Dalam sebuah penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang jelas dapat dipertanggungjawabkan secara akademis mengenai informasi yang didapatkan. Informasi yang didapatkan haruslah memiliki resiko yang kecil sehingga dalam proses mencari informasi dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan pada objek yang diteliti. Penekanan ini menegaskan bahwa penelitian lebih dari sekedar trial and error namun disertai dasar yang kuat mengapa perlakuan dipilih sebagai variabel manipulasi.  

    Sebuah penelitian adalah sebuah proses pengumpulan data dan informasi sebanyak-banyaknya mengenai objek yang diteliti. Terkait dengan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian membutuhkan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pada penelitian yang menggunakan instrumen sebagai alat ukur dalam penelitian akan dihasilkan hasil pengukuran yang presisi namun sangat sempit karena hanya terbatas pada dasar dari instrumen dikembangkan. Namun pada sebuah penelitian yang menggunakan instrumen yang bersifat dinamis seperti halnya manusia, akan didapatkan informasi yang sangat lebar dan sangat luas dari objek yang diamati. Data hasil penelitian yang didapatkan tidak akan presisi dan kemungkinan muncul terbatas hanya pada objek yang diteliti tetap ada.  

    Penelitian bukanlah sebuah pilihan antara memilih hasil penelitian yang presisi atau memilih penelitian yang memunculkan hasil pengamatan yang luas. Penelitian adalah sebuah keharusan yang harus dilakukan terkait masalah objek dan masalah yang diteliti. Dalam hal ini penelitian tidak boleh bergerak dari masalah yang bersifat artifisial atau dibuat-buat. Kemungkinan masalah muncul harus berasal dari masalah yang bersifat nyata dan tidak mengada-ada.  

    Kesalahan-Kesalahan Dalam pengertian Penelitian.

    Dari pengalaman mengkaji penelitian baik yang penulis dapatkan di bangku kuliah, diskusi ilmiah serta perbincangan dengan rekan seprofesi terdapat banyak kerancuan yang muncul mengenai penelitian. Kurangnya pemahaman dan kajian yang dilakukan secara holistik dan munculnya polarisasi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif merupakan penyebab utama munculnya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai penelitian.

    Sebagai contoh, dalam beberapa buku menjelaskan mengenai sebuah penelitian harus memiliki sebuah kosntruk yang jelas sehingga dasar suatu tindakan yang dilakukan jelas dan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis. Pandangan ini tersebar luas dan menjadikan pembatasan dalam kajian penelitian. Akibatnya adalah munculnya pengkerdilan pada penelitian kualitatif yang bersifat mencari informasi mengenai suatu objek (masalah).

    Pada kenyataannya, pemaksaan pemberian konstruk atau landasan teori yang jelas pada penelitian kualitatif akan berdampak pada kacaunya proses pengamatan yang dilakukan. Peneliti dalam hal ini berlaku sebagai instrumen akan cenderung menghiraukan berbagai macam hal yang muncul di luar dari konstruk yang digunakan.  

    Hal lain yang paling sering muncul saling menyalahkan antara pendekatan penelitian yang digunakan. Seorang pakar ataupun praktisi peneliti kuantitatif cenderung menganggap remeh peneliti kualitatif. Anggapan ini muncul karena peneliti kuantitatif beranggapan bahwa internal validitas dari instrumen yang selalu berubah-ubah dalam hal ini bersifat dinamis sangat berpengaruh pada hasil penelitian. Penelitian adalah suatu tindakan yang dikelola sehingga subjektivitas dari peneliti tidak berpengaruh pada hasil kajian dari penelitian.

    Hal sebaliknya juga berlaku. Penelitian Kuantitatif dianggap sebagai penelitian yang tidak bersifat humanis karena mencoba beberapa hal dan memaksakan kehendak pada objek penelitian yang berupa orang. Membatasi seseorang dalam angka-angka yang mungkin saja berbeda pada setiap individu adalah pembelaan yang paling sering muncul untuk tidak mempercayai secara mutlak hasil dari penelitian kuantitatif.   

    Kesalahan ini seharusnya tidak muncul jika hakikat dari pendekatan penelitian itu sendiri telah diketahui. Kedua pendekatan tersebut, baik kuantitatif dan kualitatif memiliki rana dan bidang kajian masing-masing dan grand design yang telah muncul di alam yang bersifat dinamis ini adalah tidak ada kesimpulan yang bersifat mengikat dan berlaku sepanjang masa sehingga setiap orang harus menerima bahwa penelitian harus tetap dilaksanakan secara terus menerus. Kajian mengenai dampak dan objek yang telah muncul di masa lalu yang tidak berarti peneliti terdahulu adalah sebuah kesalahan.

  • Pengertian dan Definisi Filsafat

    Pengertian dan Definisi Filsafat

    Ahmad Dahlan. Hampir seluruh kajian mengenai ilmu pengetahuan sering dikaitkan dengan pandangan filsafat. Pada konsep sederhana, Filsafat dapat diartikan sebagai studi mengenai fenomena kehidupan baik yang terjadi secara natural dan terjadi akibat dari interaksi sosial. Kajian filsafat merupakan sebuah sistem yang mengkaji sebuah masalah dan mencari solusi dari masalah tersebut namun filsafat mengkaji kebenaran tidak berdasarkan data empiris melalui sebuah percobaan. Pada beberapa kajian pertarungan ratio dan empiris dianggap bentuk dari kajian filsafat secara umum.

