Author: Ahmad Dahlan

  • Cara Menentukan Arah Utara Sejati Dengan Bayangan Matahari

    Arah Utara Sejati adalah arah utara geografis. Arah ini berbeda dengan arah kompas dimana arah utara kompas tidaklah tetap sepanjang masa. Perubahan arah utara kompas itu dipengaruhi oleh banyak hal seperti medan magnet di lokasi pengukuran dan medan magnet bumi sendiri. Hal ini membuat penunjukan arah utara kompas tidak tetap.

    Menentukan Arah Utara

    Untuk menentukan arah utara, kita membutuhkan penanda yang ada di alam yang posisinya tetap atau tidak berubah. Jika posisinya berubah maka perubahan memiliki pola yang tetap sehingga pergerakannya dapat diprediksi. Dari defenisi ni terdapat dua penanda yakni

    1. Bintang dan Rasi Bintang
    2. Matahari

    Bintang memiliki pola gerak teratur namun kompleks sehingga dibutuhkan informasi tambahan mengenai waktu, posisi geografis tempat mengamati. Bagi mereka yang tinggal di khatulistiwa, cara paling mudah menentukan arah utara sesungguhnya dengan bantuan matahari.

    Asumsi pertama yang dibangun adalah konsep Matahari bergerak dari timur ke barat, padahal sejatinya matahari tidaklah bergerak namun bumi berotasi dari arah barat ke timur. Jadi kita dapat menentukan arah utara dengan bayangan dari tongkat saat siang hari.

    A. Metode 15 menit

    Dinamakan metode 15 menit karena kita membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mengamati. Waktu pengamatan boleh dilakukan kapan saja asal bayangan matahari sudah terbentuk namun sebaiknya dilakukan di atas jam 8 pagi dan sebelum jam 4 sore.

    Alat yang dibutuhkan adalah :

    1. Tonkat Lurus
    2. Mistar
    3. Busur Derajat
    4. Penanda (Pensil, Spidol dan sejenisnya)

    Prosedur kerja

    • Tancapkanlah tongkat lurus sehingga ada bayangan yang terbentuk di tanah.
    • Berilah tanda x pada bayangan tersebut lalu tandai sebagai titik A.
    • Tunggu sekitar 15 menit kemudian, maka posisi bayangan akan bergeser ke timur karena matahari bergerak ke barat.
    • Tanda bayangan tersebut dengan tanda x lalau tandai sebagai. ILustrasi sebagai berikut
    Cara menentukan arah Utara sejati dan kiblat dengan matahari
    • Selanjutnya lepaskan tongkat sehingga ada dua tanda di tanah yakni tanda A dan B.
    • Buat garis yang mehubungkan titik tengah tanda.
    • Ambil busur derajat dan ukurlah sudut 90o. Arah yang ditunjuk 90o adalah arah utara sejati.
    Arah Utara Sejati dengan Bayangan Matahari

    A sendiri adalh arah barat dan B adalah arah timur. Metode ini juga bisa digunakan untuk menentukan arah kiblat tanpa kompas. Anda hanya perlu mengetahui posisi anda lalu menghitung besar sudut arah kiblat. Informasi besar sudut arah kiblat biasanya di sampaikan oleh MUI setempat.

    Misalkan kita berada di Makassar. Arah kiblat kota makassar adalah 292o, maka anda hanya perlu busur derajat dan mengukur ke arah 292o. Ilustrasi sebagai berikut

    Cara menentukan arah kiblat dengan matahari

    B. Metode Ante-Post Meridian

    Namanya metode Ante-Post meridian karena proses pengkurannya dilakukan mulai matahari berada pada Ante Meridiem (AM) sampai Post Meridiem (PM). Pengukuran dilakukan sekitar 1 Jam sebelum tengah hari hingga 1 jam setelah tengah hari.

    Alat dan Bahan

    1. Tongkat lurus
    2. Kertas / Kertas Grafik (lebih disarakan)
    3. Tali
    4. Penanda
    5. Busur Derajat

    Prosedur kerja

    • Waktu memulai pengamatan sebaiknya sekitar pukul 11.05
    • Tegakkan tongkat di atas tanah yang sudah dilapisi kerta. Atur agar tongkat kokoh dan tidak mudah digerakkan.
    • Ikat ujung bagian bawah dengan tali yang bisa digunakan untuk membuat lingkaran. Panjang ujung tali sepanjang ujung bayangan pertama, lalu gunting benang.
    Cara menentukan Arah Kiblat tanpa kompas dan alat bantu
    • Tandai titk yang saling bersentuhan anraea lingkaran dan bayangan.
    • Jika pengamatan diteruskan maka bayangan ini akan memendek dan tidak bersentuhan lagi dengan garis.
    • Langskah selanjutnya adalah memilih titik baru yang bersentuhan. Titik ini adalah titik balik sehingga waktu yang dibutuhkan akan sama sebelum matahari ke puncah sampai kembali. Misalnya jika pada hari itu titidak balik matahari pukul 12.00 dan anda memilai waktu pengamatan pukul 11.00 maka pengematan garis perpotangan berikutnya ada pada pukul 13.00
    • Setelah mendapatkan dua garis lurus ini, langkah selanjutnya adalah membuat sudut 90o. Arah yang ditunjukkan sudut 90o ini adalah arah kiblat.

    Catatan

    Tingkat akurasi pengukuran menggunakan metode tongkat ini masih terbilang cukup kasar. Hal ini bergantung dari ujung tingkat dan besar garis bayangan yang bisa ditandai. Semakin lancip ujungnya semakin akurat hasil pengukurannya.

  • Ringkasan Materi Gas dan Termodinamika

    Ringkasan Materi Gas dan Termodinamika

    Gas dan Termodinamika

    Partikel gas dalam ruang berhubungan dengan tekanan, volume dan suhu. Berapapun partikel gas, dapat diletakkan dalam suatu ruangan dengan volume tertentu, begitupula sebaliknya.

