Author: Ahmad Dahlan

  • Materi, Konsep dan Kumpulan Rumus Fisika SMA

    Materi, Konsep dan Kumpulan Rumus Fisika SMA

    AhmadDahlan.NET – Berikut ini adalah kumpulan Materi, Konsep dan Rumus Fisika SMA. Urutan Materi dibagi berdasarkan Kelas sesuai dengan susunan Kompetensi Inti dan Standar Kompetensi pada dokumen Kurikulum.

    1. Fisika Kelas X

    1. Besaran dan Satuan
    2. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
    3. Konsep dan Rumus Massa Jenis
    4. Konsep dan Rumus Tekanan
    5. Konsep dan Rumus Jangka Sorong
    6. Konsep Ddan Rumus Pada Mikrometer Sekrup
    7. Konsep dan Rumus Kecepatan
    8. Konsep dan Rumus Gerak Lurus Beraturan
    9. Konsep dan Rumus Gerak Lurus Berubah Beraturan
    10. Konsep dan Rumus Gerak Jatuh Bebas
    11. Konsep dan Rumus Gerak Vertikal Ke Atas
    12. Konsep dan Rumus Gerak Melingkar Beraturan
    13. Konsep dan Rumus Gerak Melingar Berubah Beraturan
    14. Konsep dan Rumus Gerak Parabola
    15. Konsep dan Penerapan Hukum Newton
    16. Konsep dan Rumus Gaya Gesek
    17. Konsep dan Rumus Hukum Gravitasi Newton
    18. Konsep dan Rumus Usaha
    19. Konsep dan Rumus Energi Kinetik
    20. Konsep dan Rumus Energi Potensial
    21. Hukum dan Rumus Kekekalan Energi Mekanik
    22. Konsep dan Rumus Impuls
    23. Konsep dan Rumus Momentum

    2. Fisika Kelas XI

    1. Konsep dan Rumus Kesetimbangan Benda Tegar
    2. Konsep dan Rumus Momen Inersia
    3. Konsep dan Rumus Dinamika Rotasi
    4. Konsep dan Rumus Elastisitas
    5. Konsep dan Rumus Hukum Hooke
    6. Konsep dan Rumus Periode dan Frekuensi Getaran Pegas
    7. Konsep dan Rumus Periode dan Frekuensi Getaran Bandul
    8. Konsep dan Rumus Koefisiens Restitusi
    9. Konsep dan Rumus Hukum Pascal
    10. Konsep dan Rumus Hukum Archimedes
    11. Konsep dan Rumus Tekanan Hidrostatika
    12. Konsep dan Rumus Fluida Dinamis
    13. Konsep dan Rumus Hukum Bernoulli
    14. Konsep dan Rumus Hukum Kontinuitas
    15. Konsep dan Rumus Konversi Satuan Suhu
    16. Konsep dan Rumus Kalor
    17. Konsep dan Rumus Kapasitas Kalor
    18. Konsep dan Rumus Kalor Laten
    19. Konsep dan Rumus Teori Kinetika Gas
    20. Konsep dan Rumus Termodinamika I
    21. Konsep dan Rumus Gelombang Mekanik
    22. Konsep dan Rumus Gelombang Berdiri
    23. Konsep dan Rumus Gelombang Bunyi
    24. Konsep dan Rumus Efek Dopler
    25. Konsep dan Rumus Intesitas Bunyi
    26. Konsep dan Rumus Gelombang Cahaya
    27. Konsep dan Rumus Cermin Datar
    28. Konsep dan Rumus Cermin Cembung
    29. Konsep dan Rumus Cermin Cekung
    30. Konsep dan Rumus Lensa Cembung
    31. Konsep dan Rumus Lensa Cekung
    32. Konsep dan Rumus Teleskop
    33. Konsep dan Rumus Hukum Kepler

    3. Fisika Kelas XII

    1. Konsep dan Rumus Listri Searah (DC)
    2. Konsep dan Rumus Hukum OHM
    3. Konsep dan Rumus Daya
    4. Konsep dan Rumus Kirchoff
    5. Konsep dan Rumus Listrik Statis
    6. Konsep dan Rumus Gaya Qoloumb
    7. Konsep dan Rumus Medan Magnet
    8. Konsep dan Rumus Gaya Lorentz
    9. Konsep dan Rumus Efek Fotolistrik
    10. Konsep Pemanasan Global
    11. Konsep Efek Rumah Kaca
    12. Konsep dan Rumus Dilatasi Waktu
    13. Konsep dan Rumus Konstraksi Panjang
    14. Konsep Fisika Kuantum
    15. Konsep Fisika Inti
    16. Konsep dan Rumus Induksi Elektormagnetik
    17. Konsep dan Rumus Kapasitor
    18. Konsep Gelombang Elekrtomagnetik

    Ket:

    Update Soon!!!. Semoga Bermnafaat

  • Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Kontinuitas

    Materi Fisika SMA – Rumus Hukum Kontinuitas

    AhmadDahlan.Net – Pernahkah kalian mengalirkan air menggunakan selang? Biasanya ketika menggunakan selang, kita akan memencet ujung selangnya hingga aliran air yang keluar dari selang akan lebih cepat. Hal ini dikarenakan debit air yang masuk kedalam selang harus sama dengan debit air yang keluar dari selang. Untuk memahami hal tersebut, perhatikan pembahasan berikut mengenai Azas Kontinuitas.

    A. Pengertian Hukum Kontinuitas

    Pada kajian fluida dinamis atau fluida yang mengalir terdapat azas Kontinuitas. Azas ini menjelaskan bahwa fluida yang mengalir dan tak termampatkan dalam keadaan tunak, akan memiliki laju aliran volume di setiap waktu sama besar.

    Dalam kehidupan sehari – hari biasanya kita dapat menemukan konsep ini dalam penggunaan selang air, air yang mengalir dari sebuah kerang, dan lain sebagainya.

    B. Persamaan Kontinuitas

    Apabila fluida mengalir melewati pipa yang memiliki luas penampang yang berbeda, maka berdasarkan hukum Kontinuitas debit fluida yang melewati pipa dengan luas A1 akan sama dengan debit fluida yang melewati pipa dengan luas A2.

    Secara matematis persamaan Kontinuitas dapat dituliskan sebagai berikut :υ

    Q_1=Q_2
    \frac{V_1}{t_1}=\frac{V_2}{t_2}
    \frac{A_1.l_1}{t_1}=\frac{A_2.l_2}{t_2}
    A_1.υ_1=A_2.υ_2

    Keterangan,
    Q1 : Debit fluida pada penampang 1 (m3/s)
    Q2 : Debit fluida pada penampang 2 (m3/s)
    V1 : volume pipa 1 (m3)
    V2 : volume pipa 2 (m3)
    l1 : panjang pipa 1 (m)
    l2 : panjang pipa 2 (m)
    υ1 : kecepatan aliran fluida di penampang 1 (m/s)
    υ2 : kecepatan aliran fluida di penampang 2 (m/s)
    A1 : luas penampang pipa 1 (m2)
    A2 : luas penampang pipa 2 (m2)

    C. Contoh Soal

    Sebuah pipa dengan luas penampang 600 cm2 di pasang keran pada ujungnya dengan jari jari keran 3 cm Jika besar kecepatan aliran air dalam pipa 0,5 m/s, maka dalam waktu 5 menit , berapakah voume air yang keluar dari keran ?

    Pembahasan

    Dik :
    A1 = 600 cm2 = 0,06 m2
    υ1 = 0,5 m/s
    r2 = 3 cm = 0,03 m
    t = 5 menit = 300 s

    Dit :
    Volume air yang keluar dari keran?

    Pembahasan :
    Volume air yg keluar dari keran = Volume dari keran = V2

    \frac{A_1.l_1}{t_1}=\frac{A_2.l_2}{t_2}
    A_1.v_1=\frac{V_2}{t_2}
    0,06\ m^2\ . \ 0,5\ m/s=\frac{V_2}{300\ s}
    0,03\ m^3/s=\frac{V_2}{300\ s}
    0,03\ m^3/s×300\ s=V_2
    9\ m^3=V_2

    Jadi, volume air yg keluar dari keran sebanyak 9 m3.

  • Jenis-Jenis Operator Pascal

    Jenis-Jenis Operator Pascal

    AhmadDahlan.NET – Operator Pascal adalah sebuah simbol yang mewakili perintah eksekusi dari satu atau lebih statement. Operator ini adalah jantung dari pemrograman karena dari sinilah perintah ditentukan dan dieksekusi.

    Operator memiliki sifat universal yang berarti antara operator akan memiliki fungsi yang sama antara satu bahasa pemrogramam dengan bahasa pemrograman yang lain. Jenis pun relatif sama terutama tiga operator dasar yakni operator Aritmatika, Relational dan Logika.

    A. Operator Pada Pascal

    Pada bahasa pemgoraman Pascal Operator dilengkapi dengan operand. Operand pada bahasa program lain disebut sebagai value. Misalkan kita membuat statement sebagai berikut !

    grav := 9,8 + 3;

    sintaks di atas menunjukkan bahwa value dari grav adalah 9,8 + 3. Nah 9,8 + 3 inilah yang disebut sebagai operand. Isinya dari Operand bisa jadi direct value bisa jadi berisi variabel lain yang sudah di defenisikan. Milsanya

    panjang := 3;
    lebar := 4;
    luas := lebar * panjang;

    1. Jenis Operand

    Terdapat dua jenis Operand di Pascal yakni Unary dan Binary.

    1. Unary adalah operator yang terdiri dari 1 operand saja milsanya : +4, -8, -12,233
    2. Binary adalah operator yang terdiri dari 2 operand. Ini ada operator yang teridiri dari value misalnya 2+6, 4*3, 2 Mod 1.

    Selain Unary dan Binary, beberapa bahasa Program juga mengenal jenis Ternary. Hanya saja Pascal tidak mengenal jenis Ternary.

    2. Jenis-jenis Operator dalam Bahasa Pemrograman Pascal

    Berbeda dengan operand, Operator pada pascal terdiri dari 8 jenis.

    1. Operator Assignment
    2. Operator Aritmatika
    3. Operator String
    4. Operator Perbandingan / Relasional
    5. Operator Logika / Boolean
    6. Operator Bitwise
    7. Operator Set / Himpunan
    8. Operator Address (Pointer)

    Namun untuk memudahkan pembahasan, kita bagi saja ke 8 operator ke 3 kategori operator yakni operator Aritmatika, Relational dan Logika.

    A. Operator Aritematika

    Operator Aritmatika secara sederhana merujuk pada operator yang memberikan operasi matematis sederhana. Jenis operator ini adalah

    OperatorKegunaan
    :=assigment
    +Penambahan
    Pengurangan
    *Perkalian
    /Pembagian dengan hasil bilangan pecahan (real)
    divPembagian yang hasilnya bilangan bulat
    modsisa hasil bagi

    B. Operator Realational

    Operator relational atau operator perbandingan digunakan untuk menghubungkan dua variabel atau value. Output dari operator Relasional ini adalah operator Bolean yakni True of False.

    OperatorKegunaan
    =sama dengan
    <>tidak sama dengan
    >besar dari
    < kecil dari
    >=besar dari atau sama dengan
    <=kecil dari atau sama dengan

    C. Operator Logika

    Operator logika adalah operator yang pada umumnya dijadikan syarat (Conditional) sebelum mengeksekusi perintah. Operator Logika terdiri dari 3 operator dasar yakni and, or, dan not.

    And
    XYKesimpulan
    111
    100
    010
    000
    or
    XYKesimpulan
    111
    101
    011
    000
    not
    XSimpulan
    10
    01

    Selain tiga operator logika dasar di atas ada berapa operator logika tambahan seperti xor.

    xor
    XYKesimpulan
    110
    101
    011
    000

    Catatan

    1 := True
    0:= False
  • Hukum I Termodinamika – Interaksi Panas, Usaha dan Internal Energi

    Hukum I Termodinamika – Interaksi Panas, Usaha dan Internal Energi

    AhmadDahlan.NET – Hukum I Termodinamika membahas tentang energi dari aspek hubungan antara Panas, Kerja dan Konsep Internal Energi. Sama seperti massa, energi akan selalu bersifat kekal sehingga tidak dapat diciptakan dan dimusnakan. Hanya saja, Energi dapat dibuah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya.

    Internal energi dari sebuah benda atau sistem itu sendiri adalah karakteristik yang menghubungkan antara energi dan partikel penyusun sistem. Internal energi berhubungan energi kinetik partikel dari sistem dan energi potensial termodinamikanya.

    Setiap kali sebuah sistem mengalami perubahan kondisi yang disebabkan oleh panas, usaha dan internal energi akan selalu melibatkan perubahan dan transfer energi. Namun kendati demikian totoal keseluruhan energi akan selalu sama sebelum dan sesudah kejadian.

    Dalam hukum I Termodinamika, Panas dikonfirmasi sebagai salah satu bentuk energi. Dengan demikian maka proses termodinamika diatur oleh prinsip kekekalan energi. Hal ini membuat Hukum I Termodinamika sering kali disebut sebagai Hukum Kekekalan Energi.

    Hukum I Termodinamika

    Sebuah sistem termodinamika dalam keadaan setimbang memiliki variable keadan yang disebut sebagai internal energi (U). Perubahan internal energi dari dua buah sistem melibatkan perpindahan panas (Q) dan usaha yang dilakukan oleh sistem (W).

    ΔU = Q - W

    Konsekuensi dari Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa energi yang ada di alam semesta ini akan selalu sama, tapi bukan berarti dalam keadaan steady stay seperti pendapat Newton. Meskipun bentuk energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain namun energi tidak dimusnakan.

    Dalam upaya melakukan observasi tentang keberlakuan hukum I Termodinamika, dibutuhkan alat yang disebut sebagai Mesin Panas (Heat Engine). Mesin ini mampu mengubah energi panas menjadi energi mekanik begitu pula sebaliknya.

    Ilustrasi Heat Enggine atau Mesin Panas pada Termodinamika
    Aplikasi Hukum I Termodinamika Pada Mesin

    Secara umum mesin pada dirancang dalam bentuk sistem terbuka dengan prinsip kerja berdasarkan perubahan panas, tekanan dan volume benda yang diakibatkan karekteristik molekul gas yang ada di dalam mesin.

    Misalkan saja salah satu pase ketika dilakukan pembakaran dimana suhu gas di dalam menjadi lebih tinggi. Hal ini membuat tekanan gas memuai dan pada akhirnya menaikkan volume gas. Volume gas dapat digunakan dalam menggerakkan piston sehingga ini menunjukkan seberapa besar kerja (W) yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya.

    Aplikasi Pada Sistem Tertutup

    Pada sistem keadaan tertutup, Usaha yang dilakukan oleh sistem adalah hasil dari perubahan tekanan dan perubahan volume.

    W = -P \Delta V

    Dimana P adalah tekanan ekternal terhadap sistem dan ΔV adalah perubahan volume di dalam sistem. Kerja ini disebut sebagai Kerja Tekanan-Volume.

    Perubahan energi internal di dalam sistem (Berkurang atau bertambah) tergantung dari interaski kerja dari sistem terhadap ruang tempat terjadinya perubahan PV. Energi Internal akan bertambah jika usaha bekerja pada sistem dan akan berkurang jika usaha dikerjakan oleh oleh sistem. Semuan interkasi energi panas yang terjadi pada sistem juga akan mengakibatkan perubahan energi panas. Namun karena energi akan selalu sama maka total perubahan internal energi akan selalu 0. Jika energi sistem berkurang itu berarti ada energi yang diserap oleh lingkungan dan begitu pula sebaliknya.

    \Delta U_{sistem} = -\Delta U_{lingkungan}

    Energi panas tentu saja adalah bentuk entitas yang nilainya mutlak sehingga tanda minus (-) hanya menunjukkan perubahan energi dari suatu kerangka acuan dalam hal ini sistem-lingkungan. Agar terjadi kesepakatan maka dibuat hubungan antara Panas dan Internal Energi ditunjukkan pada tabel berikut :

    ProsesPanas (Q)Usaha (W)
    Kerja dilakukan Oleh SistemN/A
    Kerja Terjadi Pada SistemN/A+
    Panas keluar dari sistemN/A
    Panas Masuk ke dalam sistem+N/A
  • Kapasitas Panas

    Kapasitas Panas

    AhmadDahlan.NET – Kapasitas panas dalah karakteristik jumlah panas yang dibutuhkan oleh sebuah benda sehingga mengakibatkan perubahan suhu 1 derajat. Dalam SI, dinyatakan jumlah kalor yang dibutuhkan agar berubah 1oC.

    A. Persamaan Kapasitas Panas

    Jumlah panas yang dibutuhkan oleh sebuah benda:

    C = \lim_{\Delta T \rightarrow  0} \frac{\Delta Q}{\Delta T}

    atau

    Q = C dt

    dimana :

    Q : Jumlah Kalor (J)
    C : Kapasitas Panas (J/K)
    dt : perubahan temperature

    Jumlah Kalor yang dibutuhkan juga bergantung dari massa benda, dimana semakin besar massanya maka semakin banyak kalor yang dibutuhkan. Konsep ini selanjutnya disebut sebagai Kalor Jenis.

    Logam adalah benda yang memiliki Kapasitas sangat kecil sehingga perubahan suhunya sangat sensitif terhadap penambahan jumlah kalor. Air berbeda dengan logam, benda ini memiliki sensitifitas perubahan suhu yang sangat rendah terhadap penambahan kalor.

    Besi paling tidak 10 kali lebih tinggi dibandingkan Air maka tidak heran jika Air lebih banyak dijadikan reservoir panas di berbagai perangkat, misalnya Radiator Mobil dan Kolam Kota.

    B. Nilai Kapasitas Panas

    Nilai dari kapasitas panas dari sebuah benda juga ikut berubah terhadap perubahan suhu (T) dan tekanan yang dialami oleh benda (P). Dengan demikian maka C adalah fungsi dari P dan T atau (CP,T)

    Sebagai contoh misalnya 1 kg besi pada kondisi STP yakni suhu 25oC dan tekanan 1 atm akan membutuhkan kalor sebesar 460 J. Nilai ini masih relatif sama mulai dari 15°C sampai 35°C dengan tekanan mupai dari 0 sampai 10 atm. Demikian jumlah panas yang dibutuhkan agar naik dari suhu 15°C ke 16°C akan memiliki nilai yang relatif sama dengan 34°C ke 35°C. Meskipun secara konsep berbeda namun perbedaan itu bisa diabaikan.

    1. Tekanan Konstan

    Pada tekanan konstan, Panas yang diberikan pada sebuah sistem akan berkontribusi pada kerja yang dilakukan oleh sistem dan perubahan internal energi. Hal ini sesuai dengan hukum I Termodinamika.

    dQ = dU + PdV

    Kapasitas panas sistem pada keadaan konstan disebut sebagai CP.

    C_P=  \left (  \frac{\delta h}{\delta T} \right )_P

    2. Volume Konstan

    Pada keadaan Isohorik, sisyem tidak melakukan kerja karna dV = 0. Dengan demikian semua panas yang diberikan pada sebuah sistem digunakan untuk menaikkan internal energi sistem atau dQ = dU.

    Besar Kapasitas panas sistem pada kondisi ini disebut sebagai CP. Dengan demikian maka nilai CV akan selalu lebih kecil dibandingkan dengan CP. Selesih antara kedua nilai ini disebut sebagai konstanta gas ideal (R)

    C_P - C_V = nR

    dimana n adalah bilangan bulat yang menunjukkan jumlah mol.

    Perbandingan antara CP dan CV disebut sebagau Rasio Kapasitas Panas (\gamma *) yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat kebebasan dari sejumlah molekul gas.

    \gamma = \frac{C_P}{C_V}

    * Beberapa buku menuliskan ini sebagai k.

  • Struktur Percabangan If Then Else di Pascal

    Struktur Percabangan If Then Else di Pascal

    AhmadDahlan.NET – Program Percabangan di Pascal bisa dilakukan dengan perintah dasar if then else. Struktur algoritma ini membuat mesin melakukan perintah sesuai dengan syarat (conditional) yang ditentukan oleh programer sebelumnya.

    Contoh penggunaan dari struktur alogritma ini dalam kehidupan nyata misalkan :

    1. Bantuan Langsung Tunai diberikan pada orang dengan penghasilan kurang dari 2.000.000 Rupiah sebulan.
    2. Jika lebih maka tidak diberikan.

    Instrumen ini akan digunakan untuk menentukan apakah sebuah keluarga diberi bantuan atau tidak. Misalkan saja kita ke keluarga A, pengahsilkanya 3.000.000 Rupiah satu bulan maka output dari instrumen adalah informasi “Tidak diberikan bantuan langsung tunai”.

    Kasus diatas tentu saja adalah kasus sederhana dimana jauh lebih mudah dilakukan tanpa bantuan Algoritma. Namun bagaimana jika syarat yang diajukan lebih banyak. Misalnya begini bantuan akan diberikan kepada orang dengan kriteria :

    1. Penghasilan Rp 2.000.000,- untuk yang memiliki anak kurang dari 2 dan belum belum memiliki rumah
    2. Penghasilan Rp. 3.000.000,- untuk yang memiliki anak lebih dari 4 dan atau sudah memiliki rumah.
    3. Penghasilan Rp. 2.000.000,- untuk yang belum belum punya anak dan belum memiliki rumah sendiri.
    4. Penghasilan Rp. 4.000.000,- bagi yang sudah punya anak lebih dari 4, tidak memiliki rumah dan menanggung utang dengan ansurang 1.000.000,- per bulan.

    Nah semakin banyak syarat yang diajukan maka semakin ribet dilakukan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini akan juah lebih mudah jika dibantu dengan mesin. Hanya saja mesin tidak memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan sendiri harus diarahkan terlebih dahulu.

    A. Sintaks If Then Else

    Struktur sintaks if then else dalam bahasa pemrograman secara umum dapat ditulis sebagai berikut :

    if (kondisi) then 
     begin
     (statement 1) 
     end
    else
     begin
     (statement 1) 
     end;

    Sinstak Pseudocode di atas juga dapat digambarkan dalam bentuk Flowchart sebagai berikut :

    Cara membuat concitional Statement di Pascal

    Contoh Program If Then

    program IfThen;
    var
     bil : integer;
    begin
     write ('Masukan Bilangan: ');
    read(bil);
    if (bil<10) then
     writeln ('Bilangan kurang dari 10');
    end.

    Program di atas disusun untuk menentukan apakah sebuah bilangan kurang dari 10 namuan tidak untuk bilangan yang lebih dari 10. Jika bilangan yang masukkan < 10 maka hasilnya akan sebagai berikut :

    Contoh Program if Then Else di Pascal

    Namun jika bilangan yang dimasukkan lebih dari 10 maka tidak ada hasil yang ditunjukkan.

    Contoh Program jika dimasukkan lebih dari 11 dengan if then else

    Hal ini terjadi karena kita tidak memberikan informasi kepada program untuk melakukan perintah eksekusi jika syarat tidak terpenuhi.

    A. If Then Else

    Agar masalah syarat yang tidak terpenuhi dapat diselesaikan maka penambahan sintaks else harus dilakukan. Sederhananya program ini digunakan untuk memberikan perintah kepada mesin untuk mengeksekusi masukan berdasarkan dua hal yakni jika ya (true) dan jika tidak (false).

    program IfThenElse;
    var
     bil : integer;
    begin
     write ('Masukan Bilangan : ');read(bil);
     if (bil mod 2 = 0) then
     begin
     writeln ('Bilangan Genap');
     end
    else
     begin writeln ('Bilangan Ganjil');
     end;
    end.

    Perhatikan kata else ini menunjukkan perintah yang harus dieksekusi jika syarat yang diberikan tidak terpenuhi.

    Contoh lain sebagai berikut :

    program struktur_if_then_else;
    uses crt;
    var
     angka: integer;
    begin
     clrscr;
     angka := 4;
     if (angka > 5) then
     begin
     writeln('Variabel "angka" lebih besar dari 5');
     end
     else
     begin
     writeln('Variabel "angka" lebih kecil dari 5');
     end;
     readln;
    end.

    B. Kegagalan Algoritma

    Potensi kegagalan algortima bukanlah kesalahan sintaks yang dituliskan melainkan kegagalan programer menyusun algoritma sesuai dengan kebutuhan mereka akan tetapi sintaksnya sudah benar. Hal ini membuat code program berjalan namun tidak sesuai dengan kebutuhan.

    Misalkan kita diminta menyusun sebuah program konversi nilai dengan kriteria nilai sebagai berikut :

    1. Nila A : 9 ~ 10
    2. Nilai B : 8 ~ 9
    3. Nilai C : 6 ~ 8
    4. Nilai D : 4 ~ 6
    5. Nilai E : 0 ~ 4

    Dari keterangan tersebut kita kemudian membuat urutan program di Pascal dengan kriteria berikut :

    1. write E if score > 0
    2. write D if score > 4
    3. write C if score > 6
    4. write B if score > 8
    5. write A if score > 9

    Jika perintah ini dieksekusi maka hasilnya tidak akan pernah menunjukkan hasil lain selain E. Misalkan yang dimasukkan nilai 3, maka skora yang dikelaurkan sudah benar yakni E, karena adalah rentang 0 ~ 4. Namun jika yang dimasukkan adalah 5, maka yang keluar dari perintah mesin tetap E bukan D.

    Penyebabnya karena 5 > 0 sehingga menganggap syarat pertama sudah terpenuhi sehingga langsung eksekusi perintah yang pertama saja.

    Agar hasil yang ditunjukkan oleh mesin sama seperti harapan maka yang dimasukkan harusnya sebagai berikut !

    1. write E if score < 0
    2. write D if score < 4
    3. write C if score < 6
    4. write B if score < 8
    5. else write A

    atau alternatifnya bisa dilakukan sebagai berikut !

    1. write A if score >= 9
    2. write B if score >= 8
    3. write C if score >= 6
    4. write D if score >= 4
    5. else write E

    Tugas !

    1. Buatlah sebuah program yang berisi dua input yakni Akun dan Password. Dimana eksekusi dari program tersebut menyebutkan jika salah pasword maka ada informasi bahwa salah paswords jika benar ada informasi jika anda berhasil logging.
  • Materi Fisika SMA – Rumus Besar Intensitas Bunyi

    Materi Fisika SMA – Rumus Besar Intensitas Bunyi

    AhmadDahlan.Net – Ketika berada di tempat sunyi, terkadang telinga kita akan sensitif terhadap suara, sehingga suara nyamuk yang berterbangan bahkan suara detak jantung dapat terdengar di telinga kita. Hal ini dikarenakan suara tersebut memiliki intensitas bunyi yang dapat terdengar oleh telinga kita. Berikut penjelasan lengkap mengenai intensitas bunyi.

    A. Pengertian Intensitas Bunyi

    Intensitas bunyi merupakan ukuran kenyaringan suara atau besar daya yang dihasilkan oleh gelombang bunyi per satuan luas bidang. Besar intensitas bunyi tergantung dari daya yang dihasilkan sumber bunyi dan juga jarak dari sumber bunyi.

    Jangkauan intensitas bunyi yang dapat didengarkan oleh telinga kita sangat luas, sehingga terdapat besaran yang menjelaskan lebih akurat mengenai bagaimana telinga kita dapat merasakan suara. Besaran ini dinamakan dengan taraf intensitas bunyi.

    Taraf intensitas bunyi adalah logaritma perbandingan antara intensitas bunyi yang dihasilkan sumber suara dengan intensitas ambang pendengaran. Taraf intensitas bunyi memiliki satuan dB atau biasa disebut dengan desibel.

    B. Persamaan Intensitas Bunyi

    1. Intensitas Bunyi

    Secara umum, intensitas bunyi memiliki persamaan :

    I=\frac{P}{A}=\frac{P}{4\pi r^2}

    keterangan,
    I : Intensitas bunyi (W/m2)
    P : daya (W)
    A : luas bidang (m2)

    Apabila sumber bunyi sama tetapi di dengar dari jarak yang berbeda, maka perbandingan intesitas bunyinya adalah :

    \frac{I_1}{I_2}=\frac{r_2^2}{r_1^2}

    keterangan.
    I1 : Intensitas bunyi 1 pada jarak 1 (W/m2)
    I2 : Intensitas bunyi 2 pada jarak 2 (W/m2)
    r1 : jarak 1 dari sumber bunyi (m)
    r2 : jarak 2 dari sumber bunyi (m)

    2. Taraf Intensitas Bunyi

    Persamaan umum yang digunakan untuk menghitung taraf intensitas bunyi suatu sumber bunyi adalah :

    TI=10×\log{\frac{I}{I_0}}

    Apabila terdapat lebih dari satu sumber bunyi yang identik maka taraf intensitas bunyi nya dihitung menggunakan persamaan :

    TI_n=TI_1+10×\log{n}

    keterangan,
    TI : Taraf intensitas bunyi (dB)
    I : Intensitas bunyi (W/m2)
    I0 : Intensitas ambang pendengaran (10-12 W/m2)
    n : Jumlah sumber bunyi

    Taraf intensitas yang dihasilkan oleh sumber bunyi akan berbeda apabila di dengar dari jarak yang berbeda, sehingga untuk menghitung taraf intensitas nya digunakan persamaan :

    TI_2=TI_1-20×\log{\frac{r_2}{r_1}}

    keterangan.
    TI1 : Taraf intensitas bunyi 1 pada jarak 1 (W/m2)
    TI2 : Taraf intensitas bunyi 2 pada jarak 2 (W/m2)
    r1 : Jarak 1 dari sumber bunyi (m)
    r2 : Jarak 2 dari sumber bunyi (m)

    C. Contoh Soal

    Rina berjarak 3 m dari suatu konser musik yang menghasilkan taraf intensitas bunyi sebesar 50 db. Apabila Rina berdiri pada jarak 30 m dari konser musik tersebut, berapakah taraf intensitas bunyi yang didengarkan rina?

    Pembahan

    DIk :
    r1 = 3m
    TI1 = 50 dB
    r2 = 30 m

    Dit :
    TI2 = ?

    Pembahasan :

    TI_2=TI_1-20×\log{\frac{r_2}{r_1}}
    TI_2=50\ dB-20×\log{\frac{30\ m}{3\ m}}
    TI_2=50-20×\log{10}
    TI_2=30\ dB

    Jadi taraf intensitas bunyi yang didengarkan Rina pada jarak 30 m adalah 30 dB

  • Pengulangan Menurun dengan For DownTo Do di Pascal

    Pengulangan Menurun dengan For DownTo Do di Pascal

    AhmadDahlan.NET – Program Perulangan di Pascal juga bisa memiliki librari untuk melakukan metode iterasi menurun atau sederhana disebut count down. Contohnya perhitungan mundur peluncuran roket dimulai dari 10, 9, 8,…,1. Perintah ini dapat dilakukan dengan For downto.

    Pseudocode untuk perintah ini sebagai berikut :

    FOR (variabel_counter) := (nilai_awal) DOWNTO (nilai_akhir) DO
    begin
     (kode program yang ingin diulang disini...)
    end;

    Contoh Perulangan FOR DOWNTO dalam Pascal

    Berikut ini adalah pengulangan hitung mundur dari 10 sampai 1

    Program For_Downto_Do;
    uses crt;
    var
     i: integer;
    begin
     clrscr;
     For i := 10 Downto 0 Do
     begin
      writeln('Hitung mundur: ',i);
     end;
     readln;
    end.

    Jika program ini dieksekusi maka hasilnya akan sebagai berikut :

    Run Programer PAscal dengan Perintah For Downto

    Contoh Program Operasi dengan For Downto

    Program iterasi di Pascal tidak hanya digunakan sebagai display semata tapi juga bisa dilakukan operasi matematis.

    Milsanya kita akan membuat program penulisan bilangan ganjil lebih kecil 20 sampai 0. Maka langkah pertama yang dilakukan adalah membuat persamaan matematisnya agar bisa menghasilkan deret dengan bilangan ganjil.

    Deret dari bilangan ganjil bisa didapatkan dengan rumus

    s = 2(n)-1

    misalkan kita ingin mendapatkan bilangan terbeser 20, maka n maksimal dari persamaan ini hanya 10 karena nilai dari 2(n) = 20 jika n 10. Selanjutnya memasukkan ke program dengan bentuk sebagai berikut

    Program For_Downto_Do2;
    uses crt;
    var
     k,i: integer;
    begin
     clrscr;
     writeln('Daftar Bilangan Ganjil lebih kecil dari 20 Ke bawah ');
     For i := 10 Downto 1 Do
     begin
     k:=2*i-1;
      writeln('Bilangan Ganjilnya adalah ', k);
     end;
     readln;
    end.

    Hasil run Programnya sebagai berikut :

    Program latihan bilangan ganjil kurang dari 20

    Latihan

    Buatlah sebuah program tabel konversi dari Celcius ke Fahrenheit mulai dari 100oC sampai 0oC! Program disusun dengan kelipatan pengurangan 5oC dan 3oC!

  • Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Listrik Statis

    Materi Fisika SMA – Rumus Gaya Listrik Statis

    AhmadDahlan.Net – Pada listrik statis dua buah muatan listrik yang berdekatan dapat saling berinteraksi satu sama lain, bergantung pada jenis muatan listriknya. Apabila kedua muatan tidak sejenis maka akan saling tarik menarik dan apabila kedua muatan sejenis maka akan saling tolak menolak. Terdapat gaya yang timbul karena interaksi antar dua muatan tersebut. Gaya tersebut dinamakan gaya listrik . Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai gaya listrik pada listrik statis.

    A. Pengertian Gaya Listrik Statis

    Gaya interaksi antar 2 muatan dalam listrik statis dinamakan gaya Coulomb. Gaya Coulomb merupakan gaya yang muncul akibat terjadinya interaksi antar 2 muatan. Gaya merupakan besaran vektor, sehingga memiliki besaran dan arah. Arah dari gaya Coulomb tergantung pada jenis muatan yang berinteraksi.

    Pada gambar (a) dan gambar (b) kedua muatan sejenis, sehingga kedua muatan saling tolak menolak. Masing – masing muatan q1 mendapat gaya tolakan sebesar F12 dan muatan q2 mendapat gaya tolakan sebesar F21.

    (a)
    (b)

    Sedangkan pada gambar (c) kedua muatan berbeda jenis. Muatan q1 negatif dan muatan q2 positif, sehingga kedua muatan saling tarik menarik. Muatan q1 mendapat gaya tarikan sebesar F12 dan muatan q2 mendapat gaya tarikan sebesar F21.

    (c)

    B. Persamaan

    Untuk menghitung gaya Coulomb, digunakan persamaan :

    F=k \frac{q_1q_2}{r^2}

    keterangan,
    F : gaya Coulomb (N)
    k : konstanta Coulomb (9 x 109 Nm2/C2)
    q1 : besar muatan listrik pertama (C)
    q2 : besar muatan listrik kedua (C)
    r : jarak antar muatan (m)

    Konversi satuan
    1 μC = 10-6 C
    1 nC = 10-9 C

    C. Contoh Soal

    Terdapat dua buah muatan listrik seperti pada gambar berikut :

    Apabila besar muatan q1 = 4 μC dan q2 = 6 μC, tentukanlah besar dan arah dari gaya listrik pada muatan q2!

    Pembahasan :

    Dik :
    q1 = 4 μC = 4 x 10-6 C
    q2 = 6 μC = 6 x 10-6 C
    r = 2 cm = 2 x 10-2 m

    Dit :
    besar dan arah gaya listrik

    Pembahasan :
    1. Menentukan arah gaya

    Kedua muatan berbeda jenis, sehingga saling tarik menarik. Sehingga, arah gaya listrik pada muatan q2 adalah ke kiri

    2. Menentukan besar gaya listrik

    F=k\ \frac{q_1q_2}{r^2}
    F=(9×10^9\ \frac{Nm^2}{C^2})\ ×\frac{(4×10^{-6}\ C)(6×10^{-6}\ C)}{(2×10^{-2}\ m)^2}
    F=\frac{(9×10^9\ \frac{Nm^2}{C^2})(24×10^{-12}\ C^2)}{4×10^-\ ^4\ m^2}
    F=54×10\ N=540\ N

    Jadi, besar gaya listrik pada muatan q2 adalah 540 N dan arahnya adalah ke kiri.

  • Materi Fisika SMA – Rumus Elastisitas

    Materi Fisika SMA – Rumus Elastisitas

    AhmadDahlan.Net – Ketika kita memberikan gaya tarikan kepada sebuah karet, tentu saja karet tersebut akan memanjang dan akan kembali ke bentuk awalnya apabila gaya tarikan tersebut dihilangkan. Kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah diberi gaya dinamakan elastisitas. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai elastisitas

    A. Pengertian Elastisitas

    Elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah diberikan gaya tarik terhadapnya. Benda yang memiliki sifat elastis disebut dengan benda elastis, contohnya seperti karet, pegas, dan lain sebagainya.

    Setiap benda elastis memiliki tingkat elastisitas bahan masing – masing. Apabila benda elastis diberi gaya tarik melebihi batas elastisnya, maka benda tersebut tidak akan kembali ke bentuk semulanya, dan akan berubah bentuk secara permanen.

    B. Persamaan Elastisitas

    1. Tegangan (stress)

    Benda elastis yang diberi gaya tarikan akan mengalami tegangan (stress). Tegangan tarik ini memiliki smbol (σ) dan memiliki satuan (N/m2). Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung besar tegangan tarik yang terjadi adalah :

    σ=\frac{F}{A}

    keterangan,
    σ : tegangan tarik (N/m2)
    F : gaya tarik (N)
    A ” luas penampang benda (m2)

    2. Regangan

    Benda elastis yang diberikan gaya tarik juga mengalami peregangan. Regangan menyebabkan terjadinya perubahan panjang pada benda elastis. Regangan dapat dihitung menggunakan persamaan :

    e=\frac{∆L}{L_0}

    keterangan,
    e : regangan
    ∆L : pertambahan panjang (m)
    L0 : panjang awal benda (m)

    3. Modulus Elastisitas

    Modulus elastik suatu benda didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dan regangan yang dialami oleh benda tersebut. Persamaan untuk menghitung modulus elastik adalah :

    E=\frac{tegangan}{regangan}
    E=\frac{σ}{e}
    E=\frac{\frac{F}{A}}{\frac{∆L}{L_0}}
    \frac{F}{A}=E\frac{∆L}{L_0}

    keterangan,
    E : modulus elastik (N/m2)
    σ : tegangan tarik (N/m2)
    e : regangan
    F : gaya tarik (N)
    A ” luas penampang benda (m2)
    ∆L : pertambahan panjang (m)
    L0 : panjang awal benda (m)

    C. Contoh Soal

    Seutas kawat dengan luas penampang 2 mm2 ditarik oleh gaya 1,6 N hingga panjangnya bertambah dari 40 cm menjadi 40,04 cm. Hitunglah modulus elastis kawat tersebut.

    Pembahasan

    Dik :
    A = 2 mm2 = 2 × 10-6 m2
    F = 1,6 N =16 × 10-1 N
    L0 = 40 cm = 40 × 10-2 m
    ∆L = 40,04 cm – 40 cm = 0,04 cm = 4 × 10-4 m

    Dit :
    E = ?

    Jawab :

    \frac{F}{A}=E\frac{∆L}{L_0}
    \frac{16×10^-\ ^1\ N}{2×10^-\ ^6\ m^2}=E×\frac{4×10^-\ ^4\ m}{40×10^-\ ^2\ m}
    8×10^5\ \frac{N}{m^2}=E×0,1×10^-\ ^2\ 
    \frac{8×10^5}{0,1×10^-\ ^2}\ \frac{N}{m^2}=E 
    80×10^7\ \frac{N}{m^2}=E 
    E=8×10^8\ \frac{N}{m^2}