Kategori: Evaluasi

  • RPS Mata Kuliah Evaluasi Program

    Evaluasi Program

    A. Deskrispi Umum Mata Kuliah

    Evaluasi Proigram adalah mata kuliah yang berisi kuliah tentang keterampilan dalam mengevaluasi konsep dasar pendidikan dan pembelajaran, mengidentifikasi komponen dan indikator program pendidian pembelajaran, menyusun kisi-kisi dan instrumen evaluasi program, melaksanakan kegiatan pengumpulan data evaluasi program dan menyusun proposal evaluasi program pendidikan yang berbasis kinerja dan produk dari program pendidik dengan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan secara terarah, sistematik dan kontinyu.

    B. Capaian Pembelajaran

    1. S9 – menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri;
    2. KU7 – mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggungjawabnya;
    3. KK4 – Mampu melakukan penelitian pendidikan fisika dalam bentuk pengkajian dan evaluasi pembelajaran fisika dengan pendekatan kuantitatif dan/atau kualitatif untuk memecahkan permasalahan pembelajaran fisika dan dilaporkan dalam bentuk artikel ilmiah.
    4. P3 – Menguasai kurikulum fisika sekolah dan implementasinya dalam pembelajaran fisika untuk mendiagnosis dan membantu kesulitan belajar peserta didik.

    C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

    1. Mahasisiwa diharapkan mampu untuk menganalisis konsep dasar program pendidikan khususnya Pembelajaran Fisika sekolah menengah yang diterapkan di Indonesia
    2. Mahasiswa mampu mengembangkan kriteria evaluasi program pendidikan
    3. Mahasiswa memahami 8 (delapan) model evaluasi program
    4. Mahasiswa mampu merencanakan evaluasi program pendidikan
    5. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi program
    6. Mahasiswa mampu membuat laporan hasil evaluasi program pendidikan

    D. Aktivitas Pembelajaran

    Pertemuan Ke –Tujuan PerkuliahanBahan KajianMetode PembelajaranPengalaman Belajar Mahasiswa
    1 – 2Mahasisiwa diharapkan mampu untuk menganalisis konsep dasar program pendidikan khususnya Pembelajaran Fisika sekolah menengah yang diterapkan di Indonesia1. Pengertian tentang Evaluasi Program
    2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program
    3. Hubungan antara Kebijakan pendidikan dan Kegiatan Pendidikan
    1. Ceramah
    2. Diskusi
    3. Penugasan (summary / Makalah)
    1. Mahasiswa menganalisis (1) Evaluasi Program, (2) Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program dan (3) Hubungan antara Kebijakan Pendidikan dan Kegiatan Pendidikan
    3 – 4Mahasiswa mampu mengembangkan kriteria evaluasi program pendidikanPengembangan kriteria dalam evaluasi program :

    1. Peran kriteria dalam proses evaluasi program
    2. Pertimbangan-pertimbangan dalam penyusunan kriteria
    3. Langkah – langkah pengembangan kriteria evaluasi program
    1. Ceramah
    2. Diskusi
    3. Penugasan (summary / Makalah)
    5Mahasiswa memahami 8 (delapan) model evaluasi programModel-model evaluasi program :

    1. Berbagai model-model evaluasi program
    2. Pemilihan model evaluasi dalam evaluasi program pendidikan
    1. Ceramah
    2. Diskusi
    3. Penugasan (summary / Infografis)
    6-8Mahasiswa mampu
    merencanakan evaluasi program pendidikan
    Perencanaan evaluasi program pendidikan:

    1. Analisis kebutuhan evaluasi program pendidikan
    2. Penyusunan proposal evaluasi program
    3. Penyusunan alat atau instrumen evaluasi program
    Project Based Learning

    memaparkan rencana evaluasi program pendidikan
    9MID TestUjian Tertulis
    10 – 11Mahasiswa mampu
    mengidentifikasi langkah-langkah evaluasi program
    Langkah-langkah evaluasi program
    pendidikan :

    1. Persiapan evaluasi program pendidikan
    2. Pelaksanaan evaluasi program
    pendidikan
    3. Monitoring pelaksanaan evaluasi
    program
    Project Based Learning

    memaparkan identifikasi langkah-langkah evaluasi program

    12 -13Mahasiswa mampu
    mendemonstrasikan
    analisis data evaluasi
    program pendidikan
    Analisis data evaluasi program pendidikan :

    1. Tabulasi data evaluasi program
    pendidikan
    2. Pengolahan data evaluasi program
    pendidikan
    3. Pengolahan data evaluasi dengan
    komputer
    Project Based Learning

    Melaporkan :
    1. Tabulasi data evaluasi program
    pendidikan
    2. Pengolahan data evaluasi program
    pendidikan
    3. Pengolahan data evaluasi dengan
    komputer
    14Mahasiswa mampu membuat kesimpulan dan rekomendasi evaluasi program pendidikanPenyusunan kesimpulan dan rekomendasi
    evaluasi program pendidikan :

    1. Pembuatan kesimpulan evaluasi program
    pendidikan
    2. Perumusan rekomendasi evaluasi
    program pendidikan
    Project Based Learning

    Memaparkan :

    1. Pembuatan kesimpulan evaluasi program
    pendidikan
    2. Perumusan rekomendasi evaluasi
    program pendidikan
    15 – 16Mahasiswa mampu
    membuat laporan
    hasil evaluasi
    program pendidikan
    Penyusunan laporan evaluasi program pendidikan
    1. Permasalahan evaluasi
    2.Metodologi evaluasi
    3. Hasil evaluasi
    4. Kesimpulan hasil evaluasi
    Project Based Learning

    membuat dan melaporkan :

    1. Permasalahan evaluasi
    2.Metodologi evaluasi
    3. Hasil evaluasi
    4. Kesimpulan hasil evaluasi

    Sumber Bahan Ajar dan Rujukan

    1. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abd. Jabar, 2010, Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
    2. Tatang M Amirin. 1992. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali
    3. Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka.
    4. Ronald E Walpole. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia
    5. Lee J Cronbach. 1982. Designing Evaluations of Educational and Social Programs. Washington: Jossey-Bass Publisher
  • Validitas Konstruks Instrumen Tes Pilihan Ganda – Aspek dan Indikator Uji Pakar

    Validitas Konstruk instrumen tes adalah kualitas butir setiap instrumen dinyatakan sesuai dalam mengukur variabel yang hendak diukur. Validitas ini ditinjau oleh pakar dalam 3 aspek yakni (1) Keilmuan, (2) Konstruksi Butir dan (3) Bahasa.

    Validitas Konstruk

    Konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Gravitasi, massa, kemampuan matematika, kemampuan bahasa Inggris, kebahagiaan, dan kesedihan antara lain termasuk konstruk. Gravitasi misalnya dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana memahami konstruk. Ketika buah apel jatuh ke tanah, konstruk tentang gravitasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku (jatuhnya buah apel misalnya) yang diamati. Namun demikian, kita tidak dapat melihat yang dimaksud dengan konstruk gravitasi itu sendiri. Hal yang dapat kita lihat hanyalah apel itu jatuh. Kita dapat mengukur gravitasi dan mengembangkan teori tentang gravitasi.

    Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur (dikatakan valid apabila telah cocok dengan kontruksi teoritik di mana tes itu dibuat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum.

    Indikator Validitas Konstruk Soal PG

    No Soal / Butir123n
    A. Aspek Keilmuan
    1. Butir soal sesuai indikator
    2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar
    3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
    4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan kelas
    5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil perhitungan, maka pengecoh dapat diperoleh karena salah rumus/salah hitung
    B. Kosntruksi Soal
    6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas
    7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas
    8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan jawaban yang benar
    9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda
    10. Bila terpaksa menggunakan kata, negatif, harus digarisbawahi atau dicetak lain
    11. Pilihan jawaban homogen
    12. Hindari adanya alternative: ―jawaban seluruh jawaban di atas benar‖ atau ―tak satu jawaban di atas yang benar‖ dan yang sejenisnya
    13. Panjang alternatif/pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang
    dan ada yang sangat pendek
    14. Pilihan jawaban dalamn bentuk angka/waktu diurutkan
    15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi
    16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain.
    C. Aspek Bahasa
    17. Rumusan kalimat soal komunikatif
    18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan jenis bahasanya
    19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
    20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
    21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyinggung perasaan Responden
    22. Rumusan soal tidak mengandung SARAP
  • Alat Ukur, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi, Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran

    Alat Ukur, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi, Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran

    Alat Ukur, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi dalam 4 hal yang tersusun secara hirarki dan sistematis. 4 Aspek memiliki peran yang penting sehingga dapat menghasilkan makna yang holistik.

    Tes, Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi

    Asesmen Pembelajaran adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai yang melekat pada sekelompok objek baik itu manusia maupun program. Asesmen dimulai dari proses pengumpulan data yang dilakukan dengan bantuan alat ukur. Hasil dari alat ukur ini akan berupa sekumpulan data atau informasi yang belum memiliki makna yang jelas.

    Data adalah seperangkat informasi yang belum selesai

    Alat ukur memiliki kriteria dan bentuk yang unik, tergantung dari besaran dan nilai yang hendak diukur. Kriteria unik ini membuat penggunaan alat ukur membutuhkan teknis yang detail. Teknis pengambilan data dengan alat ukur ini selanjutnya disebut prosedur pengukuran atau selanjutnya disebut saja sebagai pengukuran.

    Berbeda dengan pengukuran besaran-besaran fisis yang dapat secara langsung mengukur nilai dari sebuah besaran, pengukuran skala-skala psikometri dan behavioral cenderung menghasilkan angka-angka dan data yang masih membutuhkan interpretasi. Proses interpretasi dari hasil pengukuran ini yang disebutkan sebagai asesmen.

    Jika yang diukur adalah keterampilan terukur dengan instrumen tes, maka proses ini akan mengharapkan performa maksimum dari objek yang diukur. Sehingga ada kemungkinan objek yang diukur tidak berada pada performa maksimum. Secara sederhana jika nilai yang diharapkan tidak muncul hasil ini memunculkan justifikasi lulus atau gagal.

    Dalam proses asesmen pembelajaran, Pendidik (Guru, Instruktur dan Dosen) memiliki peran yang lebih luas dari sekedar justifikasi selayaknya hakim yang menjatuhkan putusan. Guru harus mengakhiri proses ini dalam bentuk rekomendasi dan masukan konstruktif kepada peserta didik.

    Justifikasi ini praktis hanya menghasilkan kesimpulan lulus atau gagal yang cenderung terlihat seperti bentuk penghakiman kepada peserta didik. Pembelajaran tentu saja memiliki makna yang lebih luas dari pada sekedar memutuskan seorang peserta didik dianggap gagal atau sukses. Dibutuhkan rekomendasi dan saran dari hasil asesmen ini. Rekomendasi dan saran ini dihasilkan dari kajian antara harapan yang tertuang dalam bentuk aturan dan dokumen dan hasil asesmen. Proses ini dilakukan dengan jalan yang panjang yang disebut Evaluasi Pembelajaran.

    Dengan demikian secara hirarki proses ini akan dimulai dari :

    1. Alat ukur (Instrument)
    2. Pengukuran (measurement)
    3. Penilaian (assessment)
    4. Evaluasi

    Urutan ini menunjukkan hirarki dan konsep terkecil sampai yang terbesar, namun dalam proses perencanaan dan pelaksanaan, proses ini dilakukan secara hirarki. Ada kemungkinan dimulai dari analisis kebutuhan yang dibutuhkan misalnya dimulai dari besaran yang hendak diukur.

    A. Alat Ukur

    Alat ukur atau instrumen dalam psikometri adalah seperangkat item yang digunakan untuk mengumpulkan data. Philips (1979) alat ukur atau secara umum disebut sebagai instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data yang spesifik mengenai karakteristik dari individu atau grup. Mardapi (2008) menyatakan bahwa tes terdiri dari sejumlah pertanyaan yang membutuhkan respon jika test maka membutuhkan jawaban.

    Pengukuran sebagai bagian dari tes, secara umum dibagi ke dalam dua kategori berdasarkan karakteristik jawabannya, kedua kategori itu adalah Tes dan Instrumen Non-Tes. Instrumen Tes adalah pengukuran yang dari instrumen yang respon memiliki kriteria benar dan salah, sedangkan non tes adalah instrumen yang digunakan menunjukkan pendapat, pandangan atau harapan seseorang terhadap sebuah objek yang diukur.

    Subjek yang terlibat dalam proses pengukuran terbagi ke dalam tiga kelompok yakni Testing, Testee, dan Tester.

    1. Testing adalah seperangkat prosedur yang diterapkan saat melakukan tes termasuk tempat dan waktu pelaksanaan.
    2. Testee adalah objek atau kelompok orang dikenai tes atau mengerjakan tes
    3. Tester adalah orang yang melakukan tes atau pelaksana tes.

    a. Jenis Tes

    Sebagai pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis adalah sebagai berikut.

    1) Tes Seleksi

    Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon peserta didik yang mengikuti tes. Materi tes pada tes seleksi merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program pendidikan yang akan diikuti calon peserta didik. Materi yang diujikan terdiri atas butir-butir yang cukup sulit, sehingga calon-calon yang tergolong memiliki kemampuan yang tinggi yang dimungkinkan dapat menjawab butir-butir yang diujikan.

    2) Tes Awal

    Tes awal sering dikenal dengan pre tes, tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini dilaksanakan sebelum materi atau bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.

    3) Tes Akhir

    Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran sudah dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Materi tes akhir bahan-bahan pelajaran yang telah diajarkan kepada peserta didik, dan soal yang dibuat sama dengan soal tes awal. Dengan demikian jika hasil post-test lebih baik dari pre tes maka pada umumnya dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.

    4) Tes Diagnostik

    Tes ini dilaksanakan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahui jenis-jenis kesukaran yang dihadapi peserta didik, maka dapat dicarikan upaya berupa therapy yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan-bahan yang sulit dipahami peserta didik. Tes ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis serta tes perbuatan.

    5) Tes Formatif

    Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik telah memahami dan menguasai materi ajar di dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif dilaksanakan setelah suatu pokok bahasan selesai diberikan. Materi tes formatif ditekankan pada bahan-bahan pelajaran yang diajarkan, butir-butir soal terdiri atas butir-butir soal yang tergolong mudah maupun yang termasuk kategori sukar.

    6) Tes Sumatif

    Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pembelajaran selesai diberikan. Tes sumatif disusun atas dasar materi pelajaran diberikan selama satu catur wulan atau satu semester, dengan demikian materi tes sumatif jauh lebih banyak dari pada tes formatif. Umumnya tes sumatif dilaksanakan secara tertulis dengan tujuan agar semua peserta didik memperoleh soal yang
    sama. Butir-butir soal yang diujikan dalam tes sumatif pada umumnya lebih sulit daripada butir-butir tes formatif.

    Tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan:

    1. Kedudukan dari masing masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya,
    2. dapat tidaknya peserta didik untuk mengikuti program pengajaran berikutnya,
    3. kemajuan peserta didik untuk diinformasikan kepada pihak orang tua yang tertuang dalam bentuk Rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar.
    7) Jenis tes menurut individu yang dites

    Tes ini dibedakan menjadi; (1) tes individual yakni tes dimana saat pelaksanaan kegiatan tes guru hanya menghadapi seorang peserta didik dan (2) tes kelompok yakni tes dimana guru menghadapi sejumlah
    peserta didik.

    8) Jenis tes menurut jawaban

    Berdasarkan jawaban yang dikehendaki tes dibedakan menjadi; (1) tes verbal yakni tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat baik secara lisan ataupun secara tertulis dan (2) tes yang menghendaki jawaban peserta didik bukan berupa ungkapan atau kalimat melainkan berupa tindakan atau tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek psikomotor.

    b. Bentuk tes

    Bentuk tes secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam tes subyektif (esai) dan tes objektif.

    1) Tes esai

    Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Dalam tes bentuk esai peserta didik dituntut untuk berpikir dan menggunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang harus dijawab. Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada peserta didik untuk menyusun dan mengemukakan jawabannya sendiri sehingga memungkinkan peserta didik dapat menunjukkan kemampuannya dalam menerapkan pengetahuan untuk menganalisis, menghubungkan dan mengevaluasi soal yang dihadapi.

    2) Tes Objektif

    Tes objektif adalah tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh peserta didik dengan jalan memilih salah satu di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan atau dengan menuliskan jawabannya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan.

    Jawaban terhadap tes objektif bersifat “pasti” yakni hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jika peserta didik tidak menjawab “seperti itu” maka dinyatakan salah. Oleh karena jawabannya bersifat
    pasti, jawaban peserta didik yang betul terhadap suatu butir soal, akan dinyatakan benar oleh korektor. Karena hasil pekerjaan peserta didik jika diperiksa oleh siapa pun akan menghasilkan skor yang sama, maka disebut tes objektif.

