AhmadDahlan.NET – Synchronous learning adalah pembelajaran yang dilakukan pada tempat yang terpisah namun pada waktu yang sama. Asynchronous Learning membuat pembelajaran lebih santai karena bisa dilakukan dengan waktu dan tempat yang lebih fleksibel.
Pembelajaran jarak juah dalam jaringan (Online Distance Learning) Kelas Online bisa dirancang dengan dua sistem yakni synchronous dan asynchronouslearning. Kedua sistem belajar ini menganut prinsip pembelajaran yang berbeda yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik seperti motivasi, ketertarikan dan gaya belajar.
Perbedaan mendasar antara synchronous dan asynchronous learning terletak pada metode penyelenggaraan kelas. Kelas synchronous diselenggarakan pada kelas virtual dengan cara pembelajaran tradisional dimana peserta didik diarahkan untuk belajar pada jawdal tertentu dan disertai dengan diskusi langsung. Asynchronous Learning lebih bersifat instruksi dan komunikasi yang diberikan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas dan aktifitas yang bebas. Peserta didik boleh memilih kapan saja tugas tersebut diselesaikan dalam kurung waktu tertentu.
A. Synchronous Learning
Synchronous Learning adalah proses pembelajran dimana peserta didik dapat mengakses pembelajaran pada waktu yang sama dengan teman dan gurunya. Materi dan subjek belajar disampaikan oleh guru secara terstruktur kepada peserta didik sama seperti pada kelas-kelas tradisional namun dilakukan pada tempat yang terpisah.
Proses pembelajaran synchronous dilakukan dalam jaringan dan memanfaatkan fasilitas utama yakni Online conference sebagai rang kelas virtual seperti Google Meet, Zoom, Big Blue Button dan sejenisnya. Synchronous dititikberatkan pada pendekatan konservatif teruutama untuk materi-materi yang membutuhkan diskusi dan feedback langsung dari pengajar.
Contoh kelas synchronous
Contoh kelas Synchronous dilakukan dengan cara Live streaming atau dengan aplikasi video conference. Kegiatan dalam kelas Synchronous dilakukan dalam bentuk ceramah atau model direct instruction oleh guru melalui media presentasi. Peserta didik dapat langsung bertanya melalui layanan chat, pesan massal (Broadcast) dan microphones.
Karakteristik kelas Synchronous Online
Kelas Synchronous Online secara praktis dilaksanakan sama seperti dengan kelas tradisional offline dimana guru akan melakukan beberapa aktifitas seperti mengecek kehadiran, diskusi dan sejenisnya. Peserta didik pada umumnya akan menghadiri kelas melalui layanan live-streaming dan aplikasi webcam. Proses pembelajaran dilakukan dalam kurung waktu tertentu sesuai dengan bobot dari tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut.
Keunggulan
Kekurangan
Keterlibatan pembelajaran tinggi
Jadwal Belajar Kaku
Respon langsung
Membutuhkan Jaringan Internet yang Kuat
Proses belajar yang dinamis
Membutuhkan Webcam dan Mic
Komunikasi langsung antar peserta didik dan guru
Butuh waktu lama agar partisipan berkumpul
B. Asynchronous Learning
Asynchronous Learning adalah sistem pembelajaran yang diatur sedimikian rupa sehingga peserta didik bisa belajar dengan waktu yang fleksibel. Pada umumnya pembelajaran asynchronous ditata agar memiliki deadline pengiriman tugas, waktu pengiriman yang panjang, menu penyajian materi, instruksi kegiatan pembelajaran, dan ruang diskusi asinskron.
Dalam pembelajaran asynchronous, guru mungkin saja memberikan instruksi yang terstruktur mengenai kegiatan pembelajaran namun karena keterbatasan kontrol dari guru seperti pada kegiatan kelas synchronous, maka peserta didik bisa saja mengerjakan aktifitas yang disampaikan tidak secara beraturan. Hal ini harus menjadi pertimbangan guru dalam menyusun instruksi yang diberikan.
Pembelajaran asynchronous memanfaatkan fitur Forum dan pesan broadcast untuk menjalin komunikasi massal di dalam kelas. Fitur ini analog dengan interaksi sosial antar peserta online yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, kelas asynchronous memanfaatkan prinsip belajar mandiri, workshop, dan fitur berbagi tugas. Fitur berbagi tugas ini adalah fitur dimana tugas dapat diakses secara massal untuk seluruh anggota kelas. Jika tidak tersedia dalam LMS, biasanya Google Drive akan dimanfaatkan sebagai subtitusi untuk file.