    Gas terdiri atas gas ideal dan gas sejati. Sifat-sifat gas ideal:

    1. Gas ideal memiliki ukuran partikel yang sangat kecil dibanding ruangannya.
    2. Gas ideal bergerak secara cepat dan sembarang, menurut garis lurus.
    3. Gas ideal bergerak akibat tumbukan antarpartikel atau tumbukan dengan ruangannya yang lenting sempurna.
    4. Gas ideal memiliki gaya tarik menarik antarpartikel yang lemah.

    A. Persamaan Gas Ideal

    Persamaan Umum Gas Ideal

    PV = nRT
    PV = NkT

    P = tekanan gas (N/m2 atau Pa)
    V = volume gas (m3)
    n = jumlah mol partikel (mol)
    N = jumlah partikel (partikel)
    R = tetapan gas ideal (8,314 J/mol.K atau 0,082 atm.L/mol.K)
    k = tetapan Boltzmann (1,38 x 10-23 J/K)
    T = suhu mutlak gas (K)

    Satuan tekanan yang sering digunakan:

    1. 1 bar = 105 Pa
    2. 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg = 1,01 bar = 1,01 x 105 Pa

    Hubungan tetapan, mol, dan jumlah partikel persamaan gas ideal:

    k=\frac{R}{N_A}
    n=\frac{N}{N_A}
    n=\frac{m}{M_r}

    NA atau L = bilangan Avogadro (6,02 x 1023 partikel)
    m = massa benda (gram)
    M atau mm = massa molar (Ar atau Mr) (gram/mol)

    1. Proses Isometrik

    Proses isotermik adalah keadaan dimana suhu selalu konstan, dan berlaku hukum Boyle yang menghubungkan volume dengan tekanan gas.

    Bagan Proses dan Rumus Isomterik

    2. Proses Isohorik

    Proses isokhorik adalah keadaan dimana volume selalu konstan, dan berlaku hukum GayLussac yang menghubungkan tekanan dengan suhu gas.

    Proses Isohorik dan Rumus Kesamaan Volume Termodinamika

    3. Proses Isobarik

    Proses isobarik adalah keadaan dimana tekanan selalu konstan, dan berlaku hukum Charles (Boyle Gay-Lussac) yang menghubungkan volume dengan suhu gas.

    Proses dan Rumus Isobarik Termodinamika

    B. Energi Kinetik Gas

    Energi kinetik gas (Ek) adalah energi yang dimiliki gas akibat bergerak. Energi kinetik rata-rata suatu partikel gas secara umum dapat dirumuskan:

    \bar{E_k}=\frac{1}{2}m\bar{v^2}
    \bar{E_k}=\frac{3}{2}kT

    mo = massa tiap partikel (kg)
    v̅ = kecepatan rata-rata (m/s2)

    1. Teori Ekuipartisi

    Teori ekuipartisi energi menjelaskan bahwa energi kinetik rata-rata dipengaruhi derajat kebebasan partikel gas.

    \bar{E_k}=\frac{1}{2}fkt
    \bar{E_k}=\frac{1}{2}f\frac{PV}{N}

    Derajat kebebasan adalah kebebasan partikel gas untuk bergerak dalam ruang akibat gerak translasi (vibrasi) dan gerak rotasi. Energi kinetik rata-rata menurut teori ekuipartisi energi:

    1. Gas monoatomik

    Gas monoatomik hanya melakukan gerak translasi (vibrasi) ke tiga sumbu, sehingga f = 3.

    Gas Monoatomik Energi Kinetik
    2. Gas diatomik

    Gas diatomik melakukan gerak translasi (vibrasi) ke tiga sumbu dan gerak rotasi pada sumbu y dan z, sehingga f = 5.

    Teori Ekipartisi Gas Diatomik

    Kecepatan rata-rata atau efektif (vrms) gas ideal dapat dirumuskan:

    v_{rms}=\sqrt{\frac{3kT}{m_o}}=\sqrt{\frac{3RT}{M}}=\sqrt{\frac{3P}{\rho}}

    mo = massa tiap partikel (kg)
    ρ = massa jenis gas (kg/m3)

    Energi dalam gas (U) adalah total energi kinetik seluruh partikel gas dalam suatu ruangan.

    U= N\bar{E_k}{}
    U=N\frac{1}{2}fkT
    U=\frac{1}{2}fnRT

    U = Energi Dalam (J)
    mo = massa tiap partikel (kg)
    ρ = massa jenis gas (kg/m3)

    Derajat kebebasan gas pada energi dalam gas dipengaruhi oleh suhu juga.

    1. Gas monoatomik memiliki f = 3, tidak dipengaruhi suhu.
    2. Gas diatomik dipengaruhi suhu:
      1. Suhu rendah (0-300 K) memiliki f = 3,
      2. Suhu sedang (300-500 K) memiliki f = 5,
      3. Suhu tinggi (500-1000 K) memiliki f = 7

    D. Hukum Termodinamika I

    Hukum termodinamika I adalah hukum kekekalan energi pada gas, berbunyi:

    Kalor yang diterima gas digunakan untuk mengubah energi dalam gas menjadi usaha.

    Persamaan hukum termodinamika I :

    Q = ΔU + W

    Q = energi kalor (J)
    ΔU = perubahan energi dalam (J)
    W = usaha gas (J)

    Usaha (W) pada gas dapat dirumuskan:

    W = PΔV
    W = nRΔT
    W=\int^{V_2}_{V_1}PdV

    Usaha pada grafik hubungan P-V:

    Grafik PV Usaha Termodinamika

    Perubahan energi dalam (U) dapat dirumuskan:

    ΔU = U_2 – U_1
    ΔU =\frac{3}{2}nRΔT

    Makna nilai usaha dan perubahan energi dalam:

    1. +W berarti gas melakukan usaha, volume bertambah (ekspansi).
    2. -W berarti gas menerima usaha, volume berkurang (kompresi).
    3. +ΔU berarti terbentuk energi dalam, suhu naik.
    4. -ΔU berarti energi dalam berubah menjadi usaha, suhu turun.

    Proses-proses pada gas:

    1. Proses isobarik (P konstan)

    Grafik dan Rumus Porses Isobarik Usaha Gas Termodinamika

    Pada proses isobarik, berlaku:

    P_1 = P_2
    ΔU = U_2 – U_1
    W = P. ΔV

    Hukum termodinamika I : Q = ΔU + W

    2. Proses isokhorik (V konstan)

    Grafik dan Rumus IsoVolume Usaha Gas Termodinamika

    Pada proses isokhorik, berlaku:

    V_1 = V_2
    ΔV = 0
    ΔU = U_2 – U_1
    W = 0

    Hukum termodinamika I : Q = ΔU

    3. Proses isotermik (T konstan)

    Proses Isotermik dan Rumus dan Grafik Usaha Termodinamika

    Pada proses isotermik, berlaku:

    T_1 = T_2
    ΔT = 0
    ΔU = 0
    W = nRT\ln\frac{V_2}{V_1}

    Hukum termodinamika I : Q = W

    4. Proses adiabatik (Q = 0)

    Grafik Proses Adibatik

    Pada proses adiabatik, berlaku : Q = 0

    Tetapan Laplace adalah perbandingan kapasitas kalor gas pada P konstan dengan kapasitas kalor gas pada V konstan.

    γ = \frac{C_P}{C_V}

    Cp = kalor jenis pada P konstan (J/kg.K)
    CV = kalor jenis pada V konstan (J/kg.K)
    γ = tetapan Laplace (>1)Tetapan Laplace pada gas monoatomik:

    Tetapan Laplace pada gas monoatomik:

    C_P =\frac{5}{2}nR
    
    C_V =\frac{3}{2}nR
    γ ≈ 1,6

    Tetapan Laplace pada gas diatomik:

    C_P =\frac{7}{2}nR
    
    C_V =\frac{5}{2}nR
    γ ≈ 1,4

    Hubungan kapasitas kalor Cp dan CV:

    C_P – C_V = nR
    W = (C_P – C_V)ΔT

    Hukum termodinamika I : W = –ΔU

    5. Siklus (ISotermik)

    Siklus Isotermik Termodinamika Gas

    Pada siklus gas, segala sesuatu tidak bergantung proses, tetapi bergantung pada awal dan akhir siklus.

    T_1 = T_2
    ΔT = 0
    ΔU = 0

    Hukum termodinamika I : Q = W

    D. Hukum Termodinamika II

    Hukum termodinamika II dinyatakan oleh Clausius dan Thomas-Kevin-Planck.

    1. Kalor tidak mengalir spontan dari dingin ke panas, kecuali ada usaha dari luar.
    2. Tidak ada mesin yang dapat mengubah kalor menjadi usaha secara utuh dan reversibel.
    3. Tidak ada mesin yang bekerja hanya dengan mengambil energi dari reservoir panas kemudian membuangnya kembali untuk menghasilkan mesin abadi.

    A. Mesin Kalor

    Mesin kalor/panas adalah mesin yang mengubah kalor dari suatu sumber kalor (reservoir panas) menjadi usaha dan sebagian lainnya dibuang ke lingkungan (reservoir dingin).

    Bagan Reservoir Panas Mesin Termodinamika

    Hukum termodinamika II

    Q_1 = W + Q_2
    W = Q_1 – Q_2

    Efisiensi mesin panas

    η =\frac{W}{Q_1} 100\%
    η =(1-\frac{Q_2}{Q_1}) 100\%

    B. Mesin Carnot

    Mesin panas Carnot adalah mesin panas yang efisiensinya mendekati 100% atau mesin ideal.

    Grafik Siklus Carnot dengan ISbarik dan Adiabatik
    \frac{Q_2}{Q_1}=\frac{T_2}{T_1}

    Q1 dan Q2 = kalor input dan output (J)
    T1 dan T2 = suhu tinggi dan rendah (K)

    Efisiensi mesin panas

    η =(1-\frac{T_2}{T_1}) 100\%
    \frac{W}{Q_1}= 1 – \frac{T_2}{T_1}

    C. Mesin Dingin

    Mesin dingin/pendingin (refrigerator) adalah mesin yang menggunakan usaha untuk membuang kalor dari lingkungan dalam (reservoir dingin) ke lingkungan luar (reservoir panas).

    Bagan Mesin Pendingin Refrigerator Hukum II Termodinamika

    Hukum termodinamika II

    W + Q_2 = Q_1
    W = Q_1 – Q_2

    Koefisien performansi mesin dingin

    k_P =\frac{Q_2}{W}=\frac{Q_2}{Q_1-Q_2}

    kp = koefisien performansi (>1)
    Q2 = kalor yg dipindahkan dari reservoir dingin (J)
    W = usaha (J)

  • Ringkasan Materi Kalor

    Ringkasan Materi Kalor

    Kalor

    Kalor adalah energi yang mengalir bari sebuah benda/sistem ke benda/sistem lain karena terdapat peberdaan suhu (Tida setimbang Termal). Perpindahan kalor terjadi secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, hingga akhirnya terjadi kesetimbangan termal.

    Satuan kalor yang sering digunakan:

    1. 1 J = 0,24 kal
    2. 1 kal = 4,2 J

    Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1 K pada 1 kg benda.

    c =\frac{Q}{m\Delta T}

    c = kalor jenis (J/kg K)
    Q = energi kalor (J)
    m = massa benda (kg)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sebesar 1 K.