    Tes objektif dapat digolongkan menjadi:

    1. tes objektif bentuk benar salah (true-false test);
    2. tes objektif bentuk menjodohkan (matching test);
    3. tes objektif bentuk melengkapi (completion test);
    4. tes objektif bentuk isian singkat (fill-in test);
    5. tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test).

    Dari berbagai macam tes objektif tersebut di atas, tes bentuk benar salah, isian singkat, menjodohkan merupakan alat penilaian yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes objektif pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas.

    Tes objektif memiliki kelemahan-kelemahan antara lain: (1) tes objektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkapkan proses berpikir yang tinggi. Lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan dibandingkan mengungkapkan tingkat ke dalam berpikir peserta didik terhadap materi yang diujikan, (2) terbuka kemungkinan bagi peserta didik untuk bermain spekulasi, tebak terka atau untung-untungan dalam memberikan jawaban soal.

    B. Pengukuran

    Ebel (1972) menyatakan bahwa “measurement is a process of assigning numbers to the individual members of a set of objects or persons for the purposes of indicating differences among them in the degree to which they possess the characteristic being measured”. Pengukuran merupakan kegiatan pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang melekat pada objek atau kegiatan atas dasar ketentuan yang berlaku.

    Dalam bidang matematika, kegiatan pengukuran merupakan bentuk kegiatan yang sering kali dilakukan sehari-hari. Tanpa adanya kegiatan pengukuran, kita susah menentukan besaran atau kualitas suatu objek atau kegiatan.

    Apabila kita ingin mengetahui keberhasilan suatu program maka dibutuhkan kegiatan pengukuran. Kemajuan ilmu dan teknologi juga tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pengukuran. Pengukuran memegang peranan penting, baik dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi maupun untuk pemenuhan kebutuhan hajat orang banyak.

    Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan peserta didik setelah mencapai karakteristik tertentu.Menurut Guildford (1982) pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap proses gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka sedangkan kualitatif hasilnya berupa pernyataan kualitatif misalnya pernyataan sangat baik, baik, cukup, kurang

    Zainul dan Noehi Nasoetion (1997: 5) memberikan batasan pengukuran, yaitu merupakan pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Untuk menaksir prestasi siswa, guru melakukan pengukuran dengan membaca apa yang dilakukan siswa (misalnya mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang dikatakan). Kemudian dari hasil pengukuran dapat diambil keputusan tentang kondisi siswa misalnya dinaikkan, diluluskan, dan sebagainya. Hasil pengukuran tersebut biasanya dinyatakan dengan score kuantitatif.

    3. Asesmen atau Penilaian

    Griffin dan Nix (1991: 53) menyatakan “assessment is the process of gathering information to make informed decisions”. Menurut Ashcroft dan David Palacio (1996: 26) “…assessment requires students to demonstrate what they know, understand and can do already..” Allen & Yen (1997: 2) mengatakan “assessment for learning is not like this at all – it is usually informal, embedded in all aspects of teaching and learning, and conducted by different teachers as part of their own diverse and individual teaching
    styles”. Berdasarkan atas ketiga pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa asesmen merupakan serangkaian kegiatan pengumpulan data tentang kinerja seseorang untuk kepentingan pembuatan keputusan.

    Asesmen merupakan aspek esensial dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan. Bahkan keduanya tak bisa dipisahkan. Ashcroft dan David Palacio (1996: 26) menyatakan “assessment and learning are integral and inseparable parts of the same enterprise”.

    Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan berbagai alat penilaian untuk memperoleh beragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Oleh karena penilaian berfungsi membantu guru untuk merencanakan kurikulum dan pengajaran, di dalam program belajar mengajar, kegiatan penilaian membutuhkan informasi dari setiap individu dan atau kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian dengan cara mengumpulkan catatan yang diperoleh melalui ujian, produk, observasi, portofolio, unjuk kerja serta data hasil interviu.

    Sedangkan menurut Griffin dan Nix (1991) penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Pengertian penilaian berhubungan erat dengan setiap bagian dari kegiatan belajar mengajar. Ini menunjukkan bahwa proses penilaian tidak hanya menyangkut hasil belajar saja tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.

    Instrumen penilaian bisa berupa metode atau prosedur formal maupun informal, untuk menghasilkan informasi belajar peserta didik. Proses penilaian (tagihan) dapat berbentuk tes baik tertulis maupun lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah. Penilaian juga dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.

    4. Evaluasi

    Menurut Ornstein dan Hunkins (1998: 334) “evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Sementara itu, Ashcroft dan David Palacio (1996: 93) menyatakan “…evaluation is a process by which the effectiveness of education interventions can be assessed”. Berdasarkan kedua pengertian tersebut, evaluasi merupakan kegiatan untuk menetapkan keberhasilan atau kualitas suatu program atau kegiatan.

    Evaluasi dapat dikatakan suatu kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgement). Dalam dunia pendidikan dapat dilakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, kebijakan pendidikan sumber belajar tertentu atau etos kerja guru.

    Menurut Stufflebeam dan Shinkfield dalam KTIPTK (2009: 4), evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan suatu evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsur judgement tentang nilai suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsur subjektivitas. Menurut Ornstein dan Hunkins, (1998: 334) di dalam evaluasi terkandung tiga kegiatan, yaitu penetapan standar untuk menentukan kualitas kinerja, pengumpulan data yang relevan, dan penerapan standar untuk menentukan kualitas kinerja. Ketiga aspek atau kegiatan ini yang membedakan antara kegiatan evaluasi dibanding kegiatan lainnya. Tidak ada kegiatan evaluasi jika tak ada standar.

    Evaluasi memerlukan standar, karena standar akan menentukan batas-batas penerimaan atau penolakan minimal dari mutu kinerja. Demikian pula, tanpa adanya bukti-bukti empirik suatu kegiatan.

    Pertanyaan

    1. Apakah perbedaan antara tes, pengukuran, asesmen dan Evaluasi?
    2. Berdasarkan pengelaman yang sudah anda lalui, jelaskan perbedaan antara Ulangan Harian, Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi!
    3. Berdasarkan penjelasan di atas, Jenis tes apa yang sesuai untuk diterapkan ujian tengah semester pada mata kuliah Asesmen? Sertakan dengan penjelasan anda!
  • Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Indikator untuk Setiap Aspek KPS

    Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Indikator untuk Setiap Aspek KPS

    Penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS) dapat dilakukan melalui unjuk kerja. Proses ini dilaksanakan dengan meminta peserta didik memperagakan aktivitas yang melibatkan aspek-aspek KPS, misalnya praktikum atau memperagakan alat.

    Aktivitas ini selanjutnya dinilai menggunakan instrumen lembar penilaian yang disertai dengan rubriknya. Rubrik sendiri berisi Indikator KPS yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan atau kedalaman variabel KPS yang ingin di nilai.

    A. Aspek Keterampilan Proses Sains

    Mary L, Ango (2002) dan Colette & Chiappetta (1994) membagi keterampilan proses sains dalam dua kelompok besar yakni KPS Dasar dan KPS Terintegrasi. KPS ini dibagi berdasarkan kompleksitas dari masing-masing aspek di dalam KPS.

    Pada pembelajaran Sains di tingkat sekolah menengah, Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains ini tidak dapat digunakan secara kaku berdasarkan masing-masing kelompok. Sehingga tidak mutlak sebuah proses penilaian hanya menggunakan KPS Dasar saja ataupun sebaliknya hanya KPS Terintegrasi.,

    Dalam hal ini Guru tentu saja punya kewenangan dalam menyusun ulang kembali aspek-aspek yang ada dalam KPS yang digunakan. Aspek ini disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, materi, dan unjuk kerja yang dilakukan.

    Misalkan dalam praktikum Biologi tingkat Sekolah Menengah Atas, Dibutuhkan keterampilan Observasi yang dalam KPS, aspek ini masuk dalam kategori KPS Dasar. Observasi ini digunakan peserta didik untuk mengamati lingkungan sekitar secara seksama atau subjek yang sedang jadi fokus pengamatan.

    Dalam Fisika, terkadang aspek Observasi ini dihilangkan karena subjek yang diamati sudah jelas adanya misalnya Pegas. Dalam hal ini, aspek observasi digantikan dengan aspek keterampilan pengukuran yang sama-sama menggunakan Indera hanya saja pengukuran memiliki aspek yang lebih kompleks.