Berdasarkan banyak hasil penelitian mengenai pembelajaran online, kebanyakan peserta didik lebih menyukai asynchronous learning karena mereka bebas menentukan kapan harus belajar dan kapan diri mereka siap untuk belajar.
Contoh Pembelajaran asynchronous
Kelas asynchronous biasanya di atur oleh guru sebelum waktu pembelajaran dilaksanakan. Seluruh instruksi di atur di LMS kemudian peserta didik mengaksesnya secara individu dan bebas. Guru akan memposting bahan ajar Asyncronous baik berupa artikel, infografik, video dan sejenisnya. Isinya berupa instruksi dan tagihan pembelajaran kegiatan yang harus dilaksanakan.
Proses konfirmasi pengetahuan yang dilakukan oleh guru dalam bentuk pemberian kuiz seputar materi yang sedang dijalankan. Kuiz diberikan dalam rentang waktu tertentu atau setiap sup topic materi sudah diselesaikan oleh peserta didik.
Karakteristik kelas Asynchronous Online
Dalam kelas asynchronous online, pembelajaran dapat dilakukan peserta didik secara bebas sesuai dengan jadwal kosong mereka. Guru akan melacak kehadiran peserta didik dengan cara yang berbeda seperti pada saat kelas Sinkron. Bisa saja dilacak seperti seberapa lama mereka membaca materi, apakah mereka telah menyelesaikan menyaksikan video yang diberikan, atau peserta didik bisa menjawab kuis yang diberikan dan hal-hal yang dianggap bisa mensubtitusi absen harian yang dicentang.
Keunggulan dari kelas asynchronous online, peserta didik memiliki kesempatan berkali-kali membaca dan memhami materi yang diberikan tanpa ada batasan jumlah akses materi. Kalaupun ada batasan sepertinya dibatasi oleh durasi waktu ketika materi pembelajaran harus berpindah ke materi berikutnya.
Dengan demikian pembelarajn asynchronous online membuat guru tidak bisa mengecek kesiapan peserta didik belajar secara massal. Partisipasi online dari peserta didiklah yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran online. Peserta didik harus memiliki motivasi internal dan partisipasi proaktif dari peserta didik, terutama untuk topik-topik yang gagal dipahami.
Ahmaddahlan.NET – Nelson Mandela adalah salah satu tokoh dunia yang memiliki perjuangan besar dalam pemerataan pendidikan pernah memberikan pandangannya terhadap pendidikan. Mantan Presiden dan Pejuangan Afrika Selatan ini menyatakan bahwa Pengertian Pendidikan sebagai mata uang yang berlaku di mana saja dan kapan saja.
Lantas bagaimana pendapat pakar mengenai defenisi pendidikan? Berikut ini kumpulan kutipan pengertian pendidikan lengkap dengan buku rujukan dan daftar pusataknya.
1. Horneu
Pendidikan merupakan proses yang berlangsng terus menerus berupa perubahan mental dan fisik untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Output dari pendidikan termanifestasi dalam bentuk intelektual, emosinal dan sifat sosial.
Horne, H.H. (1937). Philosophy of Christian education. NewYork: Fleming H. Revel
2. Henderson
Pendidikan adalah warisan sosial dalam bentuk budaya yang merupakan kombinasi dari perkembangan dan pertumbuhan individu dalam membentuk hati nurani. Pendidikan berkaitan erat dengan etis dan nurani dalam menentukan pilihan-pilihan yang dilaksanakan dalam hidup.
Henderson, SvP. (1960). Introduction to Philosophy of Education. Illinois : University of Chicago Press
3. Barmeld
Pengertian pendidikan menurut Barmeld adalah isitilah yang tidak hanya terbatas pada meningkatkan kompetensi dan kemampuan individu pada kehidupannya di masyarakat. Pendidikan memiliki peran dalam mengajarkan peserta didik mengenai tanggung jawab dan perannya di ranah sosial. Dengan demikian pendidikan memiliki fungsi yang lebih luas daripada sebatas proses pembelajaran di dalam kelas.
Brameld, Theodore. (1971) Patterns of Educational Philosophy: Divergence and Convergence in Culturological Perspective. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
4. Good
Pendidikan adalah proses perkembangan sikap dan perilaku individu dalam kehidupannya di masyarakat. Pendidikan menitikan beratkan pada keterampulan sosial dimana seseorang harus mengetahui peran dan tata cara yang baik dalam berinterkasi dalam sebuah lingkungan.
Good, CV (1977), “Dasar Konsep Pendidikan Moral”, Bandung: Alfabeta
5. Langeveld
Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan untuk membimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan. Implementasi pemberian pendidikan kepada peserta didik terlihat dari pemberian bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup mereka agar bisa bertangung jawab secara susila.
Langeveld. M.J (1980). Pedogogik Teoretis Sistematis. Bandung : Jemmars
6. Dewey
Pendidikan adalah proses memperbaharui pengetahuan dengan pemaknaan yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman hidup. Proses ini dapat terjadi dimana saja seperti dalam proses interkasi sosial yang terjadi di dalam msyarakat atau melalui upaya sadar dalam sebuah lembaga pendidikan formal dan non formal. Pendidikan melibatkan pengawasan dari orang dewasa atau orang yang lebih kompeten dalam bidang-bidang tertentu.
Dewey, Jhon. (2003). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persa
7. Rousseau
Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan dalam bentuk pemberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik yang dapat digunakan sebagai kebutuhan hidup ketiak sudah dewasa.
Rousseau, J.J. 2003. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ahmad Dahlan. Populasi pada umumnya banyak dikenal dalam istilah antroplogi dan Biologi yang merujuk pada sekumpulan Individu yang hidup dalam sebuah ekosistem tertentu. Tujuannya dari pengelompokan Populasi ini tujuannya untuk memudahkan pengamatan mengenai karakteristik dan perilaku populasi dan interaksinya terhadap populasi lain ekosistem tersebut.
Hal ini tentu saja akan berbeda jika dikaitkan dengan karakter manusia yang lebih unik dan menunjukkan banyak perilaku. Batasan-batasan yang didasari ciri-ciri biologis semata seperti proporsi makan, gerak, bernafas, berkembang biak dan sejenisnya tidaklah cukup untuk menjelaskan kriteria manusia sebagai mahluk sosial.
Dalam metode statistik, Populasi dikenal sebagai sekumpulan data sejenis baik yang imajiner maupun nyata yang menjadi tempat berlakunya inferensi yang diambil dari sampel. Agar hasil inferensi dapat diterima di populasi, maka seluruh kriteria yang dimiliki oleh Populasi harus dimiliki oleh Sampel, dengan kata lain Sampel adalah wakil yang representatif dari Populasi hanya saja ukurannya lebih kecil.
Tujuan umum pengambilan sampel agar penelitian yang dilakukan tentu saja agar memudahkan proses penelitian dan mengurangi jumlah biaya. Sebagai contoh penelitian sederhana meskipun tidak ilmiah adalah menggeneralisasikan rasa rambutan yang dijual dengan mengambil beberapa sampel rambutan untuk di coba.
Seorang pembeli rambutan misalnya akan mengambil rambutan secara rambang (Random) dari sekumpulan jajanan rambutan dalam satu keranjang. Rasa dari rambutan akan menjadi tafsiran untuk rasa seluruh rambutan yang ada dalam keranjang, jika rambutan kecut atau masam, maka transaksi jual tentu saja tidak terjadi, namun jika rambutan yang dicicipi rasanya manis, maka transaksi jual beli kemungkinan besar akan terjadi.
Cara sederhana tentu saja tidak berlaku jika parameter yang ingin dicari lebih detail, misalnya kadar gula dari rambutan. Maka pengambilan satu ada dua buah rambutan tentu saja tidak cukup baik. Dibutuhkan banyak pertimbangan dalam tata cara pengambilan sampel, ukuran sampel, kriteria dari sampel dan kesimpulan dari hasil pengukuran yang dilakukan. Hal serupa juga terjadi dalam penelitian dengan objek penelitian yang dilakukan kepada manusia, peserta didik, guru dan lembaga pendidikan. Parameter-parameter baru akan muncul sebagai dasar dalam menentukan cakupan populasi, bisa saja berdasarkan tempat, waktu, kompetensi, hasil belajar, sikap dan lain-lain, misalnya Peserta didik kelas X di daerah terpencil tidak sama dengan peserta didik dengan tingkat yang sama di daerah perkotaan.
Seorang peneliti tentu saja harus melakukan pengukuran tahap awal atau paling tidak memiliki informasi mengenai kriteria-kriteria yang melekat pada populasi. Data-data tersebut akan dijadikan dasar nantinya untuk melakukan jenis sampel, teknik sampel yang digunakan, ukuran sampel dan teknik analisis data yang digunakan.
B. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang merepresentasikan seluruh karakteristik yang ada pada populasi, oleh karena itu ukuran sampel selalu lebih sedikit atau sama dengan populasi. Terkait dengan jumlah sampel tentu saja bergantung dari parameter-parameter yang melekat pada populasi seperti parameter ukuran populasi, sebaran populasi, konsentrasi, kepadatan dan lain-lain. Jumlah parameter yang dijadikan pertimbangan didasarkan oleh jenis penelitian dan variabel yang ada dalam penelitian.
Sebagai contoh dalam pengujian gula darah, ukuran sampel yang digunakan adalah darah manusia dan populasi dari pengujian ini adalah seluruh darah yang ada dalam individu. Jumlah dari dari darah yang dibutuhkan berdasarkan ukuran minimum untuk menunjukkan gula darah, tidak perlu mengambil lebih banyak dari yang dibutuhkan dan melakukan pengukuran berulang dengan sumber darah dari kaki di bedakan dengan darah yang ada di kepala karena baik darah dari kaki atau dari tangan tentu saja sama-sama mampu menunjukkan kadar gula darah seseorang.
Hal yang berbeda pada penelitian-penelitian behavioral dengan objek manusia, misalnya penelitian pendidikan dengan populasi peserta didik di sebuah sekolah. Misalkan saja sebuah pengukuran akurat sudah dilakukan pada populasi dan populasi memiliki tingkat homogenitas sangat tinggi untuk banyak variabel atau dengan kata lain jika peserta didik dipilih secara rambang hasilnya tetap identik. Kendati demikian, teknik pengambilan sampel 1 peserta didik seperti pengambilan sampel darah tetap belum bisa dilakukan karena mengajar satu orang siswa dan 30 orang siswa dalam satu kelas tentu saja membawa dampak psikologis yang mempengaruhi perlakuan.
C. Tujuan Pengambilan Sample.
Pengambilan dilakukan dalam penelitian karena merupakan sebuah keharusan tanpa dasar yang kuat maka sampel penelitian tidak boleh dilakukan, misalnya pada sensus, Sampel tidak boleh diambil meskipun populasi sangat homogen. Kualitas data penelitian sangat menentukan hasil yang ditemukan dan kualitas data juga di tentukan oleh kuantitas data. Semakin besar kuantitas data yang didapatkan semakin baik pula hasil penelitian, namun terkadang sebuah penelitian dalam skala besar akan mendapatkan beberapa halangan seperti terkendala dana penelitian dan metode pengumpulan data atau beberapa kasus penelitian data yang dikumpul sudah tidak menunjukkan perubahan yang siginifikan terhadap hasil penelitian oleh karena proses pengumpulan data dihentikan. Adapun alasan pengambilan sampel sebagai berikut:
1. Suatu Keharusan
Pada beberapa jenis penelitian akan ditemukan kondisi dimana sampel harus dilakukan dan berpotensi berbahaya dan merugikan jika ukuran sampel yang diambil semakin besar. Penyebab sampel harus diambil adalah:
Percobaan bersifat berbahaya : Misalnya pengukuran gula darah, maka sampel 5 mL menghasilkan hasil pengukuran yang relatif sama dengan 5 Liter, tapi potensi bahaya meningkat dengan besarnya ukuran sampel.
Percobaan yang Merugikan : Misalnya percobaan yang berkaitan penelitian daya tahan hewan terhadap air hujan di Kabupaten Gowa. Dampak dari air hujan yang belum jelas tentu saja harus diteliti namun tidak pada seluruh populasi karena tetap ada kemungkinan bahaya dan menyebabkan kematian pada hewan ternak terutama air hujan yang mengandung asam sulfat, oleh karena perlakuan terhadap sampel dapat mencegah kerugian yang lebih besar.
2. Teknis Pengambilan Data:
Sampel merupakan hal mutlak yang diambil pada percobaan yang tidak memungkinkan pengambilan data pada seluruh populasi. Kendala-kendala yang menjadi penyebab ini adalah:
Keterbatasan Biaya Penelitian.
Luas Daerah yang sulit di capai secara keseluruhan.
Waktu penelitian yang terbatas.
Sampel yang sudah jenuh, atau pengambilan data tambahan tidak menunjukkan perubahan signifikan terhadap data yang sudah ada.
Sebagai contoh pengukuran kualitas butir Instrumen dengan menggunakan model RASH model. Pengambilan subjek uji mulai dari 100 sampai 1000 responden tentu masih menunjukkan perbedaan yang mencolok untuk setiap item, namun pengambilan sampel dari rentang 1000, 1300 dan 1500 tidak lagi menunjukkan perubahan yang signifikan, oleh karena pengambilan sampel sebaiknya dihentikan.
D. Syarat Pengambilan Sampel
Sampel merupakan wakil dari populasi yang memiliki seluruh kriteria dari Populasi karena pertimbangan ini maka pengambilan sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Presisi Presisi adalah estimasi dari ukuran dan jumlah penarikan sampel yang jumlah bergantung dari ukuran populasi. Ukuran ini akan menjadi faktor seberapa tepat data yang ditarik dari sampel berlaku pada populasi. Sampel yang digunakan harus memiliki kategori baik dari segi kuantitas dan juga kualitas sehingga bias data (dapat dilihat dari standar deviasi data). Sebagai contoh rata-rata penghasilan kepala keluarga di kecamatan adalah Rp. 13.000.000. Hasil ini bisa saja tidak berarti jika data berasal dari dua sampel dengan penghasilan bapak A Rp. 25.000.000 dan bapak B Rp. 1.000.000. Kesimpulan sebesar 13.000.000 juta tentu saja tidak tepat memprediksi penghasilan kepala keluarga di kecamatan A, meskipun operasi matematis-nya sudah benar. Salah satu cara mengurangi besar standar deviasi adalah menambahkan jumlah sample.
1. Akurasi
Akurasi mengacu pada karakter, sifat dan kriteria dari sampel yang digunakan. Hampir sangat mustahil ditemukan sampel dengan kriteria Homogen, namun ada dasar yang digunakan untuk menentukan sejauh mana batas toleransi yang digunakan untuk mengambil sampel. Kriteria-kriteria tersebut ditentukan melalui hasil penelitian terdahulu atau tinjauan pustaka yang dibangun dalam konstruk. Sampel yang memiliki kualitas atau kuantitas yang terlalu jauh dari populasi hendaknya dikeluarkan dari sample. Misalnya analisis mengenai kebijakan pendidikan karakter di Kabupaten A, dimana di kabupaten A ada sebuah sekolah X yang merupakan sekolah unggulan untuk provinsi, maka sekolah X tentu saja akan mengganggu dara karena kualitas dan kuantitasnya tidak mewakili populasi karena kebijakan tentu saja dengan sekolah umum.
E. Ukuran Sampel
Ukuran sampel adalah besar jumlah sampel yang digunakan. Pada dasarnya tidak ditemukan aturan baku dalam penentuan sampel. Ukuran sampel yang paling baik adalah ukuran sampel jenuh yang ditentukan bukan sebelum penelitian tapi selama proses penelitian dilakukan. Sampel dikatakan jenuh jika data dari penelitian sudah tidak menunjukkan perubahan signifikan sehingga penambahan jumlah sampel adalah sia-sia, oleh karena itu Jenuh tidak bergantung dari ukuran populasi melainkan kriteria yang ingin dianalisis.
Contoh sample Jenuh: Setelah melakukan pengambilan data mengenai rata-rata gaji karyawan di perusahaan A sudah mengumpulkan sebanyak 300 data, dengan rata-rata penghasilan Rp. 1.800.000,-sampel berikutnya ternyata 30 karyawan dengan rata-rata Rp. 1.800.000, jika data terus diambil angka Rp. 1.800.000 tetap muncul oleh karena itu pada saat sampel 300 maka sampel tersebut sudah jenuh, karena penambahan sampel sudah tidak merubah data secara signifikan.
Dalam penelitian behavioral dan psikologi yang memiliki variabel berupa sifat-sifat dari manusia yang berubah-ubah maka pengambilan sampel tentu saja menjadi lebih sulit. Sebagai contoh penelitian tentang pengaruh sebuah model terhadap sebuah sebuah sekolah pengambilan satu kelas sebagai sampel dengan jumlah peserta didik hanya 30 orang tentu saja tidak cukup baik karena data sebanyak 30 orang sangat sulit terdistribusi normal meskipun mengikuti distribusi t, oleh karena itu penambahan satu kelas lagi lebih baik karena kemungkinan data terdistribusi normal untuk 60 orang data lebih besar dibandingkan 30 orang. Dalam kasus ini memang masih memungkinkan menganalisis data yang tidak terdistribusi normal seperti analisis non parametris, namun hasil dari statistik inferential tentu saja tidak lebih presisi dari analisis parametris dalam menebak hasil dari sampel ke Populasi. Beberapa ahli penelitian dari berbagai bidang telah mengeluarkan banyak pendapat mengenai ukuran sampel dari penelitian dari masing-masing bidang, ukuran-ukuran tersebut biasanya diambil berdasarkan banyak pengalaman yang mereka dapat selama melakukan penelitian oleh karena pendapat-pendapat tersebut sangat baik dijadikan rujukan dan dasar pengambilan sampel. Meskipun demikian, aturan tersebut bukanlah ukuran baku akan tetapi dikembalikan kepada peneliti masing-masing.
1. Metode Roscoe
Roscoe (1975) menyaakan bahawa ukuran sampel bergantung dari jumlah populasi. Minimal sampel menurut Roscoe untuk populasi kurang dari 500 orang diwakili 30 orang. Untuk sampel yang dipecah lagi dalam beberapa sub kategori sample, seperti gender, level dan sejenisnya maka sampel yang dibutuhkan minim 30 sample. Untuk penelitian uji regresi ganda ukuran sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti, sedangkan untuk penelitian eksperimen sederhana, jumlah sampel yang dibutuhkan sekitar 10 sampai 20 sampel
2. Metode Gay dan Diehl
Gay dan Diehl (1992) mengasumsikan bahwa semakin banyak jumlah sampel yang digunakan semakin representatif dan hasilnya digeneralisasi ke populasi. Namun batasan minimal dari sampel adalah sebagai berikut:
Penelitian deskritif :10% dari jumlah populasi
Penelitian Korelasional : 30 orang
Penelitian Kausal Perbandingan : 30 orang per kelompok
Penelitian Eksperimental : 15 orang per kelompok
3. Metode Frankle dan Wallen
Frankel dan Wallen (1993) adalah seorang pakar evaluasi pendidikan menyarankan sampel pada penelitian deskriptif paling sedikit 100 jumlah dan untuk kausal-perbandingan paling tidak 30 orang setiap grup.
4. Tabel Isaac dan Michael
Ukuran sampel menurut Isaac dan Michael ditentukan oleh taraf significance dari penelitian. Taraf Significance dibatasi pada level 1%, 5% dan 10%. Untuk jumlah nya, Isaac dan Michael merujuk pada tabel pengambilan sampel milik Isaac dan Michael.
Cuplikan Tabel Issac dan Michael
Populasi
Sampel – 1%
Sampel – 5%
Sampel – 10%
10
10
10
10
15
15
14
14
20
19
19
19
30
29
28
27
50
47
44
42
100
87
87
73
500
385
205
176
1000
399
258
213
2000
510
301
241
10000
622
336
263
Untuk Jumlah sampel yang tidak muncul bisa merujuk pada tabel asli, atau melakukan interpolasi untuk menghitung jumlah sampel yang digunakan yakni dengan persamaan
5. Metode Slovin
Slovin menawarkan sebuah persamaan yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel minimal berdasarkan toleransi eror melalui persamaan :
n = \frac{N}{1+Ne^2}
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Total Populasi e = Batas Toleransi Error
Misalnya sampel dari 125 Populasi dapat ditarik sampel sebanyak :
n = \frac{125}{1+125(0,5)^2} = 95,23
dibulatkan 95, namun untuk lebih aman jumlah sampel di genapkan 100 atau 110 untuk mengantisipasi sampel yang menyumbangkan data yang menyimpan.
6. Metode Cohen
n = \frac{L}{F^2}+u+1
Keterangan :
n = Ukuran sampel F2 = Effect Size u = Banyaknya peubah yang terkait dalam penelitian L = Fungsi Power dari u,
diperoleh dari tabel Power (p) = 0.95 dan Effect size (F2) = 0.1 Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76 maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel n = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
7. Metode Cohran’s Formula
N = \frac{t^2.s^2}{d^2}
N = ukuran sampel t = nilai t berdasarkan alpha tertentu s = standard deviasi dari populasi d = margin error
Referensi
Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed).
New York: McGraw-Hill Inc. Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing Company, New York
Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. Anderson, R.L.Tatham, (2006). Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall
Keith P. Lewis. 2006. Statistical Power, Sample Sizes, and the Software to Calculate Them Easily. BioScience, Vol. 56, No. 7 (July 2006), pp. 607-612
Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.
Luis Saldanha and Patrick Thompson. 2003. Conceptions of Sample and Their Relationship to Statistical Inference. Educational Studies in Mathematics, Vol. 51, No. 3 (2002), pp. 257-270
Richard J. Harris and Dana Quade. 1992. The Minimally Important Difference Significant Criterion for Sample Size. Journal of Educational Statistics, Vol. 17, No. 1 (Spring, 1992), pp. 27-49
Untuk Peserta Didik, Guru, Dosen, Pendidik dan Semua Orang.
Ahmad Dahlan. Tidak ada kalimat yang paling indah untuk memulai membahas pengertian dan peranan pendidikan kecuali dengan kalimat “Pendidikan adalah mata uang yang berlaku kapan saja dan dimana saja“. Kalimat sederhana ini menunjukkan betapa penting nilai pendidikan dibandingkan dengan harta dan mata uang apa saja yang ada di dunia. Beberapa orang mungkin memiliki sejumlah besar mata uang Euro1 atau Dollar1 di kantong, namun itu tidak akan berlaku di pedalaman Amazon ataupun di daerah konflik yang tidak memiliki money changer outlet2. Seseorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan memiliki keterampilan tentu bisa bertahan hidup dalam kondisi apapun. Penekanan peranan pendidikan hampir menunjukkan fungsi dan posisinya pada setiap sendi kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan memberikan pendidikan kepada orang lain ataupun diri sendiri memiliki arti memberikan seluruh modal dibutuhkan dalam menjalani hidup oleh karena itu salah memberikan pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyesatan terhadap kehidupan.
A. Peranan dan Pengertian Pendidikan serta Pandangan para ahli.
Secara etimologi, pendidikan atau education berasal dari kata ēducātiō atau ēdūcō yang secara harfiah berarti saya berlatih atau saya belajar. Berlatih adalah upaya yang dilakukan untuk memahami sebuah keterampilan tertentu. Proses latihan merupakan sebuah proses belajar dengan melakukan sesuatu. Dalam dunia pendidikan, Proses belajar untuk memahami sesuatu akan merujuk pada kata pendidikan.
Pendidikan dapat diartikan segala usaha yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu mengenai objek yang dipelajari. Pada kamus besar bahasa Indonesia memandang bahwa pendidikan dilakukan secara individu. Individu akan memperoleh pandangan yang ia dapat setelah melakukan proses belajar baik belajar secara individu maupun belajar secara berkelompok.
Pendidikan adalah sebuah proses belajar yang dapat dilakukan dan bersumber dari apa saja. Salah satu hal yang paling sering dijadikan sumber belajar bagi siapa saja adalah pengalaman. Pengalaman adalah guru yang paling berharga, namun John Dewey berpendapat bahwa pengalaman bukanlah guru yang paling baik melainkan mengambil hikmah dari pengalaman. Seorang yang gagal dalam melakukan usaha dan terus mencoba tanpa mengetahui kekurangan yang ia lakukan saat melakukan usaha tidak akan menunjukkan perubahan apa-apa jika ia tidak melakukan refleksi tentang apa yang ia kerjakan.
B. Pendidikan merupakan bagian dari pengalaman namun Pengalaman tidak selalu mendidik
Hakikat dari sebuah pengalaman akan didapatkan oleh siapa saja yang mengalami bertumbuhan, namun keterkaitan antara pengalaman dengan pendidikan tentu saja terdapat sedikit perbedaan. Kumpulan dari pengalaman yang digunakan oleh seseorang untuk menjadi lebih baik merupakan sebuah proses pendidikan yang ia lakukan sendiri.
Pengalaman akan membawa dua perubahan dalam hidup yakni membuat seseorang menjadi lebih bijak dan yang kedua adalah membuat seseorang menjadi lebih tahu dan menambah keterampilan. Kedua hal ini bisa berjalan beriringan namun pada beberapa kondisi tertentu pengalaman tidak membuat orang menjadi bijak. Arti kata pendidikan lebih menekankan pada faktor yang membuat seseorang menjadi lebih bijak setelah mengetahui sesuatu hal berdasarkan pengalaman yang ia bangun, namun proses mencari tahu sesuatu berdasarkan pengalaman tanpa membuat menambah kearifan seseorang lebih dikaitkan dengan proses belajar.
Pengalaman yang didapatkan dari proses belajar terkadang membawa malapetaka, dalam kajian pendidikan yang disangkutpautkan dengan sains, belajar dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Nobel adalah salah satu kisah yang paling baik digunakan sebagai conotoh pembeda antara pendidikan dan proses belajar. Nobel merupakan ilmuwan besar yang telah berhasil mengubah sejarah dunia dengan temuan yang ia dapatkan dari mengekstrak Nitrat di alam. Senyawa Nitrogen tersebut kemudian disintesis menjadi senyawa Toulena yang menjadi bahan dasar Dinamik. Nobel yang menyesali karena penemuannya dijadikan sebagai alat perang yang paling mematikan hingga saat ini akhirnya menyesal dan menyumbangkan hartanya bagi siapa saja yang mampu membawa perdamaian di dunia.
Pengalaman yang didapatkan oleh Nobel selama bekerja sama dengan ayahnya dalam menciptakan bahan peledak dari bubuk mesiu tidak memberikan gambaran mengenai dampak negatif yang muncul setelah menemukan Dinamik. Hal ini juga pernah disesali oleh ilmuwan terbesar sepanjang sejarah Albert Einstein. Teori relativitas yang ia temukan akhirnya mengarahkan penelitian yang berhasil menciptkan senjata pemusnah massal bom Nuklir. Baik Einstein dan Nobel merupakan ilmuwan yang telah berjasa membongkar hukum alam namun dalam kajian dampak, penemuan yang mereka dapatkan menimbulkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan dalam hal kearifan dalam kehidupan bermasyarakat.
C. Peranan Guru dalam mendidik
Pada ranah pendidikan sekolah terutama pendidikan sains, tentu bukanlah hal tabu menjadikan Nuklir dan Toulena sebagai materi ajar di dalam kelas. Guru yang baik memiliki peran ganda yang harus dilakukan secara bersamaan di dalam kelas. Peran pertama yakni sebagai seorang pengajar yang memberikan pengetahuan terkait materi yang didapatkan dan menyampaikan kebenaran apa adanya dan yang kedua adalah memberikan pendidikan kepada peserta didik agar pengetahuan yang didapatkan digunakan sebaik mungkin untuk hajat hidup orang banyak.
Dalam proses pembelajaran di dalam kelas tentu ada tidak terhindarkan untuk mengkaji materi yang memiliki dampak negatif. Kemungkinan yang paling besar yang membuat materi memiliki arti negatif adalah lingkungan dimana materi tersebut diajarkan. Sebagai contoh sebagian besar besar guru biologi di Indonesia kesulitan dalam memberikan pengantar dalam proses pembelajaran pada saat materi reproduksi pada manusia.
Konotasi negatif muncul karena kebiasaan masyarakat yang tidak terbiasa dengan sex education dan lebih cenderung mengartikan penjelasan mengenai reproduksi dengan pornografi. Pada kasus-kasus seperti ini seorang pendidik harus mampu memberikan pengantar yang baik agar tidak muncul pengetahuan yang bersifat negatif kepada peserta didik pasca proses pembelajaran. Pengalaman mengajar yang memadai dan keterampilan memahami karakter masyarakat sekitar sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya memberikan pendidikan kepada peserta didik.
Pandangan Plato mengenai Pendidikan
Pendidikan serta kaitannya dengan belajar dimulai sejak sesorang mulai tumbuh dan mampu untuk berfikir dan merasakan. Seorang filsuf pada masa mitologi di yunani, Plato menjelaskan bahwa pendidikan merupakan hasil awal yang dirasakan oleh seorang anak ketika ia mulai merasakan senang dan kasih sayang, penderitaan dan tersakiti kemudian mengambil pertimbangan tentang apa yang mereka rasakan terutama mengenai penyebab dan alasan mengapa mereka merasakan perasaan tersebut. Sejalan dengan pendapat ini Plato menegaskan bahwa pendidikan adalah sebuah proses memperbaiki tingkah laku dan pendapat yang dilakukan oleh orang dewasa kepada generasi yang lebih muda dalam hal ini anak-anak. Analogi ini dapat digunakan bahwa bapak mengajari anak seperti guru mengajari murid.
Pendidikan diberikan kepada anak dengan tujuan memberikan persiapan dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosial. Pendidikan menekankan pada proses pemberian nilai moral dan nilai dari kebijakan3 yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk hidup bersama sebagai makhluk sosial. Peran individu terdidik4 dalam kehidupan sosial bertujuan untuk menjaga kestabilan sosial dan juga perkembangan kebudayaan dimana individu tersebut berinteraksi. Pendidikan secara luas tidak hanya didapatkan dari dunia pendidikan di dalam kelas.
Nehreye5 memberikan gambaran bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat mendapatkan pendidikan namun secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan dalam proses mendapatkan ilmu baik itu melalui radio, film, diskusi bahkan belajar dari pengalaman sebelumnya termasuk bagian dari trial and error. Pada negara modern dengan perkembangan yang sangat pesat pengertian pendidikan bisa jadi bernilai usang dan tidak spesifik dalam menjelaskan makna pendidikan, namun pandangan muncul dari seorang presiden sebuah negara tertinggal yang kesulitan menyediakan pendidikan yang layak untuk seluruh warga negaranya. Semangat yang ditunjukkan oleh Nehreye mengenai pendidikan memberikan pandangan bahwa hal yang paling utama dalam hidup adalah mampu melakukan yang terbaik dalam keterbatasan. Nilai pendidikan yang sangat jarang dirasakan oleh peserta didik dimasa serba canggih dan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Penekanan pendidikan tidak menitik beratkan pada pengetahuan namun pada aspek moral dan peran seorang yang mendapatkan pendidikan menunjukkan sumbangan pemikiran dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan dikaitkan dengan menyiapkan peserta didik agar mampu hidup dan melakukan interaksi sosial.
1Euro dan Dollar digunakan untuk menunjukkan bahwa sekalipun mata uang terkuat di dunia belum sanggup untuk mengalahkan nilai dari pendidikan.
2Tempat penukaran mata uang.
3Kebijakan atau kebajikan dari kata Wisdom
4Mendapatkan pendidikan
5Presiden Tanzania yang sangat berjasa di bidang pendidikan Tanzania dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia.