Author: Ahmad Dahlan

  • Konsep Asesmen Pembelajaran – Assessment of Learning, Assessment as Learning dan Assessment for Learning

    Konsep Asesmen Pembelajaran – Assessment of Learning, Assessment as Learning dan Assessment for Learning

    Asesmen Pembelajaran

    Paradigma konvensional menempatkan asesmen pembelajaran sebagai proses penilaian hasil belajar peserta didik yang diposisikan terpisah dari proses pembelajaran. Asesmen pembelajaran modern terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dan ikut mengambil bagian dalam proses pembelajaran baik sebelum program dimulai, awal program, pertengahan sampai pada bagian akhir program pembelajaran. Asesmen tersebut selanjutnya dikenal sebagai Assessment of Learning, Assessment as Learning dan Assessment for Learning.

    A. Assessment of Learning

    Assessment of learning adalan proses penilaian yang dilakukan pada akhir sebuah program pembelajaran. Dalam pembelajaran di Indonesia, assessment of learning dilakukan pada pertengahan semester dan akhir semester. Tujuan dari asesmen ini mengukur secara umum tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang telah dilaksanakan. Asesmen of learning juga disebut sebagai asesmen sumatif.

    Beberapa negara juga melakukan proses assessment of learning pada akhir program pembelajran pada tingkat tertentu misalnya tingkat Sekolah dasar dan sekolah menengah. Tujuannya tentu saja untuk mengevaluasi program pembelajaran yang tertuang pada Kurikulum berdasarkan levelnya.

    Kementerian pendidikan Indonesia juga menerapkan kebijakan assessment of learning pada akhir pogram. Program ini terus mengelami perubahan dari masa ke masa dan menjadi salah satu penentu kelulusan peserta didik pad tingkat tertentu. Beberapa bentuk asesmen tersebut seperti :

    1. Ujian Penghabisan (1950-1964)
    2. Ujian Negara (1965-1971)
    3. Ujian Sekolah (1972-1979)
    4. EBTA dan EBTANAS (1980-2002) 
    5. Ujian Akhir Nasional (2003-2004)
    6. Ujian Nasional (2005-2020)
    7. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) (2014-2020)
    8. Asesmen Nasional (2021-saat ini)

    B. Assessment as Learning

    Assessment as learning merupakan sebuah metode self assessment dimana peserta didik diarahkan untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan program belajar mereka sendiri. Peserta didik diarahkan untuk memberikan valuasi atas pekerjaan yang telah mereka lakukan terkait dengan kelebihan dan kekurangan yang mereka temukan atas performa diri sendiri.

    Hasil dari asesmen ini sangat penting bagi guru/pendidikan dalam menentukan kemampuan peserta didik berdasarkan presepsinya sendiri. Assessment as learning pada umumnya menghasilkan data tentang miskonsepsi peserta didik, gaya belajar dan sejenisnya.

    C. Assessment for Learning

    Assessment for learning merupakan jenis penialian yang dilakukan di tengah program pembelajaran sedang dilaksanakan. Tujuan dari asesmen ini adalah kontrol dan monitoring proses pelaksanaan program pembelajaran.

    Hasil dari asesmen ini digunakan untuk mendukung perbaikan proses pembelajaran karena hasil dari asesmen ini dijadikan dasar untuk memberikan umpan balik baik bagi peserta didik dan guru itu sendiri. Asesmen ini biasa disebut sebagai sebagai asesmen formatif. Hasil dari asesmen tidak dijadikan dasar dalam pemberian skor dan nilai akhir hasil belajar.

    FAQ

    Q : Apakah Ujian Tengah Semester (UTS) termasuk assessment for learning?

    A : Sebelum menjawab pertanyaan ini mari kita defenisikan dulu UTS itu apa. Berdasarkan asal katanya UTS adalah ujian yang dilakukan pada pertengahan semester. Secara umum, UTS lebih banyak dijadikan sebagai Assessment of Learning yakni memeberikan skor untuk materi-materi yang telah dipelajari paruh awal pertama. Skor UTS biasanya digabung dengan AUS kemudian dihitung dan dikonversi jadi nilai. Nilai dituliskan di dalam rapor atau transkrip nilai, dengan demikian dalam kasus UTS berfungsi sebagai Assessment of Learning.

    Konsep assessment of learning dan assessment for learning dititik beratkan pada tujuannya bukan pada waktu pelaksanaannya namun demikian tetap ada aspek-aspek khusus yang berkaitan dengan waktu dalam proses assesmen. Misalnya aspek maturity, sehingga assessment for learning sebaiknya dilakukan di bagian akhir proses pembelajaran.

    1. Pengantar Algoritma dan Pemrograman

      Algoritma dan Pemrograman

      1. Pengertian Algoritma dan Pemrograman

      A. Algoritma

      Algoritma adalah sekumpulan langkah atau prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah secara sistematis dan logis. Algoritma harus memiliki karakteristik berikut:

      1. Jelas (Definiteness): Setiap langkah harus didefinisikan dengan jelas.
      2. Terbatas (Finiteness): Algoritma harus memiliki akhir.
      3. Memiliki Input dan Output: Harus menerima masukan dan menghasilkan keluaran.
      4. Efektif (Effectiveness): Harus dapat dijalankan dengan sumber daya yang tersedia.
      5. Terstruktur: Langkah-langkahnya tersusun secara logis.

      B. Pemrograman

      Pemrograman adalah proses menulis dan menjalankan kode program menggunakan bahasa pemrograman untuk menginstruksikan komputer melakukan tugas tertentu sesuai dengan algoritma yang telah dirancang.

      2. Struktur Dasar Algoritma

      Algoritma memiliki tiga struktur dasar utama:

      1. Urutan (Sequence): Langkah-langkah yang dieksekusi secara berurutan.
      2. Percabangan (Selection): Pemilihan kondisi (IF-ELSE, SWITCH).
      3. Perulangan (Looping): Perintah yang dieksekusi secara berulang (FOR, WHILE, DO-WHILE).

      Contoh Pseudocode untuk Struktur Dasar

      1. Urutan (Sequence)
      Mulai
        Masukkan angka1
        Masukkan angka2
        Jumlahkan angka1 dan angka2
        Tampilkan hasil
      Selesai
      2. Percabangan (Selection)
      Mulai
        Masukkan angka
        Jika angka > 0 maka
          Tampilkan "Bilangan Positif"
        Jika tidak
          Tampilkan "Bilangan Negatif atau Nol"
      Selesai
      3. Perulangan (Looping)
      Mulai
        Ulangi dari i = 1 sampai i = 10
          Tampilkan i
      Selesai

      3. Representasi Algoritma

      A. Pseudocode

      Pseudocode adalah cara menuliskan algoritma menggunakan bahasa yang mirip dengan bahasa manusia sebelum dikonversi ke kode program.

      B. Flowchart

      Flowchart adalah diagram alur yang menggambarkan langkah-langkah algoritma menggunakan simbol standar:

      • Oval: Start/End
      • Parallelogram: Input/Output
      • Persegi panjang: Proses
      • Belah ketupat: Percabangan (kondisi)
      Simbol dan lambang dalam Flowchart
      Algoritma dan Pemograman Flowchart diangram Alir If program

      4. Struktur Data dalam Pemrograman

      Struktur data adalah cara menyimpan dan mengatur data dalam program.

      1. Variabel dan Tipe Data
        • Integer (int): Bilangan bulat
        • Float (float): Bilangan desimal
        • Character (char): Karakter tunggal
        • String: Kumpulan karakter
        • Boolean: True atau False
      2. Array
        Array adalah kumpulan data dengan tipe yang sama. Contoh: angka = [10, 20, 30, 40] print(angka[2]) # Output: 30
      3. Struct (Dalam C/C++)
        Struct digunakan untuk mengelompokkan beberapa tipe data: struct Mahasiswa { char nama[50]; int umur; };

      5. Algoritma dalam Bahasa Pemrograman

      A. Bahasa Pemrograman Populer

      Bahasa pemrograman adalah kumpulan instruksi atau sintaks yang digunakan untuk memberi perintah kepada komputer agar menjalankan tugas tertentu. Bahasa ini digunakan oleh programmer untuk membuat perangkat lunak, aplikasi, situs web, dan sistem lainnya.

      B. Jenis-Jenis Bahasa Pemrograman

      Bahasa pemrograman dapat dikategorikan berdasarkan tingkat abstraksi dan paradigma pemrogramannya.

      1. Berdasarkan Tingkat Abstraksi

      Bahasa Mesin (Machine Language)

      • Berupa kode biner (0 dan 1) yang langsung dipahami oleh komputer.
      • Contoh: Kode biner untuk prosesor tertentu

      Bahasa Tingkat Rendah (Low-Level Language)

      • Berupa instruksi dalam bentuk assembly language yang masih dekat dengan bahasa mesin.

      • Contoh: Bahasa Assembly (ASM)

      MOV AX, 5  ; Memindahkan angka 5 ke register AX

      Bahasa Tingkat Menengah (Middle-Level Language)

      • Memiliki kombinasi fitur bahasa tingkat rendah dan tinggi.

      • Contoh: C, C++

      #include <stdio.h>
      int main() {
          printf("Hello, World!");
          return 0;
      }

      Bahasa Tingkat Tinggi (High-Level Language)

      • Lebih mudah dipahami manusia, tidak bergantung pada arsitektur hardware tertentu.

      • Contoh: Python, Java, JavaScript, PHP, C#, Ruby

      print("Hello, World!")

      B. Contoh Program dalam Python

      Contoh 1: Program Penjumlahan Dua Bilangan

      # Input dua angka
      a = int(input("Masukkan angka pertama: "))
      b = int(input("Masukkan angka kedua: "))
      
      # Proses penjumlahan
      hasil = a + b
      
      # Output hasil
      print("Hasil penjumlahan:", hasil)
      

      Contoh 2: Percabangan IF-ELSE

      angka = int(input("Masukkan sebuah angka: "))
      if angka > 0:
          print("Bilangan positif")
      elif angka < 0:
          print("Bilangan negatif")
      else:
          print("Nol")
      

      Contoh 3: Perulangan FOR

      for i in range(1, 6):
          print("Angka ke-", i)

      6. Paradigma Pemrograman

      Paradigma pemrograman adalah cara berpikir dalam menyusun program:

      1. Pemrograman Prosedural: Menggunakan prosedur dan fungsi. Contoh: C, Pascal.
      2. Pemrograman Berorientasi Objek (OOP): Berbasis objek dan kelas. Contoh: Java, Python.
      3. Pemrograman Fungsional: Fokus pada fungsi. Contoh: Haskell, Lisp.

      7. Studi Kasus dan Penyelesaian Masalah

      Studi Kasus: Membuat program menentukan bilangan ganjil atau genap.

      Algoritma:

      1. Masukkan sebuah bilangan.
      2. Jika bilangan habis dibagi 2, maka bilangan genap.
      3. Jika tidak, maka bilangan ganjil.
      4. Tampilkan hasilnya.

      Implementasi dalam Python:

      angka = int(input("Masukkan angka: "))
      if angka % 2 == 0:
          print("Bilangan Genap")
      else:
          print("Bilangan Ganjil")
      

      8. Kompleksitas Algoritma

      Kompleksitas algoritma mengukur efisiensi waktu dan ruang (memori) suatu algoritma.

      • Notasi Big O: O(1), O(n), O(log n), O(n²), dll.
      • Tujuan: Memilih algoritma yang paling optimal dalam penyelesaian masalah.

      Kesimpulan

      • Algoritma adalah langkah-langkah sistematis dalam menyelesaikan masalah.
      • Pemrograman adalah implementasi algoritma menggunakan bahasa pemrograman.
      • Struktur dasar algoritma terdiri dari urutan, percabangan, dan perulangan.
      • Struktur data meliputi variabel, array, dan struct.
      • Bahasa pemrograman yang sering digunakan antara lain Python, C, dan Java.
      • Kompleksitas algoritma digunakan untuk menilai efisiensi kode program.
    2. Sistem Bilangan Biner – Basis Dua

      Sistem Bilangan Biner – Basis Dua

      Bilangan Biner adalah bilangan basis dua dimana hanya terdapat dua bilangan yang dapat diurut secara bergantian terus menerus. Dua basis bilangan tersebut adalah 0 (nol) dan 1 (satu).

      Bilangan Biner

      Sistem bilangan biner diperkenalkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz pada abad 17. Sistem ini didasarai oleh perhitungan 0 dan 1 yang dimulai dari 0 kemudian diurut ke depan. Misalnya urutan pertama kita sebut 0, setelah itu angka berikutnya adalah 1. Setelah satu maka tidak akan ke dua sehingga kembali ke angka 0, namun ditambahkan angka 1.

      Jika disandingkan dengan bilangan desimal sebagai berikut :

      00000 0000
      10000 0001
      20000 0010
      30000 0011
      40000 0100
      50000 0101
      60000 0110
      70000 0111
      80000 1000
      90000 1001
      100000 1010
      110000 1011
      12 0000 1100
      130000 1101
      140000 1110
      150000 1111
      160001 0000
      170001 0001
      180001 0010
      190001 0011
      200001 0100
      210001 0101

      Konversi Biner ke Desimal

      Dari deret tersebut jika diteruskan akan menunjukkan urutan yang unik bilangan kelipatan 2n.

      2nDesimalBiner
      2o10000 0001
      2120000 0010
      2240000 0100
      2380000 1000
      24160001 0000
      25320010 0000
      26640100 0000
      271281000 0000

      Untuk setiap bilangan biner dengan {\displaystyle n} digit: dn-1 d3d2d1d0

      Bilangan desimalnya adalah hasil penjumlahan dari digit biner ({\displaystyle d_{n}}) dikalikan dengan pangkat 2 nya ({\displaystyle 2^{n}}): decimal = d0 × 20 + d1 × 21 + d2 × 22 + 

      Contoh: Tabel dibawah ini menunjukkan konversi bilangan biner 1011 0111 menjadi desimal.

      Biner (d)10110111
      n76543210
      2n1286432168421
      dn x 2n1 x 1280 x 641 x 321 x 160 x 81 x 41 x 21 x 1

      Dengan demikain 1011 0111 adalah

      128 + 0 + 32 + 16 + 0 + 4 + 2 + 1 = 183

      Penulisanyang disepakti sebagai berikut

      1011 01112 = 18310

    3. Modul Praktikum Bandul Matematis

      Modul Praktikum Bandul Matematis

      Bandul matematis adalah sebuah percobaan menggunakan gerak harmonis sederhana dengan mengikat sbeuah beban pada seutas tali ringan kemudian diberi simpangan kecil. Metode Bandul Matematis secara umum digunakan untuk menentukan percepatan grafitasi bumi.

      Praktikum Bandul Matematis

      A. Tujuan Praktikum

      1. Menentukan percepatan gravitasi bumi (g) menggunakan metode bandul matematis.

      B. Alat dan Bahan

      1. Statif dan Klem
      2. Tiang Penyangga
      3. Beban
      4. Tali Penggantung
      5. Stops Watch

      C. Metode Praktikum

      1. Rangkailah alat percobaan seperti gambar di atas!
      2. Ikatkan bila pejal bermassa 50 gram pada tali dengan panjang 0,5 m
      3. Siapkan stopwatch
      4. Berikan simpangan kecil pada tali (10o), lalu tetapkan sebuah titik acuan untuk menghitung satu getaran.
      5. Lepaskan bandul lalu biarkan beberapa saat sebelum mulai menghitung durasi waktu yang dibutuhkan untuk membentuk 10 getaran.
      6. Catat data hasil penelitian
      7. Ulangi kegiatan pengukuran sebanyak 5 kali.

      D. Tabel Pengamatan

      NoJumlah Getaran (n kali)t (s)
      1
      2
      3
      4
      5

      E. Analsisi Data

      1. Periode (T)

      \[T =\frac{t}{n}\]

      2. Gravitasi Bumi (g)

      \[T = 2\pi \sqrt{\frac{l}{g}}\] \[\left( \frac{T}{2\pi}\right)^2 = \frac{l}{g}\] \[g = l\left( \frac{2\pi}{T}\right)^2 \]

      3. Rerata Gravitasi

      \[\bar g =\frac{g_1+g_2+g_3+g_4+g_5}{5}\]
    4. Modul Mata Kuliah Asesmen Pembelajaran Fisika

      Pertemuan I – Hakikat dan Peran Asesmen Dalam Pembelajaran

      1. Tujuan Pembelajaran I – Memahami hakikat asesmen dalam pembelajaran.
      2. Tujuan Pembelajaran II Memahami hakikat literasi asesmen.

      Pertemuan II –

      1. memahami taksonomi tujuan pendidikan
      2. memahami tujuan pembelajaran dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

      Pertemuan III

      1. Memahami target asesmen

      Pertemuan IV

      1. memahami Selected Response Test

      Pertemuan V

      1. Mengembangkan Constructed-Response Test

      Pertemuan VI

      1. Metode asesmen: Performance Assessment

      Pertemuan VII

      1. Metode asesmen: Personal Communication

      Pertemuan VIII – Mid Test

      Pertemuan IX –

      1. Tes terstandar: Karakteristik, memilih, mengadministrasikan & menggunakan tes terstandar

      Pertemuan X –

      1. Hakikat analisis instrumen asesmen,
      2. kualitas instrumen asesmen dan
      3. interpretasi instrumen asesmen

      Pertemuan XI –

      Adminitrasi, Skoring, dan Interpretasi Hasil Asesmen:

      1. Adminitrasi hasil asesmen,
      2. rubrik penskoran
      3. interpretasi hasil asesmen

      Pertemuan XII –

      1. Penentuan dan pelaporan nilai: Fungsi, Tipe dan pengembangan

      Pertemuan XIII –

      1. Mengembangkan asesmen pembelajaran fisika

      Pertemuan XIV –

      1. Mengembangkan asesmen pembelajaran fisika

      Pertemuan XV

      1. Rancangan asesmen pembelajaran: Presentasi asesmen pembelajaran fisika
    5. Komposisi pada Media Pembelajaran 2 Dimensi

      Komposisi pada Media Pembelajaran 2 Dimensi

      Media pembelajaran dua dimensi adalah media non proyeksi yang memiliki dimensi lebar dan panjang. Media meliputi media digital yang disajikan melalui layar perangkat digital maupun cetak. Kompisisi pada media pembelajaran adalah aspek yang penting dalam menentukan estetika media itu sendiri.

      Komposisi Media Dua Dimensi

      Kompisis pada media dua dimensi sacar sederhana didefenisikan sebagai seni dalam menempatkan unsur-unsur visual dalam media. Dalam estetika media dua dimensi, Komposisi memiliki peran penting dalam menata keindahan, daya tarik pada karya dua dimensi.

      1. Rule of Third

      Rule of Third adalah komposisi yang membagi ruang ke dalam 3 ruang hayal baik itu secara vertikal maupun horisontal. Ruang ini dibatasi oleh 2 garis khayal yang horisontal dan dua garis vertikal yang membagi ruang sama luasnya.

      Garis Khayal pada Komposisi Role of Third

      Para komposisi RoT, Objek dapat ditempatkan pada garis-garis khayal maupun pada perpotongan antar garis.

      Garis Khayal pada Komposisi Role of Third
      Komposisi Rule of Thrid pada media pembelajaran dua dimensi menyusun tombol

      2. Simetris

      Simetris adalah komposisi sisi sederhana dimana ruang dua dimensi dibagi kedalam ruang yang sama besarnya baik secara vertikal maupun horisontal. Ide utama dari komposisi ini adalah menempatkan seluruh objek secara simteris.

      Komposisi Simteris atau Death CEnter pada media pembelajaran

      Contoh Penggunaannya sebagai berikut

      Contoh Penggunaan Simetris Karakteristik Model Pembelajaran

      3. Golden Rasio

      Golden rasio adalah komposisi yang disusun dari deret fibonacci. Deret Fibonacci sendiri itu terdiri bilangan 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21 dan seterusnya. Deret ini kemudian disusun pada media dengan ilustrasi garis hayal sebagai berikut.

      Komposisi Golden Rasio

      Dalam komposisi Golden Rasion objek diletakkan pada masing-masing kotak yang sudah disiapkan. Contoh penggunannya seperti di bawah ini!

      Contoh Implementasi penggiunaan Golden Rasio
      Contoh penggunana komposisi golden rasio pada media pembelajaran

    6. Agnostisisme dan Ketidakadaan Bukti Keberedaan Tuhan

      Agnostisisme dan Ketidakadaan Bukti Keberedaan Tuhan

      Kata agnostik diambil dari bahasa Yunani yakni agnōstos. Kata ini bermakna “ketidaktahuan” yakni keterbatasan untuk menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Dalam konteks ketuhanan, Agnostisisme adalah pemahaman terkait dengan ketidakmampuan manusia dalam menentukan ada atau tidaknya tuhan.

      Agnostik pertama kali diperkenalkan oleh Huxley (1884) yang memperkenalkan konsep Agnostisisme dengan pendekatan sains dalam pembuktian eksistensi suatu entitas.

      T.H. Huxley dan Agnostisisme

      Terminologi agnostisisme pertama kali diperkenalkan seorang Biologist, T.H. Huxley (1884). Huxley menyebutkan bahwa agnostisisme merupakan metode penyelidikan berbasis bukti bukan berdasarkan keyakinan. Keyakinan memiliki sifat subjektif (doktrin) sehingga hal ini bertolak belakang dengan sains yang meletakkan kebenaran secara objektif.

      Pernyataan Huxley merujuk kepada keberedaan sebuah zat / materi karena kita dapat membuktikan secara ilmiah dengan metode-metode yang sifatnya objektif sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa memperdulikan subjektifitas mereka sendiri.

      Konsep agnostik yang diajukan oleh Huxley ini didasarkan pada prinsip epistemologi normatif atau saat ini banyak dikaitkan dengan “Evidentialisme”. Evindentialisme sendiri adalah sikap menyatakan bahwa seseorang yang mengetahui atau percaya bahwa kebereadaan suatu entitas tanpa adanya bukti rasional dan logis merupakan sebuah kesalahan.

      Konsep Agnostis ini juga berlaku sebaliknya bahwa ketidakmapuan manusia membuktikan ketidakadaan tuhan membuat pernyataan ateis menjadi salah. Karena menurut metode saintifik, untuk menyatakan sesuatu itu tidak ada harus dibuktikan secara saintifik pula. Contoh dari pandangan adalah ketidakadaan eter dibuktikan oleh Michelson-Morley setelah melakukan pengukuran yang sangat presisi sehingga membuktikan bahwa tidak ada zat yang disebut eter. Sampai saat ini tidak satupun penelitian yang bertujuan membuktikan tidak ada tuhan sehingga kita tidak menyebutkan tuhan juga tidak ada.

      Dengan demikian Ateis dan Agnostik adalah dua hal yang berbeda. Agnostik merupakan kesimpulan yang keluar dari orang-orang yang memahami dengan benar metode-metode sains dalam memutuskan eksistensi dari sebuah objek sedangkan ateis adalah bentuk lain dari keyakinan dimana mereka yakin bahwa tidak ada tuhan tanpa perlu butkti ada atau tidaknya tuhan.

      Ateis lebih menekankan pada rasionalisme berdasarkan harapan bagaimana seharusnya sebuah kejadian jika tuhan itu ada. Misalnya jika tuhan adalah mahluk yang maha suci dan cinta kebenaran maka harusnya orang-orang tidak berasalah tidak akan mati dalam peperangan atau bencana. Premis “tuhan adalah mahluk yang maha suci dan cinta kebenaran” bukanlah hal yang bersifat saintifik melaikan diambil dari keyakinan orang-orang teis tentang konsep ketuhanan. Sehingga ateisme adalah keyakinan yang merupakan anti tesis dari teisme.

      A. Tuhan dan Asal Usul Alam Semesta

      Konsep ketuhanan yang dipahami oleh agama abrahamik, sebagai agama mayoritas yang ada di dunia ini sangat erat kaitannya dengan penciptaan dan asal-usul dunia ini. Dunia ini merujuk pada alam semesta dan beserta isinya. Rasionalisme yang dibangun dari agama tentang alam semesta ini sifatnya dari ketidakadaan kemudian diciptakan oleh entitas sehingga menjadi ada. Entitas ini selanjutnya disebut sebagai tuhan.

      Seluruh agama Abrahamik juga kadang disebut sebagai agama langit atau agama samawi yakni kelompok agama yang mempercayai bahwa Nabi Ibrahim atau Abraham adalah bapak dari segala nabi yang mengajarkan tauhid kepada tuhan, Theos. Agama ini seperti Yahudi, Kristen, Islam, Bahá’í, Samaritanisme, Mandaeisme dan turunannya.

      Kepercayaan agama Abrahamik diawali dengan doktrin tentang konsep ketuhanan. Doktrin ini selanjutnya disebut keimanan dimana Abrahamik percaya bahwa ada sebuah zat yang maha kuasa yang menciptakan segalanya. Zat ini sifatnya tunggal (Trinitas juga menyatakan hal yang sama) dan mengatur alam semesta ini sendirian. Konsep ini selanjutnya mengarah pada maha kuasa atau maha segalanya.

      Dalam mengatur alam semesta, Tuhan menciptakan malaikat yang sifatnya gaib yang menjalankan peran-peran ketuhahan seperti mencatat amal baik dan buruk, menjaga surga dan neraka, mencabut nyawa, memberi rezeki dan sejenisnya. Sedangkan untuk urusan yang sifatnya keduniaan, tuhan mengutus nabi dalam menyampaikan kebenaran yang disebut Wahyu.

      Manusia sebagai objek utama yang diatur dalam alam semesta lahir dari pendahuluanya dimana anak lahir dari bapak, bapak lahir dari kakek, kakek lahir buyut, begitu seterusnya. Konsep ini akan mengarahkan rasionalisme bahwa akan ada awal dari manusia atau manusia pertama yang melahirkan keturunan yang ada sampai hari ini. Manusia pertama ini disebut Adam.

      B. Hawking dan Alam Semesta

      Konsep yang sama juga digunakan terkait dengan eksistensi alam semesta. Doktrin alam semesta adalah adanya hari akhir yang disebut hari kiamat. Hari kiamat terjadi di masa yang akan datang dan manusia hidup pada hari ini. Dengan demikian karena ada akhirnya maka pasti ada permulaan. Meskipun tanpa bukti empirik, kepercayaan tentang adanya awal dari alam semesta ini selanjutnya disebut sebagai hari penciptaan.

      Konsep hari ini penciptaan ini kemudian dihubungan dengan Teori yang diperkenalkan oleh Stephen Hawking tentang adanya awal mula dari alam semesta ini. Jika kita paham sains, khususnya Fisika Kuantum, maka kita dapat membedakan antara konsep abrahamik dan konsep Hawking tentang asal mula alam semesta adalah dua hal yang sangat berbeda.

      Hawking berpendapat bahwa Alam semesta ini menciptakan dirinya sendiri berdasarkan hukum-hukum fisika. Hukum utama dari teori adalah hukum kekekalan energi dimana energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnakan. Dengan demikian jumlah energi yang ada di alam semesta ini akan selalu sama.

      Awal semesta ini tidaklah seperti sekarang, hal ini didasarkan pada bukti bahwa ukuran alam semsta berkembang sangat cepat. Tidak ada yang mengetahui secara pasti luasnya alam semesta namun pengamatan dengan alat yang lebih maju selalu membuktikan bahwa apa yang diamati di masa lalu selalu lebih sedikit dibandingkan dengan masa sekarang.

      Jika berkembangan maka energi bisa diciptakan? Tentu saja hal ini bertentangan dengan hukum kekakalan energi. Hawking kemudian memperkenalkan konsep dark energi sebagai anti dari energi positif. Energi positif adalah energi yang dapat dibuktikan eksistensinya yakni materi dan energi itu sendiri. Dark energi adalah energi yang muncul dari energi positif agar jumlah energi di awal akan selalu sama dengan sekarang.

      Dark energi belum bisa diamati dan dikontrol sebaik energi positif, namun sebagian kecil dampak dari dark energi sudah dapat teramati. Salah satu bentuknya adalah ruang. Dimana Ruang yang berkembang akan seiring dengan semakin luasnya dan banyaknya materi yang tercipta.

      Kita asumsikan jika ada energi positif yang tercipta sebesar 10, maka akan ada energi negatif yang tercipta yang besarnya -10. Hal ini membuat entalpi yang ada di alam semesta selalu 0.

      Konsep ini tentu saja jauh berbeda dengan konsep abrahamik yang mengandalkan rasional semata. Dimana alam semesta pada awalnya tidak ada menjadi ada. Dari mana keberedaannya? Dari kehendap pencipta alam semesta yang kenginannnya dan kemampuan tidak bisa dibatasi.

      C. Higgs-Boson dan Pembentukan Massa

      Kauntum adalah paket-paket energi terkecil yang sifatnya diskrit. Saat ini ada banyak partikel kuantum yang dapat diamati, misalnya foton, fermion, boson dan sebagainya. Setiap paket ini diatur oleh hukum-hukum kuantum.

      Sampai saat ini sains belum bisa membuktikan secara eksplisit tentang bagaimana bentuk alam semesta. Alam semesta yang dimaksud adalah seluruh materi (massa), energi dan ruang yang ini tercipta. Namun pada tahun 2012, Prof Peter Higgs menemukan partikel elementer yang diberi naman partikel Higgs-Boson.

      Partikel Higgs-Boson dicipatakan dengan menambrakkan dua proton dengan kecepatan tinggi. Dampak dari tumbukan ini munculkan partikel pada level subatomik yang sifatnya tidak memiliki muatan listrik, Tidak memiliki putaran, Meluruh dengan cepat, Sangat tidak stabil, Terdapat dalam medan Higgs.

      Partikel ini memiliki usia yang sangat pendek namun memiliki peran penting dalam memberikan massa pada partikel lainnya seperti elektron dan kuark. Bukti mengarah pada konsep massa dapat diciptakan. Massa sendiri adalah bentuk lain dari energi positif, hal ini sudah lama dibuktikan oleh Einstein melalui persamaan

      E=mc^2

      dimana sejumlah energi dapat diciptakan dari menghilangkan sejumlah massa dari reaksi peluruhan atau penggabungan atom. Konsep ini bahkan sudah terbukti dalam bentuk energi nuklir.

      Dengan demikian Partikel Higgs-Boson diasumsikan sebagai partikel awal yang terbentuk pada saat alam semesta ini tercipta. Kata tercipta ini dipilih karena alam semesta menurut konsep partikel tidak diciptakan dirinya sendiri. Hal ini membuat Leon Lederman menyebut parikel Higgs-Boson sebagai partikel tuhan (sebelumnya disebut partikel terkutuk) sebagai bentuk sarkas bahwa alam semesta ini diawali dari partikel elementer.

      D. Agnostik dan Kuantum

      Pada akhirnya penemuan Partikel Higgs-Boson mengantarkan konsep alam semesta ini tercipta dengan sendirinya. Sehingga tidak ada campur tangan tuhan dalam penciptaan alam semesta.

      Namun kesimpulan ini sama sekali tidak membuktikan tidak ada tuhan. Konsep ini hanya sebetas menunjukkan bahwa menurut sains tidak ada bukti sama sekali ada tuhan dalam penciptaan alam semesta, bukan berarti tidak ada tuhan. Konsep ini memperkuat manusia memiliki keterbatasan dalam membuktikan ada atau tidaknya tuhan dalam penciptaan alam semesta.

      Pertanyaan Terakhir

      Mari kita sama-sama sepakat terlebih dahulu bahwa Partikel Higgs-Boson ini membuktikan bahwa materi dapat tercipta dengan sendirinya. Sehingga jika pada awalnya entalpi alam semesta harus 0, maka konsekuensi dari energi positif ini adalah lahirnya energi negatif dalam kasus yang paling dekat adalah ruang.

      Namun ada satu pertanyaan terakhir yang belum bisa dijawab. Setiap partikel kuantum yang ada tunduk pada hukum-hukum kuantum. Misalnya karakteristik foton untuk tunduk pada hukum-hukum kuantum tentang foton, dimana keberadaannya tidak bermassa dan dianggap sebagai partikel karena memiliki momentum saat berinteraksi dengan elektron.

      Lantas jika Higgs-Boson ini adalah partikel elementer, maka partikel ini akan tunduk pada hukum-hukum yang mengatuk karakteristik Higgs-Boson.

      Jadi yang manakah lebih dahulu? Partikel Higgs-Boson atau Hukum-Hukum Kuantum yang mengatur perilaku Higgs Boson?

      Belum ada bukti yang menunjukkan yang mana tercipta lebih dahulu. Dalam hal ini kita masih dalam posisi Agnostik tentang duluan mana Partikel Higgs-Boson atau hukumnya? Dalam ini kita masih Agnostik dalam membentukannya.

      Jadi Agnostik bukanlah kecenderungan orang percaya tuhan ada atau tidak ada. Agnostik adalah faham yang lebih jauh dari permainan kata “apakah kamu punya pikiran padahal kamu tidak memperlihatkan pikiran tersebut? Agnostik paham akan perbedaan terlihat dan tidak terlihat namun eksis. Agnostik membutuhkan bukti empirik terkiat keberadaan sesuatu tidak sebatas percaya atau tidak semata.

      Agnostik membahas tuhan lebih jauh dari sekedar keyakinan semata dimana penganutnya harus paham sains terlebih dahulu.

    7. Ujian Tengah Semester Fisika Dasar untuk Jurusan Biologi

      Soal No. 1

      Dua buah mobil bergerak pada lintasan lurus terpisah sejauh 200 meter. Jika Mobil A berada di belakang Mobil B dengan kecepatan gerak mobil A sebesar 20 m/s dan mobil B bergerak dengan kecepatan 16 m/s. Tentukan kapan dan Dimana mobil A menyusul Mobil B!

      Soal No. 2

      Sebuah balok bergerak dari keadaan diam di atas papan licin dengan kemiringan 30o terhadap bidang, seperti pada gambar di bawah!

      Soal MID Tes Biologi

      Jika balok berada pada bidang licin baik miring dan dan ujung bawah berada pada ketinggian 10 meter. Tentukan berapakah kecepatan balok tepat sebelum menyentuh lantai!

      Soal No. 3

      Sebuah balok dicelupkan dalam minyak dengan massa jenis 800 kg/m3. Jika 70% bagian dari balok tenggelam. Berapakah massa jenis dari balok tersebut?

      Soal No. 4

      Air mengalir melalui pipa mendatar dengan luas penampang pada masing-masing ujungnya 200 mm2 dan 100 mm2. Bila air mengalir dari penampang besar dengan kecepatan adalah 2 m/s. Tentukan kecepatan air pada penampang kecil!

      Soal No. 5

      Sebutir kelapa tergantung pada batang pohn kelapa pada dengan ketinggian h. Jika percepatan gravitasi pada tempat tersebut sebesar g. Jika kelapa-kelapa tersebut tiba-tiba jatuh, Tentuka!

      1. Kecepatan kelapa pada berada di Tengah
      2. Energi mekanik kelapa tepat saat menyentuh permukaan tanah

    8. Perpindahan Panas – Konduksi, Konveksi dan Radiasi

      Perpindahan Panas

      Kalor merupakan suatu bentuk energi yang diterima sebuah benda sehingga suhunya atau wujudnya berubah dan kalor merupakan suatu ukuran atau jumlah panas. Satuan kalor yang digunakan adalah kalori atau joule, yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram zat sehingga suhunya naik 1oC (Cengel 2003). Energi dapat terwujud dalam berbagai bentuk seperti panas, mekanik, kinetik, potensial, elektrik, magnetik, kimia, dan nuklir, dan total komponen-komponennya dalam energi total E dari sebuah sistem (Çengel dan Turner 2001).

      Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah. Akan tetapi, gaya dorong untuk aliran ini ada1ah perbedaan suhu. Bila sesuatu benda ingin dipanaskan, maka harus dimi1iki sesuatu benda lain yang lebih panas, demikian pula ha1nya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin (Masyithah dan Haryanto 2006).

      A. Kalor jenis

      Kalor jenis didefinisikan sebagai energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu unit massa zat pada peningkatan satu derajat. Secara umum, energi ini bergantung pada bagaimana prosesnya terjadi (Çengel dan Turner 2001). Kalor jenis dalam termodinamika terbagi menjadi dua jenis yaitu kalor jenis pada volume konstan Cv dan kalor jenis Cp. Kalor jenis pada volume konstan dapat menunjukkan bahwa energi diperlukan untuk menaikkan suhu pada suatu unit massa suatu zat sebesar satu derajat sebagai volume konstan. Energi yang dibutuhkan untuk hal yang sama pada tekanan dianggap konstan disebut kalor jenis pada tekanan konstan (Cengel 2003).

      Unit umum untuk kalor jenis adalah J/kgºC atau kJ/kg K. Kedua unit ini identik karena ∆T(ºC) = ∆T(K), dan perubahan 1ºC dalam suhu, ekivalen dengan perubahan 1 K. Kalor jenis menurut Çengel dan Turner (2001) terkadang dalam bentuk satuan molar basis. Salah satu contoh kalor jenis adalah kalor jenis air 4.200 J/kg°C, artinya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1°C adalah 4.200 J. Kalor jenis suatu zat dapat diukur dengan menggunakan alat kalorimeter (Giancoli 1998). 

      Joule menggabungkan dua tangki dalam eksperimen klasiknya dengan sebuah pipa dan keran dalam sebuah bak air. Satu tangki berisi udara dengan tekanan yang tinggi dan tangki lainnya dikosongkan. Saat keseimbangan kalor dicapai, dia membuka keran untuk membiarkan udara melewati satu tangki ke tangkin lainnya sampai tekanan pada kedua tangki sama.joule menemukan bahwa tidak ada perbahan suhu dalan bak air dan asumsikan tidak ada panas yang dipindahkan ke atau dari udara. Karena tidak ada perubahan, dia mengasumsikan bahwa energi internal dari udara tidak berubah walaupun volume dan tekanan berubah. Oleh karena itu, dia menyimpulkan, energi internal adalah suatu fungsi suhu dan bukan fungsi tekanan atau spesifik volume. 

      Rumus kalor jenis dengan menggunakan definisi entalpi dan ekuasi dari gas ideal adalah:

      h = u + Pv

      Pv = RT h = u + RT

      R konstan dan u = u(T), entalpi gas ideal juga merupakan fungsi dari suhu:

      h = h(T)

      Besar nilai u dan h hanya bergantung pada temperatur saja untuk gas ideal, kalor jenis Cv dan Cp juga tergantung hanya pada suhu (Çengel dan Turner 2001).

      B. Kalor laten

      Energi internal juga berhubungan dengan gaya antar molekul antara molekul dari suatu sistem. Energi ini merupakan kekuatan yang mengikat molekul satu sama lain, dan seperti yang diharapkan, mereka terkuat di padatan dan paling lemah dalam gas. Jika cukup energi ditambahkan ke molekul padat atau cair, mereka akan mengalahkan kekuatan molekuler tersebut dan hanya melepaskan diri, mengubah sistem gas. Hal ini merupakan sebuah proses fase perubahan dan karena energi tambahan ini, sebuah sistem pada fase gas berada pada tingkat energi internal yang lebih tinggi daripada di padat atau fase cair. Energi internal yang berhubungan dengan sistem fase ini disebut energi laten atau kalor laten (Cengel 2003). 

      Jumlah energi yang diabsorsi atau dilepaskan selama proses perubahan bentuk disebut kalor laten. Definisi secara spesifik, jumlah energi yang diserap selama pencairan disebut fusi kalor laten dan ekivalen dengan jumlah energi yang dikeluarkan selama pembekuan. Besar kecilnya nilai kalor laten bergantung pada suhu atau tekanan saat perubahan bentuk sedang terjadi. Pada tekanan 1 atm, kalor jenis fusi air adalah 333,7 kJ/kg dan kalor laten penguapan adalah 2257.1 kJ/kg. Selama proses perubahan bentuk, tekanan dan suhu secara nyata bergantung pada komponen-komponennya, dan berhubungan nyata (Çengel dan Turner 2001).

      C. Perpindahan Panas

      Perpindahan panas pada bahan pangan merupakan salah satu fenomena transpor yang penting dalam pengolahan. Panas digunakan untuk menaikkan suhu makanan atau panas diambil dari bahan makanan seperti halnya pada proses pendinginan atau pembekuan. Panas berperanan dalam merangsang atau menghambat suatu reaksi kimiawi misalnya dalam reaksi pencoklatan atau proses inaktivasi enzim. Pengambilan panas dalam refrigerator dapat menurunkan kecepatan reaksi. Panas itu sendiri berpengaruh terhadap perubahan aroma, flavor serta struktur bahan pangan yang diolah (Wirakartakusumah et al. 1992 ).

      Perpindahan panas adalah suatu bentuk dari energi yang dapat ditransfer atau pindahkan dari suatu sistem ke sistem lain sebagai akibat perbedaan temperatur. Perpindahan panas terjadi ketika suatu objek yang berbeda temperatur dibawa masuk ke kontak thermal, aliran panas dari objek yang temperatur tinggi ke temperatur yang rendah (Cengel 2003). 

      Mekanisme panas yang dipindahkan ke atau dari dalam bahan pangan terbagi menjadi tiga yaitu secara konduksi, konveksi dan radiasi. Mode konduksi merupakan mode Perpindahan panas dari molekul ke molekul. Adanya gerakan atau vibrasi molekul akan meningkatkan kecepatan Perpindahan panas. Mode konveksi adalah mirip dengan Perpindahan panas secara konduksi hanya perpindahannya dikaitkan dengan adanya gerakan bahan secara curah (bulk) dari bahan yang bersuhu tinggi ke bagian bahan yang bersuhu lebih rendah. Mode Perpindahan panas secara radiasi, energi dipindahkan dalam bentuk gelombang elektromagnet yang dipancarkan oleh bahan yang mempunyai energi tersebut. Gelombang ini kemudian diserap oleh permukaan dan dikonversikan ke dalam bentuk energi panas (Wirakartakusumah et al. 1992).

      1. Konduksi

      Konduksi atau hantaran merupakan pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah (Masyithah dan Haryanto 2006).

      Konduksi terjadi jika adanya gradien suhu dalam suatu unsur berkelanjutan, panas dapat mengalir sendiri dengan berbagai gerakan yang terlihat. Aliran ini disebut dengan konduksi. Konduksi termal pada metalik padat merupakan hasil dari pergerakan elektron yang dilepaskan, dan di sana terjadi penyesuaian antara konduktivitas thermal dan konduktivitas elektrik (Zemansky 1957).

      Suatu bahan dapat menghantar kalor secara sempurna namun ada bahan yang tidak dapat menhantar kalor secara sempurna. Bahan yang dapat menghantar ka1or dengan baik dinamakan konduktor. Penghantar yang buruk disebut isolator (Masyithah dan Haryanto 2006). Proses perpindahan panas secara konduksi bila dilihat secara atomik merupakan pertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Perpindahan panas secara konduksi, setiap material mempunyai nilai konduktivitas panas (k) [Btu/hr ft F], yang mempengaruhi besar perpindahan panas yang dilakukan pada suatu material (Lesmana 2007).

      B. Konveksi

      Perpindahan panas secara konveksi di dalam kemasan terjadi karena dua macam, yaitu akibat perubahan densitas dari cairan yang disebabkan oleh perubahan suhu pada dinding kaleng (disebut konveksi alami atau free/natural convection) atau terjadinya pergerakan karena pergerakan kemasan oleh rotasi (disebut forced convection). Proses Perpindahan panas secara konveksi dimulai dari Perpindahan panas secara konduksi saat menembus dinding kaleng dan mengenai cairan di bagian dinding kaleng (Kusnandar et al. 2009). Besarnya perpindahan panas secara konveksi tergantung pada luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A), perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (ΔT), dan juga koefisien konveksi (h), yang tergantung pada: viskositas fluida (μ), kecepatan fluida (v), perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida (ΔT), kapasitas panas fluida (Cp), dan rapat massa fluida (ρ) (Lesmana 2007).

      Proses perpindahan ka1or secara konveksi merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai (Masyithah dan Haryanto 2006). Konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa ke suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian massa yang lebih dingin sehingga terjadi sirkulasi, kemudian kalor akhimya tersebar pada seluruh zat (Cengel 2003).

      Pada makanan yang mengandung bahan padat dan cair seperti manisan buah-buahan di dalam kaleng yang diberi sirup terdapat kombinasi dari perambatan panas secara konduksi dan konveksi. Proses di dalam makanan kaleng atau bahan yang dipanaskan terdapat tempat (titik) yang paling lambat menerima panas yaitu yang disebut “cold point”. Pada bahan-bahan yang merambatkan panas secara konduksi, “cold point” terdapat di tengah atau di pusat bahan tersebut, sedangkan pada bahan-bahan yang merambatkan panas secara konveksi, “cold point” terletak di bawah atau di atas pusat yaitu kira-kira seperempat bagian atas atau bawah sumbu. Perambatan panas secara konveksi jauh lebih cepat daripada perambatan panas secara konduksi. Semakin padat bahan pangan, maka perambatan panas akan semakin lambat (Winarno et al. 1980).

      C. Radiasi

      Radiasi termal merupakan suatu zat atau bahan yang distimulasi untuk memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda dalam beberapa cara yaitu (Zemansky 1957):

      1. sebuah konduktor elektrik membawa frekuensi tinggi arus bolak-balik memancarkan gelombang radio
      2. sebuah padatan atau cair memancarkan radiasi termal
      3. sebuah gas membawa muatan listrik keluar sehingga dapat terlihat memancarkan atau radiasi ultraviolet.

      Pancaran ialah perpindahan kalor mela1ui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan ka1or. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan ka1or radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi.

      Semua bahan pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan maka semakin tinggi pula energi ka1or yang disinarkan. Proses radiasi merupakan fenomena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian da1am bahan. Apabila sejumlah energi ka1or menimpa suatu permukaan, sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke da1am bahan, dan sebagian akan menembus bahan dan terus ke luar. Suatu fisik permukaan akan dilibatkan da1am perpindahan ka1or radiasi (Masyithah dan Haryanto 2006).

    9. Desain Penelitian Quasi Eksperimen – Time Series

      Desain Penelitian Quasi Eksperimen – Time Series

      Time Series

      Time series design adalah desain penelitian quasi eksperimen yang melibatkan pengukuran berulang kali, baik prestest maupun posttest. Pengukuran dilakukan berdasarkan rentang waktu antara satu jenis tes dengan tes lainnya.

      Rentang waktu pengukuran (tes) bertujuan untuk menunjukkan konsistens tidaknya variabel yang diukur. Hal ini dapat memberikan gambaran apakah variabel yang diukur memang berubah berdasarkan waktu atau tidak (Maturity). Time series design tidak sampel random (rambang).

      A. Desain Penelitian

      Desain Penelitian Time Series quasi Eksperimen

      x : Perlakuan
      O1 : pretest bagian I
      O2 : pretest bagian II
      O3 : Posttest bagian I
      O4 : Posttest bagian II

      B. Karakteristik Penelitian

      1. Rentang waktu test bertujuan untuk menunjukkan ada tidak perubahan variabel yang diukur pada waktu yang berbeda. Sehingga
        • Jika ada : Variabel yang diukur dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain perlakuan.
        • Jika tidak : Variabel yang diukur tidak berpengaruh selain dari perlakuan yang diberikan.
      2. Tidak dapat digeneralisasi – Tidak melibatkan sampel random shingga hasil sifatnya khusus pada subjek yang diuji. T