    Stephen hawking dalam bukunya “theory of everything” dengan tegas membahaskan bahwa kajian dari Filsafat pada ranah sains telah habis dan tidak berguna lagi. Kemunculan pendapat ini dilatar dari kekecewaan Hawking kepada para Filsuf pada era sebelumnya. Bukti nyata empiris hampir sebagaian besar di tolak hanya berdasarkan argument yang belum jelas keberlakuannya di alam. Hawking menganggap bahwa Sains merupakan bagian dari alam, hukum-hukum alam merupaka satu-satunya yang menentukan kejadian yang terjadi di alam tidak peduli seberapa kuat pendapat manusia dari ratio yang muncul.

    Pada kajian filsafat sangat erat kaitanya dengan Filsafat itu sendiri, Akal sebagai sumber dari logika manusia, dan ilmu pengetahuan manusia sebagai buah dari hasil pemikiran manusia. Ketiga hal ini menjadikan filsafat sebagai kajian dari sebuah ilmu eksak atau bersifat pasti, hanya saja batas antara kajian filsafat dan kajian sains seolah-olah memiliki batasan yang buram. Beberapa pakar filsafat berpendapat bahwa kajian sains merupakan bagian dari filsafat itu sendiri namun dilain pihak saintis juga bahwa dibutuhkan lebih dari sekedar ratio untuk memahami alam semesta dan oleh karena data empiris merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang dijadikan dasar dalam mengambil kesimpulan.

    Pandangan Filsuf mengenai Filsafat

    Pada awal kemunculan ilmu serta kajian mengenai ilmu dalam hal ini fenomena alam, Filsafat dianggap sebagai ilmu pengetahuan itu sendiri. Plato (428 – 348 BC) menyatakan bahwa filsafat adalah representasi dari ilmu pengetahuan tentang segalanya. Pendapat plato ini sendiri tidak begitu jelas menggambarkan mengenai filsafat. Plato mengeluarkan pendapat yang dibatasi oleh keadaan dimana hampir sama sekali tidak ada rujukan mengenai ilmu pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan yang baru merupakan hasil pengamatan terbatas mengenai fenomena alam yang ada disekitar, sehingga ilmu pengetahuan pada masa itu hanya sebatas kajian tentang apa yang terjadi di alam tanpa ada usaha dari manusia memanipulasi kejadian alam.

    Perkembangan ilmu sebelum masehi yang terus berkembang di yunani memunculkan puzel-puzel pengetahuan yang diamati dari alam. Aristoteles (384 – 322 BC) memiliki pandangan yang lebih baik dari yang telah ditunjukkan sang guru. Aristoteles memasukkan kajian sebab akibat dari seluruh benda sebagai kajian dari filsafat. Selain mengemati kejadian yang ada dialam manusia harus mempertimbangan mengenai penyebab terjadinya sesuatu, tanaman yang tumbuh atu terjadinya siang dan malam tentu disebabkan oleh sesuatu sehingga muncul sebuah akibat. Berdasarkan dari pola pikir ini, Aristoteles menjadi bapak rasionalisme hingga saat ini. Aristoteles menciptakan sebuah silogisme yang ada dalam fikiran manusia mengenai hubungan dua buah kajian dalam bentuk premis. Aristoteles menjelaskan premis jika x adalah dan y merupakan penyebab z maka dapat ditarik kesimpulan x maka z. Silogisme masih tetap digunakan sampai sekarang dan dijadikan sebagai dasar dari sebuah penyelidikan.

    Setelah lewat masa dari Aristoteles, Cicero (106 – 43 BC ) mencoba mendefinisikan filsafat dengan pendekatan yang lebih arif, namun pandangan Cicero tidak berhasil membangun pengetahuan baru mengenai hakikat dari filsafat. Cicero memandang filsafat sebagai ibu dari semua seni. Kesimpulan yang mungkin sedikit terbalik dari pendapat Plato dan tidak meneruskan pendapat dari Aristoteles. Cicero membatasi filsafat hanya dari bidang seni saja. Meskipun seni membutuhkan pengetahuan yang dalam agar dapat tercipta karya yang baik, tetapi seni bukanlah sekumpulan ilmu yang dimaksud oleh Plato. Seni adalah sebagian dari kajian filsafat.   Setelah masa renaissance, filsafat dipandang sebagai sebuah ilmu yang digunakan untuk mencari kebenaran hakiki.

    Johann Gotlich Fickte (1762-1814) menjelaskan bahwa filsafat tidak lain adalah ilmu dari ilmu-ilmu sendiri. sebuah pendapat yang tidak mendefinisikan filsafat sama sekali bahkan terlihat bahwa Wissenschaftslehre atau filsafat menurutnya adalah kajian dari seluruh yang ada di alam. Paul Nartorp (1854 – 1924) yang lahir belakangan mengurangi kajian dari filsafat sebagai ilmu dasar dari seluruh kesatuan pengetahuan manusia. Filsafat tampak sebagai alat untuk mencari ide dan mengembangkan sebuah ilmu baru yang lebih kompleks.

    Seorang Filsafat dari German, Imanuel Kant (1724-1804) berpandangan bahwa filsafat adalah sebuah pangkal dari segala ilmu pengetahuan yang ada. Imanuel Kant membagi empat persoalan yang mencakup Filsafat yakni Metafisika, Etika, Agama serta antropologi. Kajian poko Imanuel kant memiliki pandangan mengenai apakah yang kita bisa kerjakan, kemudian pilihan mengenai apa yang harus dikerjakan serta dampak dari yang kita kerjakan nantinya. Imanuel juga mengkaji mengenai peran serta manusia dalam kehidupan. Tujuan dari manusia hidup dan Interaksi antar manusia itu sendiri.