    Dengan demikian aspek yang disusun dalam rubrik penilaian keterampilan proses sains antara satu percobaan dan percobaan lainnya mungkin saja berbeda.

    Sebagai contoh berikut ini adalah Penyusunan Aspek Keterampilan Proses Sains yang saya kembangkan Pengukuran KPS pada pembelajaran Fisika pada Materi Suhu dan Kalor. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach)

    1. Menyusun Hipotesis

    Hipotesis adalah dugaan yang disusun oleh peserta didik sebagai jawaban atas masalah yang mereka temukan. Hipotesis dalam penelitian diarahkan guru mengamati hubungan antara perubahan variabel manipulasi terhadap variable respon.

    Indikator Menyusun Hipotesis adalah :

    1. Hipotesis disusun dalam bentuk kalimat pernyataan.
    2. Hipotesis dapat diuji melalui percobaan.
    3. Hipotesis menyimpulkan hubungan antara variable manipulasi dan variabel respon.
    4. Hipotesis disusun bersifat rasional logis.

    2. Menyusun Rumusan Masalah

    Rumusan masalah adalah pertanyaan yang ditemukan peserta didik pada topik yang sedang dikaji. Rumusan masalah ini akan dijawab melalui praktikum namun isinya lebih detail. Indikator dari Rumusan masalah ini adalah :

    1. Rumusan Masalah disusun menunjukkan hubungan antara variable manipulasi dan variable respon
    2. Rumusan Masalah disusun dengan variabel yang jelas dan dapat terukur
    3. Rumusan Masalah disusun sesuai dengan topik yang sedang dikaji
    4. Rumusan Masalah disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.

    3. Mendefinisikan Variabel Percobaan

    Pendefinisian Variabel percobaan adalah keterampilan yang digunakan untuk membuat batasan yang jelas mengenai variabel percobaan. Dalam definisi Variable, peserta didik menjelaskan mengenai peran dan detail dari variabel dalam percobaan.

    Indikator dari Mendefenisikan Variabel Percobaan adalah

    1. Variabel disusun dalam tiga bentuk yakni Kontrol, Manipulasi, Respon.
    2. Variebel yang disusun memiliki nilai yang dapat diukur dengan alat ukur.
    3. Variabel didefinisikan sesuai dengan hukum dan konsep fisika yang benar.
    4. Variabel yang disusun menunjukkan hubungan yang dapat menjawab rumusan masalah.

    4. Mendesain Percobaan

    Dalam pembelajaran berbasis Problem Based Learning dan sebagian besar Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik, peserta didik diharapkan mampu menyusun seperangkat metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dalam pembelajaran metode ini disusun dalam bentuk desain percobaan.

    Indikator dari desain percobaan sebagai berikut :

    1. Desain percobaan disusun secara runut dan sistematis.
    2. Desain percobaan disusun dapat dilaksanakan sesuai dengan ketersediaan alat di Lab.
    3. Desain percobaan disusun dengan mempertimbangkan pengukuran berulang.
    4. Desain percobaan disusun untuk membuktikan hipotesis.

    5. Menyusun Tabel Percobaan

    Tabel percobaan adalah alat bantu yang digunakan untuk mentabulasi atau menyajikan data percobaan. Dalam tabel ini harus berisi informasi yang akurat mengenai semua data yang berhubungan dengan percobaan. Praktikum eksperimen menunjukkan hubungan antara variabel manipulasi dan variabel respon dengan demikian tabel percobaan juga harus mencerminkan aspek tersebut.

    1. Tabel disusun menunjukkan hubungan antara variable manipulasi dan variabel respon.
    2. Tabel disusun dengan variabel manipulasi pada kolom satu dan respon pada kolom dua.
    3. Tabel dilengkapi dengan informasi satuan dan besaran masing-masing variabel.
    4. Tabel dilengkapi dengan nama tabel yang menunjukkan hubungan variable manipulasi dan respon.

    6. Menyusun Grafik

    Pada percobaan yang menunjukkan hubungan antara variabel manipulasi dan respon, grafik digunakan untuk menunjukkan hubungan keduanya secara visual. Grifk ini disusun sesuai dengan kaidah matematika yang benar yakni variable manipulasi pada sumbu x dan variable respon pada sumbu x. Grafik ini juga harus dilengkapi dengan keterangan yang berisi besaran, satuan dan nilai dari masing-masing variable.

    Dengan demikian indikator dari menyusun grafik percobaan ini adalah :

    1. Grafik disusun menunjukkan hubungan antara variable manipulasi dan variabel respon
    2. Grafik disusun dengan variabel manipulasi di sumbu x dan variabel respon pada sumbu x.
    3. Grafik disusun dilengkapi dengan keterangan mengenai besaran dan satuan yang benar.
    4. Grafik disusun dapat menunjukkan gradien yang mewakili nilai dari semua variable yang dikontrol dalam percobaan

    7. Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data digunakan sebagai landasan dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Hasil dari analisis data termasuk dengan jawaban dari rumusan masalah ini kemudian dihubungkan dan digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil dari uji hipotesis inilah yang menjadi inti dari percobaan dimana menentukan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak.

    1. Teknik Analisis data menggunakan konsep atau hukum fisika yang benar
    2. Teknik analisis data menggunakan besaran dan satuan yang benar
    3. Teknik analisis data mengikuti aturan angka penting
    4. Teknik analisis data menyertakan kesalahan relatif pengukuran

    8. Menarik Kesimpulan

    Kesimpulan adalah hasil yang didapatkan dari pembahasan dan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan. Kesimpulan yang ditarik berasal dari hubungan yang kuat antara variabel manipulasi dan respon sehingga menjamin keberlakuan dari hipotesis

    1. Kesimpulan ditarik berdasarkan hasil analisis data
    2. Kesimpulan ditarik menjawab rumusan masalah
    3. Kesimpulan yang ditarik memberikan pernyataan mengenai keberlakuan hipotesis
    4. Kesimpulan yang ditarik tidak bertentangan dengan konsep dan hukum fisika

    B. Rubrik Penilaian Keterampilan Proses Sains

    Berdasarkan uraian di atas maka rubrik penilaian keterampilan proses sains dapat disusun sebagai instrumen penilaian KPS. Bentuk instrumen sebagai berikut

    NoIndikatorCeklist
    1Hipotesis disusun dalam bentuk kalimat pernyataan.
    2Hipotesis dapat diuji melalui percobaan.
    3Hipotesis menyimpulkan hubungan antara variable manipulasi dan variabel respon.
    4Hipotesis disusun bersifat rasional logis.
    5Rumusan Masalah disusun menunjukkan hubungan antara variable manipulasi dan variable respon
    6Rumusan Masalah disusun dengan variabel yang jelas dan dapat terukur
    7Rumusan Masalah disusun sesuai dengan topik yang sedang dikaji
    8Rumusan Masalah disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.
    9Variabel disusun dalam tiga bentuk yakni Kontrol, Manipulasi, Respon.
    10Variebel yang disusun memiliki nilai yang dapat diukur dengan alat ukur.
    11Variabel didefinisikan sesuai dengan hukum dan konsep fisika yang benar.
    12Variabel yang disusun menunjukkan hubungan yang dapat menjawab rumusan masalah.
    13Desain percobaan disusun secara runut dan sistematis.
    14Desain percobaan disusun dapat dilaksanakan sesuai dengan ketersediaan alat di Lab.
    15Desain percobaan disusun dengan mempertimbangkan pengukuran berulang.
    16Desain percobaan disusun untuk membuktikan hipotesis.
    17Tabel disusun menunjukkan hubungan antara variable manipulasi dan variabel respon.
    18Tabel disusun dengan variabel manipulasi pada kolom satu dan respon pada kolom dua.
    19Tabel dilengkapi dengan informasi satuan dan besaran masing-masing variabel.
    20Tabel dilengkapi dengan nama tabel yang menunjukkan hubungan variable manipulasi dan respon
    21Grafik disusun menunjukkan hubungan antara variable manipulasi dan variabel respon
    22Grafik disusun dengan variabel manipulasi di sumbu x dan variabel respon pada sumbu x.
    23Grafik disusun dilengkapi dengan keterangan mengenai besaran dan satuan yang benar.
    24Grafik disusun dapat menunjukkan gradien yang mewakili nilai dari semua variable yang dikontrol dalam percobaan
    25Teknik Analisis data menggunakan konsep atau hukum fisika yang benar
    26Teknik analisis data menggunakan besaran dan satuan yang benar
    27Teknik analisis data mengikuti aturan angka penting
    28Teknik analisis data menyertakan kesalahan relatif pengukuran
    29Kesimpulan ditarik berdasarkan hasil analisis data
    30Kesimpulan ditarik menjawab rumusan masalah
    31Kesimpulan yang ditarik memberikan pernyataan mengenai keberlakuan hipotesis
    32Kesimpulan yang ditarik tidak bertentangan dengan konsep dan hukum fisika

    1. Panduan Penggunaan Instrumen Penilaian KPS

    1. Instrumen penilaian adalah rubrik penilaian yang digunakan untuk menilai laporan praktikum peserta didik.
    2. Setiap indikator yang terpenuhi dari laporan praktikum tersebut diberi tanda centang (✓), dimaan setiap tanda ✓ bernilai 1.

    Skor Keterampilan proses sain peserta didik secara keseluruhan dapat dihitung dengan persamaan

    Skor =\frac{\Sigma n}{32}x100 \%

    keterangan

    n : total indikator yang terpenuhi.

    Discalimer :

    1. Instrumen adalah instrumen yang saya kembangkan dan telah dipertahankan pada ujian Tesis prodi S2 pendidikan Fisika UNY pada tahun 2016.
    2. Instrumen ini digunakan pada mata Pelajaran Fisika SMA
    3. Instrumen terdapat pada Paten Kementrian Hukum dan Ham dengan nomor Paten C22201604787.
    4. Instrumen ini dapat digunakan secara luas dan saya telah membuat surat pernyataan penggunaan secara bebas untuk keperluan non komersial dan kepentingan pengembangan pembelajaran dan pendidikan.

    Semoga bermanfaat, terima kasih banyak.

  • Asesmen Sumatif – Defenisi dan jenis-jenis Asesmen

    Asesmen Sumatif – Defenisi dan jenis-jenis Asesmen

    Asesmen sumatif adalah asesmen yang dijadikan sebagai acuan dalam menilai hasil belajar peserta didik dan dilaksanakan pada akhir bagian program pembelajaran. Bentuk asesmen ini bisa dalam bentuk ujian mid semester dan ujian akhir semester. Asesmen ini juga terkadang disebut sebagai assessment of learning.

    A. Apa Itu Asesmen Sumatif?

    Asesmen sumatif adalah sebuah metode formal yang dilakukan untuk mengeveluasi hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria ini bisa dalam bentuk standar kompetensi atau capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh institusi pendidikan atau lembaga yang lebih besar seperti kementerian pendidikan.

    Asesmen Sumatif dilaksanakan dengan seperangkat test yang disebut sebagai instrument tes. Tes ini dilaksanakan pada bagian akhir dari sebut unit, modul atau periode tertentu dalam program pembelejaran.

    Hasilnya akan dipublikasikan sebagai nilai yang dicapai oleh peserta didik baik dalam bentuk angka (persentase ketercapaian) ataupun dinyatakan dalam bentuk angka (A, A-, B+, dst). Hasil ini juga menjadi indikasi dari bagi guru dalam mengukur keberhasilan mereka dalam melaksanakan program pembelajaran, sehingga tes ini sebaiknya tidak dilakukan oleh guru.

    Institusi pada banyak negara termasuk Indonesia melakukan tes sumatif secara massive dalam skala nasional sebagai upaya mengukur keberhasilan program pendidikan yang mereka jalankan. Di Indonesia sendiri disebut sebagai Ujian Nasional (UN) yang namanya berubah-ubah seperti ujian akhir nasional (UAN), Evaluasi Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dan sebagainya.

    Selain lembaga Negara, gabungan dari beberapa negara dalam bentuk organisasi juga berupaya membuat sebuah Benchmark yang digunakan sebagai standar keberhasilan pendidikan di negara anggota. Contoh organisasi tersebut adalah OECD (Organisation of Economics Developing Country) yang melakukan tes yang disebut PISA (Programme for International Student Assessment). Indonesia sendiri selalu berada pada papan bawah hasil tes ini. Hal ini mengindikasikan program pendidikan Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara OECD lainnya.

    Keterbatasan Asesmen Sumatif

    Waktu pelaksanaan dan instrumen dalam bentuk satu set tes membuat sifat dari asesmen lebih ke arah ke artificial tes. Hal ini bertentangan dengan prinsip asesmen yang baik dimana tes yang dilakukan haruslah otentik (Authentic assessment) yakni menunjukkan kompetensi sesungguhnya peserta didik. Artificial test memiliki banyak keterbatasan yang membuat kompetensi peserta didik sendiri tidak bisa ditunjukkan secara maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh :

    1. Lama waktu antara proses pelatihan/pembelajaran dan tes yang mungkin saja membuat peserta didik lupa dengan kompetensi yang akan diujikan.
    2. Bentuk instrumen yang tidak begitu baik dalam mengekspos kompetensi peserta didik.
    3. Kondisi psikologis peserta didik dalam tes akhir yang tertekan sehingga membuat kompetensi yang hendak diukur tidak dapat digunakan oleh peserta didik.

    B. Jenis-Jenis Asesmen Sumatif

    Asesmen sumatif dilaksanakan dengan bantuan instrumen dalam bentuk tes ataupun observasi unjuk kerja. Adapaun bentuk instrumen yang digunakan dalam asesmen sumatif seperti:

    1. Tes Essay yang berisi pertanyaan yang membutuhkan jawaban baik singkat maupun panjang
    2. Test Pilihan ganda
    3. Unjuk kerja (Performance assessment) dimana peserta didik diminta melakukan atau mempraktikkan seperangkat keterampilan yang dinilai melalui lembar observasi atau pedoman pensekoran.
    4. Tes lisan atau wawancara dengan pertanyaan yang terdiri dari instrumen tes bukan open ended question yang menanyakan pendapat
    5. Portofolio dan Laporan Projek.

  • Asesmen Diagnostik pada Program Pembelajaran

    Asesmen Diagnostik pada Program Pembelajaran

    Asesmen Diagnostik adalah langkah awal yang paling tepat dilakukan oleh guru sebelum memulai pembelajaran. Dalam kasus ini baik itu memulai topik baru, bagian awal pelaksanaan program pembelajaran, atau awal pertengahan program pembelajaran tahunan. Tujuan utama dari asesmen ini mengumpulkan data tentang karakteristik dari pesera didik yang digunakan sebagai data dalam menyusun strategi pembelajaran yang adakan dilaksanakan. Asesmen ini adalah rujukan yang paling tepat dalam menyusun program pembelajaran.

    Data dari asesmen Diagnostik ini disusun sebagai pedoman bagi guru dalam menyusun materi dan bahan ajar agar program pembelajaran bisa lebih ramping, efektif dan efisien. Keputusan yang terkait data dari tes ini adalah penentuan kedalaman materi terutama untuk kompetensi pedagogik dan keterampilan peserta didik.

    Instruktur atau guru menggunakan data dari asesmen ini untuk menemukan masalah-masalah utama yang kemungkinan akan dihadapi peserta didik ketika program pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya dari masalah tersebut, guru menyusun sebuah program yang dapat melatih peserta didik mencapai kompetensi minimum yang ditetapkan pada standar kurikulum berdasarkan kedalaman materi dan alokasi waktu yang tersedia.

    A. Asesmen Diagnostik

    Asesmen Diagnostik juga disebut sebagai pra-evaluasi yakni proses evaluasi yang dilaksanakan sebelum program pembelajaran dimulai. Informasi utama yang dikumpulkan dengan Asesmen ini adalah data tentang pengetahuan awal peserta didik mengenai topik yang akan dibahas. Dengan kata lain, asesmen ini digunakan untuk mengetahui level pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Data ini kemudian disusun agar menunjukkan learning gap antara pengetahuan dan standar kompetensi yang harus diselesaikan melalui proses pembelajaran.

    Selain di awal program pembelajaran, asesmen diagnostik juga bisa dilakukan di awal pergantian materi setelah mid tes atau memastikan pengetahuan awal yang berkaitan dengan pra syarat materi. Misalkan pada pokok bahasan Analisis Gerak Benda yang membutuhkan pengetahuan Integral dan Diferensial sebagai alat dalam menganalisis gerak, maka guru ada baiknya mengetahui pengetahuan calculus peserta didik.

    Asesmen Diagnostik merupakan jenis asesmen yang non-grade assessment dimana hasilnya tidak bisa dijadikan untuk menentukan naik atau tidaknya level peserta didik. Hasil asesmen lembih menunjukkan penilaian tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik secara spesifik. Dengan informasi ini guru dapat membuat penyesuaian yang diperlukan pada kerangka pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

    a. Karakteristik Asesmen Diagnostik

    Karasteristik Asesmen Diaganostik sebagai berikut

    1. Dilaksanakan di awal program pembelajaran
    2. Tujuan fokus pada memahami pengetahuan awal peserta didik
    3. Mengindentifikasi keunggulan peserta didik yang dapat ditingkatkan
    4. Tidak dijadikan dasar penilaian hasil belajar (non-graded test)
    5. Mengubungkan pengetahuan awal dan kompetensi yang akan dicapai pada program pembelajaran.

    B. Tujuan Asesmen Diagnostik

    Mengapa Asesmen Diagnostik harus dilakukan oleh guru? Tujuan utama dari asesmen ini adalah mengumpulkan data mengetrahui apa yang peserta didik sudah ketahui tentang topik yang akan dibahas. Dengan demikian, Guru kemudian menentukan sub materi mana yang sebaiknya atau tidak dibahas lagi di dalam kelas. Dari hal ini kemudian diorganisasikan materi yang akan akan dimasukkan ke dalam program pembelajaran.

    Penialaian diagnostik juga memberikan panduan guru dalam mengajar dalam bentuk based-lain pembelajaran. Guru akan mengetahui topik-topik mana yang sebaiknya diberikan penekakan dan topik yang diajarkan biasa saja atau malah diabaikan. Lebih jauh dari itu, guru bisa berimprovisasi dalam memperbaiki miskonsepsi dan kesalahpahaman sebelum pembelajaran dilaksanakan terutama pada materi pra-syarat.

    Pada akhirnya, asesmen diagnostik dapat membuat proses belajar dan pembelajaran menjadi lebih efektif sesuai dengan tujuan dan efisiens dari segi lebar materi yang didapatkan. Hasilnya guru dan peserta didik akan berada pada pemahaman yang sama mengenai posisi dan rencana yang akan dipelajari.

    C. Jenis-Jenis Asesmen Diagnostik

    Asemsen diagnostik terbagi ke dalam dua jenis Asesmen yakni Informal dan Terstandarisasi.

    1. Asesmen Diagnostik Informal

    Asesment Diagnostik Informal dalam kasus ini adalah penilaian yang dilakukan oleh guru secara sponatn sebelum proses pembelajaran dilakukan. Prosesnya sederhana dimana Guru bisa memilih peserta didik secara acak untuk menjawab pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Pertanyaan yang diajukan bisa secara rambang dan survey mengenai pengetahuan awal dari peserta didik.

    Penggunaan tes diagnostik ini dilakukan jika materi yang disampaikan tidak memiliki prasyarat materi yang dalam. Asumsi dasar lainnya adanya hasil pengukuran pembelajaran sebelumnya yang memiliki hubungan erat dengan materi selanjutnya.

    2. Asesmen Diagnostik Terstandarisasi

    Asesmen diagnotik terstandarisasi adalah asesmen yang secara khusus dikembangkan dengan penggunaan metode uji yang khusus. Asesmen disusun dengan terstruktur dengan tujuan mengevaluasi pengetahuan dan mengindentifikasi semua Gap yang ada. Gap ini bisa jadi antara pengetahuan awal peserta didik dan prasyarat materi berikutnya atau dengan tujuan pembelajaran materi berikutnya.

    Asesment ini juga dirancang menyediakan infromasi mengenai kelemahan dan keunggulan peserta didik secara rata-rata di dalam kelas. Data ini selanjutnya dijadikan rujukan bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi kelas.

    Secara umum, Asesmen diagnostik terstandarisasi dilaksanakan setelah asesmen informal. Terutama ketika hasil dari asesmen informal sangat jauh dari harapan guru.

    D. Bentuk Instrumen Diagnostik

    Bentuk instrumen asesmen diagnotik dapat disusun dalam dua bentuk yakni (1) instrumen non-test seperti survey dan (2) instrumen test yang sifatnya analog dengan pre-test.

    1. Survey

    Instrument non-test pada asesmen Diagnostik memiliki sifat yang lebih ringan serta membuat peserta didik lebih rileks dalam tes. Survey ini dilakukan untuk mengetahui presepsi awal peserta didik tentang materi fisika yang akan dipelajari dan kompetensi pra-syarat yang dibutuhkan peserta didik.

    Contoh penyusunan butir instrumen survey ini sebagai berikut:

    Misalkan materi yang akan dipelajari selanjutnya adalah Kinematika Gerak dengan sub materi GLB, GLBB, Gerak Parabola. Materi ini telah dipelajari di SMP dan perkembangan matari di SMA adalah menurunkan persamaan-persamaan dalam gerak, maka guru sebaiknya mengetahui kompetensi dasar peserta didik tentang:

    1. Posisi
    2. Kecepatan
    3. Percepatan
    4. Diferensial
    5. Integral Tentu

    Bentuk instrumen sebagai berikut:

    1. Apakah Anda pernah mempelajari materi gerak di SMP?
    2. Diantara ini manakah materi atau rumus yang masih anda ingat penggunaannya? (boleh lebih dari satu atau semuanya).

    1. \ v = \frac{s}{t}
    2. \ v_t=v_0+at
    3. \ v_t^2=v_0^2+2as
    4. \ a=\frac{v_2-v_1}{t}

    3. Lingkari jika anda paham dengan penurunan dan integral di bawah ini? (boleh lebih dari satu atau semuanya).

    1. \ \int x^ndx=\frac{1}{n+1}x^{n+1}+c
    2. \ \frac{d(x^n)}{dt}= nx^{n-1}

    2. Tes Diagnostik

    Asesmen diagnostik yang dilakukan dengan dengan instrumen tes bisa juga disebut sebagai tes Diagnostik. Asesmen diagnostik dengan menggunakan instrumen tes jauh labih banyak digunakan dkarena karakteristik peserta didik kita yang unik ketika di berikan instrumen non-test. Kekurangan instrument test biasanya lebih menunjukkan harapan responden dibandingkan dengan kenyataan yang mereka alami.

    Contoh survey dengan kalimat :

    1. Apakah anda sangat menyukai fisika
      1. sangat suka
      2. suka
      3. sedang-sedang
      4. tidak suka
      5. sangat tidak suka

    Biasanya butir ini akan di isi oleh respoden yang disurvey oleh guru fisika meerka pada posisi sangat suka atau suka. Jawaban tersebut muncul karena ada rasa takut ketika memiliki butir tidak suka dan sangat tidak suka.

    Bentuk tes diagostik bisa dibuat dalam berbagai bentuk baik itu pilihan ganda maupun essay, namun lebih disarankan menggunakan pilihan ganda yang lebih mudah dalam melakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan waktu antara persiapan program pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung dalam kurung waktu yang singkat sehingga dibutuhkan instrumen yang mampu menyajikan data dalam waktu singkat. Contoh butir sama dengan instrumen tes kognitif pada umumnya namun distribusi poinnya tidak saklek seperti tes hasil belajar.

  • Uji Reliabilitas Instrumen Pada Pengukuran Skala-Skala Psikologi

    Uji Reliabilitas Instrumen Pada Pengukuran Skala-Skala Psikologi

    AhmadDahlan.NET – Reliabilitas instrumen adalah kehandalan dan daya tahan instrumen untuk menunjukkan hasil pengukuran yang sama ketika digunakan berulang kali. Tinjauan reliabilitas instrumen bisa konsisten terhadap perbedaan waktu, kondisi atau kombinasi dari keduanya. Misalkan sebuah hasil pengukuran menunjukkan hasil sebesar 26,3 m, maka Instrumen yang reliable akan menunjukkan hasil yang sama meskipun dilakukan pada kondisi dan waktu yang berbeda.

    Dalam pengukuran skala-skala psikologi manusia, sangat mustahil untuk membuat instrumen yang bisa menunjukkan hasil yang persis sama jika dilakukan ulang. Hal ini disebabkan aspek yang dinilai memang berubah dalam diri manusia tergantung dari kondisi, namun dalam upaya memastikan hasil pengukuran valid maka reliabilitas instrumen harus dipastikan. Validitas dan Reliabilitas adalah dua konsep yang berbeda namun beberapa asumsi dalm aspek-aspek psikologi bisa membuat dua hal ini saling berdiri satu sama lain.

    Perbedaan hasil pengukuran dalam ranah psikologi ini bisa dijadikan patokan untuk memastikan seberapa besar tingkat konsistensi dari hasil pengukuran. Karena berasal dari rasio dari pengukuran berulang maka Reliabilitas Instrumen dinyatakan dalam angka yang disebutkan sebagai koeifisien reliabilitas. Pada pengukuran menggunakan asumsi klasik, reliabilitas akan berada pada rentang 0 sampai 1.

    Standar penggunaan bisa diatur lebih lanjut dengan berbagai pertimbangan rasional. Misalnya sebuah pengukuran aspek A mungkin saja menggunakan isntrument dengan koefisien reliabilitas 0,70 namun aspek lain bisa saja lebih tinggi atau lebih rendah. Kita hanya perlu mengemukakan pendapat rasional yang didasari oleh hasil peniltian dan pendapat pakar untuk mengetahui koefisien reliabitas sebuah instrumen yang akan digunakan.

    Aspek dan Uji Reliabilitas

    Reliabilitas sebuah instrumen dapat ditentukan dari berbagai aspek. Pertimbangan aspek bisa melekat pada instrumen yang digunakan dan bisa juga bergantung dari nilai objek yang diukur. Semuanya dikembalikan dari rasionaldari penyusunan instrumen. Sebuah instrumen mungkin saja hanya memiliki satu aspek reliabilitas dan tidak bisa diuji dengan aspek reliabilitas lain namun bisa jadi juga bisa diuji dengan berbagai metod.

    Jenis jenis aspek reliabilitas instrumen dilakukan dengan uji / test relibilitas instrumen adalah test-retest, test ekuivalensi, dan internal konsistensi. Setiap uji ini memiliki perbedaan pandangan reliabilitas dengan syarat uji yang berbeda. Test-Retest mengukur konsistensi instrumen yang digunakan berulang kali pada waktu yang berbeda, test ekuivalansi digunakan untuk mengukur konsistensi dua instrument yang dianggap indetik, dan test internal konsistensi digunakan untuk mengukurn konsistensi setiap item pada sebuah instrumen.

    Kesepakatan antar Rater juga terkadang bisa digunakan untuk mengetahui reliabilitas intrument. Test ini didasari oleh pendapat beberapa ahli menganai skore yang diberikan kepada isntrumen. Skore dari para ahli ini selanjutnya diolah untuk mendapatkan koefisien konsistensi antar rater dan disebut sebagai sebagai Agrement score. Test ini dilakukan dengan pertimbangan ketat dalam pemilihan rater yang dianggap memiliki kompetensi dalam menilai instrumen yang dikembangkan. Subjektifitas mungkin akan muncul dalam proses pembelian skor oleh pakar oleh karena itu kepercayaan dari koefisien reliabiliats dari Agreemnt score sangat bergantung dari jumlah rater yang dimintai pendapat.

    Perbedaan aspek dan syarat dalam pemilihan uji reliabilitas dalapt dilihat pada bagan berikut :

    Jumlah Testsatu instrumentsua Instrument
    Satu Split-Half
    Kuder-Richardson
    Cronbach’s Alpha
    Test Ekuivalensi
    DuaTest-Retest

    1. Test Retest

    Test Retest adalah uji reliabiltas untuk sebuah instrumen yang diujikan sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan yang muncul karena pengukuran dilakukan di waktu lain.

    Prosedur pengukuran dilakukan untuk sebuah instrumen yang diujikan pada kelompok subjek uji yang sama pada waktu yang berbeda. Hambatan dari tes ini muncul dari lama waktu yang dibutuhkan untuk subjek uji tidak lagi mengingat apa yang telah diujika sebelumnya namun kompetensi dan nilai yang ada pada instrumen tetap menjadi bagian dari individu dari masing-masing subjek uji.

    Misalkan saja kita mengujikan sebuah instrumen pada peserta didik yang sedang dalam program belajar. Rentang waktu yang lama akan membuat pengetahuan dari subjek yang diuji ikut bertambah. Hal ini membuat tets-retets menjadi sulit diukur karena bisa jadi pengetahuan masing-masing individu memang sudah berubah dari setelah test awal diberikan.

    Pengujian Test-Retest harus memenuhi aspek maturiti dan perkembangan pengetahuan individu-individu dari subjek untuk menjaga validitas uji reliabilitas yang dilakukan.

    2. Test Ekuvalensi

    Test ekuivalensi dilakukan untuk mengetahui relibilitas dari dua isntrumen yang disusun secara identik dari sisi konstruksi. Koefisien reliabilitas yang dihasilkan akan menunjukkan aspek keidentikan instrumen dari sisi empirik (statistik).

    Prosedur test dilakuakn dengan memberikan dua instrumen kepada subjek test dalam waktu yang sama. Skore yang dihasilkan kemudian dianalisi dengan uji statisik korelasi.

    3. Test Internal Konsistensi

    Internal konsitensi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keanehan (inkonsisten) dari item-item test yang diukur. Test Inskonsistensi dapat diukur dengan berbagai metode namun yang umum dilakukan dengan tiga cara yakni Split-half, Tes Kuder Richardson dan Alfa Cronbach.

    a. Split Half

    Split hal dilakukan dengan cara memisahkan item ke dalam dua bagian. Pemisahan bisa dilakukan dengan dua cara yakni berdasarkan ganjil-genap atau berdasarkan separuh bagian pertama dan separuh bagian akhir. Test ini lebih cocok digunakan untuk test dengan skor dikotomous.

    Perhitungan koefisien reliabiltas dilakukan menaggunakan rumus uji reliabilitas Spearman-Brown :

    r_{full} = \frac{2(R_{half})}{1+R_{half}}

    b. Kuder-Richardson

    Kuder-Ricahrdson (KR) adalah test uji konsistensi item instrumen yang disusun dengan repson test dikotomus (0 dan 1). Proses perbandingan dilakukan dengan dua cara yakni antar item atau setengah jumlah item dengan setengah jumlah item lainnya.

    Uji KR terdiri dari dua tes yakni KR 21 untuk tes yang soalnya memiliki tingkat kesulitan yang sama sedangkan KR20 bebas asumsi dari sisi tingkat kesulitan tes.

    KR-21

    r_{i}=\frac{k}{k-1}\left (1-\frac{M(k-M)}{ks^2}\right )

    KR-20

    r_{i}=\frac{k}{k-1}\left (\frac{s^2-\sum p_iq_i}{s^2}\right )

    Ket:

    • ri : Koefisien reliabilitas
    • pi : Jumlah jawaban benar pada masing-masing item
    • qi : 1 – pi
    • k : jumlah item dalam instrumen
    • M : Skor Mean
    • s : variansi

    c. Alfa Cronbach

    Alfa cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen non-test yang skornya tidak menunjukkan salah benar dari respon yang diberikan. Skala yang digunakan umumnya adalah rating skale seperti likert. Rumus Alfa Cronbach adalah :

    r_{ac}=\frac{k}{k-1}\left(1-\frac{\sum \sigma_b^2 }{\sigma_t^2} \right)

    Persamaan ini akan menghasilkan hasil yang sama dengan KR-20 untuk skor dikotomus, hanya saja Alfa Cronbach digunakan untuk instrumen non tes dengan rating skale.

    d. Skor Kesepakatan

    Skor ini muncul didapatkan dari pendapat dalam bentuk skor yang diambil dari pakar dan praktisi yang berkaitan dengan instrumen. Kensistensi dari rater dalam dihitung dengan banyak cara dan bergantung dengan jumlah raternya. Jenis-jenis test bisa menggunakan intenral konsistensi, persenati kesepakatan, gregory, dan lain-lian.

  • Membuat Kuis Pilihan Ganda dengan Google Form

    Membuat Kuis Pilihan Ganda dengan Google Form

    AhmadDahlan.NET – Google form adalah satu open platform yang menyediakan layanan kuiz online melalui aplikasi formulir. Layanan ini bisa digunakan dengan sinkronisasi akun google melalui Gmail secara terbuka oleh siapa saja.

    Langkah-Langkah membuat Ujian Online dengan Google Form

    Agar bisa menggunakan fasilitas google form, browser anda harus terhubung dengan akun google yang tersinkorn dengan gmail, jadi silahkan login terlebih dahulu. Kemudian silahkan masuk ke Google formulir dan pilih buka buka formulir.

    Google Formulir dan membuat soal dengan akun Google

    1. Menyiapkan Formulir untuk Ujian

    1. Buat formulir baru dengan memilih menu dengan ikin “Tambah” (+)
    2. Pilih menu setting di pojok kanan atas deangn simbol roda gigi
    3. Tunggu sampai kotak dialog terbuka, pilih menu kuiz yang terletak paling ujung yakni kanan.
    4. Centang menu “Jadikan ini sebagai kuiz”
    5. Centang bagian bawah untuk memberikan feed back kepada siswa tentang jawaban yang mereka berikan. Centang (1) pertanyaan tak terjawab, (2) Jawaban yang benar, dan (3) Nilai Poin
    6. Kembali ke menu umum di pojok kiri, lalu centang “batasi satu tanggapan”, agar setiap peserta didik hanya bisa mengirim satu respon.
    7. Simpan lalu lanjutkan ke langkah berikutnya.
    Menu setting quiz di google form

    2. Menyiapkan Kolom Identitas Peserta

    1. Setelah itu tunggu sebentar sampai kembali ke menu utama.
    2. Silahkan isi bagian judul formulir dengan judul quiz atau ujian
    3. Isikan bagian deskripsi dengan aturan singkat ujian
    4. Buat Kolom identitas dengan menu pilihan Jawaban Singkat untuk identitas Nama, NIPD dan Kelas.
    5. Centang wajib diisi agar peserta didik tidak lupa mengisi identitas
    Identitas peserta Ujian test online dengan Google Formulir

    3. Membuat Kuiz

    1. Tambahkan Pertanyaan baru kemudian pilih bentuk pilihan ganda
    2. Buat badan soal dengan jelas kemudian tekan enter agar ke menu pilihan jawaban.
    3. Buatlah pilihan jawaban sesuai dengan jumlah distriktor yang ingin digunakan.
    4. Berikan informasi mengenai jawaban yang benar kemudian berikan poin untuk jawaban yang benar.
    5. Ulangi langkah ini sampai jumlah soal selesai.
    Cara Membuat Soal Pilihan ganda di Google form

    4. Settingan Tambahan

    Settingan tambahan dalam ujian online digunakan untuk menjalakan aturan ujian, seperti waktu ujian, durasi dan larangan membuka jendela lainnya.

    1. Tambahkan Add on pada google form anda pada menu berlogo puzzle di sampiang roda gigi di pojok kanan atas.
    2. Cari add-on formlimiter untuk memberikan batasan waktu pengerjaan ujian dan tanggal ujian.
    3. Instal add-on lalu buka. Silahkan aturan durasi waktu dan jadwal ujian. kemudian simpan pengaturan.

    5. Menyebarkan Kuiz

    Kuiz pada google form bisa disebarkan dengan menu kirim. Layanini memiliki tiga pilihan cara menyebarkan yakni :

    1. Email : Langsung diberikan kepada peserta didik melalui email mereka
    2. Link : Link bisa dikirim melalui aplikasi pesan segera setelah kuiz akan diselenggerakan.
    3. Sematkan HTML : Sematkan HTML adalah script HTML Iframe yang bisa ditempelkan di laman website bagi pengguna pembelajaran berbasis e-Learning.
  • Pengertian dan Peranan Evaluasi Pendidikan

    Pengertian dan Peranan Evaluasi Pendidikan

    Ahmad Dahlan. Evaluasi adalah aspek yang penting dan hampir pada semua bidang. Dalam dunia pendidikan, Evaluasi memiliki banyak peran bahkan hampir di setiap tingkatan pada tataran kurikulum baik itu kurikulum formal hingga pada kurikulum experiensial.

    Evaluasi merupakan serapan dari Bahasa Inggris yakni Evaluation yang secara harfiah diartikan sebagai sebuah proses penilaian. Pengertian Evaluasi secara meluas dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara sistematis untuk melakukan penilaian terhadap suatu sistem yang sedang berjalan atau yang telah berjalan. Penilaian dilakukan setelah terlebih dahulu mengumpulkan data mengenai program yang hendak dievaluasi sehingga evaluasi sangat erat kaitannya dengan penggunaan Instrumen pengukuran dan pengumpulan data. Tanpa data yang baik maka hasil evaluasi akan menghasil kesalahan interpretasi.

    Cara melakukan Evaluasi Pendidikan
    Sumber: absmagazine.com.au

    Evaluasi Pendidikan

    Evaluasi atau Evaluation dalam secara bahasa melekat pada kata “Value” yang dapat diartikan sebagai “nilai”. Pada saat kita melaksanakan evaluasi proses utama yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi sebanyak-banyak untuk membantu proses pemberian nilai. Sangat Mustail melakukan melakukan evaluasi tanpa mengumpulkan data-data terlebih dahulu mengenai suatu objek. Situasi atau keadaan yang hendak dievaluasi bisa jadi dalam sebuah tujuan, sasaran, standar, prosedur dari sebuah kerja atau sebuah program lengkap yang sudah berjalan atau yang sedang berjalan.

    Dalam proses pengumpulan data, merupakan suatu proses yang sengaja dirancang untuk memperoleh informasi tertentu. Seluruh informasi yang dikumpulkan dalam proses Evaluasi dalam membuat beberapa alternatif dalam sebuah keputusan. Evaluasi melibatkan pengambilan keputusan yang jauh lebih lengkap dari sebatas pengumpulan data dan menganalisis data, namun evaluasi menyiapkan informasi dari masalah yang telah ditemukan dalam evaluasi dan secara bersamaan memberikan solusi mengenai masalah yang telah ditemukan.

    Kriteria Penilaian dalam Evaluasi Pendidikan.

    Kriteria dalam penilaian yang dilakukan dalam sebuah evaluasi bisa berasal dari dua sumebr yakni bagaimana program itu dibuat atau indikator umum yang sudah melekat pada suatu bentuk program tertentu. Kedua hal ini tentunya memiliki tujuan yang berbeda. Suatu program yang dibangun dirancang berdasarkan tujuan pembuatan suatu program.

    Proses evaluasi yang melibatkan tujuan harus bersumber dari pihak yang menyusun program. Tentu saja tidak etis jika kita membandingkan suatu program yang telah disusun seseorang dengan indikator yang berbeda dari program yang telah disusun. Namun dalam beberapa hal, proses evaluasi boleh diambil dari indikator yang tidak disusun oleh perancang program, misalnya suatu program yang disusun untuk menyaingi sebuah program yang sejenis tentu saja boleh menggunakan indikator dan kriteria yang telah melekat pada program sebelumnya, namun dalam hal menentukan jalannya suatu program tidak dapat dimasukkan ke dalam sistem ini.

    Pada Evaluasi Pendidikan, Kriteria standar penilaian dan evaluasi harus didasari oleh indikator kesesuaian keterlaksanaan program. Indikator ini merujuk pada seluruh aspek yang tertera pada peraturan menteri mengenai pelaksanaan program pendidikan dan kurikulum nasional. Pada proses implementasi dari peraturan menteri pada tingkat sekolah tentu saja ada tambahan dan juga ada kekurangan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Kelebihan dalam suatu program adalah unsur kedaerahan (muatan lokal) yang dimuat agar sekolah memberikan fasilitas kepada peserta didik dalam proses interaksi sosial dimana mereka tumbuh. Dalam hal ini program tambahan yang tidak diatur secara eksplisit dalam permen tidak perlu dimasukkan ke dalam kriteria penilaian karena tentu saja akan ada perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain. Namun dalam hal kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh satu tingkat unit pelaksana tugas pendidikan, aspek yang kurang harus diekspos semaksimal mungkin agar solusi dari masalah ini dapat segera diselesaikan.

    Peranan Evaluasi Pendidikan.

    Peranan Evalusia secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas suatu program yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Sedangkan dalam bidang pendidikan, seperti yang disampaikan oleh Djemari Mardapi, seorang pakar dan praktisi pengukur dan evaluasi nasional,  menjelaskan bahwa salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan dalam hal proses pembelajaran adalah melalui perbaikan kualitas evaluasi. Evaluasi dalam dunia pendidikan pada tingkat sekolah tidak sebatas pemberian nilai kepada peserta didik namun juga memberikan gambaran mengenai perkembangan peserta didik sehingga segala pihak yang terkait dengan peserta didik dapat mengetahui langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah yang didapati oleh peserta didik.

    Evaluasi pendidikan tidak bersifat justifikasi semata dalam menimbang objek yang dievaluasi salah atau benar, melainkan suatu program kompleks yang turut serta memberikan solusi pada masalah yang ditemukan pada peserta didik. Program evaluasi sangat dibutuhkan untuk ketepatan dan efisiensi dari solusi yang diberikan, karena sangat mustahil untuk mengetahui kekurangan suatu program atau perkembangan peserta didik hanya dengan pengamatan sederhana atau pendapat dari seorang pakar.