Author: Ahmad Dahlan

  • Validitas Konstruks Instrumen Tes Pilihan Ganda – Aspek dan Indikator Uji Pakar

    Validitas Konstruk instrumen tes adalah kualitas butir setiap instrumen dinyatakan sesuai dalam mengukur variabel yang hendak diukur. Validitas ini ditinjau oleh pakar dalam 3 aspek yakni (1) Keilmuan, (2) Konstruksi Butir dan (3) Bahasa.

    Validitas Konstruk

    Konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Gravitasi, massa, kemampuan matematika, kemampuan bahasa Inggris, kebahagiaan, dan kesedihan antara lain termasuk konstruk. Gravitasi misalnya dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana memahami konstruk. Ketika buah apel jatuh ke tanah, konstruk tentang gravitasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku (jatuhnya buah apel misalnya) yang diamati. Namun demikian, kita tidak dapat melihat yang dimaksud dengan konstruk gravitasi itu sendiri. Hal yang dapat kita lihat hanyalah apel itu jatuh. Kita dapat mengukur gravitasi dan mengembangkan teori tentang gravitasi.

    Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur (dikatakan valid apabila telah cocok dengan kontruksi teoritik di mana tes itu dibuat. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum.

    Indikator Validitas Konstruk Soal PG

    No Soal / Butir123n
    A. Aspek Keilmuan
    1. Butir soal sesuai indikator
    2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar
    3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran.
    4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan kelas
    5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil perhitungan, maka pengecoh dapat diperoleh karena salah rumus/salah hitung
    B. Kosntruksi Soal
    6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas
    7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas
    8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan jawaban yang benar
    9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda
    10. Bila terpaksa menggunakan kata, negatif, harus digarisbawahi atau dicetak lain
    11. Pilihan jawaban homogen
    12. Hindari adanya alternative: ―jawaban seluruh jawaban di atas benar‖ atau ―tak satu jawaban di atas yang benar‖ dan yang sejenisnya
    13. Panjang alternatif/pilihan jawaban relatif sama, jangan ada yang sangat panjang
    dan ada yang sangat pendek
    14. Pilihan jawaban dalamn bentuk angka/waktu diurutkan
    15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi
    16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain.
    C. Aspek Bahasa
    17. Rumusan kalimat soal komunikatif
    18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan jenis bahasanya
    19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
    20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal)
    21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang menyinggung perasaan Responden
    22. Rumusan soal tidak mengandung SARAP
  • Kode HTML Simbol dan Huruf Yunani Untuk Ketik Rumus Fisika dan Matematika

    Rumus Fisika dan Mamatika kebanyakan menggunakan huruf yunani / Latin Greek sebagai simbol dari besaran. Huruf ini sudah diadaptasi oleh HTML dan TeX.

    Huruf Kapitan Yunani

    LetterTeXEntityUnicode
    ΑΑx391
    ΒΒx392
    Γ\GammaΓx393
    Δ\DeltaΔx394
    ΕΕx395
    ΖΖx396
    ΗΗx397
    Θ\ThetaΘx398
    ΙΙx399
    ΚΚx39A
    Λ\LambdaΛx39B
    ΜΜx39C
    ΝΝx39D
    Ξ\XiΞx39E
    ΟΟx39F
    Π\PiΠx3A0
    ΡΡx3A1
    Σ\SigmaΣx3A3
    ΤΤx3A4
    Υ\UpsilonΥx3A5
    Φ\PhiΦx3A6
    ΧΧx3A7
    Ψ\PsiΨx3A8
    Ω\OmegaΩx3A9

    Note that the Unicode numbers above are consecutive with one exception: there is no Unicode character x3A2 between Ρ and Σ. The reason is given below.

    Huruf Kecil Yunani

    LetterTeXEntityUnicode
    α\alphaαx3B1
    β\betaβx3B2
    γ\gammaγx3B3
    δ\deltaδx3B4
    ε\epsilonεx3B5
    ζ\zetaζx3B6
    η\etaηx3B7
    θ\thetaθx3B8
    ι\iotaιx3B9
    κ\kappaκx3BA
    λ\lambdaλx3BB
    μ\muμx3BC
    ν\nuνx3BD
    ξ\xiξx3BE
    οοx3BF
    π\piπx3C0
    ρ\rhoρx3C1
    ς\varsigmaςx3C2
    σ\sigmaσx3C3
    τ\tauτx3C4
    υ\upsilonυx3C5
    φ\phiφx3C6
    χ\chiχx3C7
    ψ\psiψx3C8
    ω\omegaωx3C9
  • Iterasi Dalam Bahasa C – Perulangan For

    Iterasi Dalam Bahasa C – Perulangan For

    Iterasi

    Iterasi dalam Pemrograman adalah pengulangan eksekusi dari serangkaian instruksi hingga kondisi yang dicapai. Secara sederhana program ini analog (1) Menghitung 1 sampai 10 atau (2) melafalkan perkalian n mulai dari 1 sampai 10. Iterasi dalam bahasa C menggunakan sintaks Fo.

    Iterasi dengan For

    Dalam bahasa C, iterasi dieksekusi dengan perintah for dengan sintaks

    for(i = n; i <= m; i++)

    dimana

    1. i = n; dimulai dari n
    2. i <=m; sampai dengan m
    3. i++ : model iterasi meningkat

    Contoh programnya sebagai berikut :

    #include <stdio.h>
    
    int main() {
    int i;
    
    for(i = 1; i <= 10; i++)
    
    {
    printf("%d\n", i);
    }
    
    return 0;
    }

    1
    2
    3
    4
    5
    6
    7
    8
    9
    10

    perhatikan sintaks

    printf("%d\n", i);

    sintaks ini meminta i langsung dituliskan. Jika sintaks ini sedikit dimodifikasi misalnya i diganti dengan 3*i, maka program akan mengeksekusi perkalian 3 mulai dari 1 sampai 10.

    #include <stdio.h>
    
    int main() {
    int i;
    
    for(i = 1; i <= 10; i++)
    
    {
    printf("%d\n", 3*i);
    }
    
    return 0;
    }

    3
    6
    9
    12
    15
    18
    21
    24
    27
    30

    nilai dari i dapat ditulis sebagai fungsi dari i misalkan i = (3*i)+3, dan sebagainya.

    Perulangan Mengecil

    Perulangan for tidak hanya digunakan untuk perhitungan maju namun bisajuga untuk perhitungan mundur. Perubahan dilakukan dari sintaks i++ menjadi i–. i– adalah sintaks untuk melakukan perhitungan mundur.

    Contoh kodenya sebagai berikut :

    #include <stdio.h>
    
    int main() {
    int i;
    
    for(i = 10; i >= 1; i--) 
    {
    printf("%d\n", i);
    }
    return 0;
    }

    10
    9
    8
    7
    6
    5
    4
    3
    2
    1

  • Program Menghitung Ketinggan Maksimal Gerak Vertikal Ke Atas dengan Bahasa C dan Phyton

    Program menghitung ketinggian maksimal digunakan untuk mengetahui ketinggian benda yang dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Program ini dirancang dengan asumsi hambatan udara diabaikan.

    Ketinggan Maksimal

    Ketika sebuah benda dilemparkan dengan kecepatan tertentu (v0) ke atas, maka benda akan bergerak diperlambat ke arah atas. Sampai pada saat kecepatan ke arah atas habis atau vt=0, maka benda akan berbalik arah ke bawah.

    Dengan demikian ketinggian maksimum dapat dihitung dengan persamaan

    v_t^2=v_0^2-2gh

    dimana vt=0, maka persamaan ini dapat ditulis

    v_0^2=2gh
    h=\frac{v_0^2}{2g}

    Persamaan ini diubah ke dalam bentuk Program dalam bahasa C.

    Program Ketinggian Maksimum dalam Bahasa C

    #include <stdio.h>
    int main() {
        float v_awal, bantu;
        printf("Kecepatan Awal: ");
        scanf("%f", &v_awal);
        bantu = v_awal*v_awal/19.6;
        printf("Ketinggian %.3f\n meter", bantu);
        return 0;
    }

    Program Ketinggian Maksimum dalam Bahasa Phyton

    num1 = float(input("Kecepatan awal: "))
    hasil = num1 * num1 / 19.6
    print("Ketinggian %.3f meter" % hasil)
  • Rumus Fisika Materi Kinematika

    Berikut ini adalah kumpulan Rumus Fisika pada materi Kinematika. Kinematika sendiri adalah kajian tenang gerak benda tanpa meninjau penyebab gerak benda.

    Rumus Pada Materi Mekanika

    A. Rumus GLB

    1. Kecepatan

    Rumus Kecepatan V S per T

    Keterangan :

    v : Kecepatan (m/s)
    s : jarak (m)
    t : waktu (s)

    Contoh soal

    Berapakah jarak yang ditemupah sebuah mobil yang begerak lurus di jalan tol dengan kecepatan 10 m/s selama 1 menit?

    Jawaban :

    Dik :

    v : 10 m/s
    t : 1 menit = 60 s

    Dit :

    s : ….

    Penyelesaian

    v=\frac{s}{t}
    10= \frac{s}{60}
    s= (10)(60)=600 \ m

    Jadi jarak tempuhnya adalah 600 meter.

    B. Rumus GLBB

    1. Percepatan

    Rumus Percepatan GLBB

    Keterangan :

    a: Percepatan (m/s2)
    Δv : Perubahan Kecepatan (m/s)
    vt : kecepatan akhir (m/s)
    v0 : kecepatan awal (m/s)
    tt : waktu awal (s)
    t0 : waktu akhir

    2. 3 Rumus GLBB

    Rumus GLBB kecepatan awal dan kecepatan akhir percepatan

    Keterangan :

    a: Percepatan (m/s2)
    Δv : Perubahan Kecepatan (m/s)
    vt : kecepatan akhir (m/s)
    v0 : kecepatan awal (m/s)
    t : waktu (s)
    s : jarak tempuh (m)

    C. Rumus Gerak Jatuh Bebas

    Rumus Gerak Jatuh Bebas dengan percepatan gravitasi

    Keterangan :

    g: Percepatan gravitasi ( 9,8 m/s2)
    vt : kecepatan tepat sebelum menumbuk tanah (m/s)
    t : waktu (s)
    h : ketinggian (m)

    D. Rumus Gerak Parabola

    E. Gerak Melingkar Beraturan

    F. Gerak Melingkar Berubah Beraturan

  • Program Menghitung Ketinggian Gerak Jatuh Bebas dengan Bahasa C dan Phyton

    Program menghitung ketinggian gedung atau kedalaman lubang dapat ditaksir dengan menggunakan Gerak Jatuh Bebas. Gerak ini adalah gerak dengan percepatan konstan yang nilainya sama g dengan asumsi hambatan udara dapat diabaikan.

    Ketinggian Gerak Jatuh Bebas

    Gerak jatuh bebas adalah gerak lulus dengan percepatan tetap. Persamaan umum gerak jatuh bebas adalah:

    s=v_ot+\frac{1}{2}at^2

    Karena gerak jatuh bebas tidak memiliki kecepatan awal dan gerak arah kebawah nilai a = percepatan gravitasi bumi maka, ketinggian dapat dihitung dengan persamaan

    h=\frac{1}{2}gt^2

    Program Menghitung Ketinggian Dalam Bahasa C

    #include <stdio.h>
    int main() {
        float num1, hasil;
        printf("Masukka Waktu Jatuh: ");
        scanf("%f", &num1);
        hasil = num1 * num1 * 4.9;
        printf("Ketinggian %.3f\n meter", hasil);
        return 0;
    }

    Program Menghitung Ketinggian Dalam Phyton

    num1 = float(input("Masukkan Waktu Jatuh: "))
    hasil = num1 * num1 * 4.9
    print("Ketinggian %.3f meter" % hasil)
  • Format dan Sistematika Penelitian Eksperimen dalam Bidang Psikologi dan Pendidikan

    Sistematika Penelitian eksperimen dalam pendidikan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis atau teori tertentu dalam konteks pendidikan. Dalam penelitian eksperimen, para peneliti memanipulasi satu atau lebih variabel independen untuk melihat efeknya terhadap variabel dependen. Tujuan utamanya adalah untuk menentukan sebab-akibat antara variabel-variabel tersebut.