    Etimologi Filsafat

    Filsafat atau falsafah merupakan serapan dari bahasa Arab yakni فلسفة. Kemungkinan bahasa ini juga terbentuk dari bahasa Yunani yakni philosophia Φιλοσοφία. Dalam bahasa Indonesia Filsafat memiliki makna cinta kebijaksanaan. (philia : cinta atau persahabatan, sophia : kebijaksanaan). Secara harfiah filsafat memberikan gambaran bahwa pola pikir filsafat menekankan pada kebenaran namun tidak jelas asal usul dari kebenaran yang didapatkan. apakah kebenaran yang didapatkan berasala dari fikiran atau rasio ataukan dari data secara empiris.

    Defenisi mengenai filsafat berkembang sesuai dengan para filsuf yang mengembangkannya. Pertarungan yang berkepanjangan mengenai filsafat adalah pertarungan antara Rasio dan Empiris dimana sebagian besar dari pendukung tidak mampu untuk memberikan gambaran eksplisit mengenai batasan yang ada.

  • Pengertian Belajar – Pandangan Empirisme, Behavioral dan Konstruktivisme

    Pengertian Belajar – Pandangan Empirisme, Behavioral dan Konstruktivisme

    Ahmad Dahlan. Belajar adalah sebuah proses memberikan informasi baru kepada diri sendiri yang tidak bisa dipelajari. Morgan, et al (1986) menyatakan bahwa jika belajar merupakan kegiatan mental yang tidak bisa diamati secara fisik.

    Peserta didik yang terlihat sedang mendengarkan penjelasan guru atau mengerjakan tugas praktikum yang ditugaskan oleh pembimbingnya secara fisik terlihat sedang belajar, namun bukan berarti mereka telah mendapatkan perubahan mental melalui proses tersebut.

    Bisa jadi peserta didik hanya melakukan kegiatan fisik tanpa mendapatkan pengalaman yang dapat merubah mental mereka. Jika demikian proses ini tidak bisa dikategorikan sebagai proses pembelajaran.

    Hasil belajar yang didapatkan oleh peserta didik bersifat permanen (Ormrod – 1995) atau dengan kata lain tidak hanya ditunjukkan pada proses pembelajaran semata tapi juga dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Hal ini disebut sebagai pengalaman yang didapatkan melalui proses belajar Padangan ini merupakan padangan empirisme yang menitikberatkan pada hasil yang dicapai.

    Meskipun tidak dapat proses belajar tidak dapat diamati, namun seseorang yang telah melakukan pembelajaran akan menunjukkan perubahan yang dapat ditunjukkan dari perbedaan indikator yang ada pada peserta didik sebelum dan setelah melakukan proses pembelajaran.

    Pengertian Pembelajaran

    Proses mendapatkan pengelaman belajar dari peserta didik disebut sebagai pembelajaran. Degeng (1997) menyatakan bahwa pembelajran adalah proses membuat peserta didik belajar.

    Pembelajaran merupakan proses yang tidak dibatasi ruang dan waktu tapi terikat pada hasil yang dicapai oleh peserta didik. Hal disebabkan oleh mataeri / objek yang dipelajari sangatlah luas sehingga ruang kelas menjadi sebuah pembatas yang tidak mungkin menjelaskan materi-materi yang kontekstual.

    Sebagai contoh pada subjek Geofisika dimana seorang guru mungkin saja bisa membuat sebuah pemodelan media pembelajaran gunung berapi, namun tentu saja hal tersebut tidak cukup detail untuk menjelaskan dampak dari gunung yang sedang meletus.

    Dalam kaitannya dengan pendidikan / Edukasi, pembelajaran merupakan sebuah proses yang membangun pemahaman peserta didik, tidak hanya mengendalkan pengetahuan yang mengandalkan ingatan.

    Hasil belajar haruslah memiliki manfaat yang nyata bagi pebelajar Nikson (1992). sehingga pemodelan materi yang dilakukan selama proses pembelajaran dapat diadaptasi untuk menyelesaikan masalah yang mereka temukan di dunia nyata.

    Belajar dalam Pandangan Behavioral 

    Belajar dari sudut padang behavioral (tingkah laku) adalah kecapakan yang didapatkan oleh peserta didik yang didapatkan dari latihan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Pandangan ini diawali oleh teori Anjing Pavlov dimana proses belajaran hanya bisa dilakuakn melalui proses pengkondisian.

    Pavlov mengamati bawah seekor anjing yang hanya akan mengeluarkan liur ketika hendak di beri makan namun tidak dengan kondisi lain. Pavlov kemudian melakukan pengkondisian dimana anjing tersebut akan diberi makan tidak lama setelah Pavlov memukul lonceng.

    Anjing akan mendapatkan makanan tidak lama setelah lonceng dibunyikan. Lama kelamaan perilaku anjing bergeser dari yang awalnya mengeluarkan air liur hanya pada saat melihat makanan kini setiap kali mendengar lonceng. Si anjing akan membuat asosiasi secara alami bahwa bunyi lonceng adalah tanda makanan akan diberikan.

    Pavlov kemudian melakukan modifiaksi lagi dimana tidak setiap kali bunyi lonceng akan diberikan makanan, namun frekuensi hanya sedikit, lama kelamaan frekuensi bunyi lonceng tanpa makanan diperbanyak sampai akhirnya Anjing tersebut akan mengeluarkan liur hanya dengan mendengarkan bunyi lonceng meskipun tanpa diberi makanan lagi.