    C=\frac{Q}{\Delta T}

    C = kapasitas kalor (J/K)

    Energi kalor dapat dirumuskan:

    Q=mc\Delta T
    Q=C\Delta T

    A. Azas Black

    Azas Black menjelaskan kekekalan energi kalor:

    Banyaknya kalor yang dilepas sama dengan banyak kalor yang diterima.

    Q_l=Q_t

    Ql= Kalor lepas (J)
    Qt= Kalor Terima

    Suhu akhir (campuran) adalah suhu yang dihasilkan oleh benda yang berbeda suhu yang telah mencapai kesetimbangan termal. Azas Black dapat dirumuskan:

    m_1c_1(T_1-T_c) = m_2c_2(T_c-T_2)

    m = massa benda (kg)
    c = kalor jenis (J/kg K)
    Tc = suhu campuran (K)

    Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Kalorimeter bekerja berdasarkan azas Black. Kalorimeter adalah sistem terisolasi, sehingga tidak ada energi kalor yang terbuang ke lingkungan.

    B. Perubahan Wujud oleh Kalor

    Kalor dapat menyebabkan perubahan wujud.

    Bagan Perubahan Wujud karena Kalor
    1. Peleburan, proses perubahan zat cair menjadi zat padat.
    2. Pembekuan, proses perubahan zat padat menjadi zat cair.
    3. Penguapan, proses perubahan zat cair menjadi gas.
    4. Pengembunan, proses perubahan gas menjadi zat cair.
    5. Pengkristalan/ deposisi, proses perubahan gas menjadi zat padat.
    6. Penyumbliman, proses perubahan zat padat menjadi gas.

    Kalor laten adalah kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud zat tanpa kenaikan suhu tiap satuan massa. Kalor laten terdiri dari kalor lebur/beku dan kalor uap/embun.

    Energi kalor yang dihasilkan kalor laten dapat dirumuskan:

    Q=mL

    Q = energi kalor (J)
    m = massa benda (kg)
    L = kalor laten (J/kg)

    Pada perubahan wujud air dari es menjadi uap, terjadi peleburan dan penguapan.

    1. Penguapan air terjadi di permukaan air pada suhu sembarang.
    2. Mendidih adalah peristiwa penguapan di seluruh bagian air, terjadi pada suhu 100oC pada tekanan 1 atm.
    3. Tekanan mempengaruhi titik didih dan titik beku air.

    Tekanan berbanding lurus dengan titik didih dan berbanding terbalik dengan titik beku air.

    Grafik Perubahan Wujud Zat Suhu dan terhadap Waktu

    C. Perpindahan Kalor

    Kalor berpindah menurut tiga cara, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.

    Ilustrasi Perpindahan Kalor Konveksi Konduksi dan Radiasi

    1. Konduksi

    Konduksi adalah perpindahan kalor dengan zat perantara tanpa disertai perpindahan partikel partikel zat.

    Q= \frac{kAt∆T}{L}
    H=\frac{Q}{t}=\frac{kA∆T}{L}

    Q = energi kalor (J)
    H = laju perpindahan kalor (J/s)
    t = waktu perpindahan kalor (s)
    k = koefisien konduktivitas termal (W/mK)
    A = luas penampang (m2)
    L = panjang batang (m)
    ΔT = selisih suhu tinggi dengan suhu rendah (K)

    Proses konduksi yaitu:

    1. Pada benda non-logam, perpindahan terjadi akibat getaran partikel yang menumbuk partikel di sebelahnya, sehingga berlangsung lambat.
    2. Pada benda logam, perpindahan terjadi melalui elektron bebas pada lautan valensi ikatan logam yang mudah berpindah, sehingga berlangsung cepat.

    Contoh peristiwa konduksi:

    1. Alat masak memanaskan isinya dengan prinsip konduksi.
    2. Sendok apabila dipanaskan salah satu ujungnya, maka unjung lainnya akan terasa panas.

    2. Konveksi

    Konveksi terjadi pada zat yang merupakan fluida, yaitu air atau gas. Konveksi terjadi akibat perbedaan massa jenis.

    Jenis-jenis konveksi:

    1. Konveksi alamiah, terjadi akibat perbedaan massa jenis.
      • Contoh: pemanasan air, ventilasi udara, cerobong asap, angin darat dan angin laut.
    2. Konveksi paksa, terjadi akibat adanya tambahan seperti peniupan atau pemompaan zat yang dipanaskan ke suatu tempat.
      • Contoh: radiator mobil, pengering rambut, lemari es.

    3. Radiasi

    Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara yang hanya melalui pancaran gelombang elektromagnetik.

    Q = eσAtT^4
    H= \frac{Q}{t}=eσAT^4
    I =\frac{Q}{At}=eσT^4

    Q = energi kalor (J)
    H = laju perpindahan kalor (J/s)
    t = waktu perpindahan kalor (s)
    I = intensitas radiasi (W/m2)
    e = koefisien emisivitas
    σ = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2.K4)
    A = luas permukaan (m2)
    T = suhu mutlak benda (K)

    Radiasi dipancarkan oleh seluruh benda yang memiliki suhu, dan dipengaruhi oleh warna permukaan. Warna permukaan mempengaruhi nilai emisivitas benda (e):

    1. Nilai emisivitas benda berkisar 0 ≤ e ≤ 1.
    2. Warna hitam memiliki nilai e = 1, yang merupakan penyerap dan pemancar kalor yang baik.
    3. Warna putih memiliki nilai e = 0 , yang merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk.

    Contoh peristiwa radiasi:

    1. Sinar matahari dapat memancar ke bumi karena radiasi.
    2. Api unggun memancarkan panas secara radiasi.
    3. Panel surya dan rumah kaca menyerap panas dari radiasi.
  • Ringkasan Materi Suhu dan Pemuaian

    Ringkasan Materi Suhu dan Pemuaian

    Suhu

    Suhu adalah ukuran energi kinteik rata-rata dari seluruh molekul baik benda maupun sistem. Secara sederhana suhu didefenisikan sebagai derajat panas dingin dari sebuah sistem dan benda itu sendiri.

    Suatu benda dikatakan:

    1. Bersuhu tinggi jika benda itu panas, memiliki energi kinetik molekul rata-rata yang tinggi, dan gerakan molekul yang cepat.
    2. Bersuhu rendah jika benda itu dingin, dan memiliki energi kinetik molekul rata-rata yang rendah, dan gerakan molekul yang lambat.

    Perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan sifat benda yang disebut dengan sifat termometrik. Sifat termometrik antara lain:

    1. Perubahan wujud
    2. Perubahan tekanan
    3. Perubahan ukuran
    4. Perubahan warna (peristiwa radiasi)
    5. Perubahan daya hantar listrik

    A. Termometer

    Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Termometer dibuat berdasarkan sifat termometrik.

    Macam-macam termometer:

    1. Termometer raksa/klinis, didalamnya diisi raksa yang dapat memuai dan menyusut.
    2. Termometer gas, didalamnya diisi gas hidrogen atau helium yang dapat memuai dan menyusut.
    3. Termometer hambatan, terbuat dari platina yang kenaikan nilai hambatan listriknya berbanding lurus dengan kenaikan suhu.
    4. Termometer paramagnetik, terbuat dari logam yang diamati sifat magnetiknya.
    5. Termometer optik (pirometer), terbuat dari logam yang diamati perubahan warnanya.
    6. Termometer bimetal, terbuat dari dua keping logam tipis yang tingkat kelengkungannya berbanding lurus dengan kenaikan suhu.
    7. Termokopel (thermocouple), terbuat dari dua kawat dengan jenis logam yang berbeda dan terhubung ke amperemeter.

    Skala

    Termometer memiliki beberapa skala, diantaranya adalah skala Celcius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin. Penetapan skala termometer didasarkan atas dua titik acuan skala, yaitu titik tetap atas dan titik tetap bawah.

    1. Titik tetap atas (TA) adalah titik didih air pada tekanan 1 atm.
    2. Titik tetap bawah (TB) adalah titik beku air pada tekanan 1 atm
    Jenis-Jenis Skala Pada Termometer

    Konversi skala dapat dirumuskan:

    \frac{X-X_B}{X_A-X_B}=\frac{Y-Y_B}{Y_A-Y_B}

    X = suhu terukur oX
    Y = suhu terukur oY
    XA = titik atas skala oX
    XB = titik bawah skala oX
    YA = titik atas skala oY
    YB = titik bawah skala oX

    Persamaan konversi skala secara umum dapat ditulis

    \frac{C}{5}=\frac{R}{4}=\frac{F-32}{9}=\frac{K-273}{5}

    B. Pemuaian Zat

    Benda yang mengalami perubahan suhu dapat memuai dan menyusut. Pemuaian zat terdiri dari pemuaian zat padat, zat cair dan gas. Pemuaian zat padat yang dapat terjadi adalah pemuaian panjang, luas, dan volume.

    1. Pemuaian Panjang

    Rumus Pemuaian Panjang
    ΔL = L_oαΔT
    L’ = L_o + ΔL
    L’ = L_o(1 + αΔT)

    Lo = panjang awal (m)
    ΔL = perubahan panjang (m)
    L’ = panjang akhir (m)
    α = koefisien muaipanjang (K-1)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    2. Pemuaian Panjang

    Pemuaian luas dapat dirumuskan:

    Ilustrasi dan Rumus Pemuaian Luas
    ΔA= A_o\beta ΔT
    A’ = A_o + ΔA
    A’ = A_o(1 + βΔT)

    Ao = luas awal (m2)
    ΔA = perubahan luas (m2)
    A’ = luas akhir (m2)
    β = koefisien muai luas (K-1)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    3. Pemuaian Ruang

    Ilustrasi Pemuaian Ruang Volume
    ΔV= V_o\gamma ΔT
    V’ =V_o + ΔV
    V’ = V_o(1 + γΔT)

    Vo = volume awal (m3)
    ΔV = perubahan volume (m3)
    V’ = volume akhir (m3)
    γ = koefisien muai volume (K-1)
    ΔT = perubahan suhu (K)

    4. Pemuaian pada Fluida

    Volume zat cair yang mengalami perubahan suhu berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Anomali air adalah sifat tidak teratur air yang terjadi pada suhu 0 – 4oC. Pada suhu tersebut, zat cair yang dipanaskan bukannya memuai, namun justru menyusut. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peristiwa perubahan wujud es menjadi air.

    Pemuaian gas yang dapat terjadi adalah pemuaian volume yang berhubungan dengan tekanan dan suhu. Pemuaian gas dijelaskan oleh hukum Boyle, hukum Gay-Lussac, hukum Charles, dan persamaan gas ideal.

    a. Hukum Boyle

    Hukum Boyle menghubungkan volume dengan tekanan gas.

    Tekanan gas pada suhu konstan berbanding terbalik dengan volume gas, atau hasil kali antara tekanan dan volume gas pada suhu konstan adalah konstan.

    dapat dirumuskan:

    P_1V_1=P_2V_2

    P = tekanan gas (Pa)
    V = volume gas (L)

    b. Hukum Gay-Lussac

    Hukum Gay-Lussac menghubungkan tekanan dengan suhu gas.

    Tekanan mutlak gas pada volume konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.

    \frac{P_1}{T_1}=\frac{P_2}{T_2}

    P = tekanan gas (Pa)
    T = suhu gas (K)

    c. Hukum Charles

    Hukum Charles menghubungkan volume dengan suhu gas.

    Volume gas pada tekanan konstan berbanding lurus dengan suhu mutlak gas tersebut.

    \frac{V_1}{T_1}=\frac{V_2}{T_2}

    V = volume gas (Pa)
    T = suhu gas (K)

    Persamaan gas ideal adalah gabungan dari ketiga hukum di atas, dimana tidak ada variabel yang dijaga konstan.

    \frac{P_1V_1}{T_1}=\frac{P_2V_2}{T_2}
  • Kamus Bahasa Makassar – Indonesia

    A

    Agang : Teman1, Jalanan2.

    A’ba : Banjir1,Ayah2

    Ak

    A’kak : Kudis Bernanah di kaki

    A’luk : Telan

    A’masa’ : Basah

    A’muruk : Hancur

    A’rang : Menahan nafas untuk berkuat saat persalinan

    A’rurungan : Berjalan Bersama

    Alepu : Alif

    Ali’ : Segan

    Alimbu’bu’ : Debu

    Alitana : Rayap

    Alla’ : Antara

    Alle’ : Ambil

    Allo’ : Hari1,Jemur2, Siang3,

    Allu’ : Tanah subuh di daerah sekitar sungai

    Allung : Keranda Mayat

    Alusu’ : Halus

    Amba’ : Hantam1,Giliran2

    Ambala’ : Permadani

    Ambang : Bebat, Ikat

    Ambani : Dekat

    Ambara’ : Gamang, Takut

    Ambaring : Udang rebon

    Ambawa : Dangkal

    Ambeng : Cercah, Cemooh

    Ambi’ : Daki, Manjat

    Amma’ : Ibu

    Amme’ : Rendam

    Ammuko : Besok

    Ampe : Ahlak, Perilaku

    Ampolo’ : Potongan Kayu Bakar1, Amplop2

    Anakang : Ikan Gabus Kecil

    Anara’ : Suara Bising

    Anca’ : Tingkah Laku

    Andi’ : Adek

    Angga’ : Nilai

    Anggalla’ : Siang Hari

    Angge : Sampai, Batas

    Angge’ : Sebutan Anak Laki-Laki

    Ani : Akui

    Anjo : Itu

    Anjoreng : Di sana

    Anne’ : Ini

    Annu’-Annu’ : Suara Tersungut-sungut

    Anrong : Ibu

    Anngantalai : Menanti, Meladeni

  • Contoh Soal Numerasi Ujian Masuk PPG Prajabatan

    Salah satu bagian ujian masuk PPG Prajabatan adalah test Literasi dan Numerasi. Test Literasi sendiri adalah tes yang terdiri dari bacaan panjang yang selanjutnya diikuti dengan 4 sampai 5 pertanyaan tentang bacaan. Sedangkan test Numerasi terdiri dari bacaan juga namun lebih menenkankan informasi numerik yang ada di dalam bacaan.

    Durasi test kedua tes ini masing-masing 30 menit untuk 15 soal dengan demikian hanya anda hanay diberi waktu menjawab 2 menit untuk satu soal.

    Contoh Soal Numerasi

    Berikut ini bahan bacaan untuk soal nomor 1 sampai nomor 3.

    Dawai siter

    Siter adalah sebuah alat musik tradisional yang memiliki sumber bunyi dari dawai yang terbuat dari senar besi. Senar-senar ini disusun dengan panjang yang berbeda sehingga menghasilkan nada dasar yang berbeda untuk masing-masing senar.

    Ilustrasi dari dawai siter umumnya seperti pada gambar di bawah ini!

    Panjang Siter Dawai

    Soal Nomor 1

    Misalkan Budi ingin membuat siter dengan 20 jenis nada dengan dengan panjang perbedaan tali 3 cm untuk setiap nada. Berapakah panjang tali minimal yang dibutuhkan Budi untuk membuat siter tersebut, jika dawai terpendek yang dibuat budi adalah 5 cm?

    A. 550 cm
    B. 650 cm
    C. 700 cm
    D. 1200 cm
    E. 1300 cm

    Soal Nomor 2

    Berapakan panjang dawai siter ke 17 yang disusun Budi?

    A. 50
    B. 53
    C. 56
    D. 59
    E. 62

    Soal Nomor 3

    Berapakah total panjang dawai mulai dari dawai ke 3 sampai dengan ke 13?

    A. 319
    B. 331
    C. 339
    D. 369
    E. 396


  • Pengataman Bulan Baru – Fase yang Tak Terlihat

    Pengataman Bulan Baru – Fase yang Tak Terlihat

    Sains mendefenisikan fase bulan baru sebagai posisi dimana Matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis sejajar. Hal ini membuat bagian bulan yang terpapar matahari membelakangi bumi sehingga orang-orang di bumi tidak bisa melibat bulan. Secara tradisional, orang-orang Indonesia lebih suka menyebutnya sebagai Bulan Mati karena mati dalam beberapa kasus dianalogikan sebagai bentuk ketidakadaan.

    Fase Bulan Baru bukan Hilal

    Bulan Baru

    Dari defenisi mengenai bulan baru, dapat disimpulkan bahwa bulan hanya dapat terjadi pada saat siang hari dan tidak mungkin terjadi di malam hari. Daerah Khatulistiwa harusnya akan mengalami bulan baru pada siang hari hampir tepat tengah hari.

    Tak terlihat

    Ada dua alasan utama mengapa fase bulan baru tidak terlihat yakni

    1. Susunan matahari, bulan dan bumi berada pada satu garis membuat sisi gelap bulan lah yang menghadap ke bumi di siang hari. Hal ini disebut konjungsi.
    2. Posisi bulan yang sangat dekat matahari (tinjauan gerak semu) membuat sinar matahari terlalu terang untuk membuat bulan terlihat dengan mata telanjang pada siang hari.

    Hanya saja ada kondisi spesial dimana fase bulan dapat diamati yakni pada saat terjadi gerhana matahari. Hanya saja sumbu gerak semu rotasi bulan dan matahari tidak persis sejajar. Matahari dan bulan memiliki lintasan yang bergeser sepanjang waktu dengan periode yang berbeda. Hal ini yang membuat gerhana matahari tidak terjadi setiap bulan. Selain itu jenis-jenis gerhana matahari tidak selamanya total, jika irisan antara posisi bulan dan matahari hanya sebagian maka gerhana yang terjadi pun sebagian.

    Penggunaan alat bantu pengamatan dapat membuat kita bisa melihat posisi bulan bulan dengan bagian terang yang tipis tepat pada saat Bulan baru selesai terjadi. Hanya saja alat ini tidaklah sederhana.

    Bulan Baru dan Astrofotografi

    Pada fase bulan baru, Bulan berada di bagian bumi siang hari. Hal ini membuat malam hari lebih gelap dibandingkan pada saat ada bulan. Waktu inilah waktu yang paling tepat untuk mengamati benda-benda langit yangc ahayanya terlihat lebih gelap seperti Planet, Meteor, Bintang dan Galaksi. Jika tidak terdapat banyak polusi cahaya, misalnya daerah pedesaan, Milky way (Bima Sakti) akan tampak lebih jelas di langit.

    Milky Way di Ciwidey Bandung Astrofotografi

    Pasang-Surut Air Laut

    Pasang-surut air laut adalah fenomena alam di bumi yang juga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan bulan. Posisi bulan dan matahari yang berada pada sisi yang dari tinjauan bumi membuat air pasang berada pada posisi paling tinggi. Fenomena ini dimanfaat oleh para nelayan di pesisir pantai landai untuk mencari ikan karena pada posisi ini air laut pada berada pada ketinggian paling tinggi.

  • Uji Validitas Empirik Instrumen Tes – Teori Klasik

    Hasil pengukuran yang presisi halur dilakukan dengan instrumen yang valid dan reliabel. Tanpa dua unsur ini sebuah hasil pengukuran memiliki derajat ketidakpercayaan yang tinggi dan cenderung salah.

    Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes

    A. Uji Validitas

    Validitas empirik instrumen tes adalah aspek kesesuaian alat ukur mengukur subjek ukur sesuai dengan kemampuan subjek itu sendiri. Konsep uji empirik adalah menganalisis butir insutrmen dan korespondensinya dengan subjek yang diukur. Misalnya soal mudah itu harus dijawab benar mayoritas subjek uji sedangkan soal sulit hanya dijawab benar oleh subjek-subjek uji yang memiliki jawaban benar yang banyak. Mudahnya soal sulit hanya boleh di jawab benar oleh orang pintar (respon banyak benar) dan di jawab salah oleh orang yang memiliki repson benar sedikit.

    Dengan demikian Uji Validitas Empirik Instrumen tes dilakukan melalui uji statistik dengan tujuan menganalisis hubungan antara respon subjek dan item yang diujikan. Alat uji yang digunakan bergantung dari karakteristik instrumen masing-masing.

    1. Kolerasi Pearson

    Kolerasi Pearson, biasa disebut sebagai Pearson Product Momen adalah uji kolerasi untuk menghitung derajat keeratan hubungan antara dua variable dimana bariable berasal dari skala Interval ataupun rasio.

    Hasil uji ini akan menunjukkan koefisien kolerasi yang berkisar -1 sampai 1. Makna dari koefisien ini adalah

    1. -1 : Memiliki kolerasi Negatif Sempurna
    2. 0 : Tidak memiliki kolerasi
    3. 1 : memiliki kolerasi potifi sempurna

    Kolerasi Produk momen dapat digunakan untuk menghitung dua keadaan yakni

    1. Data dengan simpangan
    2. Data dalam bentuk angka mentar / skor kasar.

    Nilai Koefisien Pearson adalah

    r_{xy}=\sqrt(\frac{N\Sigma x_iy_i-\Sigma x_i\Sigma y_i}{(N\Sigma x^2_i-(\Sigma x_i)^2)-(N\Sigma y_i^2-(\Sigma y_i)^2)}

    Signifikansi nilai r ini dapay dihitung dengan uji t, dimana nilai kriteria signifikan jika nilai t hitung > t tabel. Nilai t Hitung selanjutnya dihitung dengan persamaan

    t_{hit}=\frac{r_{xy}\sqrt{n-2}}{\sqrt{1-r^2_{xy}}}

    Prosedur Validitas Kolerasi Biserial

    \gamma_{pbi}=\frac{M_p-M_t}{s_t}\sqrt{\frac{p}{q}}

    Dimana :

    γpbi = koefisien korelasi biserial
    Mp = rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
    Mt = rerata skor total
    St = standar deviasi dari skor total
    p = proporsi siswa yang menjawab benar

    dimana

    p=\frac{Σ \ responden \ benar}{Σ \ responden}

    dan

    q=1-p

    Misalkan hasil uji hasil uji responden 10 dengan 10 butir instrumen yang ditunjukkan tabel di bawah ini

    Res/Item12345678910
    Res 11111011011
    Res 21111111110
    Res 30001011001
    Res 40001111000
    Res 51101111111
    Res 60011111111
    Res 70001111110
    Res 81001110110
    Res 90101101111
    Res 101110111101

    Langkah pertama yang kita buat lakukan adalah membuat tabel bantu untuk menghtiung nilai x2, y2, Σx2, Σy2 dan seterusnya.

    Res/Item12345678910xx2
    Res 11111011011864
    Res 21111111110981
    Res 30001011001416
    Res 4000011100039
    Res 51101111111981
    Res 60011111111864
    Res 70001111110636
    Res 81001110110749
    Res 90101101111749
    Res 101110111101864
    N = 20554889977669507
    P0,50,50,40,80,80,80,90,70,70,6
    q0,50,50,60,20,20,20,10,30,30,4

    Hitung nilai M

    M=\frac{\Sigma x_t}{N}=\frac{69}{10}=6,9

    Standar Deviasi

    SD=\sqrt{\frac{\Sigma X_t^2}{N}-\frac{\Sigma X_t^2}{N}}
    SD=\sqrt{50,7-6,9}=\sqrt{44}=6,63

    Perhitungan Mp setiap item dapat di hitung dengan tabel bantu:

    No ItemJumlah BenarMean
    15(8+9+9+7+8)/5 =8,20
    25(8+9+9+7+8)/5=8,20
    34(8+8+9+8)/4=8,25
    48(8+9+4+9+8+6+7+7)/8=8,25
    58(9+3+9+8+6+7+7+8)/8=7,13
    69(8+9+4+3+9+8+6+7+8)/9=6,89
    79(8+9+4+3+9+8+6+7+7+8)/9=6,89
    87(9+9+8+6+7+7+8)/7=7,71
    97(8+9+9+8+6+7+7)/7=7,71
    106(8+4+9+8+7+8)/6=7,33

    Tabel Bantu Kolerasi pbi

    No ItemMPMtSDpqrpbiKriteria
    18,206,906,630,50,50,1961Tidak Valid
    28,206,906,630,50,50,1961Tidak Valid
    38,256,906,630,40,60,1663Tidak Valid
    48,256,906,630,80,20,4072Valid
    57,136,906,630,80,20,0694Tidak Valid
    66,896,906,630,80,2-0,0030Tidak Valid
    76,896,906,630,90,1-0,0050Tidak Valid
    87,716,906,630,70,30,1866Tidak Valid
    97,716,906,630,70,30,1866Tidak Valid
    107,336,906,630,60,40,0794Tidak Valid
  • Praktikum Program Menghitung Jangkauan Peluru Meriam Dari Sebuah Gedung dalam Bahasa C

    Sebuah peluru yang ditembakkan dari sebuah meriam atau senjata, maka peluru akan mulai bergerak ke depan dengan lintasan membentuk parabola terbalik. Hal ini disebabkan oleh gaya tarik gravitasi yang membu peluru begerak dengan kecepatan lurus berubah beraturan pada sumbu y.

    Jangkauan Peluru Meriam

    A. Tujuan Percobaan

    1. Mengetahuan jangakuan meriam yang ditembakkan dari atas sebuah gedung berdasarkan kecepatan dan sudut awal tembakan.

    B. Landasan Teori

    Misalkan sebuah meriam diletakkan di atas sebuah gedung dengan ketinggian 100 m. Dari ketinggian ini, peluru memiliki dua skenario tembakan, yakni ketika memiliki sudut lebih tinggi dari horison meriam dan lebih rendah dari meriam.

    Ilustrasi Gerak Peluru pada Meriam yang ditemabkkan di atas Gedung

    1. Setengah Parabola

    Skenario pertama jika meriam ditembakan dengan sudut di bawah horison maka peluru akan membentuk gerak setengah parabola.

    t =\frac{v_{0y}^2+2gh-v_{0y}}{g}

    Jangkauan meriam yang ditambakkan pada posisi ini dapat ditentukan dengan persamaan :

    R = v_x.t

    dimana

    v_x= v_o \sin \theta 

    Dimana nilai dari t ditentukan oleh gerak peluruh ke arah sumbuh y tepat mencapai permukaan tanah. Nilai t dapat dihitung dengan persamaan

    v_y^2=v_{0y}^2+2gh

    dimana

    v_y=v_0+gt

    maka t adalah:

    t=\frac{v_y-v_{0y}}{g}

    Setelah memperoleh t, kita bisa dapatkan nilai R dengan memeasukkan ke persaman R = vxt

    R = v_0 \sin \theta \frac{v_0 \cos^2 \theta+2gh-v_0 \cos \theta}{g}

    C. Contoh Code

    #include <stdio.h>
    #include <math.h>
    
    #define GRAVITY 9.8
    
    float calculateDistance(float initialVelocity, float launchAngle, float height)
    {
        float horizontalDistance, verticalDistance;
        float timeOfFlight;
    
        // Sudut tembakan lebih rendah dari horison
        if (launchAngle < 0)
        {
            timeOfFlight = (-2 * initialVelocity * sin(launchAngle)) / GRAVITY;
            horizontalDistance = initialVelocity * cos(launchAngle) * timeOfFlight;
            verticalDistance = initialVelocity * sin(launchAngle) * timeOfFlight + (0.5 * GRAVITY * pow(timeOfFlight, 2));
        }
        // Sudut tembakan di atas horison (gerak parabola)
        else
        {
            timeOfFlight = (2 * initialVelocity * sin(launchAngle)) / GRAVITY;
            horizontalDistance = initialVelocity * cos(launchAngle) * timeOfFlight;
            verticalDistance = initialVelocity * sin(launchAngle) * timeOfFlight;
        }
    
        float adjustedHeight = height + verticalDistance;
    
        return sqrt(pow(horizontalDistance, 2) + pow(adjustedHeight, 2));
    }
    
    int main()
    {
        float initialVelocity, launchAngle, height, distance;
    
        printf("Masukkan kecepatan awal (m/s): ");
        scanf("%f", &initialVelocity);
    
        printf("Masukkan sudut lemparan (derajat): ");
        scanf("%f", &launchAngle);
    
        printf("Masukkan ketinggian gedung (m): ");
        scanf("%f", &height);
    
        // Mengkonversi sudut dari derajat menjadi radian
        launchAngle = launchAngle * M_PI / 180;
    
        distance = calculateDistance(initialVelocity, launchAngle, height);
    
        printf("Jarak tempuh tembakan: %.2f meter\n", distance);
    
        return 0;
    }