    Penelitian Eksperimen

    Penelitian eksperimen dalam pendidikan dapat membantu memberikan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana proses pembelajaran dan pengajaran berlangsung, serta faktor-faktor apa yang memengaruhinya. Dengan merancang eksperimen yang tepat dan menganalisis data dengan cermat, peneliti dapat membuat kontribusi yang berarti dalam pengembangan teori dan praktik pendidikan.

    Bab I. Pendahuluan

    Pendahuluan dalam penelitian eksperimen memiliki peran penting dalam memberikan konteks, latar belakang, dan tujuan penelitian kepada pembaca. Sebuah pendahuluan yang baik harus mampu menjelaskan mengapa penelitian ini dilakukan, apa yang ingin dicapai, dan mengapa topik tersebut penting untuk diteliti. Berikut adalah komponen-komponen yang umumnya terdapat dalam pendahuluan penelitian eksperimen:

    A. Latar Belakang

    Pengantar: Mulailah dengan mengenalkan pembaca pada topik penelitian Anda. Jelaskan mengapa topik ini menarik perhatian, apa relevansinya dalam bidang pendidikan, dan mengapa perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

    Latar Belakang Penelitian: Berikan gambaran umum tentang apa yang sudah diketahui tentang topik penelitian Anda. Tinjau literatur terkait dan temuan-temuan penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik Anda. Identifikasi kekosongan pengetahuan yang masih perlu diisi atau pertanyaan penelitian yang belum terjawab.

    Permasalahan Penelitian: Jelaskan dengan jelas masalah atau pertanyaan penelitian yang akan Anda jelajahi dalam penelitian Anda. Sampaikan secara singkat hipotesis atau asumsi dasar yang mendasari penelitian Anda.

    Pendahuluan yang baik harus mampu mengarahkan pembaca menuju pemahaman yang mendalam tentang tujuan, relevansi, dan konteks penelitian Anda. Hal ini membantu pembaca untuk memahami mengapa penelitian ini penting dan apa yang diharapkan dari hasilnya.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan Masalah merupakan pertanyaan penelitian yang disusun dengan menghubungkan hubungan antar variabel dalam penelitian eksperimen. Hubungan ini memnunjukkan bagaimana pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel terikat.

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian merupakan bagian yang menjelaskan apa saja yang didapatkan setelah penelitian dilakukan. Pada umumnya tujuan penelitian adalah jawaban dari rumusan masalah.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian adalah masukan, informasi, teori dan apa saja temuan yang didapatkan dari penelitian terkait dengan pihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian. Manfaat Penelitian bersifat rasional teoretik.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan Pustaka adalah landasan teoretik dan kontekstual yang disusun oleh peneliti dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Solusi bisa saja berasal dari

    1. Teori dan Pendapat Ahli
    2. Hasil Penelitian yang relevan

    A. Kajian Teori (Disertai Hasil Penelitian yang Relevan)

    Tinjauan pustaka yang komprehensif akan memberikan landasan teoretis yang kuat bagi penelitian Anda dan membantu Anda mengarahkan fokus penelitian Anda ke arah yang tepat.

    1. Identifikasi Sumber: Mulailah dengan mencari dan mengidentifikasi sumber-sumber literatur yang relevan dengan topik penelitian Anda. Ini dapat mencakup jurnal ilmiah, buku, laporan penelitian, artikel berita, dan sumber-sumber lainnya.
    2. Evaluasi Sumber: Selanjutnya, evaluasilah sumber-sumber yang Anda temui untuk menentukan keandalan, otoritas, dan relevansinya dengan topik penelitian Anda. Perhatikan faktor seperti kredibilitas penulis, metodologi penelitian, dan tahun publikasi.
    3. Organisasi Pustaka: Susun tinjauan pustaka Anda dengan cara yang logis dan terstruktur. Anda bisa mengorganisasikannya berdasarkan tema-tema utama, kronologi penelitian, atau perbandingan antara sudut pandang yang berbeda.
    4. Analisis dan Sinopsis: Jelaskan secara singkat isi dari setiap sumber yang Anda tinjau, termasuk temuan utama, metode penelitian, dan kesimpulan yang diambil oleh penulis. Berikan analisis kritis terhadap setiap sumber, termasuk kekuatan dan kelemahannya.
    5. Identifikasi Celah Pengetahuan: Tinjauan pustaka harus mampu mengidentifikasi kekosongan pengetahuan dalam literatur yang ada atau pertanyaan penelitian yang belum terjawab. Tunjukkan mengapa penelitian Anda menjadi penting untuk mengisi celah-celah tersebut.
    6. Relevansi dengan Penelitian Anda: Terakhir, pastikan untuk menjelaskan bagaimana setiap sumber literatur yang Anda tinjau berkaitan dengan topik penelitian Anda. Tunjukkan bagaimana literatur tersebut membentuk landasan teoretis bagi pendekatan Anda dalam penelitian.

    B. Kerangka Pikir

    Kerangka pikir penelitian (research framework) adalah kerangka konseptual yang digunakan untuk merancang dan mengorganisir penelitian. Ini mencakup konsep-konsep utama, teori-teori, atau model-model yang menjadi dasar bagi penelitian Anda. Kerangka pikir membantu peneliti dalam mengidentifikasi variabel-variabel yang relevan, hubungan antar variabel, dan bagaimana variabel-variabel tersebut akan diukur atau diamati. Berikut adalah komponen-komponen utama dalam kerangka pikir penelitian:

    1. Identifikasi Variabel: Tentukan variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian Anda. Ini mencakup variabel independen (yang mempengaruhi atau dimanipulasi) dan variabel dependen (yang diamati atau diukur untuk melihat efek dari variabel independen).
    2. Hubungan Antara Variabel: Jelaskan hubungan atau hubungan yang diharapkan antara variabel-variabel yang diteliti. Apakah Anda mengharapkan adanya hubungan sebab-akibat, korelasi, atau interaksi antar variabel?
    3. Dasar Teoretis: Tinjau teori-teori atau kerangka konseptual yang mendukung penelitian Anda. Identifikasi konsep-konsep atau asumsi-asumsi yang mendasari penelitian Anda dan jelaskan bagaimana teori-teori tersebut relevan dengan topik penelitian Anda.
    4. Model Konseptual: Jika diperlukan, buatlah model konseptual yang menggambarkan hubungan antar variabel dalam penelitian Anda. Model ini bisa berupa diagram atau gambaran visual lain yang memperlihatkan struktur konseptual dari penelitian Anda.
    5. Konteks Penelitian: Jelaskan konteks atau lingkungan di mana penelitian Anda dilakukan. Ini mencakup faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian Anda, seperti situasi sosial, budaya, atau kebijakan.
    6. Arah Penelitian: Jelaskan arah atau tujuan dari penelitian Anda berdasarkan kerangka pikir yang Anda buat. Apa yang ingin Anda capai dengan melakukan penelitian ini, dan bagaimana kerangka pikir Anda akan membantu Anda dalam mencapai tujuan tersebut?

    Bab III. Metode Penelitian

    Metode Penelitian berisi penjelasan berupa pendekatan dan sistematika penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tujuannya untuk memberikan gambaran atau meyakinkan pembaca tentang akurasi, validitas dan reliabilitas dari penelitian yang dilakukan.

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian eksperimen, pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan dikaitkan dengan Hipotesis Penilitian dan Landasan konseptual penelitian. Jenis Penelitian yang mungkian adalah:

    1. Pra-Eksperimen
    2. True-Eksperimen
    3. Quasi Eksperimen

    B. Waktu dan Tempat Penelaksanaan

    Waktu terkait dengan kapan dan seberapa lama (durasi) penelitian dilakukan. Penjelasan mengenai durasi penelitian penting dalam penelitian eksperimen. Hal ini berkaitan dengan maturiti dari subjek penelitian selama pelaksanaan dan proses pengambilan data penelitian.

    Tempat adalah penjelasan mengenai dimana tempat atau lokasi penelitian dilaksanakan. Pada umumnya disebutkan adalah kelompok besar tempat atau populasi dari peneleitian dilakukan. Misalnya jika dilakukan di 4 sekolah dalam satu kabupaten maka yang ditulis adalah nama kabupatennya.

    C. Populasi dan Sampel / Subjek Penelitian

    Populasi dan Sampel merupukan kelompok besar dari subjek yang dijadikan penelitian. Penelitian Ekspreimen menitikan beratkan pada perlakukan / gangguan yang diberikan pada subjek peneliti dengan demikian Populasi/Sampel merupakan bagian penting dalam penelitian.

    Populasi dari penelitian Eksperimen memiliki karakteristik yang homogen, terutama untuk desain penelitian yang menggunakan sampel penelitian dengan tujuan generalisasi hasil penelitian. Dengan demikian sebaiknya dilakukan uji homogenitas terkait dengan seluruh variable yang mungkin saja berpengaruh terhadap hasil penelitian.

    D. Defenisi Operasional Variabel

    Definisi operasional variabel adalah konsep yang digunakan dalam metodologi penelitian untuk menjelaskan variabel-variabel yang diukur atau diamati dalam suatu penelitian. Definisi operasional ini merinci cara spesifik di mana suatu variabel akan diukur atau diamati. Ini penting karena membantu memastikan bahwa konsep abstrak atau teoritis yang dijadikan variabel dalam penelitian dapat dioperasionalisasikan dengan cara yang jelas dan dapat diukur. Definisi operasional variabel memberikan petunjuk tentang bagaimana variabel tersebut akan diimplementasikan dalam penelitian.

    Misalnya, dalam sebuah penelitian tentang “kebahagiaan”, variabel tersebut mungkin dioperasionalisasikan sebagai “jumlah waktu yang dihabiskan dalam aktivitas menyenangkan setiap hari” atau “skor pada skala kepuasan hidup”. Dengan demikian, definisi operasional variabel “kebahagiaan” dalam penelitian tersebut akan menggambarkan secara spesifik bagaimana kebahagiaan diukur atau diamati.

    Beberapa karakteristik dari definisi operasional variabel termasuk:

    1. Jelas dan Spesifik: Definisi harus jelas dan spesifik tentang bagaimana variabel tersebut akan diukur atau diamati.
    2. Objektif: Definisi harus objektif dan dapat diukur dengan cara yang konsisten oleh peneliti yang berbeda.
    3. Reproduksi: Definisi harus memungkinkan untuk reproduksi yang konsisten dari pengukuran atau observasi variabel yang sama.
    4. Validitas dan Reliabilitas: Definisi harus memastikan bahwa pengukuran atau observasi variabel tersebut valid (mengukur apa yang dimaksud) dan reliabel (konsisten dalam pengukuran).

    Dengan menggunakan definisi operasional variabel, peneliti dapat mengkonseptualisasikan variabel-variabel yang abstrak atau kompleks dalam penelitian mereka menjadi sesuatu yang dapat diukur atau diamati secara empiris. Ini memungkinkan untuk analisis yang lebih sistematis dan interpretasi yang lebih jelas dari data yang dikumpulkan.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian merujuk kepada alat atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian ini dirancang untuk mengukur variabel-variabel yang telah ditentukan dalam penelitian. Berikut adalah beberapa contoh instrumen penelitian yang umum digunakan:

    1. Kuesioner: Sebuah kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui serangkaian pertanyaan yang terstruktur. Kuesioner dapat dikirimkan secara online, disebarkan secara langsung kepada responden, atau diisi sendiri oleh responden. Ini sering digunakan dalam penelitian survei.
    2. Wawancara: Wawancara adalah metode pengumpulan data yang melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan responden. Wawancara dapat bersifat terstruktur, semi-terstruktur, atau tidak terstruktur, tergantung pada seberapa banyak pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya.
    3. Observasi: Observasi melibatkan pengamatan langsung dan sistematis terhadap perilaku, situasi, atau fenomena yang diamati. Data dapat dikumpulkan melalui observasi langsung, observasi tersembunyi, atau penggunaan teknologi seperti kamera pengamat.
    4. Tes atau Ujian: Tes atau ujian digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik tertentu dari responden. Ini dapat berupa tes tertulis, tes kinerja, atau tes praktis, tergantung pada variabel yang ingin diukur.
    5. Dokumentasi atau Analisis Dokumen: Dokumentasi melibatkan analisis dokumen atau bahan tertulis seperti catatan medis, laporan, dokumen resmi, atau arsip lainnya. Ini digunakan untuk mengumpulkan data historis atau untuk memverifikasi informasi tertentu.
    6. Skala atau Angket: Skala atau angket adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat atau frekuensi suatu karakteristik tertentu. Ini dapat berupa skala Likert, skala interval, atau skala nominal, tergantung pada jenis data yang ingin dikumpulkan.
    7. Tes Psikologis: Tes psikologis digunakan untuk mengukur aspek-aspek psikologis tertentu seperti kepribadian, kemampuan kognitif, atau preferensi. Contohnya termasuk tes kepribadian, tes IQ, atau tes minat dan bakat.

    Instrumen penelitian yang dipilih harus sesuai dengan tujuan penelitian, jenis data yang akan dikumpulkan, serta populasi atau responden yang diteliti. Penting untuk memastikan bahwa instrumen tersebut valid, reliabel, dan sesuai dengan konteks penelitian.

    E. Teknik Analisis Data

    Dalam penelitian eksperimen, teknik analisis data digunakan untuk mengolah dan menganalisis data yang dikumpulkan selama eksperimen. Tujuan analisis data adalah untuk mengevaluasi hasil eksperimen, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan tentang dampak variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah beberapa teknik analisis data yang umum digunakan dalam penelitian eksperimen:

    1. Analisis Deskriptif: Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik sampel atau kelompok yang diteliti. Ini mencakup penghitungan rata-rata, median, dan modus untuk variabel-variabel tertentu, serta penyajian grafis seperti diagram batang, histogram, atau diagram lingkaran.
    2. Uji Statistik Parametrik: Uji statistik parametrik digunakan untuk menguji perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok dalam eksperimen. Contoh uji statistik parametrik termasuk uji t, ANOVA (Analysis of Variance), dan uji regresi linear. Uji ini memerlukan asumsi tertentu tentang distribusi data, seperti distribusi normal.
    3. Uji Statistik Non-Parametrik: Uji statistik non-parametrik digunakan ketika asumsi tentang distribusi data tidak terpenuhi. Contoh uji statistik non-parametrik termasuk uji Mann-Whitney, uji Wilcoxon, dan uji Kruskal-Wallis. Meskipun kurang sensitif daripada uji parametrik, uji non-parametrik sering digunakan untuk data yang tidak terdistribusi normal.

    Pemilihan teknik analisis data yang tepat tergantung pada desain penelitian, tujuan penelitian, dan jenis data yang dikumpulkan. Penting untuk menggunakan teknik analisis yang sesuai dengan asumsi dan karakteristik data Anda, serta memastikan interpretasi hasil yang akurat dan relevan.

    F. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian merujuk pada serangkaian langkah yang diikuti oleh peneliti dalam melakukan studi atau penelitian. Ini mencakup tahapan dari perencanaan studi hingga analisis data dan penyajian hasil. Berikut adalah beberapa langkah umum yang tercakup dalam prosedur penelitian:

    1. Perumusan Masalah Penelitian: Identifikasi masalah atau pertanyaan penelitian yang ingin diteliti. Tinjau literatur yang ada untuk memahami konteks penelitian dan mengidentifikasi celah pengetahuan.
    2. Pemilihan Desain Penelitian: Pilih desain penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang akan dikumpulkan. Desain penelitian dapat berupa eksperimen, survei, studi kasus, atau campuran dari berbagai metode.
    3. Pemilihan Sampel: Identifikasi populasi target dan pilih sampel yang representatif dari populasi tersebut. Gunakan teknik sampling yang sesuai dengan desain penelitian Anda, seperti pengambilan sampel acak atau non-acak.
    4. Pengembangan Instrumen: Rancang instrumen atau alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, seperti kuesioner, skala, atau lembar observasi. Pastikan instrumen tersebut valid dan reliabel.
    5. Pengumpulan Data: Lakukan pengumpulan data sesuai dengan metode yang telah direncanakan. Ini bisa melibatkan wawancara, survei, observasi, atau pengujian eksperimental, tergantung pada desain penelitian Anda.
    6. Analisis Data: Olah dan analisis data yang dikumpulkan menggunakan teknik analisis yang sesuai dengan desain penelitian Anda. Ini bisa meliputi analisis statistik, analisis kualitatif, atau kombinasi dari keduanya.
    7. Interpretasi Hasil: Interpretasikan hasil analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian Anda. Identifikasi temuan utama, hubungan antar variabel, dan implikasi hasil penelitian Anda.
    8. Penyusunan Laporan Penelitian: Susun laporan penelitian yang merinci proses, metodologi, temuan, dan interpretasi hasil penelitian Anda. Pastikan laporan tersebut disusun dengan jelas dan akurat sesuai dengan standar akademis yang berlaku.
    9. Diseminasi Hasil: Bagikan hasil penelitian Anda melalui presentasi konferensi, publikasi jurnal, atau seminar ilmiah. Ini memungkinkan peneliti lain untuk memahami dan menggunakan temuan Anda untuk penelitian atau praktik selanjutnya.

    Prosedur penelitian yang baik membantu memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan cara yang sistematis dan terorganisir, serta memastikan validitas dan reliabilitas hasil. Penting untuk mengikuti langkah-langkah ini dengan cermat untuk memastikan keberhasilan penelitian Anda.

    Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Setelah melakukan analisis data dalam penelitian, langkah selanjutnya adalah menyajikan hasil dan melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan yang ditemukan. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyusun hasil dan pembahasan:

    A. Hasil Penelitian

    Setelah melakukan analisis data dalam penelitian, langkah selanjutnya adalah menyajikan hasil dan melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan yang ditemukan. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyusun hasil dan pembahasan:

    1. Deskripsi Data: Mulailah dengan memberikan deskripsi singkat tentang sampel penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis yang digunakan.
    2. Presentasi Data: Sajikan data yang relevan dan temuan utama dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram yang sesuai. Pastikan data disajikan dengan jelas dan mudah dipahami.
    3. Temuan Utama: Identifikasi dan jelaskan temuan utama dari analisis data, termasuk rata-rata, deviasi standar, atau hasil uji statistik yang signifikan.

    B. Pembahasan

    1. Korelasi dengan Teori: Diskusikan temuan Anda dalam konteks teori yang relevan. Jelaskan bagaimana hasil Anda mendukung atau menentang hipotesis atau teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
    2. Implikasi Praktis: Tinjau implikasi praktis dari temuan Anda. Bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan dalam konteks praktis atau kebijakan?
    3. Keterbatasan Penelitian: Akui keterbatasan penelitian Anda. Jelaskan kendala atau batasan dalam desain penelitian, metode pengumpulan data, atau analisis data yang mungkin mempengaruhi validitas atau generalisabilitas temuan.
    4. Arah Penelitian Selanjutnya: Sarankan arah penelitian selanjutnya berdasarkan temuan Anda. Apa yang bisa menjadi fokus penelitian mendatang untuk memperdalam pemahaman tentang topik tersebut?
    Membandingkan dengan Penelitian Sebelumnya
    1. Perbandingan dengan Studi Terdahulu: Bandingkan hasil Anda dengan temuan penelitian sebelumnya. Identifikasi kesamaan, perbedaan, atau kontribusi unik dari penelitian Anda.
    2. Kontribusi terhadap Pengetahuan: Jelaskan kontribusi penelitian Anda terhadap literatur yang ada. Bagaimana temuan Anda mengisi celah pengetahuan atau memberikan wawasan baru dalam bidang tersebut?

    Dalam pembahasan juga dibuat simpulan atau rangkuman hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan dan rumusan masalah penelitian. Bagian ini tidak dalam sub bab dan umumnya diletakkan di bagian bawah pembahasan.

    1. Ringkasan: Ringkaslah temuan utama dan hasil diskusi dalam kesimpulan. Hindari penambahan informasi baru di bagian ini.
    2. Implikasi Keseluruhan: Tinjau implikasi keseluruhan dari penelitian Anda dan betapa pentingnya temuan Anda dalam konteks lebih luas.
    3. Panggilan untuk Tindakan: Berikan panggilan untuk tindakan atau rekomendasi bagi pembaca tentang langkah-langkah selanjutnya yang dapat diambil berdasarkan temuan Anda.

    Penting untuk menyajikan hasil dan pembahasan dengan jelas, logis, dan terstruktur. Ini membantu pembaca untuk memahami temuan Anda secara efektif dan menghargai kontribusi penelitian Anda dalam bidang tersebut.

    Bab V. Kesimpulan dan Saran

    A. Kesimpulan

    Pada bagian ini, kesimpulan dibuat dalam bentuk poin-point yang jumlahnya sama dengan rumusan masalah. Kesimpulan ini adalah jawaban langsung dari rumusan masalah yang terlah disusun.

    B. Saran

    Saran diberikan kepada seluruh pembaca terkait dengan temuan yang didapatkan. Kekurangan yang disebabkan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian juga dijadikan saran dalam membaca kesimpulan yang telah disusun sehingga tidak

    Daftar Pustaka

    Daftar Pustaka atau Daftar Referensi adalah bagian penting dari sebuah karya ilmiah yang mencantumkan semua sumber yang dikutip atau dirujuk dalam penelitian tersebut. Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pustaka:

    1. Pilih Gaya Penulisan yang Tepat: Tentukan gaya penulisan yang akan digunakan untuk daftar pustaka Anda, seperti APA, MLA, Chicago, atau IEEE. Pastikan untuk mengikuti pedoman yang telah ditentukan dengan cermat.
    2. Kumpulkan Informasi yang Diperlukan: Untuk setiap sumber yang Anda kutip atau rujuk, kumpulkan informasi yang diperlukan seperti nama penulis, judul artikel atau buku, nama jurnal, tahun publikasi, dan halaman yang dikutip.
    3. Susun Daftar Pustaka: Susun daftar pustaka dalam urutan abjad berdasarkan nama penulis pertama. Untuk setiap entri, cantumkan informasi sumber sesuai dengan format yang ditetapkan gaya penulisan yang dipilih.
    4. Format Entri Pustaka: Format entri pustaka akan bervariasi tergantung pada gaya penulisan yang Anda gunakan. Misalnya, dalam gaya APA, entri pustaka untuk buku akan memiliki format yang berbeda dari entri pustaka untuk artikel jurnal.
    5. Periksa Kembali dan Koreksi: Periksa kembali daftar pustaka Anda untuk memastikan bahwa semua entri ditulis dengan benar dan sesuai dengan pedoman gaya penulisan yang dipilih. Periksa keakuratan setiap detail seperti judul, nama penulis, tahun publikasi, dan lain-lain.
    6. Buat Rujukan yang Konsisten: Pastikan bahwa semua rujukan dalam teks karya Anda sesuai dengan entri dalam daftar pustaka. Periksa kembali setiap kutipan dan rujukan untuk memastikan konsistensi dan ketepatan dalam penyusunan daftar pustaka.
    7. Format Penulisan: Sesuaikan format penulisan daftar pustaka sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti spasi ganda atau satu spasi, urutan penyajian informasi, dan tata letak entri pustaka.
    8. Pemformatan Akhir: Format akhir daftar pustaka agar sesuai dengan aturan tata letak dan presentasi yang ditetapkan oleh lembaga, jurnal, atau publikasi tempat Anda akan mengirimkan karya ilmiah Anda.

    Pastikan untuk memberikan perhatian khusus pada detail dan konsistensi saat menyusun daftar pustaka. Daftar pustaka yang rapi dan terorganisir adalah bagian penting dari karya ilmiah yang menunjukkan kecermatan dan kredibilitas peneliti.

  • Apa yang dimaksud CO2?

    CO2 merupakan senyawa kimia yang terdiri dari satu atom karbon (6C) dan dua atom oksigen (8O). Senyawa ini disebut Karbon Dioksida dalam tata nama senyawa IUPAC. Dalam keadaan standar (STP), senyawa ini berbentuk gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan bersifat asam.

    Ikatan Kimia CO2

    Karbon dioksida merupakan senyawa yang terbentuk berdasarkan ikatan kovalen dimana adanya penggunaan elektron bersama untuk membentuk senyawa yang stabil. Bentuk awal konfigurasi elektron masing-masing unsur yakni

    6C : 1S2 2S2 2P2

    dengan demikian karbon memiliki 4 elektron valensi. Oksigen sendiri memiliki konfigurasi elektron

    8O : 1S2 2S2 2P4

    Agar atom stabil maka dibutuhkan 2 elektron untuk mengisi kulit 2P dari oksigen. Hal yang membuat Oksigen bisa dengan mudah berikatan dengan Karbon.

    Karbon dioksida elektron valensi konfigurasi

    Konsentrasi Karbon Dioksida

    Konsentrasi Carbon dioksida di udara diperkirakan mencapai 0,06 %. Konsentrasi Gas paling dihasilkan dari pembakaran sempurna senyawa Hidrocarbon. Gas ini juga bermanfaat dalam pemebntukan karbohidrat seperti pad fotosintesis.

    1. Fotosintesis

    Fotosintesis merupakan proses penyusunan gula dan Karbohidrat yang dilakukan tanaman dengan bantuan sinar matahari. Bahan utama dari proses ini adalah Air dan Karbon Dioksida. Secara sederhana reaksi senyawa kimia pada proses ini :

    6H_2O+6CO_2→C_6H_{12}O_6+6O_2

    2. Pelarutan

    Suhu rendah di wilayah kutub dapat melarutkan karbon dioksida dengan mudah. Arus termohalin yang mengandung massa air akan membawa larutan karbon dioksida ke permukaan air dengan massa yang lebih berat. Hal ini membuat karbon dioksida akan masuk ke lapisan air yang lebih dalam.

    3. Organisme Laut

    Makhluk hidup di laut yang tinggal dekat dengan permukaan air laut memiliki kemampuan mengubah karbon dioksida menjadi jaringan dan organ yang keras, khususnya cangkang dan bagian tubuh yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon dioksida ke lapisan air yang lebih dalam.

    4. Pelapukan batuan silikat

    Pelapukan batuan silikat tidak membawa karbon dioksida menuju ke penerima yang akan membawanya kembali ke atmosfer Bumi. Penyerapan karbon dioksida diubah menjadi karbonat laut selama proses pelapukan batuan silikat. Ion bikarbonat terbentuk dari reaksi pembalikan yang kemudian mengarahkannya menuju ke laut.

    5. Pelepasan karbon dioksida ke atmosfer Bumi

    Kontribusi karbon dioksida kepada perubahan iklim dibandingkan gas rumah kaca dan zat kimia lain.

    6. Bahan bakar fosil

    Bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan pelepasan CO2 antropogenik terbesar di dunia. Lebih dari 80% dari emisi karbon dioksida oleh manusia adalah dari pembakaran bahan bakar fosil, dengan sejumlahnya adalah sekitar 35 miliar ton metrik per tahun,[6] dibandingkan dengan 4 miliar ton metrik dari perubahan penggunaan lahan.

    7. Pembusukan

    Karbon dioksida dapat dihasilkan oleh hasil pembusukan tubuh makhluk hidup oleh fungi dan bakteri yang berperan sebagai pengurai. Senyawa karbon dioksida berasal dari karbon yang terkandung di dalam tubuh makhluk hidup yang mengalami kematian. Pembentukan karbon dioksida ini hanya terjadi pada lingkungan yang dikelilingi oleh oksigen. Sementara itu, lingkungan tanpa oksigen hanya akan menghasilkan metana.

    8. Respirasi

    Respirasi pada makhluk hidup mampu menghasilkan karbon dioksida yang kemudia terlepas ke atmosfer Bumi. Keluarnya karbon dioksida dari sistem pernapasan merupakan hasil dari reaksi eksotermik. Pada molekul organik, penguraian glukosa juga menghasilkan karbon dioksida yang terbawa bersama air.

    9. Produksi semen

    Semen terbuat dari kapur, gamping atau tawas yang melalui proses pemanasan. Selama proses pemanasan, dihasilkan pula karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.[8]

    10. Penguapan air laut

    Karbon dioksida terlarut dapat kembali ke atmosfer Bumi ketika berada di permukaan laut yang lebih hangat.

    11. Letusan gunung

    Ketika terjadi letusan gunung dari suatu gunung berapi, gas yang keluar dari dalam gunung mengandung uap air, karbon dioksida, dan belerang. Letusan gunung melepaskan karbon dioksida ke atmosfer Bumi dengan jumlah yang hampir sama dengan pengikatan karbon dioksida selama pelapukan batuan silikat. Keseimbangan antara letusan gunung dan pelapukan batuan silikat membuat kedua fenomena ini tidak memberikat pengaruh terhadap peningkatan jumlah karbon dioksida di atmosfer Bumi selama seratus ribu tahun.

  • Kisah Bohr Mengukur Ketinggian Gedung Dengan Barometer

    Kisah Bohr Mengukur Ketinggian Gedung Dengan Barometer

    Salah satu pengantar mata kuliah fisika yang paling terkenal adalah kisah mengukur ketinggian gedung dengan Barometer. Konon seorang dosen fisika meminta mahasiswa-nya memperkirakan tinggi gedung dengan menggunakan Barometer.

    Barometer dan Bohr

    Seorang mahasiswa protes kepada dosen-nya karena diberikan nilai 0 atas jawaban yang ia berikan dari sebuah soal. Soal tersebut meminta mahasiswa mengukur tinggi gedung dengan menggunakan Barometer.

    Mahasiswa tersebut protes karena mendapatkan skor 0 atas jawaban yang ia berikan. Lalu ia keberataan kepada sang dosen dan akhirnya disetujui untuk diadakan sidang kecil tertutup.

    Dosen : Jelaskan bagaimana cara mengukur ketinggian dengan menggunakan Barometer?

    Dan respn sang Mahasiswa sebagai berikut

    Saya melihat ada banyak cara mengukur ketinggian gedung dengan Barometer. Misalnya saja saya akan mengikat barometer dengan tali lalu naik ke atas gedung kemudian turunkan ke bawah sampai ke lantai dasar. Maka kita dapat mengetahui tinggi gedung dengan mengukur panjang tali lalu tambahkan dengan tinggi barometer.

    Hanya saja jawaban ini masih kurang dari sisi konsep fisika. Jadi saya memikirkan jawaban lain yang lebih erat kaitannya dengan konsep fisika. Misalnya, kita jatuhkan barometer tepat dari atas gedung dengan gerak jatuh bebas. Ketinggian gedung dapat ditaksir dengan persamaan gerak yakni:

    h=\frac12gt^2

    Tapi cara ini kurang etis karena pada akhirnya kita tidak bisa menggunakan Barometer yang pecah pada proses pengukuran. Tentu saja masih ada banyak metode lain.

    Mari kita asumsikan saja hari ini sedang cerah dan matahari bersinar terang. Akan ada bayangan gedung yang terbentuk di tanah. Proporsi bayangan gedung akan sama dengan bayangan Barometer sehingga ketinggian gedung bisa dihitung dengan persamaan :

    \frac{h_g}{l_g}=\frac{h_b}{l_b}

    Sayangnya Ketinggian gedung dan Barometer terlampau jauh berbeda sehingga pengukurannya akan menghasilkan ketidakpastian relatif sangat besar.

    Ada cara lain yang lebih sederhana dengan pergi ke tangga lalu membandingkan anak tangga dengan tinggi barometer. Setelah hitung jumlah seluruh anak tangga. Hanya saja ada bagian lantai atas yang tidak punya anak tangga jadi jawaban ini masih sulit memberikan tinggi gedung.

    Ada salah satu metode yang mungkin saja lebih detail dalam menentukan tinggi gedung yakni dengan cara mengikat barometer denagn benang lalu buatlah pendulum. Kita bisa mengetahui perbedaan ketinggian di lantai daasar dengan lantai atas dengan membandingkan frekuensi alami-nya.

    Namun diantara sekian banyak metode yang saya pikirkan, ada satu metode yang memberikan jaminan ketinggian gedung dengan barometer. Caranya dengan mendatangi bagian arsip gedung lalu katakan, saya punya Barometer yang bagus untuk anda jika anda tahu berapa tinggi bangunan ini. Dan saya lebih menyukai jawaban ini.

  • Hubungan Antara Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring pada Lingkaran

    Hubungan Antara Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring pada Lingkaran

    Lingkaran merupakan bidang datar yang dimensinya ditentukan oleh jari-jari (r). Seluruh nilai seperti panjang busur dan luas juring ditentukan oleh nilai r dan sudut pusatnya.

    Sudut Pusat, Panjang Busur dan Luas Juring

    Misalkan sebauh lingkaran ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

    Sudut Pusat Tali Busur dan luas temberang

    a. Busur

    Busur adalah garis lengkung yang merupakan bagian dari keliling lingkaran, misalnya pada gambar diatas busur AB dan CD. Panjang busur dapat dihitung dengan membandingkan besar sudut pusat dan keliling lingkaran.

    Panjang Busur AB ditentukan oleh besar sudut pusat merah atau ∠AOB = x°, demikian pulan Busur CD yang ditentukan ∠COD = y°.

    Rumus Panjang Busur

    AB=2\pi r\frac{∠AOB}{360^o}
    CD=2\pi r\frac{∠COD}{360^o}

    b. Juring

    Juring adalah adalah luas daerah yang besarnya ditentukan oleh sudut pusat. Pada gambar di atas terdapat dua buah Juring yakni Juring Merah AOB dan Juring Biru yakni COD.

    Rumus Luas Juring

    A_{AB}=\pi r^2\frac{∠AOB}{360^o}
    A_{CD}=\pi r^2\frac{∠COD}{360^o}