    Proses ini bisa saja terjadi berulang-ulang diman sang anjing mungkin tidak mengeluarkan air liur di tengah ekspremen. Untuk menyelesaikan masalah ini, PAvlov kemabli akan memberikan makan ketika lonceng dibunyikan namun air liur anjing tidak keluar.

    Upaya tersebut merukan atenuasi atau proses penguatan perlakuan yang diberikan Pavlov terhadap subjeknya. Hamalik (2001) justru meyakini jika proses belajar yang utama ada pada proses pelatihan termasuk Atenuasi bukan pada penentuan tujuan awal.

    Belajar merupakan suatu kegiatan atau proses yang menghasilkan sebuah produk dan tujuan dari belajar. Belajara diartikan sebagai suatu proses mengalami dan mengingat berdasarkan pengalaman yang didapatkan. Oemar hamalik seolah-olah menegaskan bahwa belajar bukanlan suatu hasil latihan melainkan suatu proses perubahan kelakuan.

    Belajar dalam Pandangan Konstruktivis 

    Pada kenyataannya, terdapat pandangan lain mengenai belajar. Teori konstruktivis menunjukkan bahwa belajar merupakan hasil dari sebuah pembangunan keterampilan yang didapatkan tidak hanya melalui sebuah pengalaman tetapi juga melatih keterampilan tertentu. John Dewey berpendapat belajar lebih dari sekedar mengalami tapi mengambil pelajaran dari apa yang telah dialami sehingga dapat diambil langkah yang lebih baik dari sebelumnya. Sebuah pengalaman yang dilalui begitu saja tentunya tidak akan menghasilkan sebuah pengetahuan baru. Kajian mendalam mulai dari mencoba mengingat kejadian sampai dengan menciptakan sebuah produk merupakan sebuah proses belajara yang kompleks.

    Serupa dengan yang disampaikan oleh Dewey, Gredler (1986) mengatakan bahwa proses belajar didapatkan dari sebuah perubahan tingkah laku dan proses belajar didapatkan melalui perlakuan dari lingkungan buatan (eksperimen) dan sebagian kecil berasal dari lingkungan alami. Lingkungan alami cenderung membuat orang merasa nyaman dan tidak akan melakukan upaya mencari lebih dari sekedar yang dibutuhkan dalam lingkungan alami.

    Perubahan lingkungan yang dilakukan secara sengaja membuat seseorang harus mencari tahu mengenai hal yang dibutuhkan dalam melewati perubahan tersebut.   Sebuah proses belajar dilakukan dalam waktu yang lama, hal ini akan membedakan dengan insting manusia. Proses belajar tentunya sangat berbeda dengan merasakan api atau berjalan di atas tali dari sebuah gedung pencakar langit. Belajar membutuhkan sebuah proses sintesis pengetahuan yang didapatkan baik dari pengalaman dan juga perubahan keadaan.

    Seorang peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode eksperimen tidak akan langsung paham mengenai sebuah metode meskipun peserta didik tersebut sudah mampu melakukan langkah-langkah yang diberikan. Dibutuhkan proses analisis dan sintesi yang ada dalam pikiran peserta didik itu sendiri agar mendapatkan pengetahuan secara holistik. Meskipun teori ini terlihat seperti proses menanggapi ransangan dari sebuah stimulus yang diberikan, namun belajar memiliki makna yang lebih kompleks dibandingkan dengan menanggapi rangsangan yang dimaksud.  

    Sebuah proses belajar akan mengarahkan seseorang berubah dalam ranah pengetahuan baik dari segi kemampuan kognitif, perubahan sikap yang muncul, keterampilan gerak dari proses latihan atau keterampilan lain yang menjadi dampak setelah peserta didik melalui sebuah proses belajar. Proses akan terus berkembang seiring dengan perubahan pengalaman yang didapatkan oleh peserta didik setelah melalui proses belajar.

    Rujukan

    Degeng, Sudana, I Nyoman. (1997). Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi Dengan Model Elaborasi. Jakarta: IKIP Malang dengan Biro Penerbitan Ikatan Profesi

    Morgan, Clifford T et.al . (1986). Introduction to psychology. New York : McGraw-Hill Book Company

    Ormrod, Jeanne Ellis. (1995). Human Learning. Columbus : Merrill

  • Pengertian Epistemologi dalam Kajian Filsafat Ilmu

    Pengertian Epistemologi dalam Kajian Filsafat Ilmu

    Ahmad Dahlan. Pada perkembangan ilmu terutama pada bidang kajian filsafat terdapat hal pokok yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut merupakan Ontology, Epistemologi dan Aksiologi. Epistemologi berasal dari kata “Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos yang bermakna ilmu, uraian atau alasan sehingga secara etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge. Epistemologi merupakan sebuah kajian ilmu yang sangat populer dan menjadi hal yang paling menarik.

    Sederhananya, Epistemologi merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang pengetahuan serta kaitannya dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan ketuhanan karena kebenaran yang hakiki hanya akan dimiliki oleh tuhan, oleh karena itu hakikat dari kebenaran hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang mustahil untuk didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan.

    Kajian Filsafat Epistemologi

    A. Keterkaitan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

    Pada kajian ilmu filsafat keberadaan tiga cabang yakni ontology, Epistemologi dan Aksiologi adalah tiga hal yang memiliki peranan-peranan secara terpisah. Hal ini muncul karena ketiga cabang dari sub filsafat ini memiliki aturan dan pola dalam pikiran manusia. Ketika berbicara mengenai Epistemologi berarti seseorang akan berbicara mengenai usaha serta upaya yang dilakukan untuk menggali informasi mengenai suatu fakta dapat terjadi. Hal ini pula yang menjadi pembeda yang sangat jelas terhadap ontologi dan aksiologi

    B. Pengertian Epistemologi

    Seperti yang telah dijelaskan di atas, Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang mengkaji tentang usaha dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran secara hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu fakta sampai pada batas yang tidak dapat dikaji lagi. Batasan dari epistemologi merupakan adalah batasan dari pola pikir manusia, sehingga kebenaran sejati yang tidak dapat dicapai oleh manusia adalah milik tuhan semata. Musa Asy’arie menjelaskan bahwa hakikat dari epistemologi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencari hakikat dari sebuah ilmu.

    Usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran dari sekedar trial and error tetapi dilakukan secara sistematis dan disertai dengan metode-metode yang bersesuaian dengan objek dari kajian ilmu.  Pada kajian ilmu pendidikan yang bersifat sains dapat disimpulkan bahwa fakat sains harus didapatkan dan dikaji melalui sebuah percobaan pengamatan dalam bentuk sains pula. Pendapat dari beberapa sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara saintis tidak boleh dijadikan rujukan yang berlaku alas kebenaran dalam menjelaskan kejadian alam. Sejarah mencatat bahwa alas agama telah menjadi alat yang digunakan oleh otoritas yang salah mengartikan ayat ilahi dan meletakkan pengartian mutlak pada pemuka agama tanpa didasari fakta sains.

    Galilei Galileo adalah salah satu ilmuwan terkemuka di Italia yang menjadi korban. Ia dihukum karena menemukan suatu kebenaran yang bertentangan dengan pandangan gereja mengenai alam semesta. Fakta ini mendukung bahwa kajian dari epistemologi sangat penting untuk menghindari kejadian di Italia sekitar 3 abad silam. Lebih luas mengenai epistemologi, Dagobert D’ Runes, seorang ahli filsafat dari Universitas Vienna menyatakan bahwa Hakikat dari Epistemologi merupakan upaya dalam mekaji sumber dari kebenaran atau ilmu secara structural. Metode yang digunakan dalam mengkaji kebenaran harus menggunakan metode yang valid sehingga hasil yang didapatkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penjelasan ini merupakan upaya untuk menghindari kejadian yang bisa berakibat buruk pada peradaban manusia.

    Masalah utama yang dihadapi dari kajian Epistemologi secara menyeluruh pada ilmu sains adalah bagaimana cara mengetahui pengetahuan secara hakiki. Jumlah disiplin ilmu yang sangat banyak dengan pendekatan yang banyak pula membuat kajian mengenai hakikat dari suatu obyek ilmu menjadi sangat susah dan membutuhkan pengabdian yang panjang hanya untuk mencari kebenaran yang jumlahnya setitik.

    C. Ruang Lingkup Epistemologi.

    Pandangan tentang ruang lingkup dari kajian Epistemologi akan mencakup tentang keseluruhan objek yang ada di muka bumi. Hakikat dari cakupan objek epistemologi sangat luas dan tidak berbatas. Ketika seluruh ilmu dan objek yang ada di di bumi telah dikaji dengan sangat mendalam, manusia masih harus mencari tahu mengenai segala sesuatu yang ada di luar bumi, sebagai contoh bulan dan matahari. Objek ini akan terus berkembangan secara terus menerus sampai akhirnya tidak memiliki ujung jika pandangan dikaitkan dengan temuan Stephen Hawking mengenai alam semesta. Beberapa pandangan ahli mengenai kajian epistemology hanya terbatas pada pada tataran konsepsi dan dari asal-usul sumber ilmu pengetahuan secara konceptual-filofis.

    Suparno, guru besar Universitas Sanata Dharma memiliki pandangan bahwa epistemologi membicarakan sebuah proses pembentukan ilmu pengetahuan secara ilmiah, di sisi lain aspek-aspek yang dianggap iiku berpengaruh justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau paling tidak kurang begitu diperhatikan. Kecenderungan memandang Epistemologi dalam batasan mengenai sumber atau metode dari sebuah pengetahuan dapat di kembangkan muncul akibat adanya pembatasan pembahasan mengenai ontology dan aksiologi. Pembatasan ini berfungsi untuk membatasi secara eksplisit perbedaan antara ketiga sub filsafat yang dimaksud namun kurang memperhatikan bahwa keberlakuan dari epistemologi mencakup ontology dan aksiologi.

    D. Hakikat Pengetahuan dalam pandangan Epistemologi.

    Secara Umum, epistemologi berbicara mengenai kajian Pengetahuan (Knowledge) serta peran dari pengetahuan. Terdapat dua pandangan yang besar mengenai pengetahuan yakni “Pengetahuan tentang bagaimana” dan Akuantisasi Pengetahuan. Sebagai contoh yang sangat sederhana Pengetahuan tentang bagaimana cara mendapatkan sesuatu. Di Dalam matematika telah diketahui secara luas bahwa 2 + 2 = 4, hal ini juga akan berlaku pada penambahan dua buah apel ditambah dengan dua buah apel akan menghasilkan buah apel. Sedangkan pada kenyataan sebuah rujukan semisal waktu dan alamat bukanlah hal yang dapat dijumlahkan begitu saja, dalam hal ini dibutuhkan pengkajian lebih bijak mengenai angka, bahwa tidak semua angka dapat dijumlahkan begitu saja. Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disadari atau telah diketahui secara sadar oleh seseorang.

    Garis besar dari pengetahuan dapat berupa deskripsi, konsep, hipotesis atau dugaan, sebuah prosedur yang digunakan untuk mencari tau keberlakuan suatu dugaan atau mencari faktor yang menjadi penyebab terjadinya sesuatu. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai pemahaman mengenai gejala yang diperolehi oleh seorang manusia sebagai buah dari akal pikiran manusia. Pengetahuan digunakan oleh manusia berdasarkan kapasitas berfikir dari orang melakukan berpikir.  

    Sumber dari pengetahuan dapat berupa cita, rasa dan karsa mengenai sebuah objek. Sebagai contoh sederhana seseorang akan mengetahui mengenai enak atau tidaknya suatu menu makanan dengan mencicipi masakan. Pengetahuan akan semakin luas jika si pencicip menjoba menduga rasa yang ada pada masakan yang dicicipi dan mencoba membuat hal serupa berdasarkan dugaan yang telah dibangun pada saat mencoba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan sebuah proses mengkombinasikan informasi yang didapatkan dan sebuah potensi dalam menindaklanjuti informasi tersebut.

    E. Hubungan antara Epistemologi, Metode dan Metodologi.

    Pada pembahasan epistemologi sering muncul kata metode yang digunakan dalam mencari kebenaran. Kesalahan mendefinisikan epistemologi hanya terbatas pada cara atau upaya yang dilakukan dalam mencari hakikat kebenaran membuat makan dari kajian filsafat epistemologi tergeser. Peter R. Senn, Guru besar dari Wright College, menekankan bahwa prosedur merupakan sebuah cara untuk mencari tahu secara sistematis dan prosedur sedangkan metodologi merupakan sebuah pengkajian yang mendalam tentang prosedur-prosedur yang ada pada metode tersebut. Kata logos dari metodologi merepresentasikan ilmu yang membahas tentang metoda. Metodologi merupakan sebuah disiplin yang mengkaji metode secara konseptual mengenai permasalahan yang didapatkan pada saat melakasanakan prosedur-prosedur.

    Sebagai cabang ilmu yang mempelajari metode, Metodologi merupakan kajian teoritik tentang berbagai metode. Kajian teoritik ini selanjutnya membahas mengenai kelebihan dan kelemahan dalam karya ilmiah. Penemuan metodologi baru dan juga menjadikan kajian dari sistem dalam teknis-teknik  penerapan metode dalam mencari ilmu pengetahuan. Kaitan antara metode dalam penelitian pada ilmu methodologi selanjutnya akan membahas tentang dua pendekatan yang paling sering digunakan dalam penelitian. Beberapa peneliti pemula menyusun sebuah paradigma penelitian secara terbatas yakni pendekatan kuantitatif atau kualitatif.

    Penjelasan metode salah diartikan dengan jenis data yang muncul sehingga kuantitatif cenderung memunculkan angka sedangkan kualitatif memunculkan data kualitatif, sehingga akhirnya muncul pendekatan penelitian mix metode yang banyak salah diartikan oleh peneliti, dosen-dosen pembimbing dalam penelitian mahasiswa terutama di Indonesia. Terlebih bagi mereka yang tidak mengkaji secara hakiki mengenai bidang yang mereka jelaskan. Perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif sangat berbeda dan tidak saling berpotongan didaerah manapun pada kajian kedua pendekatan tersebut.

    Paradigma yang seharusnya dibangun dalam penelitian kuantitatif adalah pendekatan positivisme sehingga gejala yang diamati adalah gejala sebab akibat, data yang muncul boleh dianalisis secara statistik, Inferensial maupun statistic deskriptif, ataupun dengan cara deskriptif murni. Ketidakmunculan angka bukanlah sebuah tanda penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan Kualitatif dalam penelitian menggunakan pendekatan naturalisme atau fenomenologis dengan kata lain postpositivism. Pendekatan ini lebih digunakan untuk mengetahui ciri-ciri dari suatu fenomena sebab yang muncul secara menyeluruh dan tidak membatasi pada kemungkinan yang mengeneralkan penyebab yang ada dengan fenomena yang sedang terjadi. Pada proses mendefinisikan sesuatu seseorang harus bergerak dari fakta yang benar dan secara holistik mencakup keseluruhan batasan yang ada. Sangat jelas bahwa keterbatasan dari metode dan metodologi merupakan kajian dari wilayah Epistemologi itu sendiri.

    F. Peranan dan Pengaruh Epistemologi.

    Peranan Epistemologi sangat besar dalam peradaban dan tingkat pendidikan manusia, karena suatu peradaban dipengaruhi oleh pengetahuan. Kejadian yang terjadi di Italia mengenai nasib dari Galileo Galilei tentunya memberi dampak yang besar bagi peradaban manusia. Penghukuman yang diberlakukan atas dirinya membuat ilmuwan lain akan membatasi diri dari kajian yang mungkin menyinggung masalah agama. Bayaran akan sangat mahal, yakni keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dan dampak panjangnya tidak berjalannya sebuah peradaban.

    Usaha Galileo menunjukkan betapa besar peran epistemologi dalam peradaban manusia dibandingkan dengan dogma yang dikeluarkan oleh segelintir orang yang hanya beralaskan sumber yang terbatas. Dengan kata lain, kalam ilahi yang muncul pada kitab-kitab agamais yang ada tidak bisa dijadikan referensi dalam mengambil sebuah tindakan. Perlu sebuah sebuah pembuktian dari kalam tersebut atau dengan bahasa yang lebih agamais, Manusia tidak memiliki kemampuan untuk memahami kalam tersebut secara tepat.

    Kalimat tersebut terdengar seperti doktrin yang bertolak belakang dengan kajian Epistemologi namun  pada dasarnya manusia memiliki pembenaran bahwa kebenaran Hakiki hanya memiliki Ilahi, meskipun tidak satupun diantara kita pernah melihatnya secara langsung.  

  • Pengertian dan Peranan Pendidikan

    Pengertian dan Peranan Pendidikan

    Untuk Peserta Didik, Guru, Dosen, Pendidik dan Semua Orang.

    Ahmad Dahlan. Tidak ada kalimat yang paling indah untuk memulai membahas pengertian dan peranan pendidikan kecuali dengan kalimat “Pendidikan adalah mata uang yang berlaku kapan saja dan dimana saja“. Kalimat sederhana ini menunjukkan betapa penting nilai pendidikan dibandingkan dengan harta dan mata uang apa saja yang ada di dunia. Beberapa orang mungkin memiliki sejumlah besar mata uang Euro1 atau Dollar1 di kantong, namun itu tidak akan berlaku di pedalaman Amazon ataupun di daerah konflik yang tidak memiliki money changer outlet2.    Seseorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan memiliki keterampilan tentu bisa bertahan hidup dalam kondisi apapun. Penekanan peranan pendidikan hampir menunjukkan fungsi dan posisinya pada setiap sendi kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan memberikan pendidikan kepada orang lain ataupun diri sendiri memiliki arti memberikan seluruh modal dibutuhkan dalam menjalani hidup oleh karena itu salah memberikan pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyesatan terhadap kehidupan.  

    A. Peranan dan Pengertian Pendidikan serta Pandangan para ahli.

    Secara etimologi, pendidikan atau education berasal dari kata ēducātiō atau ēdūcō yang secara harfiah berarti saya berlatih atau saya belajar. Berlatih adalah upaya yang dilakukan untuk memahami sebuah keterampilan tertentu. Proses latihan merupakan sebuah proses belajar dengan melakukan sesuatu. Dalam dunia pendidikan, Proses belajar untuk memahami sesuatu akan merujuk pada kata pendidikan.

    Pendidikan dapat diartikan segala usaha yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu mengenai objek yang dipelajari. Pada kamus besar bahasa Indonesia memandang bahwa pendidikan dilakukan secara individu. Individu akan memperoleh pandangan yang ia dapat setelah melakukan proses belajar baik belajar secara individu maupun belajar secara berkelompok.

    Pendidikan adalah sebuah proses belajar yang dapat dilakukan dan bersumber dari apa saja. Salah satu hal yang paling sering dijadikan sumber belajar bagi siapa saja adalah pengalaman. Pengalaman adalah guru yang paling berharga, namun John Dewey berpendapat bahwa pengalaman bukanlah guru yang paling baik melainkan mengambil hikmah dari pengalaman. Seorang yang gagal dalam melakukan usaha dan terus mencoba tanpa mengetahui kekurangan yang ia lakukan saat melakukan usaha tidak akan menunjukkan perubahan apa-apa jika ia tidak melakukan refleksi tentang apa yang ia kerjakan.

    B. Pendidikan merupakan bagian dari pengalaman namun Pengalaman tidak selalu mendidik

    Hakikat dari sebuah pengalaman akan didapatkan oleh siapa saja yang mengalami bertumbuhan, namun keterkaitan antara pengalaman dengan pendidikan tentu saja terdapat sedikit perbedaan. Kumpulan dari pengalaman yang digunakan oleh seseorang untuk menjadi lebih baik merupakan sebuah proses pendidikan yang ia lakukan sendiri.

    Pengalaman akan membawa dua perubahan dalam hidup yakni membuat seseorang menjadi lebih bijak dan yang kedua adalah membuat seseorang menjadi lebih tahu dan menambah keterampilan. Kedua hal ini bisa berjalan beriringan namun pada beberapa kondisi tertentu pengalaman tidak membuat orang menjadi bijak. Arti kata pendidikan lebih menekankan pada faktor yang membuat seseorang menjadi lebih bijak setelah mengetahui sesuatu hal berdasarkan pengalaman yang ia bangun, namun proses mencari tahu sesuatu berdasarkan pengalaman tanpa membuat menambah kearifan seseorang lebih dikaitkan dengan proses belajar.

    Pengalaman yang didapatkan dari proses belajar terkadang membawa malapetaka, dalam kajian pendidikan yang disangkutpautkan dengan sains, belajar dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Nobel adalah salah satu kisah yang paling baik digunakan sebagai conotoh pembeda antara pendidikan dan proses belajar. Nobel merupakan ilmuwan besar yang telah berhasil mengubah sejarah dunia dengan temuan yang ia dapatkan dari mengekstrak Nitrat di alam. Senyawa Nitrogen tersebut  kemudian disintesis menjadi senyawa Toulena yang menjadi bahan dasar Dinamik. Nobel yang menyesali karena penemuannya dijadikan sebagai alat perang yang paling mematikan hingga saat ini akhirnya menyesal dan menyumbangkan hartanya bagi siapa saja yang mampu membawa perdamaian di dunia.

    Pengalaman yang didapatkan oleh Nobel selama bekerja sama dengan ayahnya dalam menciptakan bahan peledak dari bubuk mesiu tidak memberikan gambaran mengenai dampak negatif yang muncul setelah menemukan Dinamik. Hal ini juga pernah disesali oleh ilmuwan terbesar sepanjang sejarah Albert Einstein. Teori relativitas yang ia temukan akhirnya mengarahkan penelitian yang berhasil menciptkan senjata pemusnah massal bom Nuklir. Baik Einstein dan Nobel merupakan ilmuwan yang telah berjasa membongkar hukum alam namun dalam kajian dampak, penemuan yang mereka dapatkan menimbulkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan dalam hal kearifan dalam kehidupan bermasyarakat.

    C. Peranan Guru dalam mendidik

    Pada ranah pendidikan sekolah terutama pendidikan sains, tentu bukanlah hal tabu menjadikan Nuklir dan Toulena sebagai materi ajar di dalam kelas. Guru yang baik memiliki peran ganda yang harus dilakukan secara bersamaan di dalam kelas. Peran pertama yakni sebagai seorang pengajar yang memberikan pengetahuan terkait materi yang didapatkan dan menyampaikan kebenaran apa adanya dan yang kedua adalah memberikan pendidikan kepada peserta didik agar pengetahuan yang didapatkan digunakan sebaik mungkin untuk hajat hidup orang banyak.  

    Dalam proses pembelajaran di dalam kelas tentu ada tidak terhindarkan untuk mengkaji materi yang memiliki dampak negatif. Kemungkinan yang paling besar yang membuat materi memiliki arti negatif adalah lingkungan dimana materi tersebut diajarkan. Sebagai contoh sebagian besar besar guru biologi di Indonesia kesulitan dalam memberikan pengantar dalam proses pembelajaran pada saat materi reproduksi pada manusia.

    Konotasi negatif muncul karena kebiasaan masyarakat yang tidak terbiasa dengan sex education dan lebih cenderung mengartikan penjelasan mengenai reproduksi dengan pornografi. Pada kasus-kasus seperti ini seorang pendidik harus mampu memberikan pengantar yang baik agar tidak muncul pengetahuan yang bersifat negatif kepada peserta didik pasca proses pembelajaran. Pengalaman mengajar yang memadai dan keterampilan memahami karakter masyarakat sekitar sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya memberikan pendidikan kepada peserta didik.  

    Pandangan Plato mengenai Pendidikan

    Pendidikan serta kaitannya dengan belajar dimulai sejak sesorang mulai tumbuh dan mampu untuk berfikir dan merasakan. Seorang filsuf pada masa mitologi di yunani, Plato menjelaskan bahwa pendidikan merupakan hasil awal yang dirasakan oleh seorang anak ketika ia mulai merasakan senang dan kasih sayang,  penderitaan dan tersakiti kemudian mengambil pertimbangan tentang apa yang mereka rasakan terutama mengenai penyebab dan alasan mengapa mereka merasakan perasaan tersebut.    Sejalan dengan pendapat ini Plato menegaskan bahwa pendidikan adalah sebuah proses memperbaiki tingkah laku dan pendapat yang dilakukan oleh orang dewasa kepada generasi yang lebih muda dalam hal ini anak-anak. Analogi ini dapat digunakan bahwa bapak mengajari anak seperti guru mengajari murid.  

    Pendidikan diberikan kepada anak dengan tujuan memberikan persiapan dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Pendidikan menekankan pada proses pemberian nilai moral dan nilai dari kebijakan3 yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk hidup bersama sebagai makhluk sosial. Peran individu terdidik4 dalam kehidupan sosial bertujuan untuk menjaga kestabilan sosial dan juga perkembangan kebudayaan dimana individu tersebut berinteraksi.   Pendidikan secara luas tidak hanya didapatkan dari dunia pendidikan di dalam kelas.

    Nehreye5 memberikan gambaran bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat mendapatkan pendidikan namun secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan dalam proses mendapatkan ilmu baik itu melalui radio, film, diskusi bahkan belajar dari pengalaman sebelumnya termasuk bagian dari trial and error. Pada negara modern dengan perkembangan yang sangat pesat pengertian pendidikan bisa jadi bernilai usang dan tidak spesifik dalam menjelaskan makna pendidikan, namun pandangan muncul dari seorang presiden sebuah negara tertinggal yang kesulitan menyediakan pendidikan yang layak untuk seluruh warga negaranya. Semangat yang ditunjukkan oleh Nehreye mengenai pendidikan memberikan pandangan bahwa hal yang paling utama dalam hidup adalah mampu melakukan yang terbaik dalam keterbatasan. Nilai pendidikan yang sangat jarang dirasakan oleh peserta didik dimasa serba canggih dan perkembangan teknologi yang sangat pesat.  

    Penekanan pendidikan tidak menitik beratkan pada pengetahuan namun pada aspek moral dan peran seorang yang mendapatkan pendidikan menunjukkan sumbangan pemikiran dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan dikaitkan dengan menyiapkan peserta didik agar mampu hidup dan melakukan interaksi sosial. 

    1Euro dan Dollar digunakan untuk menunjukkan bahwa sekalipun mata uang terkuat di dunia belum sanggup untuk mengalahkan nilai dari pendidikan.

    2Tempat penukaran mata uang.

    3Kebijakan atau kebajikan dari kata Wisdom

    4Mendapatkan pendidikan

    5Presiden Tanzania yang sangat berjasa di bidang pendidikan Tanzania dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia.